Anda di halaman 1dari 42

PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

A. PENDAHULUAN
Pengendalian lingkungan rumah sakit merupakan salah satu aspek dalam
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Lingkungan
rumah sakit jarang menimbulkan transmisi penyakit infeksi nosokomial,
namun pada pasien-pasien yang immunocompromise harus lebih diwaspadai
dan perhatian karena dapat menimbulkan beberapa penyakit infeksi lainnya,
seperti : infeksi saluran pernapasan Aspergillus, Legionella, Mycobacterium
TB, Varicella Zoster, Virus Hepatitis B, HIV.
Berbagai hal perlu diperhatikan dalam pengendalian lingkungan rumah
sakit, seperti : ruang bangunan, penghawaan, kebersihan, saluran limbah dan
lain sebagainya.
Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan
dengan melakukan pembersihan lingkungan, desinfeksi permukaan
lingkungan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien,
melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat, mempertahankan
mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.
Pembersihan lingkungan adalah proses membuang semua atau sebagian
besar patogen dari permukaan dan benda yang terkontaminasi.
Pembersihan permukaan di lingkungan pasien sangat penting karena agen
infeksius yang dapat menyebabkan ISPA dapat bertahan di lingkungan
selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Pembersihan dapat
dilakukan dengan air dan detergen netral.

B. TUJUAN
Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit adalah untuk menciptakan
lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat mencegah
terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit sehingga infeksi
nosokomial dan kecelakaan kerja dapat dicegah.
DESINFEKSI
Desinfektan standar rumah sakit, yang dibuat dengan larutan yang
dianjurkan dan digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik dapat mengurangi
tingkat kontaminasi permukaan lingkungan. Pembersihan harus dilakukan
sebelum proses desinfeksi.
Hanya perlengkapan dan permukaan yang pernah bersentuhan dengan kulit
atau mukosa pasien atau sudah sering disentuh oleh petugas kesehatan yang
memerlukan desinfeksi setelah dibersihkan. Jenis desinfektan yang
digunakan di rumah sakit tergantung pada ketersediaannya dan peraturan
yang berlaku.
Sebagian desinfektan yang cocok untuk keperluan ini adalah:
1. Sodium Hipoklorit – digunakan pada permukaan atau peralatan bukan
logam;
2. Alkohol – digunakan pada permukaan yang lebih kecil;
3. Senyawa Fenol;
4. Senyawa Amonium Quaterner; dan/atau
5. Senyawa Peroksigen.

C. PRINSIP DASAR PEMBERSIHAN LINGKUNGAN


1. Semua permukaan horizontal di tempat di mana pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat
kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah
keluar dan sebelum pasien baru masuk.
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan, atau peralatan lainnya
pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan tersebut harus
dibersihkan dan didesinfeksi di antara pasien-pasien yang berbeda.
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum digunakan.
Membersihkan debu dengan kain kering atau dengan sapu dapat
menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.

134
4. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala sesuai dengan
peraturan setempat.
5. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan setelah
digunakan.
6. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan dikeringkan
setelah digunakan dan sebelum disimpan.
7. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan
menyeluruh setiap hari.
8. Meja pemeriksaan dan peralatan di sekitarnya yang telah digunakan
pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan desinfektan
segera setelah digunakan.
APD UNTUK PEMBERSIHAN LINGKUNGAN
Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan banyak pekerja,
dan di lingkungan tertentu risiko terpajan benda-benda tajam sangat tinggi.
Petugas kesehatan harus mengenakan:
1. Sarung tangan karet (rumah tangga);
2. Gaun pelindung dan celemek karet; dan
3. Sepatu yang rapat dan kuat, seperti sepatu bot.
PEMBERSIHAN TUMPAHAN DAN PERCIKAN
Saat membersihkan tumpahan atau percikan cairan tubuh atau sekresi,
petugas kesehatan harus mengenakan APD yang memadai, termasuk sarung
tangan karet dan gaun pelindung.
TAHAP-TAHAP PEMBERSIHAN TUMPAHAN ADALAH:
1. Pasang gaun pelindung, celemek, dan sarung tangan karet;
2. Bersihkan bagian permukaan yang terkena tumpahan tersebut dengan air
dan detergen menggunakan kain pembersih sekali pakai;
3. Buang kain pembersih ke wadah limbah tahan bocor yang sesuai;

135
4. Lakukan desinfeksi pada bagian permukaan yang terkena tumpahan.
(Catatan: sodium hipoklorit dapat digunakan untuk desinfeksi, dengan
konsentrasi yang dianjurkan berkisar dari 0,05% sampai 0,5%);
5. Lepas sarung tangan karet dan celemek dan tempatkan perlengkapan
tersebut ke wadah yang sesuai untuk pembersihan dan desinfeksi lebih
lanjut;
6. Tempatkan gaun pelindung dan masukkan ke wadah yang sesuai;
7. Bersihkan tangan.
HAL-HAL PENTING MENGENAI PEMBERSIHAN DAN
DESINFEKSI
1. Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan dengan
teratur.
2. Pembersihan harus menggunakan teknik yang benar untuk menghindari
aerosolisasi debu
3. Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit / mukosa pasien dan
permukaan yang sering disentuh oleh petugas kesehatan yang
memerlukan desinfeksi setelah dibersihkan.
4. Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakukan
pembersihan dan diinfeksi peralatan pernapasan dan harus
membersihkan tangan setelah APD dilepas.

D. ASPEK–ASPEK PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


1. KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH SAKIT
a. Dinding;
Permukaan dinding dibuat harus kuat, rata dan kedap air sehingga
mudah dibersihkan secara periodik dengan jadwal yang tetap 3-6
bulan sekali. Cat dinding berwarna terang
b. Langit-langit;
Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan,
tingginya minimal 2.70 meter dari lantai, kerangka langit-langit
harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.

136
c. Lantai;
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air, tidak
licin, warna terang, permukaan rata, tidak bergelombang sehingga
mudah dibersihkan secara rutin 3 kali sehari atau kalau perlu. Lantai
yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantai
dengan dinding harus berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.
d. Atap;
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
e. Pintu;
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
f. Jaringan Instalasi;
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lainnya
harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman dan
nyaman, mudah dibersihkan dari tumpukan debu. Pemasangan pipa
air minum tidak boleh bersilang dengan pipa air limbah dan tidak
boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
g. Furniture;
Dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur pasien
gunakan cairan desinfektan, Tidak menggunakan bahan yang dapat
menyerap debu, sebaiknya bahan yang mudah dibersihkan dari debu
maupun darah atau cairan tubuh lainnya.
h. Fixture dan & Fitting;
Peralatan yang menetap di dinding hendaknya di desain sedemikian
rupa sehingga mudah dibersihkan.

