NOMOR:.
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR UTAMA RS XXXX
Menimbang
a.
b.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
6
7
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. Keputusan
Direktur
Utama
RSUP
Fatmawati
Nomor:
HK.03.05/II.1/1960/2012 tanggal 10 Agustus 2012 tentang Kebijakan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
:
:
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
Lampiran
Keputusan Direktur Utama RSi
Nomor:
Tanggal: ..
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan rumah sakit. Ada lima isu
penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient
safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima
aspek keselamatan tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit, yang harus
dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Rumah Sakit terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya, beragam alat
kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan berkembang dengan pesat,
bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan pasien 24 jam terus
menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik,
berisikomenimbulkan insiden.Karena itu RSUP Fatmawati perlu melakukan pengelolaan risiko
dalam suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden
dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.
B. TUJUAN:
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di RSUP Fatmawati.
C. SASARAN:
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko dan
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan satuan kerja
fungsional dan manajerial serta pegawai RSUP Fatmawati.
D. RUANG LINGKUP:
a. Risiko terhadap pasien terkait perawatan
b. Risiko terhadap staf medis
c. Risiko terhadap staf/ pegawai
d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset RS
e. Risiko terhadap keuangan
f. Risiko2 lain
II.
PENGERTIAN:
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi, untuk
meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan
keuangan rumah sakit melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset rumah sakit, dan
melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan secara langsung
untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun
prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial
terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan
keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.
III.
a. Tujuan.
b. Kewenangan.
c. Koordinasi.
d. Tanggung jawab.
a. TUJUAN
Direktur Umum, Sumber Daya Manusia dan Pendidikan (USP),bertanggung jawab untuk
mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar
belakang pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi,pemberian cuti pegawai dan
pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta
melindungi staf medis yang melakukan tindakan/ pelayanan.
Ketua Komite K3RS memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam
melakukan fire safety, manajemen bahan berbahaya, kesiapsiagaan darurat dan keselamatan
staf.
Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasienmemiliki tanggung jawab utama membantu
manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS dan keselamatan pasien.
Ketua Komite Medik memiliki tanggung jawab utama membantu ManajerRisiko Profesional
dalam melakukan audit medis (second party audit)apabila ada masalah dalam pelayanan
dokter, memberitahukan kepada Manajer Risiko professional dan Komite Etik dan Hukum
apabila ada medical error yang berpotensi menyebabkan litigasi.
Ketua Komite Keperawatan memiliki tanggung jawab utama membantu Manajer Risiko
Profesional dalam melakukan audit asuhan keperawatan apabila ada masalah dalam pelayanan
keperawatan, memberitahukan kepada Manajer Risiko professional dan Komite Etik dan Hukum
apabila ada nursing care error yang berpotensi menyebabkan litigasi.
Ketua Komite Etik dan Hukum memiliki tanggung jawab utama membantu Manajer Risiko
Profesional dalam melakukan audiensi kepada penggugat apabila terjadi masalah dalam
pelayanan rumah sakit yang berpotensi menyebabkan litigasi, dan memberitahukan kepada
Manajer Risiko professional.
Kepala Bagian sumber daya manusia memimpin, mencegah, mengurus klaim dan keluhan
terkait dengan masalah praktek seperti dugaan pelecehan seksual, diskriminasi dan
penghentianpegawai yang salah.
Kepala Bagian Pendidikan membantu manajemen risiko profesional untuk mengidentifikasi
kebutuhan pendidikan manajemen risiko untuk staf,serta perencanaan, pengorganisasian dan
memberikan orientasi dalam program layanan pendidikan.
Kepala Bidang Fasilitas Medik, Kepala Bagian Umum, Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana
RS berfungsi sebagai sumber informasi mengenai insiden buruk yang terjadi dalam fasilitas
yang berpotensi memiliki implikasi manajemen risiko serius.
