Anda di halaman 1dari 15

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN

BLUD PUSKESMAS BERSERI


KECAMATAN PANGKALAN KERINCI

JalanKamboja No. 04 Telp. 0761 494297 Email: pkmpkl.kerinci@yahoo.co.idKodePos 28300

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO


PUSKESMAS BERSERI PANGKALAN KERINCI
TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan telah menjadi isu global termasuk keselamatan di lingkungan Puskesmas.


Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di Puskesmas yaitu : keselamatan pasien
(patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan
bisnis Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek
keselamatan Puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas , yang
harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.

Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan Berseri Pangkalan


Kerinci, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan
berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan
pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik,
berisiko menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas BERSERI Pangkalan Kerinci perlu
melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang profesional, komprehensif
dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.

B. TUJUAN:

Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di Puskesmas Berseri


Pangkalan Kerinci.

C. SASARAN:

1. Tersedianya pedoman manajemen risiko dan


2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan unit layanan
fungsional dan manajerial serta pegawai Puskesmas Berseri.

D. RUANG LINGKUP :

a. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan


b. Risiko terhadap petugas medis
c. Risiko terhadap petugas non medis
d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
e. Risiko terhadap keuangan
f. Risiko-risiko lain
II. DEFINISI OPERASIONAL

1. Manajemen risiko Puskesmas adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan


strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana prasarana
fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset
Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer, mekanisme
pengendalian dan pencegahan.
2. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan secara
langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
3. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun
prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
4. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan
potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang
memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan
layanan

III. ELEMEN KUNCI RENCANA PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

a. TUJUAN

Tujuan rencana program manajemen risiko adalah:

Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan kepada


pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko yang dapat mencegah
pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.
Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil, melalui
pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk meningkatkan
keselamatan pasien.
Untuk melindungi petugas kesehatan Puskesmas (medis dan non medis) dari kecelakaan
akibat kerja dengan memperbaiki prosedur kerja, lingkungan kerja dan fasilitas
pendukung kerja, melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko yang mungkin
terjadi.
Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat kehilangan karena
terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan meningkatkan perbaikan
berkesinambungan pada proses pelayanan pasien melalui lingkungan yang diciptakan
dengan aman.

b. KEWENANGAN

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan selaku pemilik puskesmas memiliki tanggung-jawab


utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk memberikan pelayanan
kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan mendelegasikan kewenangan kepada
Kepala Puskesmas Berseri Pangkalan Kerinci untuk membentuk organisasi manajemen
risiko yang komprehensif dan berperan secara luas.
2. Kepala Puskesmas BERSERI Pangkalan Kerinci menugaskan kepada Tim Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien untuk membentuk satuan tugas manajemen resiko masuk
dalam struktur Tim PMKP.
3. Satuan tugas manajemen resiko bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan
manajemen risiko dengan Kepala Puskesmas, semua petugas kesehatan (medis dan non-
medis), dan dengan pihak luar Puskesmas.

c. KOORDINASI
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang sangat beragam,
maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Puskesmas harus menetapkan mekanisme
koordinasi baik secara formal maupun informal antara manajemen risiko professional dengan
semua unit layanan struktural dan fungsional Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar
Puskesmas.

Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan orang-


orang kunci dalam organisasi:

1. Kepala Puskesmas dan penanggung jawab unit layanan di Puskesmas berfungsi sebagai
pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen risiko.
Koordinator Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai penghubung antara
program manajemen risiko dan staf medis, membantu manajemen risiko dalam koordinasi
kepada para dokter, untuk memastikan bahwa organisasi melakukan clinical appointment
staf medis, kredensial, cilinical privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Bagian Keuangan bertanggung-jawab dalam pembiayaan dan memberikan informasi yang
berharga untuk program manajemen risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan
dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas .
3. Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab untuk mengembangkan efektifitas
uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai dan uji
kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi,pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan
kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta
melindungi staf medis yang melakukan tindakan/ pelayanan.
4. Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam
melakukan fire safety, manajemen bahannya, kesiapsiagaan darurat dan keselamatan staf.
5. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki tanggung jawab utama
membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan
keselamatan pasien.

d. TANGGUNG JAWAB

Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen puncak dibawah
Kepala. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss prevention) misalnya dengan inspeksi
keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan
mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi,
memonitor, mengukur, menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya
manusia, sistem prosedur, pengawasan internal maupun gabungannya.

