Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO

RSUD GUNUNGSITOLI
TAHUN 2016

Pandun Manajemen Risiko Page 1


DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN............................................. 3
A. Latar Belakang........................................................ 3
B. Faktor-faktor Terjadinya Risiko....... 4
C. Tujuan Manajemen Risiko.................... 4
D. Maksud dari Manajemen Risiko................. 4
E. Langkah-langkah Meminimalkan Risiko.................... 4
BAB II : DEFENISI......................................................... 5
A. Pengertian Risiko....................................................... 6
B. Pengertian Manajemen Risiko.................................... 6
BAB III : RUANG LINGKUP.............................................
A. Severiti Assesmen Code (SAC)..................................... 9
B. Kategori Assesment.................................................... 9
C. Identifikasi Risiko....................................................... 9
D. Analisa Risiko............................................................. 10
E. Evaluasi Risiko........................................................... 10
F. Penanganan Risiko...................................................... 10
G. Pengawasan (Monitor) dan Tinjauan (Review).............. 11
BAB IV : TATALAKSANA.............................................................. 12
A. Identifikasi Risiko................................................... 12
B. Urutkan Prioritas Risiko dengan Mengukur Tingkat Risiko
C. Tentukan Respon Rumah Sakit.................... 14
D. Kelola kasus risiko untuk meminimalkan kerugian (Risk
Control)........ 15
E. Membangun upaya pencegahan.............................. 16
F. Kelola pembiayaan risiko (Risk Financing).............. 16
BAB V : DOKUMENTASI

Pandun Manajemen Risiko Page 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya
berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula
yang memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi
bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah
risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang
dialami pasien selama di RS.
Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun
risiko finansial. Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan
komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko
yang dapat mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko
yang dapat mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem
yang harusnya dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT,
2007).
Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya bersifat foreseeable
but unavoidable, calculated, controllable).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘the only way’ (unavoidable).
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter tidak
bertanggung jawab secara hukum.
3. Risiko yang unforeseeable = untoward results (tidak bisa terhindari)
B. Faktor-faktor Terjadinya Risiko
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Faktor Komponen yang Berperan

Pandun Manajemen Risiko Page 3


Organisasi dan Manajemen  Sumber dan keterbatasan keuangan
 Struktur organisasi
 Standar dan tujuan kebijakan
 Safety culture
Lingkungan pekerjaan  Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
 Beban kerja dan pola shift
 Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
 Dukungan administratif dan manajerial
Tim  Komunikasi verbal
 Komunikasi tulisan
 Supervisi dan pemanduan
 Struktur tim
Individu dan Staf  Kemampuan dan ketrampilan
 Motivasi
 Kesehatan mental dan fisik
Penugasan  Desain penugasan dan kejelasan struktur penugasan
 Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
 Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik Pasien  Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
 Bahasa dan komunikasi
 Faktor sosial dan personal

C. Tujuan Manajemen Risiko


Tujuan dilakukannya manajemen risiko :
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSUD Gunungsitoli.
b. Meningkatkan akuntabilitas.
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
e. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan
adanya antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif
penyelesaiannya.
f. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan
lainnya.

D. Maksud Manajemen Risiko


Maksud manajemen risiko di RSUD Gunungsitoli adalah upaya-upaya yang
dilakukan RS yang dirancang untuk mencegah cedera pada pasien atau
meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen risiko dilakukan dengan
mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut
(dilakukan dengan menerapkan no blame culture).

E. Langkah-langkah Meminimalkan Risiko


Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko :
 Meningkatkan peran RS dan manajemen dalam mencegah error dengan cara
mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan
sistem pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas dan
lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan dalam bentuk SPO, clinical practice
guidelines (PPK), clinical pathway (Alur Klinis) dll.