Perawat kontrol infeksi:
- Memberikan informasi dan pengertian kepada pasien yang terinfeksi, yang dapat
menimbulkan tuntutan pertanggungjawaban.
- Membantu manajemen risiko dalam protokol pengendalian infeksi yang bertujuan untuk
mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan dari infeksi nosokomial.
Kepala Instalasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (IRMIK) bertugas memberitahu
manajemen risiko apabila ada permintaan catatan medis dari pengacara yang mungkin
merupakan sinyal inisiasi proses hukum atau klaim.
Kepala Instalasi Penagihan Pasien (IPP) bertugas membantu manajemen risiko untuk
mengidentifikasi pasien dengan keluhan terkait masalah selama proses perawatan yang
dikhawatirkan muncul ke permukaan pada saat proses penagihan biaya perawatan
berlangsung. Mereka berpotensi mengklaim apabila penagihan dilakukan dengan gencar.
Kepala Bidang Keperawatan membantu manajemen risiko dengan keahlian teknis dan klinis
yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi risiko perawatan dan
membantu menyelidiki kewajiban klaim dan insiden.
Kepala Instalasi Pemasaran dan Hubungan Masyarakat (IPH) membantu manajemen risiko
dengan melaporkan semua komplain pasien baik yang sudah tertangani, maupun yang
berpotensi menimbulkan litigasi kepada manajer risiko professional dan KEH.
Kepala Instalasi pelayanan pasien (IRJ, IRNA A,B,C, Instalasi Pavilliun Anggrek, IRI, IBS, IP2K,
Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi, Instalasi Farmasi, IFPJ): membantu manajer risiko
dengan melaporkan insiden terkait pelayanan pada pasien, dan insiden pada staf, keluarga
pasien dan pengunjung RS maupun staf pihak ketiga yang sedang bekerja di RS.
Ketua Satuan Medis Fungsional (SMF) melakukan first party audit apabila ada kasus yang
diduga medical error, melaporkan kepada ketua Komite Medik serta Direktur Medik dan
Keperawatan.
d. TANGGUNG JAWAB
Manajer risiko profesional adalah bagian dari struktur manajemen puncak dibawah Direktur
Utama. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss prevention) misalnya dengan inspeksi
keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan
mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi,
memonitor, mengukur, menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya
manusia, sistem prosedur, pengawasan internal maupun gabungannya.
1. Tugas manajer risiko sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden, rujukan
staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan satuan kerja
terkaitseperti: manajemen mutu, keperawatan, staf medis dan kontrol infeksi.
Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola manajemen risiko
Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko sepertiinformed
consent, product recalls, kerahasiaandanpenanganan kejadian sentinel.
b. Mengelola klaim
c. Mengelola risiko keuangan
2. Tanggung jawab manajer risiko dibagi dalam enam bagian :
a. Pengurangan dan pencegahan kehilangan
b. Manajemen klaim
c. Pembiayaan risiko
d. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
e. Pelaksanaan manajemen risiko
f. Etika
Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan manajemen risiko,
mengukur tujuan dan sasaran manajemen risikosecara spesifik. Manajemen risiko harus
menyiapkan laporan tahunan untuk menentukan kegiatan selanjutnya,melaporkan kemajuan
untuk menetapkan tujuan rumah sakit.
IV. TUJUAN.
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan mutu perawatan
dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan risiko
kerugian.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:
1. Mengelola semua asuransi atau program asuransi diri untuk memaksimalkan cakupan dan
meminimalkan biaya.
2. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki kondisi
berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lainlain.
3. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan perawatan pasien untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk
pegawai, pasien dan lain-lain.
4. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan perawatan yang sesuai, dan
dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.
5. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana agar
kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian.
6. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu perawatan pasien dan
layanan yang terkait
7. Mengkoordinasikan manajemen klaim secara internal yang tepat waktu, terorganisir dan biaya
efektif seperti yang dipersyaratkan dalam dokumen.
