Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. RISIKO
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya
berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit
pula yang memberikan konsekuensi medis yang cukup berat.
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya
yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klini
adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan
lain yang dialami pasien selama di RS. Sementara risiko non medis ada yang
berupa risiko bagi organisasi maupun risiko financial. Risiko organisasi adalah
yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk layanan, proteksi
data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian
organisasi. Risiko finansial adalah risiko yang dapat mengganggu kontrol
finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat
menyediakan pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007)
Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (Umumnya bersifat
foreseeable but unavoidable, calculated, controllable).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘the only way’ (unavoidable).
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter
tidak bertanggung jawab secara hokum.
3. Risiko yang unforeseeable = untoward results

Faktor –faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :

Faktor Komponen yang berperan


Organisasi dan  Sumber dan keterbatasan keuangan
Manajemen  Struktur organisasi
 Standar dan tujuan kebijakan
 Safety culture
Lingkungan pekerjaan  Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
 Beban kerja dan pola shift
 Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
 Dukungan administratife dan manajerial
Tim  Komunikasi verbal
 Komunikasi tulisan
 Supervisi dan panduan
 Struktur Tim
Individu dan staf  Kemampuan dan keterampilan
 Motivasi
 Kesehatan mental dan fisik
Penugasan  Desain penugasan dan kejelasan struktur
penugasan
 Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang
ada
 Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien  Kondisi (Keparahan dan kegawatan)
 Bahasa dan komunikasi
 Faktor social dan personal

Langkah – langkah untuk meminimalkan risiko :


 Meningkatkan peran rumah sakit dan manajemen dalam mencegah error dengan
cara mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan system
pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas dan lingkungan . Hal
tersebut di presentasikan dalam bentuk SPO, clinical practice guidelines, clinical
pathway dll.
 Meningkatkan peran staf rumah sakit agar terlihat langsung maupun tidak

langsung dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk mampu mengenali,

mengidentifikasi dan menganalisis kejadian medical error dan melakukan upaya

yang adekuat untuk mengatasi error yang sudah terlanjur terjadi.

 Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja

dalam satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja

manajemen rumah sakit yang baik, mulai dari dukungan moral, financial, teknis

dan operasional hingga terjalinnya kominikasi yang baik antara pihak manajemen

dengan pihak praktisi.

Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun system yang dapat

menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi

pasien maupun petugas dan lingkungan sekitar, pendekatan yang dapat dilakukan

disebut dengan manajemen risiko.

B. MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare

Organizations adalah aktivitas klinik dan administrative yang dilakukan oleh

rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko

terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi rumah sakit.

Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari

identifikasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan

mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu.


Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan

manajemen risiko. Upaya manajemen risiko adalah : (RR, Balsamo dan MD,

Brown.,1998)

Manajemen risiko dilakukan berdasarkan Risk Management Logic

(Dwipraharso,2004), yaitu:

What are the hazards (identifikasi risiko)

Probability, Severity, Exposure

Level of risk ?

Yes Acceptable? No

Accept the risk Can it be eliminated?


- Eliminated Can it be reduced?
- Reduced Cancel the mission?

Manajemen risiko merupakan upaya yang positif untuk mencegah masalah


dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan dalam suasana no blame culture.
Tahapan manajemen risiko adalah :
1. Risk awareness. Seluruh staf rumah sakit harus menyadari risiko yang mungkin
terjadi di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis. Metode
yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain: self-assesment, system
pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (laporan insiden),
pengamatan KPC (kondisi potensi cidera) dan audit klinis.
2. Risk control (and or risk prevention). Langkah langkah yang diambil
manajemen untyk mengendalikan risiko. Upaya yang dilakukan :
 Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)
 Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun
terhadap derajat keparahannya.
 Mengurangi dampaknya.
3. Risk containment. Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu
tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak
terpredisikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah mengurangi
besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam
mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons
yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh
komunikasi yang efektif.
4. Risk transfer. Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi jiga dan menimbulkan
kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut kepada pihak
yang sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem asuransi.

Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari pembuatan standar
(set standards), patuhi standar tersebut (comply with them), kenali bahaya (identify
hazards), dan cari pemecahannay (resolve them).