137
i. Gorden.
Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak bergelombang,
warna terang, Dicuci secara periodik 1-3 bulan sekali dan tidak
menyentuh lantai.
j. Desain Ruangan
Sedapat mungkin diciptakan dengan memfasilitasi kewaspadaan
standar.
• Alkohol handrub perlu disediakan di tempat yang mudah diraih
saat tangan tidak tampak kotor.
• Wastafel perlu diadakan 1 buah tiap 6 tempat tidur pasien,
sedang di ruang high care 1 wastafel tiap 1 tempat tidur.
• Jarak antar tempat tidur diupayakan cukup agar perawat tidak
menyentuh 2 tempat tidur dalam waktu yang sama, bila
mungkin/ideal 2,5m. Penurunan jarak antar tempat tidur menjadi
1,9m menyebabkan peningkatan transfer MRSA 3,15 kali.
Permukaan sekitar :
- RS merupakan tempat yang mutlak harus bersih. Lingkungan
jarang merupakan sumber infeksi. Masih kontradiksi tentang
desinfeksi ruangan rutin ? Tidak ada perbedaan HAIs yang
bermakna antara ruangan dibersihkan dengan desinfektan dan
detergen (WA Rutala, 2001).
- Desinfeksi rutin dapat menyebabkan bakteri resisten (QAV),
toleransi meningkat (formaldehid), membunuh bakteri yang
sensitif, mempengaruhi penampilan limbah yang ditangani,
membentuk komponen organik halogen (Na hipoklorin),
mengkontaminasi permukaan air, membentuk bahan mutagenik.
Mencegah Terjadinya Infeksi Akibat Lingkungan, Diminimalkan
dengan :
• Melakukan pembersihan dan desinfeksi dengan pembersih dan
desinfektan yang tepat.
• Melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat;

138
• Mempertahankan mutu air bersih;
• Mempertahankan ventilasi udara yang baik.
2. LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
a. Udara;
 Pastikan bahwa ada struktur sistem ventilasi;
 Monitor sistem ventilasi :
- Pastikan bahwa heating, ventilasi, air conditioning (HVAC)
filter, pemasangan dan pemeliharaan tepat untuk mencegah
kebocoran udara dan debu berlebihan.
- Monitor area yang memerlukan ventilasi khusus seperti
ruang operasi, (filtrasi dan perbedaan tekanan).
- Rencanakan dan implementasikan jadwal monitoring HVAC,
perbedaan tekanan, filtrasi.
- Dokumentasikan parameternya, khususnya perbedaan
tekanan.
- Kontrol sistem HVAC dan monitor untuk memastikan
pembersihan uap lembab adekuat.
 Incorporate steam humidifier, jika memungkinkan untuk
mengurangi mikroba proliferasi ke dalam sistem dan hindari
penggunaan cool-mist humidifier.
 Pastikan bahwa pengambilan udara dan pembuangan gas keluar
ditempatkan dengan tepat pada konstruksi :
- Lokasi exhaust outlets > 25 ft dari air-intake system;
- Lokasi outdoor air-intakes > 6 ft di atas tanah atau 3 ft di atas
roof level;
- Lokasi exhaust outlets dari are kontaminasi di atas roof level
untuk mencegah recirculation.
 Maintain mengambilan udara dan periksa filter secara periodik
untuk pengoperasian yang tepat.

139
 Bag dust-filled segera dibersihkan untuk mencegah dispersi debu
dan jamur spora sepanjang transport di dalam fasilitas seal atau
tutup bag kontainer pembuangan filter.
 Bersihkan bird roots dan nests dekat pengambilan udara untuk
mencegah mites dan jamur spora dari sistem masuknya ventilasi.
 Cegah terjadinya akumulasi debu dengan membersihkan saluran
udara saat kamar tidak ditempati pasien.
 Ukur output secara periodik untuk memonitor fungsi sistem,
bersihkan saluran ventilasi sebagai bagian rutin dari
pemeliharaan HVAC untuk memastikan penampilan yang
optimal.
 Gunakan portable HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter
rate 300 – 800 ft3/min.
- Pilih portable HEPA filter yang dapat recirculate semua
ruangan dengan pertukaran udara > 12 kali.
- Tempatkan portable HEPA filter sedemikian rupa.
- Kondisikan portable HEPA filter dengan/sesuai anjuran ahli
teknik untuk memastikan bahwa semua udara ruangan dapat
di filtrasi.
- Pastikan bahwa udara segar yang diperlukan untuk area
terpenuhi.
 Ikuti prosedur yang tepat pada area yang digunakan dengan
through the wall ventilation unit.
- Jangan digunakan seperti area sebagai PE room.
- Jangan gunakan ruangan dengan through the wall ventilation
unit sebagai ruangan AJI room.
 Seal jendela dalam gedung dengan sistem sentral HVAC,
termasuk PE area.
 Keep emergency door dan exits dari PE room tertutup, kecuali
kondisi darurat dan ada tanda alarm.

140
 Jangan shut down HVAC system di area pasien kecuali saat
pemeliharaan, perbaikan, testing.
 HVAC system di perkantoran, administrasi boleh ditutup untuk
hemat energy tapi dengan tidak terjadi gangguan di area
perawatan.
 Bila memungkinkan hindari inactiviting atau shut down HVAC
system.
 Bila memungkinkan buat backup untuk sistem ventilasi.
 Tidak ada rekomendasi pemeriksaan rutin mikrobiologi udara
sebelum, selama, setelah bangunan.
 Tidak ada rekomendasi tekanan negatif atau isolasi pasien
dengan Pneumocystis. Implementasikan pengendalian infeksi
lingkungan dan tindakan ventilasi untuk ruang operasi.
 Pertahankan tekanan positif.
 Pertahankan > 15 ACH.
 Filter all recirculated and fresh air through filter, providing 90%.
 Udara segar dari ceiling dan exhaust dekat lantai.
 Tidak menggunakan UV lights untuk mencegah infeksi luka
operasi.
 Senantiasa menutup pintu ruang operasi kecuali untuk arus
keluar masuk petugas, peralatan, pasien.
 Batasi personil yang masuk, hanya petugas ruang operasi.
 Ikuti petunjuk prosedur untuk pasien TB yang memerlukan
operasi emergency.
- Gunakan Masker N-95.
- Intubasi pasien di AJI room atau ruang operasi.
 Gunakan HEPA filter sementara untuk suplai udara bersih
selama intubasi untuk pasien TB yang memerlukan operasi.
- Posisi alat sedemikian rupa sehingga udara lewat melalui
filter.

141
- Matikan portable unit sepanjang operasi.
 Jika memungkinkan jadwal operasi pasien TB sebagai kasus
operasi terakhir.
SISTEM VENTILASI
Mikroorganisme yang ada di udara merupakan salah satu sumber
infeksi nosokomial, termasuk juga mesin pendingin (AC), misalnya :
Mycobacterium tuberculosis, aspergilus spp, virus measle, dan
varicella. Tipe sistem ini yang dibutuhkan tergantung dari keadaan
pasien yang dirawat dan kualitas udara di sekitarnya.
Penanganan dan perawatan mesin pendingin dilakukan minimal 1
kali setiap bulan dan kultur swab di ruangan OK dan ICU minimal 6
bulan sekali, kecuali bila diperlukan.
RUANG RAWAT INTENSIF / INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
Faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial terutama pasien,
sumber daya manusia, lingkungan dan prosedur penanganan pasien.
Walaupun pengaruh ventilasi di ICU sulit dievaluasi, kebanyakan
institusi menerapkan sistem ventilasi, paling tidak menggunakan
AC.
Tidak ada standar untuk sistem ventilasi di ICU, tetapi untuk
sirkulasi udara dan pengadaan 100% udara segar ke dalam ruangan
memakan banyak biaya karena harus menggunakan filter HEPA
(high-efficiency particulate air).
Meskipun 100% udara segar ke dalam ruangan memakan banyak
biaya, demikian juga dengan resirkulasi udara, karena itu digunakan
filter HEPA.
Filter HEPA adalah suatu filter yang dapat menghambat 99,97%
partikel dioktil phtalat yang dihembuskan dengan cara erosol
berdiameter 0,3 m, penggantian udara minimal 6 kali dalam satu
jam juga menjamin udara segar dari partikel.