8. Mengatur program pendidikan manajemen risiko untuk membangun kesadaran tentang isuisu pengelolaan risiko dan praktek-praktek yang aman.
V. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO
Tetapkan konteks.
Identifikasi risiko.
Analisis risiko.
Evaluasi risiko.
Kelola risiko.
Asesmen risiko
2. TAHAP 2: IDENTIFIKASI
IDENTIF
RISIKO.
Identifikasi
dentifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem
kesehatan, organisasi rumah sakit, unit pelayanan rumah sakit, atau pasien.
Identifikasi risiko komprehensif
k
sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses
sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi rrisiko
siko yang tidak diidentifikasi pada
tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan perawatan lebih la
lanjut.
ut. Semua materi risiko
harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol organisasi manajemen risiko.
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional ((sistem kesehatan),
tingkat rumah sakit,
sakit unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinila
dinilai,
i, dikelola dan
dipantau. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan prioritas risiko
pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukanpemahaman yang mendalam dari para eksekutif layanan
kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada rumah sakit atau stakeholder internal /
eksternal;
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi Rumah Sakit atau
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan rumah sakit.
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya
daninsiden yang terjadi;
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak akan
efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Manajer risiko dapat menggunakan berbagai
informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan secara
reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:
- Daftar keluhan pasien,
- Hasilsurvei kepuasan,
- Diskusidengan manajer serta staf dan mitra kerja
- Laporaninsiden.
3. TAHAP 3: ANALISIS RISIKO.
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi.
Organisasi manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system
kesehatan, organisasi rumah sakit, unit pelayanan dan semua satuan kerja, untuk
memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko,
memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data
untuk membantu evaluasi dan perawatan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi
prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera tindakanharus
dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/ tingkatan risiko untuk
menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya
risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.
Analisis risiko harusmempertimbangkan bahwa telah adakontrol atasrisiko saat ini,
termasukkemungkinankeparahan apabila risiko tersebut muncul menjadisebuah insiden
(risiko yang potensialmenjadi insiden),dan kemungkinanterjadinya insiden.
Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan
konsekuensi.
Lihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko
MATRIKS GRADING RISIKO
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
Level Frekuensi
Kejadian Aktual
1
Sangat jarang
Jarang
Mungkin
Sering
Sangat sering
Deskripsi
Tidak
signifikan
Contoh Deskripsi
Tidak ada cedera,
Kerugian keuangan kecil
Ringan
Sedang
Berat
Katastropik
Sangat sering
Dampak
Tidak signifikan
Ringan
Sedang
Berat
Katastropik
Sedang
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Sedang
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
bahwa bila risiko diterima rumah sakit, maka harus berhasil dilaksanakan.
Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal, eksternal dan
persyaratan hukum.
Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.
Lihat tabel asesmen risiko.
5. TAHAP 5: PENGELOLAAN RISIKO.
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki alat yang
rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi tentang
prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain
untuk menurunkan risiko kerugian.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka manajer risiko harus menangani dan
mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
1. Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena rumah sakit tidak berani mengambil risiko
dengan metode berikut.
Menghindari risiko (risk avoidance),
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko dengan
cara:
- Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun hanya
untuk sementara
- Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan kegiatan itu
begitu diketahui mengandung risiko.
Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya
insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara :
- Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
- Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi dengan cara pembiayaan
risiko (risk financing) meliputi pemindahan risiko (risk transfer) melalui pembelian
asuransi
2. Menanggung risiko (risk retention).
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh rumah sakit. Artinya rumah sakit mentolerir
terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional rumah sakit
dengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya
VII. KOMUNIKASI DAN KONSULTASI
Elemen-elemen kunci strategi komunikasi rumah sakit termasuk:
1. Tujuan komunikasi yang jelas;
2. Identifikasi internal dan eksternal pemangku kepentingan harus dimasukkan:
- kelompok stakeholder dan perorangan;
- ahli/pakar;
3. Identifikasi apa keyakinan dan perspektif yang harus diperhitungkan selama
prosesmanajemen risiko klinis;
4. Kembangkan strategi komunikasi untuk digunakan selama proses manajemen risiko;
5. Proses digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi efektivitas programkomunikasi rumah
sakit.