5.1 MENENTUKAN KONTEKS

5.3 ASESMEN RISIKO

5.3.1. IDENTIFIKASI
5.2 RISIKO 5.5
KOMUIK
5.3.2. ANALISA RISIKO MONIT
ASI
ORING
DAN
DAN
KONSUL 5.3.3. EVALUASI RISIKO REVIU
TASI

5.4 PERLAKUAN RISIKO


C. MAKSUD :

Maksud manajemen risiko di RS Ananda Purwokerto adalah upaya-upaya yang


dilakukan rumah sakit yang dirancang untuk mencegah cedera pada pasien atau
meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen risiko dilakukan dengan
mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut
(dilakukan dengan menerapkan no blame culture)

C. TUJUAN DILAKUKANNYA MANAJEMEN RISIKO :


a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS Ananda Purwokerto
b) Meningkatkan akuntabilitas.
c) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
e) Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan adanya
antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternative
penyelesaiannya.
f) Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya.

D. PELAKSANA:
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
BAB II
TATA CARA PELAKSANAAN

A. IDENTIFIKASI RISIKO.
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,
Kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak
yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada: Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan penyebabnya
dan potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif
melalui self assessment, incident reporting sistem dan clinical audit, pengamatan
KPC (kondisi potensi cidera) dan dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non
medis.

B. URUTAN PRIORITAS RISIKO DENGAN MENGUKUR TINGKAT


RISIKO.
Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat diakibatkan
sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah
teridentifikasi.Kemudian risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan
bobot dan prioritas risiko yang telas terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan
tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya
ringan dan tidak prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan
menjadikannya catatan. Namun bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan
mengganggu pencapaian tujuan rumah sakit, maka ditentukan sebagai prioritas
utama dan harus diatasi atau ditransfer, atau bahkan menhentikan kegiatan yang
meningkatkan terjadinya risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan
keputusan berdasarkan hasil analisis risiko.
Menentukan prioritas risiko dengan menggunakan rumus:

TINGKAT RISIKO = PELUANG X AKIBAT


Kriteria Peluang (P)
Kriteria Peluang (P)

Kriteria Probabilitas Frekuensi / Tahun Nilai

Sangat Hampir pasti / sangat mungkin Terus menerus; lebih 5


Besar akan terjadi dari 50 x terjadi
Besar Mungkin terjadi (50-50 Sering; 13 - 49 x terjadi 4
Kesempatan)
Substantial Tidak biasa namun dapat Kadang-kadang; 6 – 12 3
terjadi; x terjadi
Menengah Kecil kemungkinannya untuk Tidak sering; 3 – 5 x 2
terjadi kejadian
Kecil Sangat kecil kemungkinannya Jarang; 1 – 2 x kejadian 1
Kriteria Dampak (A)

Aspek Sangat Ringan Sedang Berat Sangat


ringan berat
(Nilai) (1) (2) (3) (4) (5)

Keuangan Sd Rp 10 >Rp 10 Juta >Rp 50 Juta >Rp 100 Juta >Rp 1


Juta sd Rp 50 Juta sd Rp 100 sd Rp 1 Milyar
Juta milyar
Keselamat Cidera Menyebabka Menyebabkan Menyebabkan Bebera
an & tidak n cidera / cidera serius satu pa
Kesehatan serius / penyakit seperti cacat kematian, kemati
minor yang atau memperberat an dan
misalnya memerlukan kehilangan atau menye
: lecet, perawatan anggota tubuh menambah babkan
luka medis lebih permanen, penyakit pada penyak
kecil, dari 7 hari menyebabkan pasien atau it yang
hanya dan dapat penyakit yang karyawan, bersifat
perlu disembuhkan memerlukan menyebabkan komuni
penanga perawatan penyakit yang tas /
nan P3K medis lebih bersifat endemi
dari 7 hari dan kronis atau c pada
dapat di permanen karyaw
sembuhkan (HIV, an atau
Hepatitis, pasien
Keganasan,
Tuli,
gangguan
fungsi organ
menetap)
Operasion Pelayana Pelayanan Pelayanan Sebagian Berhen
al n tidak terhambat terhambat proses ti total
terhamba kurang dari lebih dari 30 berhenti dan
t 30 menit menit pelayanan
terhambat
hingga lebih
dari 1 hari

Keluhan Adanya Adanya Adanya Adanya Adany


Pelanggan keluhan keluhan keluhan keluhan a
yang tertulis tertulis dan tertulis dan keluha
disampai sebanyak > 5 tuntutan tuntutan n
kan kasus dalam pasien < Rp pasien Rp 10 tertulis
secara sebulan 10 Juta juta sd RP 50 dan
lisan juta tuntuta
n
pasien
> Rp 1
Milyar
C. TENTUKAN RESPON RUMAH SAKIT.

