Kebisingan
No. Ruangan atau Unit Maksimum Kebisingan
(Waktu Pemaparan 8 Jam dan Satuan dBA)
1 Ruang Pasien
a. Saat Tidak Tidur 45
b. Saat Tidur 40
2 Ruang Operasi Umum 45
3 Anestesi, Pemulihan 50
4 Endoskopi, Laboratorium 65
5 Sinar X 40
6 Koridor 45
7 Tangga 65
8 Kantor / Lobby 65
9 Ruang Alat / Gudang 65
10 Farmasi 65
11 Dapur 70
12 Ruang Cuci 80
13 Ruang Isolasi 20
14 Ruang Poli Gigi 65
15 Ruang ICU 65
16 Ambulance 40
6. Penyehatan Air
A. Pengertian
1. Air minum : air yang melalui proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
2. Sumber penyediaan air minum : PAM, air
yang didistribusikan melalui tangki air, air
kemasan dan semua harus memenuhi syarat
kualitas air minum.
Lanjutan…..
B. Persyaratan
1. Kualitas Air Minum Harus sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
2. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus
a. Ruang Operasi
Air yang digunakan harus menggunakan
filter dan dilengkapi dengan desinfeksi
menggunakan Ultra Violet (UV) RSPP
menggunakan Carbon Filter.
b. Ruang Farmasi dan Hemodialise
Air yang digunakan terdiri dari air yang
dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan
injeksi dan pengenceran dalam hemodialise
Lanjutan..
C. Tata Laksana
1. Kegiatan pengawasan kualitas air :
a. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih
b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air
c. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan
laboratorium
d. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.
2. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum & air
bersih RS min 1 tahun sekali.
3. Pengambilan sampel air bersih & air minum harus
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Pemeriksaan Kimia air minum & air bersih dilakukan
minimal 3 bln sekali, diambil pada reservoir.
Pemeriksaan bakteriologis minimal 1 bulan sekali.
Lanjutan..
5. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
mikobiologi terutama pada air keran dari
dapur, rg. Operasi, kmr. Bersalin, kmr. Bayi, rg.
Makan, tempat penampungan (reservoir) diambil
secara acak.
6. Sampel air pada butir 3 & 4 dikirim ke salah satu
laboratorium yang ditunjuk oleh pemerintah.
7. Pengambilan dapat dilaksanakan oleh pihak RS atau
pihak ketiga yang direkomendasi oleh DinKes.
8. Sewaktu – waktu DinKes Provinsi, kabupaten/kota
akan melakukan uji petik dalam rangka
penyelenggaraan penyehatan lingkungan RS untuk
diperiksa di laboratorium.
Lanjutan..
B. Persyaratan
1. Suhu air panas untuk pencucian 700C dalam waktu
25 menit atau 950C dalam waktu 10 menit.
2. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk
proses pencucian yang ramah lingkungan.
3. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari
proses tidak mengandung 20 CFU per 100 cm 2.
Lanjutan
C. Tata Laksana
1. Tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan
aliran yang memadai, air panas untuk desinfeksi dan
tersedia desinfektan.
2. Peralatan cuci permanen, dekat dengan saluran
pembuangan dan mesin mampu mencuci berbagai
jenis linen yang berbeda. Dan dilengkapi dengan
MSDS untuk setiap jenis bahan kimia yang digunakan.
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk
linen infeksius dan non infeksius.
4. Laundry harus dilengkapi saluran limbah tertutup
yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre
treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan
air limbah.
5. Laundry harus disediakan ruang terpisah sesuai
kegunaannya yaitu untuk rg. linen kotor, rg. linen
bersih, rg. perlengkapan kebersihan, rg. perlengkapan
cuci, rg. kereta linen, kamar mandi dan rg. Peniris
atau pengering untuk alat – alat termasuk linen.
Lanjutan..
C. Tata Laksana
1. Surveilans
a. Nyamuk
1) Pengamatan Jentik
Dilakukan berkala min 1 x / mgg pada
tempat – tempat penampungan air untuk
kemungkinan terdapat jentik Aedes sp. dan
saluran pembuangan air limbah untuk kemungkinan
tempat potensial nyamuk malaria.
2) Pengamatan Lubang Dengan Kawat Kasa
Setiap lubang didinding harus ditutup dengan kawat
kasa untuk mencegah nyamuk masuk.
3) Konstruksi pintu harus membuka kearah
luar.
Lanjutan..
b. Kecoa
1) Mengamati adanya kecoa dengan ditandai
adanya kotoran, telur kecoa dan
kecoa hidup atau mati disetiap ruangan.
2) Pengamatan min 2 mgg sekali secara visual
dengan bantuan senter.
3) Bila ditemukan dilakukan pemberantasan.
c. Tikus
Mengamati secara berkala setiap 2 bulan ditempat
– tempat yang biasa menjadi tempat perkembang
biakannya seperti : dapur, tempat tertutup,
gudang, kantin, dll
d. Lalat
Pengamatan terhadap tempat perkembangbiakan
pada tempat – tempat yang biasa dihinggapi lalat
seperti : tempat sampah, saluran pembuangan,
dapur, dll.
e. Binatang Penggangggu
Mengamati dan memantau secara berkala
keberadaan kucing dan anjing.
Lanjutan..
2. Pencegahan
a. Nyamuk
1) Melakukan PSN dengan 3M
2) Pengaturan saluran air limbah dalam
keadaan tertutup
3) Pembersihan tanaman sekitar RS.
4) Pemasangan kawat kasa dan kalau
perlu penggunaan kelambu di ruang anak.
b. Kecoa
1) Menyimpan bahan makanan dan
makanan siap saji pada tempat tertutup.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi
syarat kesehatan.
3) Menutup lubang – lubang atau celah –
celah agar kecoa tidak masuk ke dalam
ruangan.
Lanjutan..
c. Tikus
1) Melakukan penutupan saluran terbuka,
lubang – lubang di plafon, pintu dan jendela.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat
kesehatan
d. Lalat
Melakukan pengelolaan sampah / limbah yang
memenuhi syarat kesehatan.
e. Binatang Pengganggu
Melakukan pengelolaan makanan dan sampah
yang memenuhi syarat kesehatan.
3. Pemberantasan
a. Nyamuk
1) Dilakukan bila larva atau jentik nyamuk
Aedes sp. > 0 dengan cara abatisasi.
2) Pemberantasan menggunakan predator.
3) Bila diduga ada kasus demam berdarah yang
tertular di RS maka perlu dilakukan pengasapan
(fogging) di RS.
Lanjutan..
b. Kecoa
1) Telur kecoa dibasmi secara mekanis
membersihkan telur yang terdapat
pada celah – celah dinding, lemari, dll. Telur
tersebut dibakar/dihancurkan.
2) Pembersihan secara fisik (bunuh
langsung, siram dengan air panas, menutup
celah dinding)
3) Pembersihan secara kimia
menggunakan insektisida dengan
pengasapan, bubuk, semprotan dan
umpan.
c. Tikus
Pengendalian tikus dengan menggunakan
perangkap, pemukulan dan umpan beracun.
d. Lalat
Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah
(perindukan) melebihi 2 ekor per block maka
dilakukan pengendalian lalat secara fisik,
kimia dan biologi.
Lanjutan
e. Binatang Pengganggu
Bila terdapat kucing dan anjing, maka perlu
dilakukan :
1) Penangkapan, kemudian dibuang jauh
dari RS.
2) Bekerja sama dengan Dinas Peternakan
setempat untuk menangkap kucing
dan anjing.