Tanpa proses komunikasi yang efektif dan konsultasi, stakeholder tidak akan mengerti
mengapa strategi manajemen risiko dan kebijakan telah dikembangkan dan diterapkan. Mereka
tidak akan mengerti peran perorangan dan tanggung jawab manajemen risiko.
VIII. PEMANTAUANDANTINJAUAN
Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan bahwa
rencana organisasi manajemen risiko rumah sakit tetap relevan.
Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kemungkinan dan
dampak risiko setiap saat, maka manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulang
kali, serta meninjau kembali setiap langkahdalam proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan laporaninsiden
internal, litigasi dan informasi klaim, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan/
perusahaan, serta persyaratan dan panduan tingkatnasional.
Kepala satuan kerja secara sistematis harus menyusun prioritas risiko menurut keparahan risiko
(sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di tingkat satuan kerja.Tindak lanjut
dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan risiko (sesuai warna/ bands
risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah:
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif yang
diprioritaskan untuk membuatrencana tindakan terhadaprisikoyang signifikan dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risikointernal dan rencana kegiatan untuk semua satuan
kerja.
3. Untuk mengembangkan profil utamarisiko dan risiko signifikan yang mungkin timbul dari
kegiatan rumah sakit(dan jasa pelayanan pihak ketiga) sertauntuk menganalisis risiko yang
berdampak terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden
dan kemungkinan untukmengontrol.
4. Untuk mengidentifikasi pengukuran kontrol yang sudah ada dan menilai potensi perbaikan
akuntansi keuangan dan dampaknya terhadap pelayanan rumah sakit.
IX. SISTEM PELAPORAN INSIDEN
Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak konsisten dengan
kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di rumah sakit terutama untuk pelayanan kepada
pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS seperti tercantum dalam UU RS no
44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada manajemen risiko
bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi akan membantu langkahlangkah yang akan diambil rumah sakit terhadap risiko tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP RS):
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial cedera
(KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP RS) :
1) Rumah Sakit (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di RS.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali
2) KKP-RS (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi
rumah sakit lain.
c. Ditetapkannya langkah2 praktis.
Laporan insiden terdiri dari :
Laporan insiden RS (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi potensial cedera dan
insiden yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di
rumah sakit.
Laporan insiden keselamatan pasien eksternal: Pelaporan secara anonim dan tertulis ke
KKP-RS setiap kondisi potensial cedera dan insiden keselamatan pasien, dan telah
dilakukan analisa penyebab, rekomendasi, dan solusinya.
Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional RS JCI ) :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi
yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang
tuanya.
F/058/035/R/01
LOGO RS
: .........................................................................................................
: ......................................... Ruangan : .............................................
: 0-1 bulan > 1 bulan 1 tahun
> 1 tahun 5 tahun > 5 tahun 15 tahun
> 15 tahun 30 tahun > 30 tahun 65 tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin *
: Laki-laki Perempuan
Penanggung biaya pasien * :
Pribadi Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah Perusahaan*
JAMKESMAS
JAMKESDA
Tanggal Masuk RS : ...................................................... Jam .....................................
MERAH
NB : pada tanda * = pilih satu jawaban dengan dengan membubuhkan tanda ceklis ( ) pada kotak
yang tersedia.
Pelapor
Paraf
Tanggal lapor
Penerima
laporan
Paraf
Tanggal lapor
..
..
..
4. Pemeriksaan pasien :
-
- Kesesuaian dosis: .
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak
tersedia: Ya / Tidak *
5. Faktor faktor yang mempengaruhi kesalahan pemberian obat:
a. Faktor insiden akibat obat:
- Salah obat
- Salah dosis
- Salah label
- Salah orang
- Salah rute / cara pemberian ..