142
RUANG ISOLASI
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit
yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari
pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan
mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan
mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan.
Ruang isolasi adalah tempat yang mampu merawat pasien yang
memerlukan preawatan isolasi mulai pemeriksaan awal sampai
perawatan lanjutan dan terintegrasi semua aspek pelayanan dalam
satu tempat (satu pintu) serta mampu menciptakan lingkungan yang
aman dari kontaminasi bagi seluruh komponen
Ruang isolasi adalah suatu ruangan perawatan yang mampu
merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus
penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Pada
umumnya, ruang isolasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekanan
udara negatif (Negative Pressure) dimana tekanan udara di ruang
isolasi negatif terhadap area di sekitarnya untuk mencegah penyakit-
penyakit yang mudah mengkontaminasi seperti, tuberculosis, cacar
air (varicella), herpes zoster, dan measles (rubella), sedangkan
pasien yang memiliki sistem imun yang lemah seperti pada pasien
HIV dan pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang
belakang (Bone Marrow Transplant) menggunakan ruang isolasi
dengan tekanan udara positif (Positive Pressure) dimana tekanan
udara di ruang isolasi positif terhadap area sekitarnya untuk
melindungi pasien dari kontaminasi luar.
Ruang isolasi adalah adalah ruang di rumah sakit yang khusus
menjaga pasien dengan kondisi medis tertentu yang terpisah dari
pasien lain saat mereka menerima perawatan medis (Sabra L. Katz-
Wise, 2006).
Ruang isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien
dengan penyakit risiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti

143
penyakit-penyakit infeksi antara lain HIV/AIDS, SARS, Flu Burung,
Flu Babi, dan lain-lain (Depkes RI).

Gambar VIII – 1 : Ruang Isolasi Menggunakan Exhaust Fan

Syarat-syarat ruang isolasi !


• Pencahayaan
Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004,
intensitas cahaya untuk ruang isolasi adalah 0,1 ± 0,5 lux dengan
warna cahaya biru. Selain itu ruang isolasi harus mendapat
paparan sinar matahari yang cukup.
• Pengaturan Sirkulasi Udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya
menggunakan prinsip tekanan, yaitu tekanan bergerak dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Berdasarkan Tekanannya Ruang Isolasi Dibedakan Atas :
1. Ruang Isolasi Bertekanan Negatif 
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang
isolasi lebih rendah dibandingkan udara luar. Hal ini
mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruangan

144
isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari
ruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan
untuk penyakit- penyakit menular khususnya yang menular
melalui udara sehingga kuman-kuman penyakit tidak akan
mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan udara
atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi dengan HEPA.

Gambar VIII – 2.a


Ruang Isolasi Bertekanan Negatif

2. Ruang Isolasi Bertekanan Positif


Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang
isolasi lebih tinggi dibandingkan udara luar sehingga
mennyebabkan terjadi perpindahan udara dari dalam ke luar
ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar
yang masuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak
terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasi bertekanan positif
ini digunakan untuk penyakit-penyakit immunodeficiency seperti
HIV AIDS atau pasien-pasien transplantasi sumsum tulang.
Untuk memperoleh udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan
tekanan positif di ruang isolasi digunakan udara luar yang
sebelumnya telah disterilisasi terlebih dahulu.

145
Gambar VIII – 2.b :
Ruang Isolasi Bertekanan Positif
Syarat Ruang Isolasi Bertekanan Negatif sebagai berikut :
1. Kualitas ventilasi merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan risiko pajanan di ruang isolasi.
2. Sistem ventilasi dengan tekanan negatif diperlukan untuk pasien
yang terinfeksi virus, tuberkulosis, virus measles dan varicella.
3. Tekanan negatif diciptakan dengan menggunakan Exhaust
Exceeding Supplay sekitar 15% atau 50 feet 3/min udara dari
ruangan langsung dialirkan ke luar.
4. Resirkulasi boleh dilakukan, tetapi perlu HEPA filter sebelum
masuk kembali ke ruangan.
5. Pertukaran udara paling sedikit 6 – 12 kali dalam satu jam
mengganti udara yang menjamin udara bersih dari partikel.
6. Ruangan harus memenuhi persayaratan ACH  12, karena 12
ACH dapat membantu mencegah penularan patogen infeksius
melalui droplet nuklei.
7. Penggunaan sinar ultraviolet merupakan pilihan tambahan untuk
mengurangi konsentrasi bakteri di udara. Sinar ultra violet harus
diarahkan ke dinding supaya tidak terkena mata petugas
kesehatan, misalnya 2 meter dari lantai.

146
Penggunaan Exhaust Fan di Ruang Isolasi
Tujuan utama penggunaan exhaust fan (dengan uji-coba dan
perencanaan yang memadai) dapat membantu meningkatkan tingkat
ACH sampai tingkat yang diharapkan dan menghasilkan tekanan
negatif di kamar tersebut. Kipas ini harus dipasang di dinding luar
tempat udara kamar dapat dibuang langsung ke lingkungan luar yang
tidak dilalui orang. Ukuran dan jumlah exhaust fan yang diperlukan
tergantung pada ACH yang diharapkan, yang harus diukur dan diuji-
coba sebelum digunakan.
Perancangan dan perencanaan yang teliti, exhaust fan dalam jumlah
yang memadai diperlukan untuk mendapatkan hasil seperti tabel di
bawah ini :
Pintu dan Jendela yang
Pintu yang
Exhaust Menghubungkan Kamar
Menghubungkan ACH
Fan dengan Balkon dan Udara
Kamar dengan Koridor
Luar
Mati Tertutup Tertutup 0,71
Mati Tertutup Terbuka 14,0
Mati Terbuka Terbuka 12,6
Hidup Tertutup Tertutup 8,8 –
18,5
Hidup Tertutup Terbuka 14,6
Hidup Terbuka Terbuka 29,2

Tabel VIII – 1
Tingkat Ventilas (ACH) di Kamar Berventilasi Alami yang Tercatat dalam
Sebuah Eksperiman di Cina, DAK Hongkong, dalam Kondisi Eksperimen
yang Berbeda.

