Anda di halaman 1dari 9

INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT

(ICRA)

Tahun 2016
PENDAHULUAN
Kejadian HAIs adalah infeksi yang di dapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat di rumah sakit yang berasal dari lingkungan rumah sakit. Bagi pasien di rumah
sakit merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat
langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak
menyebabkan kematian pasien akan tetapi ia menjadi penyebab penting pasien dirawat
lebih lama dirumah sakit. Ini berarti membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak
produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan biaya lebih besar.

Penyebabnya oleh kuman yang berada di lingkungan rumah sakit. Dari batasan ini
dapat disimpulkan bahwa kejadian HAIs yang secara potensial dapat dicegah.

Defenisi Resiko

Adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang
atau kejadian dimasa dating

MANAJEMEN RESIKO
Adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas
resiko dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya

RISK ASESSESMENT
Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan berurutan, baik
kejadian yang actual maupun yang potensial beresiko ataupun kegagalan dan suatu yang
rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang akan diperbaiki
berdasarkan dampak yang akan ditimbulkan baik actual maupun potensial dari suatu
proses perawatan, pengobatan ataupun serfis yang diberikan
TUJUAN
Untuk Mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan
pengunjung dirumah sakit dengan cara :
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak resiko terhadap :
A. Paparan kuman pathogen melalui petugas, pasien dan pengunjung
B. Penularan melalui tindakan/ prosedur infasif yang dilakukan baik melalui
peralatan, teknik pemasangan, ataupun perawatan terhadap HAIs
2. Melakukan penilain terhadap masalah yang ada agar dapat ditindaklanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas

Infection Control Risk Assesment


 Terkait pasien
 Terkait petugas
 Terkait prosedur
 Peralatan
 Lingkungan
 Pengobatan
 Sumberdaya

KRITERIA EVALUASI RISIKO


Keputusan untuk menerima resiko dan pengolaannya berdasarkan pertimbangan:
 Kriteria klinis, operasional, teknis, kemanusiaan
 Kebijakan, tujuan
 Sasaran dan kepentingan stakeholder
 Keuangan, hukum, sosial

Analisa manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk mengurangi
resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko)
Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak

Resiko yang mungkin terjadi pada kegiatan program PPI


1. Pada pemberian obat IV ataupun pemberian cairan infus, resiko yang mungkin
terjadi adalah phlebitis.
Plebitis yang mungkin disebabkan:
 Cara pemasangan infus dan pemberian obat IV yang tidak sesuai
SPO.
 Obat yang diberikan terlalu pekat
 Pasien gelisah, menyebabkan posisi jarum infus berubah.

Untuk mencegah resiko ini harus di evaluasi penyebab terjadinya resiko ini dan
ditindak lanjuti. Pada setiap tindakan baik pemasangan infus, pemberian obat
IV harus sesuai SPO.