- Pemberian obat yang sebenarnya kontraindikasi
- Reaksi obat yang tidak diharapkan / Alergi ..
Isilah informasi cara pemberian / nama obat yang diberikan
b. Faktor proses medikasi (Medication process):
- Peresepan obat
- Persiapan / Peracikan obat
- Pemberian obat
- Monitoring pemberian obat
- Kualitas dan penyimpanan obat
6. Kemungkinan penyebab kesalahan pemberian obat: .
F/058/035/R/01
RS.........
: .............................................................................................................
Tipe Insiden
: .............................................................................................................
Subtipe Insiden : .............................................................................................................
V. ANALISA PENYEBAB INSIDEN
Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat menggunakan faktor
kontributor (bisa dipilih lebih dari 1) *
a. Faktor Eksternal / di luar RS
b. Faktor Organisasi dan Manajemen
c. Faktor Lingkungan kerja
d. Faktor Tim
e. Faktor Petugas / Staf
f. Faktor Tugas
g. Faktor Pasien
h. Faktor Komunikasi
1. Penyebab langsung (Direct / Proximate/ Immediate Cause)
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
2. Akar penyebab masalah (underlying root cause)
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
3. Rekomendasi / Solusi
No.
Akar Masalah
Rekomendasi/Solusi
TIPE INSIDEN
Administrasi klinik
SUBTIPE INSIDEN
a. Proses
b. Masalah
a. Proses
b. Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
Serah terima
Perjanjian
Daftar tunggu/ antrian
Rujukan/ konsultasi
Admisi
Keluar/ pulang dari rawat inap RS
Pindah perawatan (transfer of care)
Identifikasi pasien
Consent
Pembagian tugas
Respons terhadap kegawatdaruratan
Tidak performance ketika dibutuhkan/ indikasi
Tidak lengkap/ inadekuat
Tidak tersedia
Salah pasien
Salah proses/ pelayanan
Skrining/ pencegahan/ medical check up
Diagnosis/ asesmen
Prosedur/ pengobatan/ intervensi
General care/ manajemen
Test/ investigasi
Spesimen/ hasil
Belum dipulangkan (destention/ restraint)
Tidak performance ketika dibutuhkan/ indikasi
Tidak lengkap/ inadekuat
Tidak tersedia
Salah pasien
Dokumentasi
a. Dokumen
yang terkait
b. Masalah
4.
Infeksi nosokomial
(Hospital associated
infection)
a. Tipe
organisme
b. Tipe/ bagian
infeksi
No
5
TIPE INSIDEN
Medikasi/ cairan infus
a. Transfusi
darah/ produk
darah terkait
b. Proses
transfusi
darah/ produk
darah terkait
c. Masalah
Nutrisi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
SUBTIPE INSIDEN
a. Medikasi/
cairan infus
yang terkait
b. Proses
penggunaan
medikasi/
cairan infus
c. Masalah
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
a. Nutrisi yang
terkait
b. Proses nutrisi
1. Daftar medikasi
2. Daftar cairan infus
1. Peresepan
2. Persiapan/ dispensing
3. Pemaketan
4. Pengantaran
5. Pemberian
6. Supply/ pesan
7. Penyimpanan
8. Monitoring
1. Salah pasien
2. Salah obat
3. Salah dosis/ kekuatan/ frekuensi
4. Salah formulasi/ presentasi
5. Salah rute pemberian
6. Salah jumlah/ kuantitas
7. Salah dispensing label/ instruksi
8. Kontra indikasi