Pandun Manajemen Risiko Page 4


 Meningkatkan peran staf RS agar terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam pelayanan kesehatan di RS untuk mampu mengenali, mengidentifikasi
dan menganalisis kejadian medical error dan melakukan upaya yang
adekuat untuk mengatasi error yang sudah terlanjur terjadi.
 Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang
bekerja dalam satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh
kinerja manajemen rumah sakit yang baik, mulai dari dukungan moral,
finansial, ,teknis dan oprasional hingga terjalinnya komunikasi yang baik
antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat
menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi pasien
maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan
disebut dengan manajemen risiko.

Pandun Manajemen Risiko Page 5


BAB II
DEFINISI

A. Pengertian Risiko
Risiko adalah :
 Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian
tujuan
 Efek dari ketidakpastian tujuan
B. Pengertian Manajemen Risiko
Manajeman Risiko adalah :
 Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang-
peluang sambil mengelaola efek yang tidak diharapkan.
 Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
berkaitan dengan risiko.
Secara garis besar, proses manajemen risiko dapat di jelaskan sebagai
berikut :
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare
Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh RS
untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera
atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu.
Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan
manajemen risiko . Upaya manajemen risiko adalah : (RR, Balsamo dan MD,
Brown, 1998)

Pandun Manajemen Risiko Page 6


Manajemen risiko dilakukan berdasarkan Risk Management Logic
(Dwipraharso, 2004), yaitu:

What are the hazards (identifikasi risiko)

Probability, Severity , Exposure

Level of risk ?

Yes Acceptable? No

Accept the risk Can it be eliminated?


- Eliminated Can it be reduced?
- Reduced Cancel the mission?

Manajemen risiko merupakan upaya yang proaktif untuk mencegah masalah


dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan dalam suasana no blame culture.
Tahapan manajemen risiko adalah:
1. Risk Awareness. Seluruh staf RS harus menyadari risiko yang mungkin terjadi
di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis. Metode yang
digunakan untuk mengenali risiko antara lain : Self-assessment, sistem
pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (laporan insiden) dan
audit klinis.
2. Risk Control (and or Risk Prevention). Langkah-langkah yang diambil manajemen
untuk mengendalikan risiko. Upaya yang dilakukan:
 Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)
 Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun
terhadap derajat keparahannya.
 Mengurangi dampaknya.
3. Risk Containment. Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu
tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak
terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah mengurangi
besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam

Pandun Manajemen Risiko Page 7


mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons
yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh
komunikasi yang efektif.
4. Risk Transfer. Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan
menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan risiko
tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem
asuransi.
Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari pembuatan
standar (set standards), patuhi standar tersebut (comply with them), kenali bahaya
(identify hazards), dan cari pemecahannya (resolve them).

Pandun Manajemen Risiko Page 8


BAB III
RUANG LINGKUP

A. Severiti Assesmen Code (SAC)


1. SAC I Katastropik dan mayor (segera harus dilaporkan ke Direktur)
2. SAC II Moderat (Kejadian dilaporkan pada saat pertemuan)
3. SAC III Minor dan Minimum (Pelaporan hanya data rekapitulasi saja)
,

B. Kategori Assesmen :
1. Pasien
2. Staf
3. Pengunjung
4. Pelayanan
5. Keuangan
6. Lingkungan
7. Organisasi
8. Reputasi

C. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah proses menemukan, mengenal, dan
mendeskripsikan risiko (ISO 31000:2009).
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah
mengidentifikasikannya. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi/mengenal/
mengetahui, tentu saja kita tidak dapat berbuat apapun terhadapnya. Identifikasi
risiko ini terbagi menjadi dua, yaitu identifikasi risiko proaktif dan identifikasi
risiko reaktif.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
dengan cara proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah sakit
mencapai tujuannya. Disebut mencari karena risikonya belum muncul dan
bermanifestasi secara nyata. Metode yang dapat dilakukan diantaranya : audit,
inspeksi, brainstrorming, pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit lain,
FMEA, analisa SWOT, survey, dan lain-lain.
Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/gangguan. Metoda
yang dipakai biasanya adalah melalui pelaporan insiden.
Tentu saja, lebih baik kita memaksimalkan identifikasi risiko proaktif, karena
belum muncul kerugian bagi organisasi.
Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur untuk melakukan
identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit diminta untuk mengidentifikasi
Pandun Manajemen Risiko Page 9
risikonya masing-masing. Setelah terkumpul, seluruh data identifikasi itu
dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi rumah sakit.