Respon RS di tentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan risiko, yang


meliputi :

a) Identifikasi potensial risiko dan hazard.


b) Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana caranya.
c) Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup atau perlu
diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
d) Catat temuan lalu buat rencana pengelolaannya.
e) Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.

Proese menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko
tersebut bila benar terjadi;

1) Risiko yang dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti dan mendapat


perhatian dari pimpinan
2) Risiko yang dampaknya menengah-ringan akan dikelola oleh Panitia PMKP
bersama kepala Unut Kerja untuk membuat rencana tindak lanjut dan
pengawasan.

PETA RISIKO

Hampir pasti / 5 5 10
Sangat mungkin
akan terjadi

Mungkin terjadi 4 4 8 12
(50-50
kesempatan)
Peluang 3 3 6 9 12
Tidak biasa
namun dapat
terjadi;
2 2 4 6 10
Kecil
kemungkinannya
untuk terjadi
1
Sangat kecil 1 2 9
kemungkinannya

1 2 3 4 5
Sangat Ringan Sedang Berat Sangat
Ringan Berat

Dampak

KRITERIA SKOR RISIKO (R)

Skor Kriteria Keterangan

20 - 25 Sangat Tinggi Hentikan kegiatan dan perlu perhatian manajemen


puncak.
14 - 16 Tinggi Perlu mendapat perhatian dari manajemen puncak dan
tindakan perbaikan segera di lakukan.
10 - 13 Menengah Lakukan perbaikan secepatnya dan tidak di perlukan
keterlibatan pihak manajemen puncak.
5-9 Rendah Tindakan perbaikan dapat di jadwalkan kemudian dan
penanganan cukup dilakukan dengan prosedur yang
ada
1 -3 Sangat Rendah Risiko dapat di terima

D. KELOLA KASUS RISIKO UNTUK MEMINIMALKAN KERUGIAN (RISK


CONTROL).

Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyelesaikan pilihan-pilihan yang dapat


mengurangi atau menindakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko. Perlakuan
yang dapat dipilih adalah;

 Pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yamg merupakan langkah-


langkah antisipatif yang direncanakan dan dilakukan secara rutin untuk
mengurangi risiko.
 Penanganan = langkah-lamgkah yang diambil untuk mengurangi risiko jika
tindakan pengendalian belum memadai. Dapat juga bermakna langkah-langkah
yang telah direncanakan dan akan dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.
Sementara menurut NHS ( National Health System) pengelolaan adalah :
1) Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan
keuntungan yang lebih besar daripada kerugian
2) Mentoleransi risiko
3) Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi
4) Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko
OPSI PERLAKUAN RISIKO

Klasifikasi Jenis Pengendalian

Menghindari risiko 1 Menghentikan kegiatan

2 Tidak melakukan kegiatan

Mengurangi risiko 1 Membuat kebijakan / SPO


(pembuatan dan pembaruan prosedur,
standard an check-list);

2 Mengganti atau membeli alat;

3 Mengembangkan system informasi


(IT), pelatihan penyegaran bagi
personil, seminar, pembahasan kasus;
4 Melaksanakan prosedur (pengadaan,
perbaikan dan pemeliharaan bangunan
dan instrument yang sesuai dengan
persyaratan; pengadaan bahan habis
pakai sesuai dengan prosedur dan
persyaratan.

Mentransfer risiko 1 Asuransi

2 Alih dayakan pekerjaan

Menerima risiko

Membangun upaya pencegahan .

Dalam hal ini adalah monitoring dan tinjauan. Monitoring adalah pemantauan rutin
terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau
harapan yang akan dihasilkan. Tinjauan atau pengkajian berskala atas kondisi saat
ini dan dengan fokus tertentu.

E. KELOLA PEMBIAYAAN RISIKO (RISK FINANCING).


Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian atau penanganan yang dilakukan.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Balsamo RR and Brown MD, Risk Management. In : Sanbar SS, Gilbolsky A,