CONTOH PENGHITUNGAN PERTUKARAN UDARA


Jendela dibuka tinggi 0,5 m; lebar 0,5 m
Luas jendela 0,5 x 0,5 = 0,25 m2
Perkiraan kecepatan udara lewat jendela = 0,5 m/detik
Dimensi ruangan = 3 m lebar, 5 m isi, 3 m tinggi
Volulme ruangan = 3 m x 5 m x 3 m = 45 m3

147
Perkiraan laju pertukaran udara = luas jendela x perkiraan kecepatan udara
lewat jendela.
= 0,25 m2 x 0,5 m / detik x 3600 detik jam
= 450 m2 / jam
Laju pertukaran udara = perkiraan laju pertukaran udara / volume
ruangan
= 450 m2 / jam dibagi 45 m2
= 10 ACH

Kebutuhan fan
pertukaran udara per jam
ACH =
volume ruangan

Misalnya volume ruangan = 192.000 m3


Udara yg dibutuhkan untuk mencapai 12 ACH = 2.300.000 m3
Jumlah fans untuk 2000 m3/menit adalah :

2.300.000
=19 fans
2000 x 60

• Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama
dengan pengelolaan limbah medis infeksius, yang umumnya
terdiri dari penimbunan, penampungan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan.
Universal Precaution yang Diterapkan di Ruang Isolasi !
Secara garis besar, standard kewaspadaan universal di ruang isolasi
antara lain :
- Cuci tangan;
- Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh
dan membran mukosa;
- Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh
mungkin memercik; 

148
- Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air; 
- Tangani jarum dan benda tajam dengan aman;
- Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan
tahan air; 
- Proses instrumen dengan benar; 
- Lakukan pengelolaan limbah dengan benar; 
- Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan
dengan seksama;
- Buang sampah terkontaminasi dengan aman;
- Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi
dalam kondisi steril dan siap pakai dengan cara dekontaminasi,
pencucian alat, dan desinfeksi dan sterilisasi.
Penerapan Universal Precaution meliputi :
 Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
Penggunaan APD berfungsi untuk melindungi kulit dan selaput
lendir petugas maupun pengunjung dari risiko pajanan darah,
cairan tubuh, sekret, ekskreta kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir pasien.
Langkah-langkah Penggunaan APD :
1. Persiapkan Sarana
- Baju operasi yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai
ukuran badan, sepatu boot karet yang bersih, rapih (tidak
robek) dan sesuai ukuran kaki;
- Sarung tangan DTT (desinfeksi tingkat tinggi)/steril
ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih ukuran
tangan;
- Sebuah gaun luar dan apron DTT serta penutup kepala
yang bersih;
- Masker N95 dan alat pelindung mata;
- Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang-
barang pribadi.

149
2.  Langkah Awal Saat Masuk ke ruang Perawatan Isolasi
(Masuk ke Ruang Bersih Luar)
- Lepaskan cincin, jam/gelang (jika ada) dari tangan;
- Lepaskan pakian luar (termasuk pakain dalam, jika
memungkinkan);
- Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
pelindung;
- Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan
barang-barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci
yang telah disediakan, kunci dengan hati-hati, ambil anak
kunci dan simpan dalam saku pakian operasi yang telah
dikenakan tersebut.
3.  Mencuci Tangan
- Lakukan cuci tangan efektif 40-60 detik;
4.  Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan
tangan;
5.  Kenakan gaun luar/jas operasi;
6.  Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan;
7.  Kenakan masker N95;
8.  Kenakan masker bedah;
9.  Kenakan celemek plastik/apron;
10.  Kenakan penutup kepala;
11.  Kenakan alat pelindung mata (goggles/kacamata);
12.  Kenakan sepatu boot karet
 Penanganan Linen
 Linen bekas pakai dimasukkan dalam kantong, diikat dan
diberi label;
 Pakain pasien diusahakan menggunakan pakaian RS (baju
bedah);
 Mengumpulkan dan membawa linen kotor, lakukan dengan
kontak minimal;

150
 Anggap semua linen yang telah dipakai sebagai linen
infeksius;
 Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong
plastik. 
 Pemulasaran Jenazah
 Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan
perundangan yang berlaku dilakukan di ruang isolasi;
 Perlakuan terhadap jenasah: luruskan tubuh,tutup mata,
telinga dan mulut dengan kapas/plester kedap air, lepaskan
alat kesehatan yang dipasang, setiap luka diplester dengan
rapat;
 Jika diperlukan pemandian jenasah air pencuci di beri
desinfektan (pertahankan universal pracaution);
 Jenasah setelah di kafan dibungkus dengan bahan plastik tak
tembus air;
 Jenasah yang sudah dibungkus tak boleh di buka lagi;
 Peti jenasah dilakukan desinfeksi lalu digembok; 
 Jenasah diangkut mobil jenasah lewat jalur khusus.
 Penatalaksanaan Ruang Rawat
 Lakukan pembersihan dengan menggunakan larutan chlorin
0,5 % seluruh permukaan ruangan sebelum pergantian
pasien;
 Pembersihan dilakukan dengan menggunakan APD lengkap;
 Semua peralatan yang ada di dalam ruangan juga dilakukan
pembersihan dengan larutan chlorin;
 Peralatan untuk pasien tidak dipindahkan dari satu ruang ke
ruang lain.

 Penatalaksanaan Ambulance

151
 Ambulan pembawa pasien dilakukan pembersihan dengan
semprotan air desinfektan secara otomatis dengan menekan
tombol (ambulance bagian luar);
 Bagian dalam dibersihkan dengan semprotan larutan chlorin
0,5 %;
 Petugas ambulance dan petugas pengantar wajib melakukan
dekontaminasi individu sesuai alur dan protap.
Universal precaution yang dilakukan di ruang isolasi dapat dibagi
menurut jenis isolasinya, yaitu :
1. Strict Isolation
 Untuk wabah dipteri, pneumonia, varicella;
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran kuman lewat udara;
 Universal Precaution-nya meliputi :
 Perlu ruangan khusus, pintu harus dalam keadaan
tertutup;
 Setiap orang yang memasuki ruangan harus
menggunakan gaun, cap dan sepatu yang
direkomendasikan;
 Harus menggunakan masker;
 Harus menggunakan sarung tangan;
 Perlu cuci tangan setiap kontak;
 Menggunakan disposal.
2. Contact Isolation
 Untuk infeksi pernapasan akut, influensa pada anak-anak,
infeksi kulit, herpessimplex, rubela scabies;
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi dengan
membatasi kontak; 
 Universal Precaution nya meliputi :
 Perlu ruangan khusus;
 Harus menggunakan gaun jika ada cairan;

152
 Harus menggunakan masker jika kontak dengan klien;
 Memakai sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan
infeksius;
 Perlu cuci tangan setiap kontak;
 Menggunakan disposal.
3. Respiratory Isolation
 Untuk epiglotis, meningitis, pertusis, pneumonia dll
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi oleh tisu dan
droplet pernapasan karena batuk, bersin, inhalasi
 Universal Precaution nya meliputi :
 Perlu ruangan khusus;
 Tidak perlu gaun;
 Harus memakai masker;
 Perlu menggunakan sarung tangan;
 Perlu cuci tangan setiap kontak;
 Menggunakan disposal.
4. Tuberculosis Isolation
 Untuk TBC;
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran acid fast bacilli;
 Universal Precaution nya meliputi :
 Perlu ruangan khusus dengan tekanan negatif;
 Perlu menggunakan gaun jika pakaian terkontaminasi;
 Harus memakai masker;
 Tidak perlu menggunakan sarung tangan;
 Perlu cuci tangan setiap kontak;
 Bersihkan disposal dan desinfektan meskipun jarang
menyebabkan perpindahan penyakit.
Selain menurut jenis isolasinya, universal precaution di ruang isolasi
juga dibagi menurut hal yang patut diwaspadai, antara lain :
1. Enteric Precautions