D. Analisa Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan
peringkat risiko (ISO 31000:2009)
Setelah diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan cara
menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul; serta berat ringannya dampak
yang ditimbulkan (ingat, defenisi risiko adalah: Peluang terjadinya sesuatu yang
akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan). Analisa peluang dan dampak
ini paling mudah jika dilakukan dengan cara kuantitatif. Caranya adalah dengan
memberi skor satu sampai lima masing-masing pada peluang dan dampak. Makin
besar angka, peluang makin sering atau dampak makin berat.
Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi kita dapatkan, kedua angka
itu kemudian dikalikan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan peringkat.
Mengapa perlu peringkat? Tentu saja, risiko perlu diberi peringkat, untuk
mendapatkan prioritas penanganannya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi
peringkatnya dan prioritasnya.

E. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko
dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan/atau besarnya dapat
diterima atau ditoleransi (ISO 31000:2009). Sedangkan kriteria risiko adalah
kerangka acuan untuk mendasari pentingnya risiko dievaluasi (ISO 31000:2009).
Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola oleh orang yag bertanggung jawab
sesuai dengan peringkatnya. Dengan demikian, tidak ada risiko yang terlewati, dan
terjadi pendelegasian tugas yang jelas sesuai dengan berat – ringannya risiko.

F. Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko (ISO 31000:2009).
Bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya :
 Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan aktifitas yang menimbulkan risiko;
 Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih baik,
lebih menguntungkan);
 Menghilangkan sumber risiko;
 Mengubah kemungkinan;
 Mengubah konsekuensi;
 Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko);

Pandun Manajemen Risiko Page 10


 Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan.

G. Pengawasan (Monitor) dan Tinjauan (Review)


Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan yang umum dilakukan
oleh organisasi manapun. Namun, untuk manajemen risiko ini perlu dibahas,
karena ada alat bantu yang sangat berguna. Alat bantu itu adalah Risk Register
(daftar risiko).
Risk Register adalah:
 Pusat dari proses manajemen resiko organisasi (NHS).
 Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami profil
resiko secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat penyimpanan
untuk semua informasi resiko (Risk Register Working Group 2002).
 Ini adalah ‘dokumen hidup’ yang dinamis, yang dkumpulkan melalui proses
penilaian dan evaluasi resiko organisasi (Risk Register Working Group 2002).
Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
 Risk register korporat, digunakan untuk risiko ekstrim (peringkat 15-25)
 Risk register divisi, digunakan untuk risiko dengan peringkat lebih rendah
atau risiko yang diturunkan dari risk register korporat karena peringkatnya
sudah turun.
Untuk mengurangi beban administrasi, risiko rendah (peringkat 1-3) tidak perlu
dimasukkan ke dalam daftar.
Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan bisa saja berubah.
Perubahan itu dapat berupa:
 Jumlahnya berubah karena ada risiko baru teridentifikasi.
 Tindakan pengendalian risikonya berubah karena dampak dan peluangnya
berubah.
 Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat, karena peringkatnya
sudah lebih rendah dari 15 ( dipindahkan ke risk register divisi)

Pandun Manajemen Risiko Page 11


BAB IV
TATA LAKSANA

A. Identifikasi Risiko
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,
kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan persitiwa yang mungking terjadi dan dampak
yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada: Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan
penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan dengan
proaktif melalui self asessment, incident reporting sistem dan clinical audit dan
dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.

B. Urutkan Prioritas Risiko dengan Mengukur Tingkat Risiko.


Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat
diakibatkan sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah
teridentifikasi. Kemudian risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan
bobot dan prioritas risiko yang telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan
tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya
ringan dan tidak prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan
menjadikannya catatan. Namun bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan
mengganggu pencapaian tujuan RS, maka ditentukan sebagai prioritas utama dan
harus diatasi atau ditransfer, atau bahkan menghentikan kegiatan yang
meningkatkan terjadinya risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan
keputusan berdasarkan hasil analisis risiko.

Menentukan Prioritas Risiko dengan Menggunakan Rumus :


TINGKAT RISIKO = PELUANG X FREKUENSI PAJANAN X AKIBAT

Pandun Manajemen Risiko Page 12


Kriteria Peluang (P)
Nilai Keterangan
10 Almost certain/Hampir pasti; Sangat mungkin
akan terjadi/hampir dipastikan akan terjadi pada
semua kesempatan.
6 Quite possible/Mungkin terjadi; Mungkin akan
terjadi atau bukan sesuatu hal yang aneh untuk
terjadi (50 – 50 kesempatan)
3 Unusual but possible/Tidak biasa namun dapat
terjadi; Biasanya tidak terjadi namun masih ada
kemungkinan untuk dapat terjadi tiap saat.
1 Remotely possible/Kecil kemungkinannya; Kecil
kemungkinannya untuk terjadi/sesuatu yang
kebetulan terjadi
0,5 Conceivable/Sangat kecil kemungkinannya; Belum
pernah terjadi sebelumnya setelah bertahun-tahun
terpapar bahaya/kecil sekali kemungkinannya
untuk terjadi
0,1 Practically impossible/Secara praktek tidak
mungkin terjadi; Belum pernah terjadi sebelumnya
di manapun/merupakan sesuatu yang tidak
mungkin untuk terjadi

Kriteria Frekuensi Pajanan (F)


Nilai Keterangan
10 Continue/Terus-menerus; terjadi beberapa kali dalam
sehari.
6 Frequent/Sering; terjadi harian/minimal sekali dalam
sehari
3 Occasional/Kadang-kadang; terjadi seminggu sekali
2 Infrequent/Tidak sering; terjadi sekali antara
seminggu sampai sebulan
1 Rare/Jarang; beberapa kali dalam setahun
0,5 Very rare/Sangat jarang; terjadi sekali dalam setahun
0 No exposure/Tidak terpapar;tidak pernah terjadi

Kriteria Akibat (A)


Nilai Keterangan
100  Catastrophik/Malapetaka/Keuangan ekstrem
 Banyak kematian
 Kerugian sangat besar/berhenti total
 Kerugian keuangan > 10 Milyar
40  Disaster/Bencana/Keuangan sangat berat
 Beberapa kematian
 Kerugian besar/sebagian proses berhenti
 Menyebabkan penyakit yang bersifat
komunitas/endemik pada karyawan atau pasien
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih
dari 1 hari
 Kerugian keuangan > 5 M – 10M
15  Very serious/Sangat serius/Keuangan berat
 Menyebabkan satu kematian, kerugian cukup besar
Pandun Manajemen Risiko Page 13
 Memperberat atau menambah penyakit pada
beberapa pasien atau karyawan
 Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau
kronis (HIV,Hepatitis,keganasan, tuli, gangguan
fungsi organ menetap).
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30
menit hingga 1 hari
 Kerugian keuangan 1-5 Milyar
7  Serious / Serius/ Keuangan sedang
 Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau
kehilangan anggota tubuh permanen
 Menyebabkan penyakit yang memerlukan perawatan
medis lebih dari 7 hari dan dapat disembuhkan
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari
30 menit.
 Kerugian keuangan 500 jt – 1 Milyar
3  Casualty treatment/Perawatan medis/Keuangan
ringan
 Menyebabkan cidera/penyakit yang memerlukan
perawatan medis atau tidak dapat masuk bekerja
hingga 7 hari.
 Kerugian keuangan 50 juta – 500 juta
1  First aid treatment /P3K/Keuangan sangat ringan
 Cidera tidak serius/minor seperti lecet, luka kecil dan
hanya perlu penanganan P3K
 Kerugian keuangan s/d 50 juta

