Kata "Linen" berasal dari nama serat “lena” yang didapat dari sejenisnya alang-alang yang
tumbuh di daerah sub tropis. Segala sesuatu dalam bentuk kain, baik untuk pasien
maupun untuk petugas Rumah Sakit setiap hari dan merupakan bahan yang dapat dicuci,
yang pemanfaatannya dapat dipakai sebagai selimut, penutup kasur atau sprey, penutup
bantal dan guling, juga dapat digunakan sebagai pakaian kerja (Djasio Sanropie, dkk, 1989).
Linen dibagi dalam Karakteristik dan sumber linen, dan persyaratan pengelolaan linen
sebagai berikut :
Persyaratan pengelolaan linen adalah hal-hal yang diperlukan untuk pengelolaan Linen yaitu:
a. Suhu air panas untuk pencucian 70’C dalam waktu 25 menit atau 95’C dalam waktu
10 menit.
b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkanmudah terurai oleh lingkungan.
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x 10
pangkat 3 spora spesies Bacillus per inci persegi
d. Tekanan ruangan untuk penyortiran (-) sedangkan untuk ruangan lainnya (1)
e. Ruangan untuk linen kotor dan bersih terpisah.
f. Saluran pembuangan limbah cair harus tertutup dan menggunakan pengolahan
pendahuluan agar tidak mengganggu proses pengolahan limbah cair.
a. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran yang
memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia disinfektan.
b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran pembuangan
air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen yang
berbeda.
c. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius.
d. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkanke instalasi pengolahan air limbah.
e. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang linen
kotor, ruang linen bersih, ruang untukperlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan
cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untukalat-alat
termasuk linen.
f. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pencuciannya dapat
bekerjasama dengan pihak lain dan pihak laintersebut harus mengikuti persyaratan
dan tata laksana yang telah ditetapkan,
A.) Tahap Pengumpulan menurut Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang
persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu, dilakukan :
1. Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong plastiksesuai jenisnya serta diberi label.
B.) Tahap Penerimaan menurut Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu, dilakukan :
1. Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan non-infeksius.
2. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
C.) Tahap Pencucian menurut Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu, dilakukan :
1. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci dan
kebutuhan deterjen dan disinfektan.
2. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan kemudian
merendamnya dengan menggunakan disinfektan.
3. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya.
D.) Tahap Pengeringan menurut Departemen Kesehatan dalam buku Pedoman Manajemen
Linen di Rumah Sakit yaitu pengerigan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang
mempunyai suhu sampai dengan 70 UUC selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.
E.) Tahap Penyetrikaan menurut Departemen Kesehatan dalam buku Pedoman Manajemen
Linen di Rumah Sakit yaitu pengerigan dilakukan dengan mesin setrika besar dapat di setel
sampai dengan 120 CCU, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan
terhadap suhu sehingga suhu disetel antara 70-80 UUC.
F.) Tahap Penyimpanan menurut Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu, dilakukan :
G.) Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tenda terima dari petugas penerima, kemudian
petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.
H.) Pengangkutan
1. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong yang
digunakan untuk membungkus linen kotor.
2. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen
kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan setelah digunakan mengangkut
linen kotor.
3. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.
4. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna.
5. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangkutannya dari dan ke
tempat laundry harus menggunakan jasa mobil khusus.
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan pakaian kerja
khusus, alat pelindung diri dandilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta
dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.
2. Steek laken.
Upaya Sanitasi
Upaya sanitasi yang perlu dilakukan agar dicapai kondisi optimal yang diharapkan antara lain
:
a. Desain ruangan harus memisahkan secara tegas ruangan termasuk pintu masuk dan
keluar linen kotor dan bersih. Sedangkan khusus untuk ruang sortir didisain ruangan
dengan tekanan (-).
b. Upaya penyortiran dilakukan untuk kepentingan pencucian dan proteksi terhadap
kontaminasi silang melalui pemilahan:
1. Linen kotor (ringan, sedang dan berat)
2. Linen kotor terkontaminasi
3. Linen berwarna atau putih
c. Menyediakan wadah dan kantong plastik warna kuning untuk limbah medis yang
terbawa linen.
d. Menyediakan troli linen bersih dan linen kotor agar tidak terjadi pengotoran atau
kontaminasi linen yang telah bersih. Di samping itu, upayakan agar waktu
pengangkutan berbeda.
e. Pembersihan ruangan dengan menggunakan hipoklorit secara berkala pada seluruh
ruangan di laundry dan terutama pada ruangan penyortiran intensitasnya harus lebih
tinggi.
Seluruh alur sirkulasi ini perlu dikelola dengan cermat dan efisien untuk memastikan
ketersediaan linen yang memadai dan kebersihan yang optimal di rumah sakit.