Anda di halaman 1dari 13

2.

1 Manajemen Linen Di Rumah Sakit


Manajemen pengelolaan linen di rumah sakit (RS) melibatkan perencanaan, pengadaan,
distribusi, pemakaian, pencucian, dan pemeliharaan linen untuk memastikan ketersediaan dan
kebersihan linen yang memadai untuk keperluan pasien dan staf medis.

Ini melibatkan koordinasi antara berbagai departemen, termasuk kebersihan, keperawatan,


dan manajemen fasilitas, serta penerapan standar kebersihan dan sterilisasi untuk mencegah
penyebaran infeksi. Sistem manajemen yang efisien dan terorganisir diperlukan untuk
memastikan pemakaian yang efektif, pemeliharaan peralatan, dan pengeluaran yang efisien.

Kata "Linen" berasal dari nama serat “lena” yang didapat dari sejenisnya alang-alang yang
tumbuh di daerah sub tropis. Segala sesuatu dalam bentuk kain, baik untuk pasien
maupun untuk petugas Rumah Sakit setiap hari dan merupakan bahan yang dapat dicuci,
yang pemanfaatannya dapat dipakai sebagai selimut, penutup kasur atau sprey, penutup
bantal dan guling, juga dapat digunakan sebagai pakaian kerja (Djasio Sanropie, dkk, 1989).
Linen dibagi dalam Karakteristik dan sumber linen, dan persyaratan pengelolaan linen
sebagai berikut :

Karakteristik dan Sumber Linen

Linen dapat dibedakan berdasarkan tingkat pencemarannya yaitu:


a. Linen Infeksius
Linen yang kotor oleh kuman penyakit menular, linen tersebut berpotensi untuk menyebarkan
penyakit dari seorang yang menggunakan linen. Sumber linen infeksius berasal dari ruangan
operasi, ruang isolasi, ruang perawatan penyakit menular dan ruang poliklinik.

b. Linen Non Infeksius


Linen yang sudah dipergunakan oleh pasien yang menderita penyakit tetapi tidak menular.
Sumber linen non infeksius berasal dari ruang admininstrasi, apotek, ruang tunggu,ruang
laboratorium.

Persyaratan Pengelolaan Linen :

Persyaratan pengelolaan linen adalah hal-hal yang diperlukan untuk pengelolaan Linen yaitu:

a. Suhu air panas untuk pencucian 70’C dalam waktu 25 menit atau 95’C dalam waktu
10 menit.
b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkanmudah terurai oleh lingkungan.
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x 10
pangkat 3 spora spesies Bacillus per inci persegi
d. Tekanan ruangan untuk penyortiran (-) sedangkan untuk ruangan lainnya (1)
e. Ruangan untuk linen kotor dan bersih terpisah.
f. Saluran pembuangan limbah cair harus tertutup dan menggunakan pengolahan
pendahuluan agar tidak mengganggu proses pengolahan limbah cair.

Tahapan Pengolahan linen

a. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran yang
memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia disinfektan.
b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran pembuangan
air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen yang
berbeda.
c. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius.
d. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkanke instalasi pengolahan air limbah.
e. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang linen
kotor, ruang linen bersih, ruang untukperlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan
cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untukalat-alat
termasuk linen.
f. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pencuciannya dapat
bekerjasama dengan pihak lain dan pihak laintersebut harus mengikuti persyaratan
dan tata laksana yang telah ditetapkan,

Metode Pengumpulan Linen

A.) Tahap Pengumpulan menurut Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang
persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu, dilakukan :

1. Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong plastiksesuai jenisnya serta diberi label.

2. Menghitung dan mencatat linen di ruangan.

B.) Tahap Penerimaan menurut Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu, dilakukan :

1. Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan non-infeksius.
2. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.

C.) Tahap Pencucian menurut Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu, dilakukan :
1. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci dan
kebutuhan deterjen dan disinfektan.
2. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan kemudian
merendamnya dengan menggunakan disinfektan.
3. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya.

D.) Tahap Pengeringan menurut Departemen Kesehatan dalam buku Pedoman Manajemen
Linen di Rumah Sakit yaitu pengerigan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang
mempunyai suhu sampai dengan 70 UUC selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.

E.) Tahap Penyetrikaan menurut Departemen Kesehatan dalam buku Pedoman Manajemen
Linen di Rumah Sakit yaitu pengerigan dilakukan dengan mesin setrika besar dapat di setel
sampai dengan 120 CCU, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan
terhadap suhu sehingga suhu disetel antara 70-80 UUC.

F.) Tahap Penyimpanan menurut Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu, dilakukan :

1. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.


2. Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah.
3. Pintu lemari selalu tertutup.

G.) Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tenda terima dari petugas penerima, kemudian
petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.