C. Tentukan Respon RS.


Respon RS ditentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan risiko, yang
:
meliputi
- Identifikasi potensial risiko dan hazard.
- Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana caranya.
- Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup atau
perlu diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
- Catat temuan lalu buat rencana pengelolaanya.
- Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari
risiko tersebut bila benar terjadi. Risiko yang dampaknya besar harus segera
ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari pimpinan. Risiko yang dampaknya
medium-rendah akan dikelola oleh Sub Komite Manajemen Kinerja bersama Kepala
Unit Kerja/Instalasi untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan.

Pandun Manajemen Risiko Page 14


Kriteria Skor Risiko (R)
Skor Kriteria Keterangan
Lebih dari Sangat tinggi Hentikan kegiatan dan perlu perhatian
400 manajemen puncak.
200 - 400 Tinggi Perlu mendapat perhatian dari manajemen
puncak dan tindakan perbaikan segera di
lakukan.
70 – 199 Substantial Lakukan perbaikan secepatnya dan tidak
diperlukan keterlibatan pihak manajemen
puncak.
20 – 69 Menengah; Tindakan perbaikan dapat dijadualkan
kemudian dan penanganan cukup dilakukan
dengan prosedur yang ada
<20 Rendah Risiko dapat diterima

D. Kelola kasus risiko untuk meminimalkan kerugian (Risk Control)


Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat
mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko. Perlakuan
yang dapat dipilih adalah;
 Pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yang merupakan
langkah-langkah antisipatif yang direncanakan dan dilakukan secara rutin
untuk mengurangi risiko.
 Penanganan = langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko jika
tindakan pengendalian belum memadai. Dapat juga bermakna langkah-
langkah yang telah direncanakan dan akan dilakukan apabila risiko benar-
benar terjadi.
Sementara menurut NHS (National Health System) pengelolaan risiko adalah:
1. Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan
keuntungan lebih besar daripada kerugian
2. Mentoleransi risiko
3. Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi
4. Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko

Pandun Manajemen Risiko Page 15


Opsi Perlakuan Risiko :
Klasifikasi Jenis Pengendalian

Menghindari risiko Menghentikan kegiatan


Tidak melakukan kegiatan
Mengurangi risiko Membuat Kebijakan
Membuat SPO
Mengganti atau membeli alat
Mengembangkan sistem informasi
Melaksanakan prosedur
pengadaan, perbaikan dan
pemeliharaan bangunan dan
instrumen yang sesuai dengan
persyaratan; pengadaan bahan habis
pakai sesuai dengan prosedur dan
persyaratan; pembuatan dan
pembaruan prosedur, standar dan
check-list; pelatihan penyegaran bagi
personil, seminar, pembahasan
kasus, poster, stiker
Mentransfer risiko Asuransi
Mengeksploitasi risiko Mengambil kesempatan dengan
kondisi yang ada dengan
mempertimbangkan keuntungan
lebih besar daripada kerugian
Menerima risiko

E. Membangun upaya pencegahan


Dalam hal ini adalah monitoring dan reviu. Monitoring adalah pemantauan rutin
terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana
atau harapan yang akan dihasilkan. Review adalah peninjauan atau pengkajian
berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
F. Kelola pembiayaan risiko (Risk Financing)
Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian atau penanganan yang dilakukan.

Pandun Manajemen Risiko Page 16


BAB V
DOKUMENTASI

Formulir Risiko Unit Kerja (Terlampir)

Pandun Manajemen Risiko Page 17

Anda mungkin juga menyukai