A. Pada penanganan limbah benda tajam dan jarum, resiko yang mungkin terjadi
adanya pajanan tertusuk jarum atau benda tajam lainnya seperti pecahan kaca.
Untuk mencegah terjadinya pajanan tertusuk jarum atau benda tajam lainnya,
petugas harus memakai APD dalam menjalankan tugas. Dari setiap melakukan
tindakan harus sesuai SPO. Kalau terjadi pajanan tertusuk jarum petugas tidak
boleh panik dan megikuti prosedur tertusuk jarum sesuai SPO.
B. Pada pembuangan limbah padat infeksius harus sesuai SPO, Misalnya petugas
harus memakai APD
Limbah infeksius harus dimasukkan kedalam wadah yang tertutup dan diberi label.
Wadah limbah yang tidak tertutup bisa menimbulkan pencemaran lingkungan yang
dapat menimbulkan bau tidak sedap yang menyebabkan banyak lalat, lalat dapat
menjadi VECTOR penyakit.
Resiko yang mungkin terjadi terpapar limbah infeksius, atau terhirup udara yang
ditimbulkan limbah infeksius dan penyebaran penyakit oleh lalat, seperti penyakit
typhus.
Penanganan limbah infeksius yang sesuai dengan SPO dapat melindungi petugas,
pengunjung dan staf RS dari resiko terpapar limbah infeksius. Petugas, pengunjung
dan staf diberi edukasi untuk membuang limbah pada wadah yang disediakan
sesuai jenis limbahnya.
Kalau terjadi pajanan dari limbah infeksius, petugas harus melakukan tindakan
sesuai SPO membersihkan yang terpapar dengan air mengalir dan menghubungi
petugas kesehatan diruangan dan melakukan evaluasi dan tindak lanjuti.
C. Pada penanganan limbah cair, petugas harus memakai APD. Resiko yang mungkin
terjadi adalah terpapar dengan limbah cair. Kalau petugas terpapar dengan limbah
cair baik yang berasal dari cairan tubuh ataupun darah, petugas langsung
melakukan tindakan sebuah SPO seperti mencuci daerah yang terpajan cairan
dengan air mengalir dan sesuai SPO.
D. Pada penanganan linen, pemilihan linen sudah dimulai dari ruangan. Linen kotor
infeksius dimasukkan kedalam plastik kuning dan linen kotor non infeksius
kedalam plastik hitam. Petugas penanganan linen harus memakai APD dan harus
sesuai SPO. Misalnya linen infeksius yang berasal dari cairan tubuh pasien seperti
muntah, pus, darah dll harus dibersihkan dulu dengan air yang mengalirsesuai SPO.
Resiko yang mungkin terjadi paparan linen kotor yang infeksius. Kalau terjadi
paparan pada petugas segera bersihkan dengan air yang mengalir dan melaporkan
kepetugas kesehatan.
E. Pada sterilisasi alat disesuaikan dengan SPO seperti dekontaminasi alat dll
Resiko yang terjadi kalau tidak steril bisa memindahkan penyakit kepetugas dan
pasien lainnya. Untuk itu semua peralatan pasien harus disterilkan guna mencegah
resiko penularan infeksi.
F. Pada pengolahan makanan di instalasi gizi bahan makanan yang akan dimasak
harus di cuci dengan bersih pada air mengalir sesuai dengan SPO, guna
menghindari terjadinya kontaminasi pada makanan yang disebabkan pencucian
bahan makanan yang kurang bersih
Pada pengolahan makanan dan pendistribusian makanan para petugas harus
menggunakan APD seperti masker sarung tangan, apron, topi sesuai dengan SPO
guna menghindari masuknya rambut atau hal lainnya sehingga merusak mutu
makanan.
Pada pencucian alat makan sisa makanan harus dibuang ketempat yang terpisah
(tempat sampah yang telah diberi kantong plastik hitam). Dari tempat penyabunan, lalu
bilas dengan air mengalir serta direndam dengan air hangat sesuai dengan SPO guna
meghindari penularan penyakit infeksi melalui peralatan makan
Pada pengontrolan mesin seperti blender harus dibersihkan dengan sabun dan
dibilas dengan air mengalir agar tidak ada sisa makanan yang menempel pada dinding
dan pisau blender. Guna menghindarikontaminasi pada makanan, exhaust fan harus
dibersihkan 1 minggu sekali dan dilakukan kalibrasi 3 bulan sekali sesuai dengan SPO
guna menghindari debu yang menempel pada exhaust fan.

