Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MANAJEMEN RISIKO DAN IMPLEMENTASI

MANAJEMEN RISIKO
Dosen pengampu: Yuni Kurniasih S.Kep.,Ns

DisusunOleh :

Irwan Ardianto [ 1710201080 ]


Alfi Zakiyah [ 1710201088 ]
Eko Arvin Witanto [ 1710201090 ]
Nur Afifah Luthfiani [ 1710201091 ]
Nur Fitriana Rahmawati [ 1710201095 ]
Ifa Alifah [ 1710201096 ]

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISIYAH YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “MANAJEMEN RISIKO DAN IMPLEMENTASI
MANAJEMEN RISIKO”. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KPKK. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman diri. Demi kesempurnaannya, kami selalu mengharapkan adanya saran dan
masukan dari berbagai pihak.

Dalam penyusunan makalah ini tentu melibatkan banyak pihak yang turut serta
membantu menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Yuni Kurniasih S.kep.,Ns
2. Perpustakaan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diperlukan.

Yogyakarta, 07 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I KAJIAN TEORI .................................................................................

A. Pengertian .........................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................
C. Implementasi .....................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI ..........................................................................

A. Kasus .................................................................................................

BAB III PENUTUP .......................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

LAMPIRAN ..................................................................................................
BAB I

KAJIAN TEORI

A. Pengertian
Manajemen Risiko adalah proses dimana kita mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat membantu untuk kita memberikan perawatan yang sangat baik,
aman, efisien dan efektif. Resiko dapat terjadi dalam berbagai cara, misalnya
sebagai akibat dari perubahan bagaimana atau dimana kita memberikan layanan.
Pada dasarnya, penilaian resiko adalah cara - cara yang digunakan majikan untuk
dapat mengelola dengan baik resiko yang dihadapi oleh pekerjanya dan
memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan mereka tidak terkena resiko pada
saat bekerja.

B. Tujuan
Tujuan manajemen risiko adalah untuk memastikan risiko ini diidentifikasi
sejak dini, dinilai sebagai cara terbaik untuk mengelola atau mengendalikannya dan
untuk mengurangi pengaruhnya. Inti dari proses risiko ini termasuk memastikan
bahwa area dimana keselamatan pasien dapat dikompromikan atau di mana ada
sesuatu yang teridentifikasi yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada pasien,
dikelola. Mengidentifikasi dan melaporkan isu keselamatan awal memastikan
bahwa pengendalian dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan risiko
tersebut terjadi lagi. Bila hasil perawatan atau proses tidak seperti yang diharapkan,
kami menyelidiki dengan menggunakan proses yang disebut Analisis Sebab-Sebab
Mendasar untuk mengidentifikasi apa yang terjadi dan mengapa sehingga kita dapat
menerapkan proses untuk meningkatkan keamanan. Untuk melakukan ini, tim
Manajemen Risiko dan Keselamatan Pasien bekerja sama dengan tim klinis dan
area perusahaan lainnya untuk mengidentifikasi risikonya, bertindak sebagai
sumber daya dan memberikan saran dan dukungan untuk semua aspek pengelolaan
risiko. Tujuan keseluruhannya adalah untuk memastikan bahwa risiko klinis dan
non klinis dikelola dengan tepat untuk meningkatkan keamanan bagi pasien,
perawat, staf dan pengunjung.
C. Manajemen Risiko
1. Definisi Manajemen Risiko
a. Menurut smith 1990
Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan control keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset
dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
b. Menurut Clough and Sears, 1994.
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang
komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan
kerugian.
c. Menurut William, et.al.,1995.
Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen
umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani
sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
d. Menurut Dorfman, 1998.
Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam
usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Dari beberapa definisi yang telang diungkapkan para ahli, dapat dapat diambil
kesimpulan bahwa resiko dapat menyebabkan kinerja menjadi rendah, resiko
tersebut bisa timbul dari dalam maupun pengaruh dari luar perusahaan.
Manajemen resiko adalah menyangkut identifikasi atas kemungkinan resiko
yang akan dihadapinya dan berusaha melakukan proteksi agar pengaruh resiko
tersebut dapat diminimalisasi, bahkan ditiadakan sama sekali.
2. Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat manajemen resiko bagi perusahaan maupun untuk pribadi perilaku,
yaitu:
a. Pengendalian terhadap timbulnya adverse event.
b. Meningkatkan perilaku untuk mencari peluang perbaikan sebelum suatu
masalah terjadi.
c. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektivitas.
d. Efisiensi.
e. Mempererat hubungan stakeholders.
f. Meningkatkan tersedianya informasi yang akurat untuk pengambilan
keputusan.
g. Memperbaiki citra.
h. Proteksi terhadap tuntutan.
i. Akuntabilitas, jaminan, dan governance.
j. Meningkatkan personal health and well being.
3. Syarat Manajemen Risiko
Terdapat empat prasyarat utama manajemen resiko, yaitu:
a. Kebijakan Manajemen Risiko
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan
kebenaran dari kebijakan manajemen risikonya,termasuk tujuannya
untuk apa,dan komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan
dengan konteks strategi dan tujuan organisasi,objektif dan sesuai
dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan
memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti,dapat
diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi.
b. Perencanaan Dan Pengelolahan Hasil
1) Komitmen Manajemen;Organisasi harus dapat memastikan
bahwa:
a) Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan,dan telah
sesuai dengan standar.
b) Hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke
manajemen organisasi,agar dapat digunakan dalam meninjau
(review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan
keputusan.
2) Tanggung jawab dan kewenangan;Tanggung jawab,kekuasaan
dan hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan
membedakan fungsi kerja didalam manajemen risiko harus
terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
a) Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko.
b) Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada
batas yang masih dapat diterima.
c) Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan
manajemen risiko.
d) Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.
e) Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.
f) Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
3) Sumber Daya Manusia;Organisasi harus dapat
mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya
manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan
manajerial,dan lain sebagainya.
c. Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem
manajemen risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi.
Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung pada filosofi,budaya
dan struktur dari organisasi tersebut.
d. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik,harus
dapat memastikan kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang
dilakukan dengan standar yang digunakan dan dengan tahap-tahap
berikutnya. Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
manajemen proses. Manajemen risiko adalah bagian dari proses
kegiatan didalam organisasi dan pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin
keilmuan dan latar belakang,manajemen risiko adalah proses yang
berjalan terus menerus.
Elemen utama dari proses manajemen risiko, meliputi:
1) Penetapan tujuan.
Menetapkan strategi,kebijakan organisasi dan ruang lingkup
manajemen risiko yang akan dilakukan.
2) Identifkasi risiko.
Mengidentifikasi apa,mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
3) Analisis risiko.
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan
konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan
risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut
(probabilitas X konsekuensi).
4) Evaluasi risiko.
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar.
Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat
tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan
rendah,maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat
diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa
harus melakukan pengendalian.
5) Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang
ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode,bisa dengan
transfer risiko,dan lain-lain.
6) Monitor dan Review.
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang
dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
7) Komunikasi dan konsultasi.
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal
dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang
dilakukan.
D. Penerapan Manajemen Risiko Dalam Tatanan Medis
Dalam tatanan klinis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai upaya
penerapan manajemen resiko, yaitu :
a. Langkah 1 : Menetapkan konteks
Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko
selanjutnya. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area
keperawatan kritis antara lain :
1) Adanya konteks manajemen risiko pada area kritis.
Contoh : Dengan data banyaknya kejadian VAP di area kritis, maka
perlu dibuat protab untuk menekan angka kejadian VAP bagi pasien
yang terpasang ventilator.
2) Adanya risk criteria pada area kritis.
Contoh : dengan membuat peta 10 besar penyakit yang sering
dirawat di area keperawatan kritis.
3) Adanya peta risiko korporat di area kepereawatan kritis (gunakan
pendekatan masukan, proses, keluaran)
Contoh : ada laporan tentang kondisi pasien mulai dari masuk
ruangan, proses perawatan, sampai akhir proses perawatan dan
pasien meninggalkan ruangan tersebut.

