Anda di halaman 1dari 9

PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

No. Dokumen :
No Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :1/2
UPTD
Hasan Basri, S.KM
PUSKESMAS
NIP.19680311 198903 1 011
TUAN - TUAN
1. Pengertian 1. Infeksi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik
2. Pencegahan infeksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
menghindari terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme dari
lingkungan dan tenaga kesehatan
2. Tujuan Sebagai acuan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi dan
memberikan perlindungan bagi pasien dan tenaga kesehatan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas
4. Referensi Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengenalian Infeksi di Fasilitas
Pelayan Kesehatan
5. Prosedur 1. Kebersihan Tangan
a. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku
palsu, tanpa memakai perhiasan cincin
b. Petugas melakukan cuci tangan dengan sabun biasa/ antimikroba
dan bilas menggunakan air mengalir harus dilakukan dengan 6
(enam) langkah pada saat :
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah kontak darah dan cairan tubuh
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan sekiar pasien
6) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien
yaitu darah, cairan tubuh sekresi, ekresi, kulit yang tidak utuh,
ganti verban, walaupun telah memakai sarung tangan
7) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasike area
lainnya yang bersih, waulaupun pada pasien yang sama
c. Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan air mengalir atau
menggunakan antiseptik berbasis alkohol (bila tangan tidak tampak
kotor).
2. Alat Pelindung Diri (APD)
1) Sarung tangan
2) Masker (respirator partikulat)
3) Kaca mata pelindung (goggle)
4) Pelindung wajah
5) Kap pelindung kepala
6) Gaun pelindung (apron)
7) Sandal / sepatu tertutup (sepatu boot)
a. Petugas menggunakan APD sesuai ukuran dan jenis tindakan
b. Petugas menggunakan APD yang sesuai jika melakukan tindakan
yang memungkinkan tubuh atau membran mukosa dari risiko
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak
utuh dan selaput lendir dari pasien kepetugas dan sebaliknya
c. Petugas memakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien
d. Petugas memakai sarung tangan sekali pakai atau dipakai ulang
untuk membersihkan lingkungan
e. Petugas memakai sarung tangan bedah (steril) sewaktu melakukan
tindakan invasif atau pembedahan
f. Petugas memakai sarung tangan rumah tangga sewaktu memproses
peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan
sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi
g. Petugas segera melepaskan sarung tangan setelah selesai
melakukan tindakan, sebelum menyentuh benda dan permukaan
yang tidak terkontaminasi dan beralih kepasien lain
h. Petugas tidak menggunakan sarung tangan yang sama untuk pasien
yang berbeda
i. Petugas memakai kaca mata pelindung untuk melindungi
konjungtiva, muscus membrane mata, hidung, mulut selama
melaksanakan prosedurdan aktifitas perawatan pasien yang beresiko
terjadi cipratan atau semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi dan
ekresi
j. Secara umum, Petugas dapat menggunakan masker bedah untuk
mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak
erat (< 3m) dari pasien saat batuk atau bersin.pakailah selama
tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak
diduga infeksi
k. Petugas tidak menggantung masker di leher saat tidak menghadapi
paien
l. Petugas menggunakan gaun (bersih,tidak steril) untuk melindungi
kulit, mencegah baju menjadi kotor,kulit terkontaminasi selama
merawat pasien yang memungkinkan terjadinya percikan atau
semprotan cairan tubuh pasien
m. Bila gaun tembus cairan, petugas perlu melapisi gaun menggunakan
apron tahan cairan untuk mengantisipasi semprotan atau cipratan
cairan infeksius
n. Petugas memakai sepatu boot untuk melindungi kaki dari cipratan
atau semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi dan ekresi.
3. Peralatan Perawatan Pasien
a. Petugas membuat SPO (Standar Prosedur Operasional) untuk
menampung, transportasi dan pengelolaan peralatan yang mungkin
terkontaminasi darah atau cairan tubuh
b. Petugas melepaskan bahan organik dari peralatan dengan bahan