H.) Pengangkutan

1. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong yang
digunakan untuk membungkus linen kotor.
2. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen
kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan setelah digunakan mengangkut
linen kotor.
3. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.
4. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna.
5. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangkutannya dari dan ke
tempat laundry harus menggunakan jasa mobil khusus.

Alat Pelindung Diri

Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan pakaian kerja
khusus, alat pelindung diri dandilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta
dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.

Jenis-Jenis Linen di Rumah Sakit


Menurut Departemen Kesehatan dalam buku Pedoman Manajemen Linen di Rumah sakit
(2004) tentang macam-macam jenis linen adalah sprey atau laken, stek laken, perlak,sarung
bantal, sarung guling, selimut, alas kasur, bad cover, gorden, macam-macam doek,popok
bayi, kain bedong, gurita, topi kain, wash lap dan lain-lain.Ada bermacam-macam jenis linen
yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen yang dimaksud antara lain (CV Rizky Abadi,
2022):

1. Sprei atau laken.

2. Steek laken.
Upaya Sanitasi

Upaya sanitasi yang perlu dilakukan agar dicapai kondisi optimal yang diharapkan antara lain
:

a. Desain ruangan harus memisahkan secara tegas ruangan termasuk pintu masuk dan
keluar linen kotor dan bersih. Sedangkan khusus untuk ruang sortir didisain ruangan
dengan tekanan (-).
b. Upaya penyortiran dilakukan untuk kepentingan pencucian dan proteksi terhadap
kontaminasi silang melalui pemilahan:
1. Linen kotor (ringan, sedang dan berat)
2. Linen kotor terkontaminasi
3. Linen berwarna atau putih

c. Menyediakan wadah dan kantong plastik warna kuning untuk limbah medis yang
terbawa linen.
d. Menyediakan troli linen bersih dan linen kotor agar tidak terjadi pengotoran atau
kontaminasi linen yang telah bersih. Di samping itu, upayakan agar waktu
pengangkutan berbeda.
e. Pembersihan ruangan dengan menggunakan hipoklorit secara berkala pada seluruh
ruangan di laundry dan terutama pada ruangan penyortiran intensitasnya harus lebih
tinggi.

2.2 Alur sirkulasi linen di rumah sakit

biasanya melibatkan beberapa langkah sebagai berikut:


1. Pengadaan: Linen baru diperoleh melalui pembelian atau kontrak dengan pemasok
linen. Hal ini melibatkan pemilihan linen yang sesuai dengan standar kebersihan dan
kebutuhan rumah sakit.
2. Penyimpanan: Linen disimpan dalam area penyimpanan yang bersih dan terorganisir
dengan baik, seringkali di gudang atau ruang penyimpanan khusus. Penyimpanan
harus memenuhi standar kebersihan untuk mencegah kontaminasi.
3. Distribusi: Linen dibawa ke berbagai departemen rumah sakit sesuai dengan
kebutuhan, seperti kamar pasien, ruang operasi, dan area perawatan lainnya.
Distribusi dapat dilakukan oleh personel khusus atau teknologi otomatis seperti sistem
pneumatik.
4. Pemakaian: Linen digunakan oleh pasien dan staf medis sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan yang efisien dan penggantian tepat waktu penting untuk memastikan
ketersediaan linen yang mencukupi.
5. Pengumpulan: Linen kotor dikumpulkan dari berbagai area rumah sakit, termasuk
kamar pasien dan ruang operasi. Ini melibatkan proses pengumpulan yang
terkoordinasi dan tata cara penanganan yang aman.
6. Transportasi: Linen kotor kemudian diangkut ke area pencucian, biasanya
menggunakan kereta linen atau keranjang khusus untuk transportasi yang aman dan
efisien.
7. Pencucian: Linen dicuci menggunakan proses pencucian yang sesuai dengan standar
kebersihan dan sterilisasi. Ini dapat dilakukan di fasilitas pencucian internal rumah
sakit atau melalui kontrak dengan pihak luar.
8. Pengeringan dan Penyortiran: Setelah dicuci, linen dikeringkan dan disortir
berdasarkan jenis dan kebutuhan. Proses ini sering dilakukan dengan mesin khusus
untuk efisiensi dan kebersihan yang optimal.
9. Pengiriman kembali: Linen yang bersih kemudian dikirim kembali ke departemen
rumah sakit untuk digunakan kembali oleh pasien dan staf medis.
10. Pemeliharaan dan Penggantian: Linen yang rusak atau sudah usang harus diperbaiki
atau diganti secara teratur untuk memastikan ketersediaan linen yang berkualitas dan
kebersihan yang optimal.

Seluruh alur sirkulasi ini perlu dikelola dengan cermat dan efisien untuk memastikan
ketersediaan linen yang memadai dan kebersihan yang optimal di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai