Anda di halaman 1dari 38

SANITASI

TEMPAT PENCUCIAN LINEN DI RS

B Y : E R N I TA S A R I , S S T, M . K L
DASAR HUKUM
• UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
– Pasal 8 : Persyaratan lokasi rumah sakit
– Pasal 9 & 10 : Persyaratan bangunan rumah sakit
– Pasal 11 : Prasarana rumah sakit
– Pasal 29 : Kewajiban rumah sakit
• Kepmenkes No. 1204 thn 2004 ttg Persyaratan Kesehatan
Lingkungan RS
• KepMenLH No.8 thn 2010 tentang Kriteria dan sertifikasi bangunan
ramah lingkungan
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian
linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
desinfektan, mesin uap (steam boiler),
pengering, meja, dan mesin setrika.

Linen kotor merupakan sumber kontaminasi


penting di rumah sakit dan fasyankes lain.
Penanganan rutin waktu membersihkan tempat
tidur, pengangkutan linen sepanjang koridor
dan ruang-ruang di rumah sakit dapat
menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah
sakit.
PERSYARATAN
Suhu air panas untuk pencucina
70oC dalam waktu 25 menit atau
95oC dalam waktu 10 menit

Jenis detergen dan desinfektan


ramah lingkungan agar mudah
terurai

Angka kuman linen bersih = tidak


mengandung 6x103 spora spesies
Bacillus per inci persegi
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN LAUNDRI

KESELAMATAN KESEHATAN KENYAMANAN KEMUDAHAN

PROTEKSI SISTEM RUANG


KEBAKARAN GERAK HUBUNGAN
VENTILASI ANTAR RUANG

PROTEKSI PETIR SISTEM KONDISI


PENCAHAYAAN TERMAL KELENGKAPAN
PRASARANA
PROTEKSI SISTEM DAN SARANA
PANDANGAN
KELISTRIKAN SANITASI

PROTEKSI BAHAN GETARAN


STRUKTUR BANGUNAN DAN
KEBISINGAN
TATA LAKSANA
• Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran yang
memadai, air panas untuk desinfeksi dan tersedia desinfektan
1

• Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran pembuangan air
limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen yang berbeda
2

• Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non infeksius
3

• Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pemgolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah
4
• Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya
yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan
kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi,
5 dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk linen

• Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,


pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah
6 ditetapkan

• Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus


menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan memperoleh
7 imunisasi hepatitis B.
PERSYARATAN KOMPONEN
BANGUNAN RUANG LAUNDRY
a.Lantai
1. Lantai harus kuat, kedap air, permukan rata, tidak berpori, tidak licin,
warna terang dan mudah dibersihkan.
2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
3. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung
(hospital plint) agar mudah dibersihkan.
b. Dinding
– Permukaan dinding harus kuat, rata, tidak berpori, berwarna terang
– Menggunakan cat yang tidak luntur dan tahan terhadap suhu dan kelembaban
yang ekstrim.
– Serta menggunakan cat yang tidak mengandung logam berat.
c. Atap
1. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
d. Langit-langit
1. Langit-langit harus kuat, tidak berpori, berwarna terang dan mudah dibersihkan
2. Langit-langit tingginya minimal 2,7 meter dari lantai.
3. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
e. Balkon, beranda dan talang
Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak
terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk.
f. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
g. Jendela
Jendela harus memiliki bukaan yang cukup, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
PERSYARATAN PRASARANA
(UTILITAS) RUANG LAUNDRY
a. Jaringan Instalasi
1. Pemasangan jaringan instalasi air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem penghawaan,
sarana komunikasi dan lain-lain harus memenuhi persyaratan keandalan bangunan baik
dari segi keselaman, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan agar aman
digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
2. Pemasangan pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah.
b. Transportasi Vertikal dan Horisontal Antar Ruangan
3. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian rupa dan
dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan sehingga memudahkan hubungan dan
komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi.
4. Koridor, lif, ram, dan tangga harus aksesibel untuk orang tua dan difabel.
c. Sistem proteksi kebakaran
1. Fasilitas Pemadam Kebakaran harus dilengkapi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila
terjadi kebakaran.
d. Instalasi Tata Udara /Ventilasi
1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruangan dengan baik
2. Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai
3. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, kamar atau ruangan harus dilengkapi dengan penghawaan
buatan/ventilasi mekanis
PROGRAM RUANG PADA RUANG LAUNDRY YANG
HARUS TERSEDIA
1. R. linen kotor, R. linen bersih, R. linen higienis, R. linen steril,
2. Ruangan untuk perlengkapan kebersihan,
3. Ruangan perlengkapan cuci,
4. Ruangan kereta linen kotor, (ditambah ruang mobil linen kotor untuk pihak ketiga)
5. Ruangan kereta linen bersih,
6. Ruangan kereta linen higienis, (ditambah ruang mobil linen higienis untuk pihak ketiga)
7. Ruangan kereta linen steril (di ruang bedah, ICU, ruang isolasi di rumah sakit),
8. Kamar mandi,
9. Ruangan peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk linen
10. Ruangan Penyimpanan Stok Linen Bersih, Linen Higienis, dan Linen Steril (khusus di ruang
bedah, ICU, ruang isolasi di rumah sakit)
PROSES PENGOLAHAN LINEN DI RS
ALUR PROSES
RUANG RAWAT INAP/ RAWAT JALAN
PENERI MAAN LI NEN KOTOR
PENI MBANGAN/
PENGHI TUNGAN/ PEMI LAHAN

LI NEN I NFEKSI US NON I NFEKSI US

DEKONTAMI NASI
+ 2 JAM PERENDAMAN

PENI MBANGAN
PENCUCI AN
PENGERI NGAN
MANGGEL/ SE TRI KA
PENYORTI RAN/
PELIPATAN

ROBEK/ RUS AK BERSI H BERNODA

PENJAHI TAN PENYI MPANAN


DIS TRI BUSI
PENGOLAHAN LINEN
• Pemilahan antara linen infeksius dan non
PENGUMPULA infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong
N plastik sesuai jenisnya serta diberi label
• Menghitung dan mencatat linen di
ruangan
Dalam tahap pemilahan yang harus diperhatikan :
– Pemisahan proses pewadahan/pengumpulan linen menggunakan kantong
plastik dengan identitas yang berbeda dan tidak rusak saat diangkut.
– Hilangkan bahan padat (misalnya feses) dari linen yang sangat kotor
(menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat tersebut ke dalam
toilet sebelum linen dimasukkan ke kantong cucian.
– Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati untuk mencegah
kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya.
– Linen yang sudah digunakan kemudian harus dicuci sesuai prosedur
pencucian biasa.
– Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien. Masukkan linen yang
terkontaminasi langsung ke kantong cucian di ruang isolasi dengan
memanipulasi minimal atau mengibas-ibaskan untuk menghindari
kontaminasi udara dan orang
– Ada pandangan sebaikya di ruangan dilakukan perlakuan disinfeksi linen
kotor infeksius dengan cara merendam dalam larutan disinfektan.
– Kemudian dilakukan penghitungan dan pencatatan linen di ruangan.
• Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah
antara infeksius dan non infeksius
• Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
PENERIMAAN

• Menimbang berat linen untuk menyesuaikan


dengan kapasitas mesin cuci dan kebutuhan
deterjen dan desinfektan
PENCUCIAN • Membersihkan linen kotor dari tinja, urin,
darah, dan muntahan kemudian merendamnya
dengan menggunakan desinfektan
• Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat
kekotorannya
PENGERINGAN

PENYETRIKAA
N
• Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya
• Linen baru yang diterima ditempatkan di
PENYIMPANAN lemari bagian bawah
• Pintu lemari selalu tertutup
• Dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas
penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih
DISTRIBUSI kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima

• Kantong untuk membungkus linen


bersih harus dibedakan dengan kantong
yang digunakan untuk membungkus
linen kotor
• Menggunakan kereta dorong yang
berbeda dan tertutup antara linen bersih
dan linen kotor. Kereta dorong harus
PENGANGKUTAN dicuci dengan desinfektan setelah
digunakan mengangkut linen kotor
• Waktu pengangkutan linen bersih dan
kotor tidak boleh dilakukan bersamaan
• Linen bersih diangkut dengan kereta
dorong yang berbeda warna
• Rumah sakit yang tidak mempunyai
laundry tersendiri, pengangkutannya
dari dan ke temapt laundry harus
BAHAN KIMIA LAUNDRY