153
 Untuk gastroenteritis, demam tipoid, kolera, diare dengan
penyebab infeksius,encepalitis, meningitis;
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui
kontak langsung atau tidak langsung dengan feces;
 Universal Precaution nya meliputi :
 Perlu ruangan khusus jika kebersihan klien buruk;
 Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi;
 Tidak perlu masker;
 Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan
infeksius;
 Perlu cuci tangan setiap kontak;
 Menggunakan disposal.
2. Drainage/Secretion Precautions
 Untuk drainasi lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit,
luka dekubitus,konjungtivis
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi, membatasi
kontak langsung maupun tidak langsung dengan material
tubuh;
 Universal Precaution nya meliputi :
 Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien
buruk; 
 Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi;
 Tidak perlu masker;
 Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan
infeksius;
 Perlu cuci tangan setiap kontak;
 Menggunakan disposal.
3. Blood and Body Fluid Precautions
 Untuk hepatitis b, sipilis, AIDS, malaria;

154
 Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi, membatasi
kontak langsung maupun tidak langsung dengan cairan tubuh
 Universal Precaution nya meliputi :
 Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien
buruk’
 Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi’
 Tidak perlu masker’
 Perlu sarung tangan jiak menyentuh darah dan cairan
tubuh’
 Perlu cuci tangan setiap kontak’
 Menggunakan disposal.
4. Disease-Specific Isolaton Precautions
Untuk pencegahan penyakit specifik, contoh tuberkulosis paru;
 Kamar khusus;
 Gunakan masker;
 Tidak perlu sarung tangan;
PERAN PERAWAT YANG DAPAT DITERAPKAN DI
RUANG ISOLASI?
Perawat di ruang isolasi berperan dalam pencegahan infeksi
nosokomial (baik dari pasien ke petugas maupun dari pasien ke
pasien lainnya) dan infeksi oportunistik (khususnya pada pasien
HIV/AIDS itu sendiri) dengan penerapan universal precaution
melalui :
1. Administrative Controls
 Pendidikan
Mengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan
pencegahan kepada pasien, petugas, dan pengunjung rumah
sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab
dalam menjalankannya.

155
 Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan
pencegahan)
Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan
pencegahan dan adanya perbaikan langsung.
2. Standard Precautions
Standard Precaution yang diterapkan meliputi :
 Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah
berhubungan dengan pasienatau setelah membuka sarung
tangan.
 Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan
tubuh.
 Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan
cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat
menangani peralatan habis pakai.
 Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada
percikan cairan tubuh.
 Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara
aman;
 Bersihkan dan desinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan
bahan yang cocok.
 Patuhi standar untuk desinfeksi dan sterilisasi alat medis.
 Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh
sesuai prosedur.
 Buang limbah sesuai prosedur. Pemisahan limbah sesuai
jenisnya diawali sejak limbah tersebut dihasilkan
 Limbah padat terkontaminasi dengan darah atau cairan
tubuh dibuang ke tempat sampah kantong plastik kuning;
 Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah atau
cairan tubuh dibuang ke tempat sampah kantong plastik
hitam;

156
 Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer
yang berwarna kuning tahan tusuk dan tahan air .
 Kesehatan karyawan dan darah yang terinfeksi bakteri
patogen
Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:
 Berhati-hati saat menangani alat kesehatan dengan
permukaan tajam;
 Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau
mernanipulasinya dengan kedua tangan.
 Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum
 Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke dalam
wadah yang tahan tusuk dan air, dan tempatkan pada area
yang mudah dijangkau.
 Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau peralatan
ventilasi lain sebagai alternatif mulut ke mulut.
RUANG ONGKOLOGI
Pasien transplantasi tulang sum-sum biasanya dirawat dalam
ruangan yang seluruh dindingnya diberi filter HEPA. Ruangan
seperti itu biasanya mendapat pergantian udara 100 kali per jam,
sehingga ruangan nyaman dan tidak bising. Penggunaan ruangan
semacam itu terbatas karena biayanya mahal.
Alternatif adalah menggunakan sistem ventilasi dengan mengganti
udara sebanyak 15 kali per jam dalam ruangan tertutup dan
menggunakan filter HEPA, tekanan positif dan mengalirkan udara
langsung ke koridor keluar. Penyebar udara harus diletakkan pada
langit-langit dan mengarah langsung ke bawah.
RUANG OPERASI
Organisme yang menyebarkan infeksi pada saat operasi biasanya
berasal dari pasien itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi adalah
umur, kondisi luka, teknik bedah, panjangnya sayatan, lamanya
prosedur operasi, keadaan nutrisi pasien, dan penyakit diabetes.

157
Sumber infeksi dari luar pasien biasanya dikontrol dengan penerapan
prosedur yang tepat, seperti cuci tangan, pemakaian masker, sarung
tangan steril, gaun, topi, dan sistem ventilasi yang baik. Desain
ruang operasi harus menjamin terjaganya sterilitas ruang operasi.
Aliran udara harus selalu berasal dari ruangan yang bersih ke
ruangan yang kurang bersih. Sistem ventilasi dan pengatur udara
(AC) harus terjamin dan menciptakan kondisi udara yang nyaman
bagi pasien, dokter, staf.
Masuknya udara melalui diffuser (alat penyebar) pada ruangan, dan
melalui exhaust yang berada di dinding, tepat di atas lantai, udara
keluar, sistem ventilasi harus mencakup persyaratan berikut :
• Temperatur berkisar antara 20 - 24 C;
• Kelembaban udara antara 50 – 60%;
• Tekanan udara dijaga agar tetap positif di bagian dalam dan
negatif di bagian luar;
• Alat yang menunjukkan tekanan udara dalam ruangan, seluruh
dinding, langit-langit maupun lantai benar-benar tertutup agar
tekanan udara tetap terjaga;
• Ada indikator kelembaban dan termometer yang mudah terlihat;
• Ada filter sekunder 2 m atau kurang dengan efisiensi 95%,
diletakkan di dalam sebuah kisi-kisi/lubang masuk; terminal
HEPA filter 0,3 m dengan efisiensi 99,7% untuk hasil sangat
bersih seperti kamar bedah ortopaedi;
• Suplai udara dari langit-langit dan dibuang atau dikembalikan
melalui exhaust yang letaknya 75 mm di atas lantai. Tipe diffuser
sebaiknya tipe satu arah. Hindari langit-langit dengan high
induction atau diffuser pada bagian dinding;
• Minimum udara diganti sebanyak 15 kali per jam untuk sistem
udara bersih 100%, dan 25 kali per jam untuk sistem udara
sirkulasi;
• Kecepatan udara 0,1 – 0,3 m / detik;

158
• Tekanan udara positif pada area di sekitarnya;
• Harus ada jadwal kontrol dan pemeliharaan rutin, dan
dikoordinasikan untuk menjamin dijalankannya standar
perlindungan kesehatan.
Pemeliharaan rutin sangat penting untuk menghindari kesalahan
dalam sistem ventilasi. Akumulasi debu pada filter menyebabkan
udara tidak seimbang, dan menurunkan kemampuan mengeluarkan
udara. Hal ini bisa merubah keseimbangan udara yang negatif
menjadi positif.
Filter, kecepatan udara dan lain-lain harus selalu dipantau secara
rutin. Harus telah disiapkan suatu rencana baku apabila sewaktu-
waktu sistem tidak berfungsi, misalnya disiapkan alat cadangan
portable atau menghentikan sementara kegiatan merawat pasien
sampai sistem berfungsi kembali.
Seluruh pemeliharaan, perbaikan, konstruksi, dan renovasi harus
dikoordinasikan untuk menjamin terlaksananya standar perlindungan
kesehatan untuk pasien maupun personil rumah sakit.
Ruang Operasi sebaiknya terpisah dari lalu lalang aliran udara rumah
sakit. Ruangan harus didesain sedemikian rupa sehingga kondisi dari
pintu masuk hingga ke ruang operasi dan ruang steril kualitasnya
semakin steril. Aliran udara berasal dari ruangan bersih ke ruangan
yang kurang bersih. Masuknya udara melalui diffuser (alat penyebar)
pada ruangan melalui exhaust yang berada di dinding.
b. Permukaan Lingkungan
• Bersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan di area
perawatan;
• Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor;
• Pilih desinfektan yang terdaftar dan gunakan sesuai petunjuk
pabrik;
• Jangan menggunakan high level desinfektan/cairan chemikal
untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan;

159
• Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal;
• Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur
tertentu;
• Bersihkan peralatan medikal non kritikal dengan detergen /
desinfektan;
• Jangan gunakan alkohol untuk desinfeksi permukaan lingkungan
yang luas;
• Gunakan sarung tangan untuk pembersihan / desinfeksi
lingkungan;
• Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding, permukaan meja;
• Gunakan detergen / desinfektan yang terdaftar untuk
pembersihan dan desinfeksi ruangan perawatan pasien;
• Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan non
perawatan seperti perkantoran administrasi;
• Bersihkan dan desinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti
pegangan pintu, bed rails, light switch;
• Bersihkan dinding, blinds dan jendela, tirai di area perawatan
pasien;
• Jangan melakukan desinfeksi fogging di area keperawatan;
• Hindari metode pembersihan permukaaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol
• Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, cloths and
solution
- Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan,
dan gunakan cairan yang baru;
- Ganti mop setiap hari;
- Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan
biarkan kering sebelum dipakai lagi;
• Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan dengan
wet vacum atau mop lantai dan dinding dengan menggunakan

160
pembersih kain pel sekali pakai dan cairan desinfektan ruang
operasi.;
• Jangan gunakan mats di pintu masuk ruang operasi;
• Gunakan metode pembersihan debu yang tepat untuk pasien
yang immonocompromised;
• Tutup pintu pasien immonocompromised saat vavum, waxing or
buffing lantai koridor untuk mencegah kontak debu udara;
• Segera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau
material lain yang potensial infeksi;
• Ikuti prosedur tepat untuk pembersihan dan dekontaminasi
tumpahan darah atau cairan yang terkontaminasi dengan darah;
• Gunakan APD; sarung tangan;
• Jika tumpahan darah banyak, bersihkan dengan material yang
dapat meresap cairan dan buang setelah digunakan, dan beri
label;
• Hapus area dengan kain atau handuk kertas dengan cairan
desinfektan dan biarkan permukaan kering;
• Pakai desinfektan yang terdaftar dengan label;
• Gunakan EPA registered sodium hypochlorite product atau
generic sodium hypochlorite (chlorine bleach);
• Bunga dan tanaman pot tidak dianjurkan di area pelayanan
pasien;
• Perawatan dan pemeliharaan bunga dan tanaman pot kepada
petugas khusus, bukan yang merawat pasien. Namun jika tidak
ada petugas khusus maka petugas memakai sarung tangan dan
cuci tangan setelah melepas sarung tangan;
• Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman pot di
area perawatan;
• Lakukan pest control strategies di dapur, laundry, CSSD,
Loading Dock;
• Pasang screens pada jendela;

161
• Contrac untuk rutin pest control;
• Pakai APD dan Isolation Precaution selama prosedur
pembersihan dan desinfeksi;
• Lakukan pembersihan dan desinfeksi untuk pengendalian
lingkungan yang terkontaminasi sesuai prosedur;
• Berikan perhatian ketat untuk pembersihan dan desinfeksi
permukaan yang sering disentuh di area perawatan seperti bed
rails, carta, charts, bedside commode, pegangan pintu;
• Pastikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk pembersihan
dan desinfeksi;
• Pakai cairan desinfektan yang sesuai;
• Kultur permukaan lingkungan dapat dilakukan bila terjadi KLB;
• Pembersihan dan desinfeksi lingkungan permukaan peralatan
medis secara regular;
• Anjurkan keluarga, pengunjung dan pasien tentang pentingnya
kebersihan tangan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme;
• Jangan menggunakan desinfeksi tingkat tinggi untuk kebersihan
lingkungan;
• Jangan lakukan random pemeriksaan mikrobologi udara, air dan
permukaan lingkungan;
• Bila indikasi lakukan sampling mikrobiologi sebagai investigasi
epidemiologi atau sepanjang pengkajian kondisi lingkungan
berbahaya untuk mendeteksi atau verifiasi adanya bahaya;
• Batasi sampling mikrobiologi untuk maksud jaminan kualitas.
c. Penyehatan Air Bersih (Termasuk Kegunaan Khusus)
Penyediaan Air Bersih
• Penyediaan air di rumah sakit : air bersih, air minum, dan air
untuk kegunaan khusus.
• Air bersih merupakan kebutuhan vital rumah sakit, namun
menjadi media potensial terjadinya penularan penyakit (infeksi
nosokomial) dan mempengaruhi kenyamanan mutu pelayanan.

162
• Adanya kecenderungan rumah sakit tidak menerapkan sistem
penanganan air bersih yang disyaratkan.
• Program pentaatan teknis (technical compliance) penanganan air
bersih perlu diterapkan agar rumah sakit memenuhi peraturan
yang telah ditetapkan.
• Prinsip : Bagaimana air bersih di rumah sakit disediakan dengan
kuantitas yang mencukupi, kualitas yang memenuhi syarat, dan
tersedia setiap saat.
Pengertian
• Air Bersih
Air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat
diminum apabila dimasak (Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990)
• Air Minum
Air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum (Kepmenkes 492/MENKES/SK/IV/2010)
• Air Kegunaan Khusus
Air yang mempunyai mutu air lebih dari mutu untuk keperluan
sehari-hari dan memerlukan proses pengolahan tambahan
(Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia)
Prinsip Dasar Penyehatan Air di Rumah Sakit
• Kualitas
- Memenuhi Permenkes R.I No. 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air à
MENJADI PRIORITAS UTAMA dalam penyediaan air
bersih;
- Memenuhi Kepmenkes 492/MENKES/SK/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.

163
• Kuantitas
Menjamin ketersediaan air agar jumlahnya mencukupi sesuai
kebutuhan;
• Kontinuitas
- Tersedia dan terjangkau setiap saat;
- Prosedur tanggap darurat kontinuitas air.
• Syarat Pemeriksaan Air :
- Dilakukan pemeriksaan air setiap 3 bulan sekali;
- Sampel pemeriksaan air dikirim ke Bapeldalda;
- Pengambilan sampel air dikerjakan sesuai SOP.
• Penanganan Air
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan;
- Batasi kontaminasi air atau sumber lingkungan cairan;
- Bersihkan dan desinfeksi sink dan cuci basin;
- Evaluasi untuk kemungkinan sumber air terkontaminasi;
- Hindari penempatan dekorasi air mancur dan kolam ikan di
area perawatan pasien;
- Pertahankan temperatur air : panas 51 C, dingin 20 C;
- Pertahankan recirculasi tetap panas, air didistribusikan ke
unit perawatan;
- Anjurkan pasien, keluarga, pengunjung dari air kran;
- Jangan memegang es langsung dengan tangan dan cuci
tangan sebelum mengambilnya;
- Gunakan skop ketika mengambil es.
d. Penyehatan Makanan dan Minuman
Yang harus menjadi perhatian dalam penyelengaraan makanan
rumah sakit adalah cita rasa, nilai gizi, higiene dan sanitasi. Higiene
dan sanitasi sangat penting karena banyak penyakit yang ditularkan
melalui makanan.
Upaya Higiene dan Sanitasi :
• Higiene : upaya kesehatan melalui kebersihan individu

164
• Sanitasi : upaya kesehatan melalui kebersihan lingkungan
Sanitasi Makanan adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitik beratkan kegiatannya terhadap kesehatan lingkungan dimana
makanan dan minuman itu berada (food environment).
Mengendalikan variabel terkait yaitu :
• Bahan makanan;
• Penyimpanan bahan makanan;
• Penjamah makanan;
• Tempat pengolahan;
• Peralatan yang memungkinkan timbulnya penyakit atau
gangguan kesehatan.
Prinsip Sanitasi Makanan
1. Kebersihan Peralatan Makanan dan Minuman

Kebersihan Peralatan Makan dan Minum

Pencucian
(Mencegah Timbul Serta Penularan Penyakit)

Air Bersih + Detergent

Cara Pencucian Sesuai Syarat Sanitasi ada 3 (tiga) Bagian Bak


Cuci :
a. Bak I : bak pencuci (wash)
(air hangat 150oF / 65.5ºC + sabun)
b. Bak II : bak pembilasan (rinse)
(air hangat 160 / 71 - 170ºF / 76ºC)
c. Bak III : bak pembilasan terakhir (final rinse)
(air hangat 180 oF / 82ºC)
2. Penyimpanan Bahan Makanan (Sanitasi Gudang)
a. Segi Peraturan (Arrangement)
- Barang yang disimpan mudah diambil dan mudah cara
penyimpanan / pengisiannya;

165
- Ada rotasi/giliran yang baik dan teratur antara barang
yang lama dan barang baru yaitu first in first out (FIFO).
b. Segi Keamanan dan Kebersihan Gudang
- Harus bebas serangga (kecoa, semut) dan tikus;
- Tinggi rak dari permukaan lantai, minimal 30 cm;
- Jarak antara penyimpanan barang yang paling atas
dengan langit-langit, minimal 60 cm;
- Jarak antara penyimpanan barang dari dinding, minimal
15 cm.
Penyimpanan di Gudang Bahan Makanan Kering (Dry
Storage)
- Bahan pangan kering, tepung-tepungan.
- Suhu cukup sejuk 10ºC - 27ºC, udara kering dengan
ventilasi yang baik.
- Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab.
- Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan
tidak bercampur baur.
- Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir,
tepung, ditempatkan dalam wadah penampungan
sehingga tidak mengotori lantai
3. Pengolahan Makanan
a. Tempat Pengolahan (Sanitasi Dapur)
- Air memenuhi syarat air minum, tidak terkontaminasi;
- Pembuangan air kotor memenuhi syarat;
- Pembuangan sampah;
- Tempat sampah yang tertutup;
- Rapat serangga dan tikus;
- Penerangan cukup (min. 200 lux);
- Ventilasi cukup;
- Asap keluar dengan cepat.

166
b. Tenaga Pengolah (Food Handler)
Tenaga yang mempersiapkan, mengolah, menyimpan,
mengangkut dan menyajikan makanan dan minuman (kontak
langsung)
 Kebersihan perseorangan (individual hygiene);
 Memiliki pengetahuan hygiene dan sanitasi makanan;
 Memiliki keterangan kesehatan (health sertificate).
- Bebas penyakit menular;
- Bebas penyakit kulit;
- Bebas pembawa basil (carrier);
- Bebas penyakit pernapasan (TBC, pertusis).
Penjamah Makanan yang Baik Menjamin Keamanan
Makanan
Penjamah makanan harus cuci tangan dimulai pada saat
ingin bekerja, dan membersihkan diri setelah selesai
bekerja.
Permenkes RI Nomor 236/Menkes/IV/1997

HARUS/WAJIB TIDAK BOLEH

1. Berpakaian Bersih dan Rapi; 1. Rambut yang Tergerai;


2. Menggaruk Kepala dan Badan;
2. Memakai Tutup Kepala / 3. Mengorek Hidung, Telinga,
Rambut yang Bersih dan Rapi; Mulut, dan Gigi;
4. Batuk, Bersin, atau Meludah di
3. Memakai Celemek yang Bersih; Sekitar Makanan;
5. Mempunyai Luka / Bisul yang
Tidak Tertutup;
4. Berkuku Pendek dan Selalu 6. Memakai Cincin, Gelang,
Mencuci Tangan; Anting, Jam Tangan, dan Cat
Kuku;
5. Menjamah Makanan Matang 7. Berpakaian dan Memakai
dengan Menggunakan Alat Celemek / Apron yang Kotor;
(Garpu, Penjepit dan 8. Menjamah Makanan Matang
Sejenisnya) tanpa Memakai HandGloves.

167
Sebelum menjadi penanganan makanan, harus diperiksa kesehatan
oleh dokter dan diperiksa ulang setiap satu tahun. Orang yang sakit
dan berpenyakit menular dilarang menangani atau berhubungan
dengan makanan.
4. Proses Pengolahan (Food Processing)
- Cara menjamah makanan yang baik menggunakan alat
untuk mengambil makanan, sendok sayur, jepitan
makanan, centong;
- Nilai gizi yang memenuhi syarat;
- Teknik memasak yang baik;
- Cara pengolahan makanan yang bersih;
- Menerapkan dasar- dasar higiene dan sanitasi makanan;
- Tidak menyentuh makanan dengan tangan telanjang;
- Menerapkan higiene perorangan bagi tenaga pengolah,
menghindari kontaminasi silang;
- Menjaga makanan dari pencemaran;
Mengikuti Kaidah Cara Pengolahan Makanan yang Baik
(CPMB)
- Bahan makanan yang akan diolah harus sesuai
spesifikasinya;
- Tempat persiapan : meja peracikan bebas lalat, tikus,
kucing, kecoa;
- Perabotan masak harus memenuhi syarat fisik bersih dan
bakteriologis (bebas kuman).
- Peralatan pengolahan tidak dicampur-adukan
penggunaannya;
- Masaklah makanan dengan sempurna;
- Simpan makanan matang pada suhu panas minimal 60oC;
- Simpan makanan matang dalam kontainer tertutup;
- Panaskan kembali makanan matang pada suhu minimal
70oC;

168
- Simpanlah secara terpisah dengan makanan mentah;
- Makanan matang tidak diambil dengan tangan telanjang;
5. Cara Pengangkutan Makanan (Food Transportation)
a. Alat pengangkut makanan/kereta makan harus bersih;
b. Cara pengangkutan makanan memenuhi syarat (tidak terjadi
kontaminasi);
c. Makanan senantiasa dalam keadaan tertutup;
d. Pengangkutan tidak melewati / bertemu dengan jalur
sampah;
6. Cara Penyajian Makanan (Food Service)
a. Kebersihan Alat dan Tempat di Lokasi Penyajian;
b. Higiene Perorangan;
- Penampilan Baik;
- Sikap Fisik : Waktu Bekerja Tidak Menggaruk Anggota
Tubuh;
- Kesehatan Individu;
c. Teknik Pelayanan (Ramah, Sopan, Menghormati);
d. Pelayanan Baik, Cepat, Hemat, Tepat dan Selamat (Efisien);
e. Teknik Penyajian yang Baik, Makanan Ditutup Plastik
Wrap.