Firestone MH, LeBlang TR. (eds) Legal medicine. Fourth ed, St Louis (Mosby), 1998.
2. Corporate risk management Policy. NHS Direct. 2008
3. UGM, Materi Kuliah MMR FK UGM, 2009
4. SNI ISO 31000
5. Risk Management PT Pupuk Kaltim, 2012
Komponen Data Probabilitas / Frekuensi Resiko / Kesehatan, Finansial, Hukum, Regulasi Sistem yang berlaku Nilai Nilai
program Akibat Peta Resi
resik ko
o Total
Kecenderun Memperpan Klinis / Klinis / Tidak Peraturan Peraturan Peratur Peratur
Sangat Besar Substa Menen Jarang Kehilang gan jang masa finansial finansial ada ada, ada, an ada, an ada,
besar (Freku nsial gah (1-2x / an kehilangan perawatan sedang minimal peraturan fasilitas fasilitas fasilita fasilita
(Frekuensi ensi (Freku (Freku tahun) hidup / fungsi tidak ada, tidak s ada, s
> 50x/tahun 13-49x ensi 6- ensi 3- anggota ada,tidak dilaksana tidak ada,sel
/tahun) 12x 5x/ badan / dilaksana kan selalu alu
/tahun) tahun) fungsi kan dilaksa dilaksa
nakan nakan

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Kegagalan
Tindakan
pencegahan
Kurangnya hand Keputusan 3 3 2 9 18
hygiene dokter 64,3%,
perawat
73%.HAI’S
terburuk
(IADP)
menyebabkan
masa rawat
memanjang.
Kurangnya Pelatihan 2 3 2 6 12
edukasi terhadap dokter 9x /
staff tahun.
Kejadian
pajaan
5xtahun
berakibat
cedera tidak
serius /minor
Krangnya edukasi Edukasi rutin 1 1 2 1 2
terhadap pasien pada pasien
baru

kewaspadaan
isolasi
Kurangnya Staff medis 2 1 2 2 4
penggunaan APD secara umum
pada staff medis telah
menggunakan
APD dengan
tepat. Audit
belum
dilaksanakan
Kurangnya Didapatkan 4 1 2 8
penggunaan APD staff yang
pada staff non belum
medis menggunakan
APD dengan
tepat. Audit
belum
dilaksanakan
Kewaspadaan Penempatan 2 1 2 4
airborne kurang pasien di
ruangan
isolasi bila
telah
terdeteksi
dengan
infeksi
airborne telah
dilakukan
tetapi belum
maksimal
Kewaspadaan Penempatan 2 1 2 4
droplet kurang pasien di
ruangan
isolasi bila
telah
terdeteksi
dengan
infeksi
airborne telah
dilakukan
tetapi belum
maksimal
Komponen program Data Probabilitas / Frekuensi Resiko / Kesehatan, Finansial, Hukum, Regulasi Sistem yang berlaku Nilai Nilai
Akibat Peta Resi
resik ko
o Total
Kecenderun Memperpan Klinis / Klinis / Tidak Peraturan Peraturan Peratur Peratur
Sangat Besar Substa Menen Jarang Kehilang gan jang masa finansial finansial ada ada, ada, an ada, an ada,
besar (Freku nsial gah (1-2x / an kehilangan perawatan sedang minimal peraturan fasilitas fasilitas fasilita fasilita
(Frekuensi ensi (Freku (Freku tahun) hidup / fungsi tidak ada, tidak s ada, s
> 50x/tahun 13-49x ensi 6- ensi 3- anggota ada,tidak dilaksana tidak ada,sel
/tahun) 12x 5x/ badan / dilaksana kan selalu alu
/tahun) tahun) fungsi kan dilaksa dilaksa
nakan nakan

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Kewaspadaan kontak Staff medis 2 1 2 2 4
kurang secara umum
telah
menggunakan
APD dengan
tepat. Audit
belum
dilaksanakan
Ruangan bertekanan Ruangan 5 5 1 25
negative tidak ada isolasi
tersedia
dengan
standard
pressure.
Kebijakan
merujuk
pasien dengan
airborne
disease berat
telah
dilaksanakan
Pencegahan pajanan
Pencegahan pajanan Kejadian 3 1 2 3 6
terhadap benda tajam pajanan
dan jarum kurang 5x/tahun
berakibat
cedera tidak
serius / minor
Kurangnya perlindungan Staff medis 2 1 2 2 4
respirasi pada staff secara umum
medis telah
menggunakan
APD respires
dengan tepat.
Audit belum
dilaksanakan
Kurangnya perlindungan Staff non 5 1 5 25
respirasi pada staff non medis (missal
medis : registrasi)
belum
ditentukan
harus
menggunakan
APD.
Kejadian
penularan
infeksi
respires dari
pasien ke
petugas non
medis belu
Resiko terpapar TB Staff medis 2 1 2 4
yang bertugas
di poli TB
secara umum
telah
menggunakna
APD
respirasideng
an tepat.
Audit belum
dilaksanakan.
Komponen Program Data Probabilitas / Frekuensi Resiko / Kesehatan, Finansial, Hukum, Regulasi Sistem yang Berlaku Nilai Nilai
Akibat Peta resik
Kecenderun Memperpan Klinis / Klinis / Tidak Peraturan Peraturan Peratur Peratur Kons o
gan jang masa finansial finansial ada ada, ada, an ada, an ada, ep Total
Sangat Besar Substa Menen Jarang Kehilang
besar (Freku nsial gah (1-2x / an kehilangan perawatan sedang minimal peraturan fasilitas fasilitas fasilita fasilita
(Frekuensi ensi (Freku (Freku tahun) hidup / fungsi tidak ada, tidak s ada, s
> 50x/tahun 13-49x ensi 6- ensi 3- anggota ada,tidak dilaksana tidak ada,sel
/tahun) 12x 5x/ badan / dilaksana kan selalu alu
/tahun) tahun) fungsi kan dilaksa dilaksa
nakan nakan