1. Tugas satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut :


Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden, rujukan
staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan iunit layanan
terkaitseperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan kontrol infeksi.
Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola manajemen risiko
Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti
informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
2. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam enam bagian :
a. Pengurangan dan pencegahan kehilangan
b. Manajemen klaim
c. Pembiayaan risiko
d. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
e. Pelaksanaan manajemen risiko
f. Etika

Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan manajemen risiko,


mengukur tujuan dan sasaran manajemen risiko secara spesifik. Manajemen risiko harus
menyiapkan laporan tahunan untuk menentukan kegiatan selanjutnya,melaporkan kemajuan
untuk menetapkan tujuan Puskesmas.
BAB IV.

TUJUAN.

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan mutu
pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan
risiko kerugian.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:

1.Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki kondisi Berseri
Pangkalan Kerincinya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien
dan lain- lain.

2.Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk
pegawai, pasien dan lain-lain.

3.Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan yang sesuai, dan
dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.

4.Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana agar kejadian
serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian.

5.Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu pelayanan pasien dan
layanan yang terkait

BAB V.

RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai, mencegah dan


mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai, kewajiban pembayaran hutang,
properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan.

Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan peningkatan
mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program manajemen risiko mencakup
dokter, administrator, manajemen, pengawas dan karyawan front line untuk mengidentifikasi,
meninjau, mengevaluasi dan pengendalian risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien,
keselamatan. Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang
diperlukan.
Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko:

a.Terkait dengan pelayanan pasien

b.Terkait dengan staf medis

c.Terkait dengan karyawan

d.Terkait dengan properti

e.Keuangan

f.Lain lain

a.Risiko terkait pelayanan pasien:

-Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.

-Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

-Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.

-Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan

-Pasien diberitahu tentang risiko

-Pengobatan yang nondiskriminatif.

-Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan

b.Risiko terkait staf medis.

-Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?

-Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku ?

-Apakah pasien dikelola dengan benar?

-Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?

c.Risiko terkait pegawai.

-Menjaga lingkungan yang aman.

-Kebijakan kesehatan pegawai.

d.Risiko terkait property.

-Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll

-Catatan rekam medik pasien non-elektronik , dan catatan keuangan, dilindungi dari kerusakan
atau perusakan.

-Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian

f.Risiko lain-lain:
-Manajemen bahan Berseri Pangkalan Kerincinya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis
menular, manajemen limbah.

-Risiko terkait hukum dan peraturan

BAB VI.

PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Risikomungkin


terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-menerus berubah danharus
diidentifikasi.

Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:

1.Tetapkan konteks.

2.Identifikasi risiko.

3.Analisis risiko.
Asesmen risiko
4. Evaluasi risiko.

5. Kelola risiko.

Risk Management Process

1. TAHAP 1: TETAPKAN KONTEKS.

Pada tahapan ini:

Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas dan strategi program
manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.

Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen risiko harus
ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat timbul dari
pengaruh internal dan eksternal.

Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian dari organisasi
Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus
dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk menyeimbangkan biaya, manfaat dan
peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan
dan dipelihara.

Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara mendalam, harus
dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup pelayanan yang banyak masalah,
atau terbatas pada area praktik klinis spesifiik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.

2. TAHAP 2: IDENTIFIKASI RISIKO.

Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem kesehatan,
organisasi Puskesmas , unit pelayanan Puskesmas , atau pasien.

Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses
sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada
tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi risiko harus
diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol organisasi manajemen risiko.

Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat
Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau.
Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan penentuan prioritas risiko pelayanan
kesehatan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman.

Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para eksekutif layanan
kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:

1.Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;

2.Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder internal / eksternal;

3.Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidensi Puskesmas atau pihak-
pihak yang berkepentingan dengan pelayanan Puskesmas .

4.Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya dan insiden
yang terjadi;

5.Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.

Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak akan efektif
ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas manajemen resikodapat menggunakan
berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan
secara reaktif dan proaktif.

Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:

-Daftar keluhan pasien,

-Hasilsurvei kepuasan,

-Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja

-Laporan insiden.

3.TAHAP 3: ANALISIS RISIKO.

Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi.

Organisasi manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system
kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan dan semua iunit layanan, untuk memahami
risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.

Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko,
memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan data untuk
membantu evaluasi dan pelayanan.

Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi prioritas
intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera tindakanharus dilakukan.
Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/ tingkatan risiko untuk menentukan
keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya
bila hal ini terjadi.

Analisis risiko harusmempertimbangkan bahwa telah adakontrol atasrisiko saat ini, termasuk
kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang
potensial menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya insiden.

Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan konsekuensi.

Lihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko


MATRIKS GRADING RISIKO
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
Level Frekuensi Kejadian Aktual
1 Sangat jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 Jarang Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4 Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 Sangat sering Terjadi dalam minggu/ bulan

Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan):


Pita
biru: Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan Investigasi sederhana
Pita
hijau: Manajer/ pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap biaya mengatasi
risiko dengan supervisi dan dilakukan Investigasi sederhana.
Pita
kuning: Dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Ketua Tim PMKP
Pita merah: Dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dan lakukan RCA

4. TAHAP 4: EVALUASI DAN RANGKING RISIKO.


Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untukdikembangkan
dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti.Melakukan evaluasi risiko dan prioritas
risiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama analisis dengan
kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan daftarprioritas risiko untuk
menentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi untuk
menentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang siap diterima puskesmas.
Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko, yang menunjukkan
bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka harus berhasil dilaksanakan.
Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal, eksternal dan
persyaratan hukum.
Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.
Lihat tabel asesmen risiko.

5. TAHAP 5: PENGELOLAAN RISIKO.


Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki alat yang
rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi tentang
prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain
untuk menurunkan risiko kerugian.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen resikoharus
menangani dan
mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
1. Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani mengambil risiko
dengan metode berikut.
Menghindari risiko (risk avoidance),
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko dengan
cara:
- Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun hanya
untuk sementara
- Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan kegiatan itu
begitu diketahui mengandung risiko.
Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya
insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara :
- Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian

2. Menanggung risiko (risk retention).


Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas. Artinya puskesmas mentolerir
terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional puskesmas
dengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya
BAB VII.
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN

Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan bahwa
rencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap relevan. Mengingat bahwa banyak faktor
yang dapat mempengaruhi perubahan kemungkinan dan dampak risiko setiap saat, maka
manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap
langkahdalam proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan laporan insiden internal,
informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta persyaratan dan panduan tingkat nasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas risiko menurut
keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di tingkat unit
layanan.Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan risiko
(sesuai warna/ bands risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah:
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif yang
diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang signifikan dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua iunit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin timbul dari
kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang berdampak terhadap keuangan,
kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden dan kemungkinan untuk
mengontrol.
BAB IX.
SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak konsisten
dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama untuk pelayanan
kepada pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS dan puskesmas seperti
tercantum dalam UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada manajemen risiko
bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi akan membantu langkah
langkah yang akan diambil puskesmas terhadap risiko tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas):
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial cedera
(KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas) :
1) Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali
2) KKP-RS (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi puskesmas
lain.
c. Ditetapkannya langkah2 praktis.
Laporan insiden terdiri dari :
Laporan insiden RS (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi potensial cedera dan
insiden yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di
puskesmas.
Laporan insiden keselamatan pasien eksternal: Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-
RS setiap kondisi potensial cedera dan insiden keselamatan pasien, dan telah dilakukan analisa
penyebab, rekomendasi, dan solusinya.
Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional RS JCI ) :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi
yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang
mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium
Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden?
- Staf RS yang pertama menemukan kejadian
- Staf RS yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya.

BAB X.
INVESTIGASI INSIDEN

Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden denganmencatat ringkasan
kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah pelayanan/Care Management Problem,
mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka.

Investigasi insiden terdiri dari :


a. Investigasi Sederhana,
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna biru atau hijau.
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
1.Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
2.Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang berhubungan langsung dengan
insiden/ dampak terhadap pasien.
Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi penyebab langsung (underlying
cause).
3. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4.Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan

b. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis


Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna kuning atau merah.
RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari kejadian tidak
diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali.
Metode proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi faktor2
yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD).
Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan karena dapat
menjawab pertanyaan2 untuk hal2 yg berisiko tinggi, seperti:
Apa yang terjadi (aktual)
Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi kembali
(tindakan/outcome?)
Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan keselamatan
pasien? (melalui pengukuran)

Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :


1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data & informasi
Observasi
Dokumentasi
Interview
4. Petakan Kronologi kejadian
Narrative Chronology,
Timeline,
Tabular Timeline,
Time Person Grid.

5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )


( Brainstorming, Brainwriting )

6. Analisis Informasi
5 Whys,
Analisis Perubahan
Analisis Penghalang
FishBone / Analisis Tulang Ikan

7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement


BAB XI.
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah disusun dalam
rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan.

Anda mungkin juga menyukai