Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

DEFINISI
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia & lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat & bahagia.
Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi ruang
bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan resiko minimal untuk terjadinya infeksi
silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Makanan dan minuman di Rumah Sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dari dapur Rumah Sakit untuk pasien dan karyawan: makanan dan minuman yang
dijual didalam lingkungan Rumah Sakit atau dibawa dari luar Rumah Sakit.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitsanya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat cair dan gas.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler) pengering,
meja setrika.
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk
mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainya sehingga
keberadaannya tidak menjadi vector penularan penyakit.
Promosi hygiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang hygiene dan sanitasi
rumah sakit kepada pasien dan pengunjung, karyawan terutama karyawan baru serta
masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan
diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan failitas sanitasi
rumah sakit dengan benar

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan meliputi penyehatan ruang bangunan dan halaman
rumah sakit,penyehatan hygiene dan sanitasi makanan minuman, penyehatan air,
pengelolaan limbah, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainya,
melakukan upaya promosi kesehatan dari aspek Kesehatan Lingkungan.

BAB III
TATA LAKSANA

A. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit


1. Persyaratan lingkungan bangunan rumah sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir, Jika berlokasi di
daerah banjir harus menyediakan fasilitas. Teknologi untuk mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berbau, tidak becek, atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup,
tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman .
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah.
h. Ditempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai
tempat berarang dan berkembang biaknya seranggga, binatang pengerat, dan
binatang pengganggu lainya.
2. Pemeliharaan Ruang bangunan
a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/
merapi-kan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter,
kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
c. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari dengan
cara sapu dibungkus dengan kain lembab.
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel)
dan bahan antiseptik
e. Pada masing masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.
f. Pembersihan dinding dilakukan dengan di cat ulang apabila sudah kotor atau
cat sudah pudar.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksedat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan menggunakan antiseptic.
3. Prosedur pembersihan
a. Prosedur pembersihan kamar mandi
3

1) Bersihkan dan sikat dinding kamar mandi sampai bersih.


2) Bersihkan kloset dengan menyiram desinfektan ke dalam mangkok
kloset, jika noda membandel tunggu beberapa menit baru sikat lubang
WC berulang kali, dengan cara memutar mutar sikat.
3) Bersihkan lantai kamar mandi dengan menyiram lantai menggunakan
desinfektan ,Sikat lantai kamar mandi sampai bersih.
4) Semprot dengan air bersih yang mengalir berulang kali sampai bersih,
mulai dari dinding kamar mandi, bak kamar mandi sampai bersih.
5) Alat-alat dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
6) Petugas mencuci tangan dan kaki sampai bersih.
b. Prosedur penggantian gorden kotor
1) Pasang tangga tepat dibawah rel gorden
2) Lepas gorden kotor dari rel gorden
3) Pasang gorden bersih dengan memasukkan penggait gorden ke cincin rel
gorden
4) Mendistribusikan gorden kotor ke bagian laundry
5) Menggembalikan peralatan ke tempat semula
c. Prosedur Melawa lawa dan membersihkan lantai
1) Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD ( masker,sarung tangan)
2) Melawa-lawa/Membersihkan langit langit
a) Ambil sapu panjang, sapukan keatas kearah kanan kiri plafon.
b) Ulangi sampai bersih
c) Dilakukan 1 bulan sekali sesuai jadwal/ bila diperlukan
3) Menyapu Lantai
a) Untuk area area yang luas di sapu dengan menggunakan mob,
sedangkan area yang sempit dibersihkan dengan menggunkan sapu
lantai
b) Sapu lantai satu arah sampai bersih
c) Sampah diserok dan dimasukkan ke tempat sampah
4) Pel lantai dengan air yang di berikan desinfektan sampai lantai bersih.
5) Sampah di ambil dari tempat sampah dan tempat sampah dibersihkan.
6) Alat-alat dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
7) Petugas mencuci tangan.
d. Prosedur membersihkan lingkungan rumah sakit bagian luar
1) Petugas menggunakan APD (Masker, Sarung tangan)
2) Membersihkan mulai dari halaman rumah sakit dengan menyapu
menggunakan sapu lidi di halaman Rumah Sakit
3) Merapikan tanaman di sekitar rumah sakit
4) Membersihkan sampah di sekitar Rumah Sakit
5) Sampah dikumpulkan ditempat sampah yang tersedia.
6) Selanjutnya sampah di bawa ke TPS Rumah Sakit.
B. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan minuman
1. Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan
a. Angka kuman E.coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan minuman
angka kuman E.coli harus 0/100 ml sampel minuman.
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak
banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.coli
4

c. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5 o
atau dalam suhu dingin kurang dari 4o C. untuk makanan yang disajikan lebih
dari 6 jam disimpan suhu -5oC sampai -1oC.
d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10oC.
e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut
Jenis
bahan
Digunakan untuk
3
hari
atau 1 minggu atau 1 minggu atau
makanan
kurang
kurang
lebih
Ikan, udang, dan -5oC sampai 0oC -10oC sampai Kurang dari -10oC
olahanya
-5oC
Telur, susu, dan 5oC sampai 7oC -5oC
sampai Kurang dari -5oC
olahanya
0oC
o
Sayur, buah, dan
10 C
10oC
10oC
minuman
Tepung dan biji
25oC
25oC
25oC
f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80-90%.
g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau
langit langit dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jarak bahan makanan dengan lantai 15cm
2) Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
3) Jarak bahan makanan dengan langit langit 60 cm.
2. Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
Pengawasan dilakukan secara:
a. Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung jawab
kesehatan lingkungan rumah sakit. Pemeriksaan parameter mikrobiologi
dilakukan pengambilan sampel makanan dan minuman meliputi bahan
makanan dan minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap
santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap dubur penjamah.
Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel minuman
bewarna, makanan yang diawetkan, sayuran, daging, ikan laut.
Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2 kali
dalam setahun. Bila terjadi keracunan makanan dan minuman dirumah sakit
maka petugas sanitasi harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk
diperiksakan ke laboratorium.

b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh petugas sanitasi Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota secara insidentil atau mendadak
untuk menilai kualitas.
C. Penyehatan air
1. Persyaratan
a. Kualitas air minum
5

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


907/menkes/SK/VII/2002 tentang syarat syarat dan pengawasan kualitas air
minum.
b. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus
1) Ruang operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah seperti dari
PDAM, sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat
melakukan pengolahan tambahan dengan catridge filter dan dilengkapi
dengan desinfeksi menggunakan ultra violet (UV)
2) Ruang farmasi dan hemodialisis
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan pengenceran dalam hemodialisis.
2. Kebutuhan air minum dan air bersih
Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk rumah sakit masih belum dapat
ditetapkan secara pasti.jumlah ini tergantung pada kelas dan berbagai
pelayananyang ada di rumah sakit yang bersangkutan. Makin banyak pelayanan
yang ada dirumah sakit tersebut, semakin besar jumlah kebutuhan air. Dilain pihak,
semakin besar jumlah tempat tidur, semakin rendah proporsi kebutuhan air per
tempat tidur.
Secara umum, perkiraan kebutuhan air bersih didasarkan pada jumlah tempat tidur.
Kebutuhan minimal air bersih 500 l per tempat tidur per hari.
3. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans air antara
lain meliputi:
a. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih
b. Inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit dilaksanakan
minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi sanitasi sarana penyediaan air
sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan direktorat jendral PPM dan PL,
departemen kesehatan
c. Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air
1) Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum dan/atau air
bersih rumah sakit sebagai berikut:

Jumlah Tempat Tidur

Jumlah Minimum Sampel Air Perbulan untuk


Pemeriksaan Mikrobiologik
Air Minum
Air Bersih
25-100
4
4
101-400
6
6
401-1000
8
8
>1000
10
10
2) Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 kali
setahun dan titik pengambilan sampel masing masing pada tempat
penampungan (reservoir) dan keran terjauh dari reservoir.
6

3) Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik terutama


pada air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi,
dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada kran
kran sepanjang system distribusi, pada sumber air, dan titik titik lain yang
rawan pencemaran.
4) Sampel air diatas dikirim dan diperiksakan pada laboratorium yang
berwenang atau yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau pemerintah
daerah setempat.
5) Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh
pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan oleh Dinas
Kesehatan.
d. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium
1) Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan lingkungan
melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan laboratorium.
2) Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang
menyimpang dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai
parameter yang menyimpang.
3) Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukkan tingkat risiko
pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.
e. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.
4. Penyimpanan & Pendistribusian air bersih di Rumah Sakit Griya Waluya
a. Penyimpanan stok air bersih di Rumah Sakit Griya Waluya terdiri dari tandon
gedung lama dan gedung baru
b. Air dari sumber air tanah langsung masuk menuju tandon
c. Air air bersih didistribusikan/disalurkan ke seluruh outlet kamar mandi,
washtafel dan tempat-tempat yang ada saluran air bersih (kran) menggunakan
pompa pendorong disamping memakai tehnik gravitasi.
D. Pengelolaan limbah
1. Limbah medis padat
a. Minimalisasi limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumbernya.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah
2) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
7

bocor, anti tusuk dan tidak mudah dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya
3) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali
c. Pewadahan
Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label seperti berikut:

1) Pewadahan limbah menggunakan bahan yang kuat, cukup ringan, tahan


karat, kedap air, dan mempunyai dan mempunyai permukaan yang halus
pada bagian dalamnya misalnya fiberglass.
2) Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah padat non medis
3) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah
4) Untuk benda benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.
5) Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong
plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut
tidak digunakan lagi.
d. Pengumpulan
Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan menggunakan troli tertutup dan
di kumpulkan di tempat pembuangan sementara Rumah Sakit.
e. Pengangkutan
Rumah sakit yang tidak memiliki insenerator bekerja sama dengan pihak ke 3
untuk melakukan pembakaran limbah medis. Pengangkutan limbah medis
menggunakan kendaraan khusus
2. Limbah padat non medis
a. Pemilahan dan pewadahan

b.

c.

d.
e.

1) Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastic warna hitam.
2) Tempat pewadahan
a) Setiap pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna
hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang domestik
warna putih.
b) Tempat terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian
dalamnya, misalnya fiberglass.
c) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
d) Terdapat minimal 1 buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
e) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus
diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau
binatang pengganggu.
Pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan
Pengumpulan dan pengangkutan limbah padat non medis menggunakan troli
tertutup, limbah padat di bawa ke penampungan sementara.
Pengolahan limbah padat
Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan
limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat
dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organic
dapat diolah menjadi pupuk.
Lokasi pembuangan limbah padat akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

3. Limbah cair
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup,
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan
saluran air hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
bersama sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi
persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau system pengolahan
air limbah perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
limbah yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air
limbah harus dilengkapi/ ditutup dengan grill.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah diinstalasi pengolahan
air limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan
yang berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
9

f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif, pengelolaanya dilakukan sesuai ketentuan BATAN. (Badan Tenaga
Nuklir Nasional)
g. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan
radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.
h. Prosedur pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Griya waluya
1) Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan medis di ruang OK besar/kecil,
ruang VK, ruang dapur dan cucian dan dibuang lewat saluran air menuju
ke mesin IPAL (instalasi pembuangan air limbah)
2) Limbah cair dari saluran saluran kemudian masuk dan diolah oleh 4 bak
equalisasi
3) Kemudian limbah cair dari bak equalisasi disedot dengan pompa menuju
tabung reactor biofilter untuk diolah kembali
4) Setelah dari reactor biofilter kemudian limbah cair masuk ke post clarifier
fungsinya untuk memisahkan kotoran yang terikut.
5) Hasil terakhir dari pengolahan limbah cair dari IPAL keluar di kolam yang
ada ikan nya untuk deteksi awal mutu output setelah pengolahan
4. Limbah gas
a. Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, logam berat, dan dioksin dilakukan
minimal 1 kali setahun
b. Suhu pembakaran minimum 1000oC untuk pemusnahan bakteri pathogen,
virus, dioksin dan mengurangi jelaga.
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi
gas oksigen dan dapat menyerap debu.
E. Pengelolaan tempat pencucian linen
1. Persyaratan
a. Suhu air panas untuk pencucian 70oC dalam waktu 25 menit atau 95oC dalam
waktu 10 menit
b. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung
6x103 spora spesies Bacilus per inci persegi.
2. Perlakuan terhadap linen
a. Pengumpulan
1) Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari sumber dan
memasukan linen kedalam kantong plastik sesuai jenisnya.
2) Menghitung dan mencatat linen diruangan.
b. Penerimaan
1) Linen ditimbang
2) Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan non
infeksius.
3) Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
c. Pencucian
10

1) Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci


dan kebutuhan deterjen dan desinfektan.
2) Membersihkan linen kotor infeksius dari tinja, urin, darah, dan muntahan
kemudian merendamnya dengan desinfektan.
3) Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotoranya.
d. Pengeringan
e. Penyetrikaan
f. Penyimpanan
1) Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.
2) Linen baru yang diterima ditempatkan dilemari paling bawah
3) Pintu lemari selalu tertutup.
g. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai
kartu tanda terima.
h. Pengangkutan
1) Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong
yang digunakan untuk membungkus linen kotor.
2) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih
dan linen kotor.
3) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan
bersamaan
4) Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna
5) Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry sendiri pengangkutanya
menggunakan mobil khusus.
F. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainya
1. Persyaratan
a. Kepadatan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks container harus 0
b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk
masuk ke dalam ruangan, terutama diruangan perawatan.
c. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur,
gudang makanan dan ruangan steril.
d. Tidak ditemukan tanda tanda keberadaan tikus terutama pada daerah bangunan
tertutup (core) rumah sakit.
e. Tidak ditemukan lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit.
f. Dilingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.
2. Prosedur pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainya
a. Nyamuk
1) Melakukan pengamatan di setiap sarana penampungan air
2) Melakukan pembersihan sarang nyamuk dengan 3M (Menguras, mengubur
dan menutup)
3) Pengamatan dilakukan 1 minggu sekali (setiap hari Rabu)
b. Kecoa
1) Menutup lubang lubang agar kecoa tidak masuk
2) Melakukan pengamatan dengan adanya kotoran,telur kecoa, kecoa
hidup/mati di setiap ruang.
3) Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali (hari Selasa)
c. Tikus
11

1) Menutup saluran terbuka, lubang lubang di dinding, plafon, pintu dan


jendela
2) Memantau keberadaan tikus dari kotoran,bekas gigitan, bekas jalan dan
tikus hidup
3) Memasang perangkap tikus jika ada tanda tanda keberadaan tikus
4) Pemantauan 2 bulan sekali
d. Lalat
1) Tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat
2) Sampah di kelola dengan baik dan memenuhi syarat
G. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan
1. Persyaratan
Setiap rumah sakit harus melaksanakan upaya promosi hygiene dan sanitasi yang
pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga/ unit organisasi yang menangani promosi
kesehatan lingkungan rumah sakit.
2. Tata laksana
Promosi hygiene dan sanitasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan cara
langsung, media cetak, maupun media elektronik.
a. Secara langsung : konseling, diskusi, ceramah, Tanya jawab ( CTJ ),
demonstrasi/ pameran dan partisipatif.
b. Media cetak
: penyebaran kuisioner, pemasangan poster, gambar,
spanduk, tata tertib, pengumuman secara tertulis dan pemasangan petunjuk.
c. Media elektronik : radio dan televisi
BAB IV
DOKUMENTASI
Label limbah padat medis menurut KMK RI No 1204/MENKES/SK/X/2004
No

Kategori

Radioaktif

Warna container/
kantong plastik
Merah

Sangat Infeksius

Kuning

Limbah infeksius,
patologi dan anatomi

Kuning

Lambang

Keterangan
Kantong boks
timbale dengan
symbol
radioaktif
Kantong plastik
kuat anti bocor,
atau dapat
disterilisasi
dengan otoklaf
Plastic kuat dan
anti bocor atau
container

12

Sitotoksik

Ungu

Limbah kimia dan


farmasi

Coklat

Container kuat
dan anti bocor

Kantong plastic
atau kontainer

13

Anda mungkin juga menyukai