b. Langkah 2 : Identifikasi bahaya


Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis
antara lain:
1) Adanya risiko K3 pada area keperawatan kritis.
Contoh : jika suatu rumah sakit belum memiliki oksigen sentral,
maka perlu diantisipasi adanya tabung oksigen yang jatuh dan bisa
menimpa pasien.
2) Adanya registrasi risiko yang ada pada area keperawatan kritis Risk
register mencatat semua sumber bahaya, lokasi, tingkat risiko dan
rencana pengendaliannya.
Contoh : Sumber bahaya bisa dari pemakaian ventilator dalam
jangka waktu lama, petugas kesehatan yang tidak melakukan
prosedur cuci tangan saat dan setelah melakukan intervensi ke
pasien, serta aktivitas lain yang bisa menjadi faktor risiko, serta
rencana pengendaliannya harus dicatat dan perlu dijadikan suatu
protab yang harus dipatuhi oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada
pada area keperawatan kritis.

c. Langkah 3 : Penilaian risiko


Penilaian risiko merupakan proses menganalisa tingkat resiko,
pertimbangan tingkat bahaya, dan mengevaluasi apakah sumber bahaya
dapat dikendalikan atau tidak, dengan memperhitungkan segala
kemungkinan yang terjadi. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di
area keperawatan kritis antara lain :
1) Adanya penilaian risiko untuk setiap bahaya yang ada.
2) Terdapat risk matrix.
Untuk mengidetifikasi potensi kerugian gunakan tabel matriks
kualitatif. Menentukan Nilai probabilitas kerugian menggunakan 3
kategori: Critical, Very Serious and Less Serious. Analisa matrik
grading risiko (KKP-RS, 2008) : Penilaian matriks risiko adalah
suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko
suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a) Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat
akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai
meninggal.
b) Probabilitas / Frekuensi /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa
seringnya insiden tersebut terjadi.
Tabel 1 : Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity

Tabel 2 : Penilaian Probabilitas / Frekuensi

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam


Tabel Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari
warna bands risiko.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kasus
Dirumah sakit A terdapat pasien yang bernama Ny.A yang sedang dirawat
diruang IGD dengan diagnosa Infeksi saluran pernapasan. Suatu hari Ny.A
mengalami ruam pada kulit dan terasa panas serta mengalami sesak napas. Setelah
dilakukan pengkajian ternyata pasien 3 jam yang lalu telah diberikan obat opicel
oleh seorang perawat yang berjaga. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata pasien
seharusnya mendapatkan Antibiotik opicef namun perawat memberikan obat yang
berbeda yaitu opicel, dan ternyata dirumah sakit tersebut tempat penyimpanan
obat hanya dalam satu lemari dan tidak dilakukan penggolongan.
B. Analisis kasus
Sesuai kasus diatas pasien mengalami ruam dan sesak napas setelah diberikan obat.
Gejala tersebut menurut ilmu medis merupakan gejala alergi obat dan juga bisa
dampak dari kesalahan pemberian obat. Dan setelah diteliti ternyata memang
pasien mengalami kesalahan pemberian obat, pasien seharusnya diberikan obat
opicef untuk antibiotik dari infeksi bakteri yang dialami pasien, namun pasien
mendapatkan obat yang tidak seharusnya yaitu opicel. Opicel sendiri adalah obat
untuk masalah kulit dan kelembapan jaringan kulit.

Anda mungkin juga menyukai