RSUD GUNUNGSITOLI
TAHUN 2016
A. Latar Belakang
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya
berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula
yang memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi
bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah
risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang
dialami pasien selama di RS.
Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun
risiko finansial. Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan
komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko
yang dapat mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko
yang dapat mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem
yang harusnya dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT,
2007).
Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya bersifat foreseeable
but unavoidable, calculated, controllable).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘the only way’ (unavoidable).
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter tidak
bertanggung jawab secara hukum.
3. Risiko yang unforeseeable = untoward results (tidak bisa terhindari)
B. Faktor-faktor Terjadinya Risiko
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Faktor Komponen yang Berperan
A. Pengertian Risiko
Risiko adalah :
Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian
tujuan
Efek dari ketidakpastian tujuan
B. Pengertian Manajemen Risiko
Manajeman Risiko adalah :
Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang-
peluang sambil mengelaola efek yang tidak diharapkan.
Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
berkaitan dengan risiko.
Secara garis besar, proses manajemen risiko dapat di jelaskan sebagai
berikut :
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare
Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh RS
untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera
atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu.
Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan
manajemen risiko . Upaya manajemen risiko adalah : (RR, Balsamo dan MD,
Brown, 1998)
Level of risk ?
Yes Acceptable? No
B. Kategori Assesmen :
1. Pasien
2. Staf
3. Pengunjung
4. Pelayanan
5. Keuangan
6. Lingkungan
7. Organisasi
8. Reputasi
C. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah proses menemukan, mengenal, dan
mendeskripsikan risiko (ISO 31000:2009).
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah
mengidentifikasikannya. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi/mengenal/
mengetahui, tentu saja kita tidak dapat berbuat apapun terhadapnya. Identifikasi
risiko ini terbagi menjadi dua, yaitu identifikasi risiko proaktif dan identifikasi
risiko reaktif.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
dengan cara proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah sakit
mencapai tujuannya. Disebut mencari karena risikonya belum muncul dan
bermanifestasi secara nyata. Metode yang dapat dilakukan diantaranya : audit,
inspeksi, brainstrorming, pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit lain,
FMEA, analisa SWOT, survey, dan lain-lain.
Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/gangguan. Metoda
yang dipakai biasanya adalah melalui pelaporan insiden.
Tentu saja, lebih baik kita memaksimalkan identifikasi risiko proaktif, karena
belum muncul kerugian bagi organisasi.
Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur untuk melakukan
identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit diminta untuk mengidentifikasi
Pandun Manajemen Risiko Page 9
risikonya masing-masing. Setelah terkumpul, seluruh data identifikasi itu
dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi rumah sakit.
D. Analisa Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan
peringkat risiko (ISO 31000:2009)
Setelah diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan cara
menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul; serta berat ringannya dampak
yang ditimbulkan (ingat, defenisi risiko adalah: Peluang terjadinya sesuatu yang
akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan). Analisa peluang dan dampak
ini paling mudah jika dilakukan dengan cara kuantitatif. Caranya adalah dengan
memberi skor satu sampai lima masing-masing pada peluang dan dampak. Makin
besar angka, peluang makin sering atau dampak makin berat.
Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi kita dapatkan, kedua angka
itu kemudian dikalikan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan peringkat.
Mengapa perlu peringkat? Tentu saja, risiko perlu diberi peringkat, untuk
mendapatkan prioritas penanganannya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi
peringkatnya dan prioritasnya.
E. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko
dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan/atau besarnya dapat
diterima atau ditoleransi (ISO 31000:2009). Sedangkan kriteria risiko adalah
kerangka acuan untuk mendasari pentingnya risiko dievaluasi (ISO 31000:2009).
Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola oleh orang yag bertanggung jawab
sesuai dengan peringkatnya. Dengan demikian, tidak ada risiko yang terlewati, dan
terjadi pendelegasian tugas yang jelas sesuai dengan berat – ringannya risiko.
F. Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko (ISO 31000:2009).
Bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya :
Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan aktifitas yang menimbulkan risiko;
Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih baik,
lebih menguntungkan);
Menghilangkan sumber risiko;
Mengubah kemungkinan;
Mengubah konsekuensi;
Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko);
A. Identifikasi Risiko
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,
kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan persitiwa yang mungking terjadi dan dampak
yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada: Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan
penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan dengan
proaktif melalui self asessment, incident reporting sistem dan clinical audit dan
dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.