pembersih yang sesuai sebelum di Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
atau disterilkan
c. Petugas menangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan
tubuh, sekresi, ekresi dengan benar sehingga kulit dan mucus
membrane terlindungi, mencegah baju terkontaminasi, serta
mencegah transfer mikroba ke pasien lain dan lingkungan
d. Petugas memastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien
infeksius telah dibersihkan dan tidak dipakai untuk pasien lain
e. Petugas memastikan peralatan sekali pakai dibuang dan
dimusnahkan secara benar
f. Petugas memastikan peralatan yang terkontaminasi didesinfeksi
setelah dipakai dan selanjutnya di DTT atau sterilisasi sesuai dengan
kebutuhan
g. Petugas membersihkan dan disinfeksi dengan benar peralatan terapi
pernafasan terutama setelah dipakai pasien infeksi saluran nafas,
bila perlu memakai sungkup disposable
h. Petugas mencuci alat makan dengan detergen setiap selesai makan
dan benda disposable dibuang ditempat sampah.
4. Pengendalian Lingkungan
a. Petugas memastikan seluruh pemukaan lingkungan datar, bebas
debu, bebas sampah, bebas serangga (semut, kecoa, lalat,
nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing dan tikus) dan
harus dibersihkan secara terus menerus
b. Petugas memastikan fasilitas pelayanan kesehatan membuat dan
melaksanakan SPO untuk pembersihan, desinfeksi permukaan
lingkungan, tempat tidur, peralatan disamping tempat tidur dan
pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh dan pastikan
kegiatan ini dimonitor (diawasi secara rutin dan berkala)
c. Petugas melakukan pembersihan terlebih dahulu sebelum di
desinfeksi. Benda dan permukaan tidak dapat didesinfeksi sebelum
dibersihkan dari bahan organic (eksresi,s ekresi pasien, kotoran)
d. Petugas memastikan fasilitas pelayanan kesehatan harus
mempunyai disinfektan yang sesuai standar untuk mengurangi
kemungkinan penyebaran kontaminasi
e. Desinfeksi yang bisa dipakai : Na hipoklorit 0,05-0,5% (pemutih),
alcohol, komponen phenol, komponen ammonium, quarternary,
komponen peroxigen. Ikuti aturan pabrik cairan desinfektan, waktu
kontak dan cara pengencerannya. Untuk lingkungan yang sering
digunakan pembersihannya dapat diulang menggunakan air dan
detergen, terutama bila di lingkungan tersebut tidak ditemukan
mikroba multi resisten.
f. Petugas melakukan pembersihan area sekitar pasien:
1) Pembersihan permukaan sekitar pasien harus
dilakukan secara rutin setiap hari, termasuk setiap
kali pasien pulang/keluar dari fasyankes
2) Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap
barang yang sering
tersentuh tangan, misalnya: nakas disamping
tempat tidur, tepi tempat tidur dengan bed rails, tiang
infus, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak
kunci, dan lain lain.
3) Pencegah aerosolisasi pathogen infeksi saluran nafas, hindari
menggunakan sapu,tapi menggunakan cara basah (kain basah)
4) Mengganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop setelah
dipakai ( terkontaminasi )
5) Peralatan pembersih harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali
setelah pakai sebelum disimpan dan dipakai kembali
6) Jangan lakukan fogging dengan disinfektan, tidak terbukti
mengendalikan infeksi dan bisa berbahaya
7) Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap 1 (satu) bulan
atau
sesuai dengan kondisi hunian ruangan.
8) Periksa ventilasi alamiah secara teratur (minimal sekali dalam
sebulan) atau dirasakan ventilasi sudah kurang baik.
9) Catat setiap waktu pembersihan yang dilakukan dan simpan
dengan baik.
5. Pengelolaan Limbah
a. Fasilitas pelayanan kesehatan melakukan upaya yang dilakukan
untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara
mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse)
dan daur ulang limbah (recycle)
b. Limbah dipisahkan sesuai dengan jenisnya, antara lain:
1) Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh masukkan kedalam kantong plastik berwarna
kuning
2) Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi
darah dan cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik
berwarna hitam
3) Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan
tajam, masukkan kedalam wadah tahan tusuk dan air
4) Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok
limbah cair (spoelhoek).
6. Penatalaksaan Linen
a. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung
tangan rumah tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
b. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen
terkontaminasi cairan tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari
lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas
c. Letakkan linen kedalam kantong linen,hindari menyortir linen
diruang rawat pasien
d. Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen
dilakukan melalui 2 tahap yaitu menggunakan deterjen dan
selanjutnya dengan Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%. Apabila
dilakukan perendaman maka harus diletakkan di wadah tertutup
agar tidak menyebabkan toksik bagi petugas.
7. Perlindungan Kesehatan Petugas
a. Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk
mencegah terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan
alat
tajam lain yang dipakai setelah prosedur, saat membersihkan
instrumen dan saat membuang jarum
b. Jangan melakukan penutupan kembali (recap) jarum yang telah
dipakai, memanipulasi dengan tangan, menekuk, mematahkan atau
melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau, scalpel, dan
peralatan tajam habis pakai lainnya kedalam wadah khusus yang
tahan tusukan atau tidak tembus sebelum dimasukkan ke
insenerator.
c. Bila wadah khusus terisi ¾ harus diganti dengan yang baru untuk
menghindari tercecer
d. Pakai mouthpiece ,resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain
pengganti metode resusitasi mulut ke mulut
e. Jangan mengarahkan bagian tajam jarum kebagian tubuh selain
akan menyuntik
8. Penempatan Pasien
a. Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi lingkungan
atau yang tidak dapat diharapkan menjaga kebersihan kedalam
ruang rawat yang terpisah
b. Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, upayakan agar prinsip
pemisahan tetap terjadi
c. Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi
infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne). Pasien HIV tidak
diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB
dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan
sesama pasien TB.
9. Kebersihan Pernafasan / Etika Batuk dan Bersin
a. Fasilitas pelayanan kesehatan harus menyediakan sarana cuci
tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu, sabun cair,
tempat sampah infeksius dan masker bedah
b. Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi
saluran nafas, harus melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau sapu tangan atau
lengan atas saat batuk atau bersin.
2) Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius (yang telah dilapisi
kantong plastik dan terutup)
3) kemudian lakukan cuci tangan sesuai standar.
c. Edukasi atau Penyuluhan Kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan
dapat dilakukan melalui audio visual, leaflet, poster, banner, video
melalui TV di ruang tunggu atau lisan oleh petugas
10. Praktek Menyuntik yang Aman
a. Pakai jarum yang steril, sekali pakai tiap kali penyuntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi. Bila
memungkinkan gunakan juga vial sekali pakai walaupun
multidose.Jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil
obat dalam vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba
yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain
b. Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi
dari
pabrik yang membuat
c. Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1
pasien
6. Bagan Alir
(jika
diperlukan)
7. Unit terkait 1. Unit Layanan Obat
2. Unit Layanan Screening
3. Unit Layanan Poli Umum
4. Unit Pelayanan Poli ISPA
5. Unit Pelayanan Laboratorium
6. Unit Layanan Gigi
7. Unit Layanan KIA/KB
8. Unit Layanan TB Paru
9. Unit Layanan Poli IVA
10. Pengelola Sampah Infeksius/Petugas Kebersihan

8. Dokumen
terkait

9. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai


historis di berlakukan
perubahan
JUDUL
(FONT ARIAL 12, TIDAK BOLD)

No. Dokumen :
DAFTAR No Revisi :
TILIK Tanggal Terbit :
Halaman :
UPTD
Hasan Basri, S.KM
PUSKESMAS
NIP.19680311 198903 1 011
TUAN - TUAN

Tidak
NO Kegiatan Ya Tidak
Berlaku

1. FONT ARIAL 11

2.

3.

4.

5.

CR : .................................................... %

Benua Kayong, ...................................2020


Pelaksana / Auditor

(.........................................)

Anda mungkin juga menyukai