PENILAIAN
Selama tahun 2015, resiko yang terjadi :
1. Pada pemberian cairan infus/ pemberian obat IV, terdapat angka totalitas 6,3%
di ruang Perawatan.
Kemungkinan ini terjadi karena :
- Pemberian cairan infus/pemberian obat IV tidak sesuai SPO.
- Obat yang diberikan terlalu pekat.
- Pasien gelisah, menyebabkan posisi jarum infus berubah.
2. Pada penangan limbah benda tajam, resiko yang terjadi (-), baik pada
pengunjung, pasien, petugas dan staf.
3. Pada penangan limbah padat infeksius, resiko yang terjadi (-), baik pada
pengunjung, pasien, petugas dan staf.
4. Pada penangan limbah cair, resiko yang terjadi (-), baik pada pengunjung,
pasien, petugas dan staf.
5. Pada penangan linen, resiko yang terjadi (-), baik pada pengunjung, pasien,
petugas dan staf.
6. Pada sterilisasi, resiko yang terjadi (-), baik pada pengunjung, pasien, petugas
dan staf.
7. Pada penangan makanan dan minuman, resiko yang terjadi (-), baik pada
pengunjung, pasien, petugas dan staf.

ANALISA
-. Untuk menurunkan resiko pada setiap kegiatan/ harus sesuai SPO
-. Edukasi pada pasien, pengunjung dan petugas untuk membuang sampah
pada tempatnya sesuai jenis sampah.
IDENTIFIKASI RISIKO PADA PPI 7.1 s/d PPI 7.5

PPI STANDAR IDENTIFIKASI RISIKO ANALISA


RISIKO
7.1 Sterilisasi alkes laundry & Sterilisasi in adekuat RCA
linen manajemen laundry dan
linen in adekuat
7.1.1 Alkes kadaluarsa single use- Pengelolaan alat RCA
re use kadaluarsa adekuat single
use- re use in adekuat
7.2 Sampah infeksius & cairan Pengelolah sampah RCA
tubuh infeksius & cairan tubuh
in adekuat
7.2 Darah & komponen darah Pengelolah darah & RCA
komponen darah in
adekuat
Kamar mayat & post mortem Pengelolah kamar mayat RCA
& post mortem in
adekuat
7.3 Benda tajam & jarum Pembuangan benda tajam RCA
& jarum in adekuat

7.4 Dapur & makanan Kekurangan dalam RCA


pengelolaan dapur &
makanan
Pengontrolan mesin Kekurangan dalam RCA
pengontrolan mesin

7.5 Dampak renovasi Kekurangan dalam Risk grading


pembangunan pengelolaan dampak
renovasi pembangunan
Kajian Risiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

NO Issue Dampak Probabilitas Skor Rangking PIC


risiko Resiko
infeksi
Device Related 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Infeksi
1. BSI
2. VAP
3. ISK
dst

Formulir infeksi Control Risk Assessment (ICRA)

N JENIS S PRIO TUJUAN TUJUAN STRATEGI EV PROG


0 KELOM K RITA UMUM KHUSUS AL RES
POK O S UAS ANALI
RESIKO R I SIS
Strategi Penurunan Risiko Pada PPI 7.1 s/d PPI 7.5

PPI STANDAR RISK POIN KELOLA RESIKO


7.1 Sterilisasi alkes linen & Rendah Susun kebijakan &
loundry prosedur
Lakukan training staf
dll
7.1.1 Alkes kadaluarsa single Sedang Susun kebijakan &
re use-re use Prosedur
Lakukan training staf
dll
7.2 Sampah infeksius & Sedang Susun kebijakan &
cairan tubuh Darah & Prosedur
komponen darah Lakukan training staf
dll
7.2 Kamar mayat Rendah Susun kebijakan &
Prosedur
Lakukan training staf
dll
7.3 Benda tajam & jarum Sedang Susun kebijakan &
Prosedur
Lakukan training staf
dll
7.4 Dapur & makanan, Rendah Susun kebijakan &
pengontrolan mesin Prosedur
Lakukan training staf
dll

Keterangan :
 Sangat Tinggi : Risiko ekstrem, dilakukan paling lama 45 hari, membutuhkan
tindakan segera, perhatian sampai ke Kepala RS
Tinggi : Risiko tinggi, dilakukan paling lama 45 hari, kaji dengan detail & perlu
tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen perlu penanganan
segera
Sedang : Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu,
manajer/ pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya & kelola
risiko
Rendah : Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu

Anda mungkin juga menyukai