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Persiapan pajanan Staff medis 2 1 2 2 4
infeksi di secara umum
kegawatdaruratan telah
menggunakan
APD respirasi
dengan
tepat.Audit
belum
dilaksanakan

Infeksi terkait petugas


kesehatan
Infeksi jarum infuse 88 kasus / 5 3 2 5 30
perifer (Phlebitis) tahun
Infeksi jarum infuse 15 kasus / 4 3 2 12 24
perifer (phlebitis) tahun
terkait penggunaan
cairan konsentrat
Infeksi aliran darah Tidak 1 4 2 4 8
primer (IADP) ditemukan
Infeksi saluran kemih Tidak 1 2 2 2 4
(ISK) ditemukan
Infeksi luka Operasi 3 kasus / 2 3 2 6 12
(ILO) tahun
Ventilator associated 1 kasus / 1 5 2 5 10
pneumonia (VAP) tahun
Outbreaks Tidak 1 5 2 5 10
ditemukan
Sentinel Event Tidak 1 5 2 5 10
ditemukan
Kesehatan karyawan
Imunisasi staff kurang Kebijakan 5 4 1 20
pemeriksaan
Kurangnya kepatuhan
HBsAG dan 1 1 1 1
akan kebijakan
check up pada
pemeriksaan kesehatan
karyawan
baru.
Karyawan
mendapatkan
fasilitas
berobat bila
sakit
Resiko pajanan benda Kejadian 2 3 2 6 12
tajam / jarum pajanan
5x/tahun
berakibat
cedera tidak
serius/minor

Komponen program Data Probabilitas / Frekuensi Resiko / Kesehatan, Finansial, Hukum, Regulasi Sistem yang berlaku Nilai Nilai
Akibat peta resik
Kecenderun Memperpan Klinis / Klinis / Tidak Peraturan Peraturan Peratur Peratur resik o
gan jang masa finansial finansial ada ada, ada, an ada, an ada, o total
Sangat Besar Substa Menen Jarang Kehilang
besar (Freku nsial gah (1-2x / an kehilangan perawatan sedang minimal peraturan fasilitas fasilitas fasilita fasilita
(Frekuensi ensi (Freku (Freku tahun) hidup / fungsi tidak ada, tidak s ada, s
> 50x/tahun 13-49x ensi 6- ensi 3- anggota ada,tidak dilaksana tidak ada,sel
/tahun) 12x 5x/ badan / dilaksana kan selalu alu
/tahun) tahun) fungsi kan dilaksa dilaksa
nakan nakan

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Lingkungan
Kebersihan Kepatuhan 5 3 2 30
lingkungan yang petugas
sesuai standart cleaning
kurang services
menjalankan
SOP kurang,
pemilihan
limbah
kurang, hasil
monitoring
mikrobiologi
kurang baik.
Dampak
tersebar
terjadi ILO.
Monitoring 11 Pasien 3 1 2 3 6
hemodialisa kurang (0,24%) reuse
tidak sesuai
ketentuan
Monitoring Hasil 1 3 2 3 6
sterilisasi kurang pemeriksaan
mikrobiologi
baik
Pencegahan resiko Koordinasi 2 1 2 2 4
infeksi dampak dengan
konstruksi kurang Instalasi
pemeliharaan
sarana kurang
baik
Antibiotik Rasional
Kurangnya Belum ada 3 2 5 30
penggunaan sistem dan
antibiotik yang monitoring
rasional terhadap
penggunaan
antibiotika
yang tidak
rasional
Kurangnya program Telah 3 2 3 18
monitoring dilakukan
penggunaan pemetaan
antibiotik kuman dari
kultur pasien,
tetapi hasil
masih biasa

Anda mungkin juga menyukai