9. Salah penyimpanan
10. Ommited medicine or dose
11. Obat kadaluarsa
12. Adverse drug reaction (reaksi efek samping obat)
1. Produk selular
2. Faktor pembekuan (clottinag)
3. Albumin/ plasma protein
4. imunoglobulin
1. Test Pre Transfusi
2. Peresepan
3. Persiapan/ Dispensing
4. Pengantaran
5. Pemberian
6. Penyimpanan
7. Monitoring
8. Presentasi/ pemaketan
9. Suply/ pesan
1. Salah pasien
2. Salah darah/ produk darah
3. Salah dosis/ frekuensi
4. Salah jumlah
5. Salah label dispensing/ instruksi
6. Kontraindikasi
7. Salah penyimpanan
8. Obat atau dosis yang diabaikan
9. Darah kadaluarsa
10.Efek samping (adverse effect)
1. Diet umum
2. Diet khusus
1. Peresepan/ permintaan
c. Masalah
No
8
TIPE INSIDEN
Oksigen/. Gas
10
Pasien
a. Tipe alat
medis/ alat
kesehatan/
equipment
property
b. Masalah
a. Perilaku
pasien
b. Aggression /
assault
11
Jatuh
a. Tipe jatuh
b. Keterlibatan
saat jatuh
No
12
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
TIPE INSIDEN
Kecelakaan
SUBTIPE INSIDEN
a. Oksigen/ gas
terkait
b. Proses
penggunaan
oksigen/ gas
c. Masalah
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SUBTIPE INSIDEN
a. Benturan tumpul
b. Serangan tajam/
tusukan
c. Kejadian mekanik
lain
d. Mekanisme panas
e. Ancaman pada
pernafasan
13
infrastruktur/ bangunan/
benda lain yang
terpasang tetap
f. Paparan bahan
kimia/ substansi
lannya
g. Mekanisme
spesifik lain yang
menyebabkan
cedera
h. Paparan karena
dampak cuaca,
bencana alam
a. Keterlibatan
struktur/ bangunan
b. Masalah
14
Resources/ manajemen
organisasi
15
Laboratorium / Patologi
1. Daftar struktur
2. Daftar bangunan
3. Daftar furnitur
1. Inadekuat
2. Damaged/ faulty/ worn
a. Beban kerja
manajemen yang
berlebihan
b. Ketersediaan/
keadekuatan
tempat tidur/
pelayanan
c. Sumberdaya
manusia
d. Ketersediaan/
keadekuatan staf
e. Organisasi/ tim
f. Protokol/
kebijakan/ protap/
guideline
g. Ketersediaan/
adequacy
a. Pengambilan/ pick
up
b. Transport
c. Sorting
d. Data entry
e. Processing
f. Verifikasi / validasi
g. Hasil
FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUB KOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN KLINIS
FAKTOR KONTRIBUTOR
KOMPONEN
SUB KOMPONEN
1. EKSTERNAL/ Luar RS
a. Regulator dan Ekonomi
b. Peraturan & Kebijakan DepKes
c. Peraturan Nasional
d. Hub. Dg Organisasi Lain
2. ORGANISASI DAN
MANAJEMEN
Organisasi &
Manajemen
4. FAKTOR TIM
5. FAKTOR PETUGAS
FAKTOR KONTRIBUTOR
6. FAKTOR TUGAS
7. FAKTOR PASIEN
Kebijakan,
Standar dan
Tujuan
Administrasi
Sistem Administrasi
Budaya
keselamatan
SDM
Diklat
Manajemen training/pelatihan/refreshing
Disain dan
bangunan
Lingkungan
Peralatan/ Sarana/
Prasarana
Supervisi &
Konsultasi
Konsistensi
Kepemimpinan &
tanggung jawab
a. Kepemimpinan efektif
Job Desc. jelas
Respons thd
insiden
Kompetensi
a. Verifikasi kualifikasi
b. Verifikasi Pengetahuan &
Ketrampilan
a. Motivasi
b. Stressor Mental : efek beban kerja
beban mental
c. Stressor Fisik : Efek beban kerja =
gangguan fisik
KOMPONEN
SUB KOMPONEN
Ketersediaan SOP
a. Ketersediaan, penggunaan,
reliabilitas
b. Kalibrasi
Disain Tugas
Kondisi
8. FAKTOR KOMUNIKASI
Personal
a.
b.
c.
d.
Kepribadian
Bahasa
Kondisi Sosial
Keluarga
Pengobatan
Riwayat
a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Hubungan yg baik
Komunikasi Verbal
Komunikasi tertulis
grading biru/hijau
Protap investigasi
sederhana
Protap grading
matrix risiko
KMKP
Menerima laporan
Memeriksa kelengkapan laporan
Grading ulang
Ya
Koreksi ?
Tidak
KMKP
grading biru/ hijaugrading kuning/ merah
Buat rangkuman data
laporan insiden
Protap Cara
RCA
SELESAI
Sangat jarang
Jarang
Mungkin
Sering
Sangat sering
Deskripsi
Contoh Deskripsi
Tidak
signifikan
Ringan
Sedang
Berat
Cedera luas
Kehilangan fungsi utama permanen (motorik, sensorik, psikologis,
intelektual), permanen/ irreversibel/ tidak berhubungan dengan penyakit.
Kerugian keuangan besar.
Katastropik
Frekuensi
Dampak
Tidak signifikan
Ringan
Sedang
Berat
Katastropik
Sedang
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Sedang
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim
Sangat sering
(Tiap mg/ bl)
5
Sering
(Bbrp x/ th)
4
Mungkin
(1-2 th/ x)
3
Jarang
(3-5 th/ x)
2
Sangat jarang
(> 5 thn/ x)
1
Insiden
Jenis
Insiden
Dampak
Frekuensi
Skor
Bands
risiko
Risiko
1-25
R S T E
Rangking
Risiko
Tindakan
PJ
F/058//R/00
RSUP FATMAWATI
LEMBAR KERJA INVESTIGASI SEDERHANA
untuk Bands Risiko BIRU / HIJAU
Penyebab langsung insiden :
Rekomendasi
Penganggung Jawab
Tanggal
Penanggung Jawab
Tanggal
MANAJEMEN RISIKO :
(Diisi oleh Tim KMKP)
AKAR MASALAH
Problem komunikasi
Salah identifikasi
Paraf
2. Memisahkan sistem HVAC pada area area di mana pekerjaan telah selesai
untuk mencegah pencemaran dari sitem debu
3. Menyegel pintu pintu yang sudah tidak terpakai dengan pita
4. Membelokir mati dan menyegel lubang udara / ventilasi
5. Menyegel lubang lubang ,pipa saluran dan kebocoran sewajar nya
6. Membangun anteroom dan mewajibakan semua anggota /personil/untuk
pasang jalal melewati ruangan ini,sehingga mereka bisa membersihaka
menggunakan Hepa vakum sebelum meningalkan tempat pekerjaan atau
mereka dapat memakai pakaian / baju atau baju monyek kertas singga
mereka memindahkan setiap kali mereka meningalkan tempat pekerjaan
7. Semua personil memasuki tempat kerja mengaharuskan untuk menggunakan
sepatu lindung
8. Jangan pindahkan palang dari area pekerjaan sampai proyek selesai diperiksa
oleh pemeriksaan pencegahan & pengawasan dan bersihkan secara
menyeluruh oleh pelayanan kesehatan lingkungan
9. Vakum pekerjaan dengan Hepa vakum filter
10. Alat pengepel basah dengan pembersih / obat pembersih kuman
11. Pindahkan palang material secara setiap hari untuk meminimalisasi
penyebaran kotoran dan kumpulkan puing bekas bongkaran dari kontruksi
tersebut
12. Memuat Konstruksi pembuangan sebelum transportasi dalam cakupan
muatan dengan ketat
13. Lindugi kontainer transportasi atau gerobak
14. Atas peneyelesaian nya,memperbaiki HVACV sistem di mana pekerjan sudah
dilaksanakan
Syarat / keperluan tambahan
Paraf
Izin permintaan oleh
Tanggal
Tanggal paraf
Izin persetujuan oleh
Tanggal