Gambar VIII – 1
Jalur Kontaminasi Silang pada Pengelolaan Makanan

169
Beberapa Hal yang Perlu Mendapat Perhatian
 Saluran Pembuangan Limbah;
 Sarana Peralatan Pencucian Bahan Makanan;
 Peralatan Pencucian Alat Masak, Rak, dan Sarana Pencucian
Tangan;
 Pekerja Menggunakan Celemek,Tutup Kepala, Masker dan
Sarung Tangan Disposibel;
 Adanya Dokumen Kebijakan, Standar Prosedur Operasional,
Instruksi Kerja, Dukungan Managemen dan Komitmen.
Pengelolaan makanan dengan menerapkan cara pengolahan
makanan yang baik (CPMB) akan mencegah mengendalikan infeksi
di rumah sakit;
Penerapan Personal Hygiene bagi food handler akan mencegah
mengendalikan infeksi di rumah sakit.
e. Laundry dan Bedding
 Tanggung Jawab Petugas
 Petugas harus mencuci pakaiannya yang terkontaminasi
darah atau material lain yang terkontaminasi infeksius.
 Fasilitas dan Peralatan Laundry
 Pertahankan tekanan negatif pada ruangan kotor dibanding
dengan ruangan bersih;
 Pastikan bahwa area laundry mempunyai sarana cuci tangan
dan tersedia APD.
 Pakai dan pelihara peralatan laundry sesuai dengan instruksi
pabrik;
 Jangan biarkan pakaian direndam di mesin sepanjang malam;
 Tangani pakaian kontaminasi dengan tidak mengibaskan
untuk menghindari kontak udara, permukaan dan personal;
 Gunakan kantong plastik untuk menempatkan pakaian
terkontaminasi, pakai label dan kode warna kuning;

170
 Penutup tidak perlu pada pakaian terkontaminasi di ruangan
pasien;
 Proses pencucian : Panas 71° C, selama 25 menit;
 Pilih zat kimia yang sesuai;
 Simpan pakaian agar terhindar dari debu;
 Jika dalam transportasi, harus di bungkus sehingga tidak
kena debu;
 Jangan lakukan pemeriksaan kultur rutin untuk pakaian
bersih;
 Lakukan pemeriksaan kultur selama outbreak jika ada
epidemiologi evidence;
 Gunakan linen steril, surgical drapes dan gaun untuk kondisi
yang memerlukan steril;
 Gunakan pakaian bersih pada perawatan neonatus;
 Jaga kasur tetap kering, lapisi dengan plastik kedap air;
 Bersihkan dan desinfeksi tutup kasur dan bantal dengan
menggunakan desinfektan;
 Bersihkan dan desinfeksi kasur dan bantal antar pasien.
f. Kebersihan Lingkungan Keperawatan
Pembersihan Harian dan Pembersihan pada Akhir Perawatan
Disamping pembersihan secara seksama desinfeksi bagi peralatan
tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan, seperti dorongan
tempat tidur, meja di samping tempat tidur, kereta dorong, lemari
baju, tombol pintu, keran, tombol lampu, bel panggilan, telepon, TV,
remote control. Virus dapat dinonaktifkan oleh alkohol 70% dan
klorin 0,5%. Dianjurkan untuk melakukan pembersihan permukaan
lingkungan dengan detergen yang netral dilanjutkan dengan larutan
desinfektan.
g. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lain
- Indeks Kepadatan Aedes sp = 0;

171
- Tidak ada lubang masuk nyamuk;
- Bebas kecoa;
- Tidak ada tanda-tanda keberadaan tikus;
- Tidak ada lalat dalam gedung;
- Bebas kucing dan anjing.
Metode Pengendalian
- Cara Kimiawi;
- Cara Biologis;
- Cara Fisis dan Mekanis;
- Cara Terpadu.
h. Pengelolaan Taman / Landscape
- Taman dan halaman harus terpelihara baik sehingga tidak
menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan binatang
pengganggu;
- Pot-pot harus terpelihara jangan sampai ada air tergenang;
- Saluran drainase harus dibersihkan setiap hari agar mengalir
lancar;
- Tersedia tempat sampah yang memadai pada setiap taman,
selasar dan halaman;
- Memasang himbauan peringatan untuk selalu menjaga
kebersihan.
i. Penanganan Sampah / Limbah
 Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau area isolasi
harus dibuang dalam wadah atau kantong yang sesuai:
- Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau
bila tidak tersedia dapat menggunakan kantong plastik warna
lain yang tebal atau dilapis dua (kantong ganda).
- Kemudian diikat dengan tali warna kuning atau diberi tanda
“infeksius”. Semua sampah dari suatu ruangan/area yang
merawat pasien dengan penyakit menular melalui udara
(airborne) harus ditangani sebagai sampah infeksius.

172
- Untuk sampah non-infeksius / tidak menular gunakan
kantong plastik hitam.
- Untuk sampah benda tajam atau jarum ditampung dalam
wadah tahan tusukan.
 Kantong sampah apabila sudah ¾ bagian penuh harus segera
diikat dengan tali dan tidak boleh dibuka kembali.
 Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah dari
bangsal / area isolasi harus menggunakan APD lengkap ketika
membuang sampah.
 Satu lapis kantong kuning sampah biasanya memadai, bila
sampah dapat dibuang ke dalam kantong tanpa mengotori bagian
luar kantong. Jika hal tersebut tidak mungkin, dibutuhkan dua
lapis kantong (kantong ganda).
 Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard yang
sesuai dan ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan rumah
sakit dan peraturan nasional mengenai sampah rumah sakit.
 Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang ke dalam sistem
pembuangan kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat dan disiram
dengan air yang banyak.

Gambar 8 – 2 : Alur Pengelolaan Limbah Padat Medis

173
Pemusnahan Limbah Bekerjasama dengan Perusahaan Jasa
Pemusnah Limbah B3
Persyaratan perusahaan jasa pemusnah limbah B3:
a. Memiliki izin pengangkutan, penyimpanan/pengumpulan dan
pengolahan limbah B3 (insenerator) dari instansi terkait;
b. Memiliki TPS yang dilengkapi Cold Storage – 5°C dan hanya bisa
disimpan maksimal 7 hari kalender;
c. Memiliki kemampuan mengangkut limbah rumah sakit 1 x 24 jam;
d. Setiap pengangkutan harus disertai dokumen manifest (sesuai
Keputusan Bapedal No. 02 Tahun 1995);
e. Menyerahkan manifest laporan pemusnahanan limbah kepada rumah
sakit yang bersangkutan.

174

Anda mungkin juga menyukai