21
PENCUCIAN LINEN

22
PENGGUNAAN STEAM UP DALAM
PROSES CUCI

23
PENYETRIKAAN LINEN (SKALA BESAR)

24
PENYETRIKAAN LINEN

25
PENYIMPANAN LINEN

26
PENYIAPAN LINEN BERSIH

27
PENYIMPANAN LINEN BERSIH

28
PENGANGKUTAN LINEN :

29
TROLLY DISTRIBUSI

30
FASILITAS DISTRIBUSI LINEN BERSIH

31
DAMPAK PENANGANAN LINEN YANG
KURANG TEPAT
• Pengelolaan linen yang tidak baik akan menimbulkan :
– Penumpukan linen kotor
– Linen kotor akan mengotori linen bersih
– Akan menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah sakit.
– Menimbulkan masalah K3 dan infeksi akibat pelayanan kesehatan (HAIS)
PENGENDALIAN DAMPAK
PENANGANAN LINEN
Pengendalian Pada Sumber (Linen) :
Pengendalian dampak linen pada sumber merupakan upaya isolasi dini pada
linen khususnya linen kotor infeksius dan linen bersih setelah dilakukan proses
pencucian. Jenis pengendalian tersebut meliputi :
– Pemisahan perlakuan linen kotor infeksius dan non infeksius dengan
melakukan penampungan/pengumpulan pada ruang dan kantong plastik
penampung yang berbeda
– Melakukan disinfeksi dengan proses perendaman dalam larutan disinfektan
– Membuang kotoran yang melekat pada linen kotor seperti kotoran feses,
darah, nanah dan cairan tubuh lainnya sebelum di lakukan proses
perendaman larutan disinfektan dan proses pencucian
Pengendalian Pada Media (Udara, Alat) :
Mekanisme dampak penanganan linen kotor adalah terjadinya
infeksi bakteri melalui media udara, air bekas cucian dan fasilitas
penanganan linen. Media ini bila kontak dengan petugas akan
memberikan pengaruh pada penularan penyakit. Pengendaliannya
adalah :
– Mendisain ruangan dengan konstruksi ruangan yang tidak
lembab dan cukup sinar matahari masuk serta adanya pembagian
ruangan yang jelas yang dilengkapi pembatas pintu.
– Memasang sistem pengaturan sirkulasi udara dengan memasang
exhaust fan, terutama di ruang penerimaan linen kotor dan ruang
pencucian
– Melakukan penyaluran dan pengolahan air bekas cucian ke
Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL)
– Melakukan disinfeksi pada fasilitas penanganan linen, seperti
gerobak/troli angkut linen, alat timbang linen, ruang laundry dan
mesin laundry.
Pengendalian Pada Tenaga :
Pengendalian dampak penanganan linen pada tenaga
meliputi:
• Pembekalan pengetahuan tenaga akan dampak negatif
penanganan linen
• Penyediaan alat pelindung diri, seperti pakaian kerja,
masker, penutup kepala, sepatu boot, kaos tangan dll.
• Melakukan pengawasan tenaga pada perlakuan proses
penanganan linen dan pemakaian alat pelindung kerja
• Menciptakan ruang kerja laundry yang nyaman
• Melakukan medical check up petugas laundry
MONEV PENGELOLAAN LINEN RS
Monev terhadap pengelolaan Monev terhadap pengendalian
linen faktor risiko pengelolaan linen
• Kesesuaian pelaksanaan • Jumlah kasus
dengan SOP • Pola sebaran kasus
• Pencapaian indikator dan
sasaran yang ditetapkan
• Sumber daya manusia
• Jumlah dan kualitasnya
• Waktu pelaksanaan kegiatan
• Pembiayaan
LANGKAH INSPEKSI LINEN
1. Mengumpulkan data dasar ( denah, tenaga kerja, proses,
produk utama/samping, keadaan kesehatan petugas, shit,
jam istirahat, keadaan keselamatan dll)
2. Membuat situasi tempat kerja
3. Pemeriksaan lingkungan kerja ( konstruksi, gudang bahan,
ruang kerja petugas, proses kerja, faktor lingkungan)
4. Pemeriksan fasilitas K3 (pakaian kerja, alat pelindung,
poster K3, fasilitas cuci tangan, dll)
5. Pemeriksan fasilitas kesejahteraan (MCK, tempat istirahat,
ruang ganti pakaian dll)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai