BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas
, yaitu keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green
productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan
“bisnis” Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima
aspek keselamatan Puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap
Puskesmas , yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih
dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden. Karena itu UPTD Puskesmas
Japah perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang
professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan
dicegah sedini mungkin.
1. Definisi Manajemen Resiko
a. Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan aset
Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
b. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan.
2
KRITERIA SKORING
High Risk 4 8 9 9 9
High Cost 2 6 8 8 7
High volume 7 5 8 8 6
Problem Prone 3 7 8 5 5
TOTAL 25 26 33 30 27
SKOR
PRIORITAS V IV I II III
SKORING
KRITERIA
Pendaftaran UGD Farmasi Laborat PONED
High Risk 4 8 9 9 9
High Cost 2 6 8 8 7
High volume 7 5 8 8 6
Problem Prone 3 7 8 5 5
TOTAL 25 26 33 30 27
SKOR
PRIORITAS V IV I II III
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola, dan dipantau. Untuk memulai proses, perlu dilakukan identifikasi
dan penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para
eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut :
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada puskesmas atau stakeholder
internal atau eksternal
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insiden di
Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya dan insiden yang terjadi;
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas
manajemen risiko dapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi
potensi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai
seperti:
1. Daftar keluhan pasien,
2. Hasil survei kepuasan,
3. Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
4. Laporan insiden.
TAHAP 3: ANALISIS RISIKO
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen
risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap sistem kesehatan,
organisasi puskesmas , unit pelayanan dan semua unit layanan, untuk memahami
risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan
tingkat risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan
menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera
tindakan harus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/
12
tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara
memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.
Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada kontrol atas risiko
saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi
sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya
insiden.
Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan
dan konsekuensi.
Lihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko
No. Derajat Parameter
Keparahan
1 Tidak
signifikan
2 Ringan Dapat diatasi dengan pertolongan pertama.
Kerugian keuangan sedang.
3 Sedang Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual secara semipermanen/reversibel/
tidak berhubungan dengan penyakit.
Setiap kasus yang memperpanjang perawatan.
4 Berat Cedera luas
Kehilangan fungsi utama
(motorik/sensorik/psikologis atau intelektual)
secara permanen/irreversibel/ tidak berhubungan
dengan penyakit.
Kerugian keuangan besar.
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit.
Kerugian keuangan sangat besar.
BAB II
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO LAYANAN KLINIS
A. DEFINISI
Manajemen resiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan resiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen
resiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu resiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya
resiko tersebut.
Manajemen resiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan resiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen resiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan manajemen
resiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan
Puskesmas.
B. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO LAYANAN
KLINIS
Manajemen resiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk
mencegah kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk
meminimalkan resiko (patient safety).
Lingkup penerapan manajemen resiko layanan klinis di UPTD Puskesmas Japah
meliputi :
1. Resiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas.
2. Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Resiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas Lainnya
4. Resiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti Puskesmas
lainnya
Penerapan manajemen resiko layanan klinis di UPTD Puskesmas Japah
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu :
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Gigi
3. Poli Umum
4. Ruang Obat
5. Poli Ibu /KB
6. Unit Imunisasi
7. Laboratorium
16
8. UGD
9. Rawat Inap
10. Poli Gizi
11. PONED
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga
dilaksanakan di jaringan pelayanan UPTD Puskesmas Japah yang melaksanakn
layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan termasuk imunisasi.
Jaringan pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi : Puskesmas Pembatu
(Pustu), PKD, dan Posyandu.
C. PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO LAYANAN KLINIS
Proses penerapan manajemen resiko layanan klinis meliputi kegiatan :
1. Identifikasi Resiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar
resiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa
didapatkan dari :
2. Hasil temuan pada audit internal
3. Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
4. Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan
tersebut
5. Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
CARA
IDENTIFIKASI
NO ANALISA PENYEBAB MEMINIMALISIR
RESIKO
RESIKO
POLI UMUM
1 Komplain atas tempat Ruang periksa bau dan penatalaksanaan ruangan
pemeriksaan dirawat penggap sesuai standar
jalan
2 Salah obat,salah salah baca resep,Salah melakukan tindakan sesuai
dosis obat komunikasi SOP, dril pelaksanaan SOP
setiap 3 bulan sekali
3 Resiko kecelakaan human eror,tidak Mematuhi SOP,
kerja,terpapar menggunakan APD penggunaaan APD sesuai
penyakit lengkap dengan aturan pemakaian
APD
4 Resiko jatuh pada Tempat tidur periksa tidak Di buat pinjakan yang
pasien sesuai standar, lantai licin aman untuk pasien naik ke
tempat tidur, identifikasi
pasien dan pemberian tanda
untuk pasien dengan resiko
jatuh, pemebrian tanda
lincin ketika lantai licin.
memberi pegangangan
17
UGD
1. Kesalahan dalam berasal dari keteledoran lebih teliti dalam
menentukan Triase perawat pemberian ketepatan
diagnosa dan pemberian
tanda/gelang, dilakukan
drill SOP penerimaan
pasien baru di UGD
sesuai dengan triasenya.
Terjadinya KTD Perawat kurang teliti Di lakukan pemberian
alergi obat pada dalam melakukan tanda untuk jenis alergi
pasien anamnese dan perawat pada pasien.
tidak memberi tanda
khusus untuk pasien
dengan alergi
2. Potensi bahaya berasal atau memeberikan masker
biologis ditimbulkan dari pada pasien yang
kuman-kuman penyakit menderita penyakit
menular
3. Komunikasi komunikasi tidak baik menyiapkan inform
antar pihak puskesmas consent, melakukan
dengan keluarga pasien komunikasi yang efektif,
tidak baik selalu melibatkan kelurga
dalam setiap
pengambilan keputusan
untuk perawatan. ada
catatan khusus untuk
keterlibatan kelurga
dalam menentukan
19
asuhan perawatan.
4. Patient safety tidak memasang Melakukan identifikasi
pengaman/ restern di untuk pasien, memberi
tempat tidur tanda untuk pasien
dengan resiko jatuh,
memasangkan
pengaman/ restern
5. Anamnesa yang berasal dari kelalaian lebih teliti lagi dalam
kurang tajam atau kurang ketepatan menganamnesa, drill
SOP
RAWAT INAP
1 Tidak terpasang Berasal Keteledoran Lebih teliti dalam
gelang pasien petugas pemberian tanda/gelang
2 Salah obat, salah salah baca resep, salah Melakukan tindakan
dosis obat ambil obat, salah sesuai SOP
komunikasi
3 Resiko tertusuk Pembuangan jarum Safety injection, SOP
jarum pada petugas tidak sesuai SOP pengelolaan sampah
benda tajam
4 Resiko terjadi luka terkena buli-buli panas, Melakukan tindakan
bakar air panas sesuai SOP
5 Resiko adanya Monitoring tidak Monitoring kontrol
obat, makanan, alat optimal tanggal kadaluarsa harus
kesehatan expired optimal
6 Resiko terjadi Tindakan pemberian Tindakan aseptik,
infeksi IV (plebitis) cairan iv tidak sesuai kepatuhan hand hygien,
SOP monitoring tanda-tanda
plebitis
RUANG OBAT
Resiko Petugas
1 Tertusuk/Tersayat kekurang hati hatian saat gunting di berikan tempat
gunting memotong blister obat tersendiri yang mudah di
dan meletakkan gunting ambil dan meletakkan
kembali kembali
2 Gangguan pernafasan pekerjaan meracik obat menggunakan masker
karena serbuk obat puyer menggunakan
mesin penghalus obat
3 Tertimpa kardus meletakkan obat yang meletakkan obat seperti
masih dalam kemasan sirup dll di rak bawah
kardus(c:sirup)di tempat
yang tinggi
4 Terpeleset karena lantai licin sehabis melepas alas kaki saat
di pel/karena sirup obat lantai masih basah
yang jatuh dan pecah
5 Terkena pecahan jatuhnya sirup dalam meminimalisir jatuhnya
kaca botol kemasan kaca botol sirup kaca
6 Tersengat Listrik kurang hatihati saat memberi peringatan "Awas
menggunakan peralatan Listrik"
listrik
Resiko Pasien
1 Kesalahan membaca Tulisan Kurang Jelas Menanyakan kembali ke
resep dokter penulis resep
2 Kesalahan pemberian Kesalahan membaca lebih teliti membaca
20
Keterangan:
a. Rentang nilai OCC mulai 0-10 ; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 =
sangat sering terjadi
b. Rentang nilai SV mulai 0-10 ; dimana 0= tidak gawat dan 10 = sangat
gawat
c. Rentang nilai DT mulai 0-10 ; dimana 0= mudah dideteksi dan 10 = sangat
sulit dideteksi
Pelaksanaan FMEA di ruang Farmasi dan Laborat
FMEA ruang Farmasi
Petugas menyerahkan
Petugas Farmasi obat kepada pasien
mengambil sambil mengecek
resep dan identitas ulang,
mengambil obat memberi penjelasan
ttg obat dan cara
pemakaiannya.
Pasien
Pulang
Matriks FMEA:
No Failure modes Penyebab Akibat O (occurrence) S (severity) D (detectability) RPN Solusi Indikator untuk validasi
(OxSxD)
1 Salah identitas Kurang fokus dalam Obat tertukar dan tidak 100 Konfirmasi Pemantauan
membaca resep, sesuai dengan kebutuhan ulang indentitas pelaksanaan selama 3
2 5
resep tertukar pasien, bisa terjadi KTD, 10 pasien bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC, KTC, KPC, KNC,
2 Resep tertukar Banyak pasien yang Obat tertukar dan tidak 100 Konfirmasi Pemantauan
mengantri, salah sesuai dengan kebutuhan ulang indentitas pelaksanaan selama 3
mendengar pasien, bisa terjadi KTD, 2 10 5 pasien bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC,
panggilan, salah KTC, KPC, KNC,
membaca resep.
3 Resep tidak dapat Dokter atau perawat Salah dalam memberikan 210 Menghimbau Pemantauan
dibaca tergesa gesa dalam obat sehingga terjadi KTD, kepada penulis pelaksanaan selama 3
menulis resep, KTC, KPC, KNC, resep untuk bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC,
tulisan kurang jelas menulis resep
dengan baik,
7 10 3 dan apabila
resep tidak bisa
di baca di
konfirmasi
ulang kepada
penulis resep
24
4 Salah membaca resep Tulisan dalam resep Salah dalam memberikan 60 Petugas fokus Pemantauan
kurang jelas, petugas obat sehingga terjadi KTD, dalam pelayanan pelaksanaan selama 3
farmasi kurang fokus KTC, KPC, KNC, 2 10 3 bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC,
dalam membaca
resep
5 Salah menghitung Salah dalam Salah dalam memberikan 140 Konfirmasi Pemantauan
umur penulisan tanggal obat sehingga terjadi KTD, ulang identitas pelaksanaan selama 3
lahir resep, resep KTC, KPC, KNC, 2 10 7 pasien terutama bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC,
tidak di tulis tanggal anak-anak
lahirnya
6 Salah dalam Kurang fokus dalam Salah dalam konsumsi obat 40 Membaca ulang Pemantauan
memberikan pelayanan obat resep pada saat pelaksanaan selama 3
2 10 2 bulan atau terjadi KTD,
penjelasan cara menyerahkan
KTC, KPC, KNC,
minum obat obat
7 Pemberian obat tidak Stok obat habis Pelayanan obat kurang 60 Konfirmasi Pemantauan
sesuai dengan resep maksimal, kepuasaan ulang kepada pelaksanaan selama 3
pelanggan kurag 2 10 3 pemberi resep bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC,
bila obat tidak
tersedia
8 Salah mengambil Obat belum diatur Salah dalam memberikan 60 Petugas fokus Pemantauan
obat sesuai dengan obat sehingga terjadi KTD, dalam bekerja pelaksanaan selama 3
abjadnya KTC, KPC, KNC, 2 10 3 dan obat di bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC,
susun sesuai
formarium
9 Salah dalam Petugas kurang fokus Salah dalam memberikan 2 10 3 60 Petugas fokus Pemantauan
membaca nama obat dalam membaca obat sehingga terjadi KTD, dalam bekerja pelaksanaan selama 3
nama obat KTC, KPC, KNC, dan obat di bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC,
susun sesuai
25
formarium
10 Salah dalam Petugas kurang fokus Salah dalam memberikan 2 10 2 40 Petugas fokus Pemantauan
menempatkan obat dalam menempatkan obat sehingga terjadi KTD, dalam bekerja pelaksanaan selama 3
obat KTC, KPC, KNC, dan obat di bulan atau terjadi KTD,
KTC, KPC, KNC,
susun sesuai
formarium
Menyerahkan Resep
Pasien Rawat Pasien
di meja tempat
Jalan menunggu di
penyerahan resep
tempat tunggu
Petugas menyerahkan
Petugas Farmasi mengambil obat kepada pasien
resep, mengecek identitas, sambil mengecek
mengambil obat
membaca resep dg baik, identitas ulang,
mengecek apakah obat yang memberi penjelasan
tertulis tersedia atau tidak, bila ttg obat dan cara
tidak petugas konfirmasi dg pemakaiannya.
pemberi resep
Pasien
Pulang
27
Pelaksanaan:
Alur baru dilaksanakan mulai 1 Januari 2019
Permohonan
Pemeriksaan
Mencocokkan
Laboratorium +
identitas pasien
Kwitansi
Pembayaran
Petugas
Pemeriksaan
mengambil
spesimen
spesimen
Menyerahkan
hasil Pemeriksaan
ke pasien
PROSEDUR PELAYANAN
1. Petugas menerima formulir permohonan pemeriksaan laboratorium
2. Petugas mencocokkan identitas pasien.
3. Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan pemeriksaan sesuai jenis pemeriksaan yang
diminta.
4. Petugas mengambil spesimen untuk pemeriksaan ;
a. Untuk pemeriksaan darah, Petugas mengambil spesimen
29
b. Untuk pemeriksaan urine , Petugas menyuruh pasien untuk buang air kecil
ditampung dalam pot yang diberikan Petugas .
c. Untuk pemeriksaan dahak, Petugas meminta pasien untuk mengeluarkan dahaknya.
d. Untuk pemeriksaan faeces, Petugas memberikan alat swap untuk mengambil tinja
pasien.
5. Petugas melakukan pemeriksaan spesimen sesuai permohonan.
6. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada buku register dan bangko hasil pemeriksaan .
7. Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pasien.
30
EFEK
N PROSES/LANGK APA YANG MUNGKIN PENYEBAB KEGAGALAN OC D RP
SV SOLUSI
O AH GAGAL KEGAGALAN TERHADAP C T N
PASIEN
Pasien harus
menunggu
Tenaga medis
proses
Blanko permohonan kurang teliti dalam Pengecekan ulang setiap
Permohonan konfirmasi dari
pemeriksaan laboratorium melengkapai formulir permintaan
1 pemeriksaan kasir ke tenaga 4 7 7 196
tidak terisi lengkap, misal formulir pemeriksaan laboratorium
laboratorium medis pemberi
jenis jamkes pemeriksaan oleh paramedis
formulir
laboratorium
pemeriksaan
laboratorium
Petugas tidak Adanya cross cek ulang
Pasien harus di
Pasien dengan nama yang sempat melakukan identitas antara petugas
ulang
Pencocokan sama dapat tertukar pada cross cek, pemanggil pasien dan petugas
2 pengambilan 7 3 10 210
identitas pasien saat pengambilan sample pemanggilan secara pengambil sample
sample
pemeriksaan lisan hanya pemeriksaan berdasarkan
pemeriksaannya
berdasarkan nama kartu tanda berobat
31
Kurangnya
Darah vena tidak dapat Peningkatan ketrampilan dan
Pengambilan ketelitian dan Pasien harus di
3 terambil sesuai volume 6 8 10 480 teknik teknik pengambilan
sampel darah vena ketrampilan suntik ulang
darah yang dibutuhkan sampel darah
petugas
Pasien
Petugas tidak
menerima hasil
Pelabelan sampel langsung
pemeriksaan Labelisasi langsung dilakukan
pemeriksaan, melakukan
4 Labelisasi salah laboratorium 7 1 8 56 segera setelah menerima
misalnya sampel pelabelan
yang salah, sampel urine
urine
sehingga dapat
salah diagnosis
Alat untuk
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Salah diagnosis Adanya kalibrasi dan jadwal
5 pemeriksaan tidak 7 2 5 70
spesimen spesimen tidak akurat dan terapi perawatan alat secara rutin
di kalibrasi
Penulisan hasil Waktu
Hasil pemeriksaan
pemeriksaan Tulisan dalam blanko Petugas terburu- konsultasi
Laboratorium dapat di print
6 laboratorium pada hasil pemeriksaan tidak buru dalam menulis dokter menjadi 3 7 7 147
langsung dari alat
blanko hasil jelas hasil pemeriksaan terganggu
pemeriksaannya
pemeriksaan /kurang efektif
Pasien tidak Edukasi mengenai pentingnya
Pasien merasa
Penyerahan hasil mengetahui hal konsultasi kepada dokter dan
hanya ingin chek
pemeriksaan Pasien langsung pulang hal yang bahwa hasil pemeriksaan
7 up dan tidak perlu 3 6 10 180
Laboratorium setelah menerima hasil berkaitan harus terekap dalam rekam
berkonsultasi
kepada pasien dengan hasil medis yang berada di ruang
dengan dokter
pemeriksaannya dokter
32
33
EFEK
KEGAGALAN PRESENTASE
NO RPN KOMULATIF
TERHADAP KOMULATIF
PASIEN
Pasien harus di
1 suntik ulang 480 480 36 %
Pengulangan
pengambilan
2 sampel 210 690 51 %
Pasien menunggu
proses konfirmasi
3 administrasi 196 886 66 %
Pasien tidak
mengetahui kondisi
terkait hasil
pemeriksaan
4 laboratoriumnya 180 1066 79 %
Waktu konsultasi
dokter menjadi
5 kurang efektif 147 1213 90 %
Salah diagnosisi
6 dan terapi 70 1283 96 %
Hasil pemeriksaan
7 laboratorium salah 56 1339 100 %
34
EFEK
APA YANG WAKTU
PENYEBAB KEGAGALAN INDIKATOR
NO PROSES/LANGKAH MUNGKIN SOLUSI
KEGAGALAN TERHADAP KEBERHASILAN EVALUASI
GAGAL
PASIEN
1 Penyerahan hasil Pasien Pasien merasa Pasien tidak KIE mengenai pentingnya 100 % pasien Setiap 3
pemeriksaan langsung hanya ingin chek mengetahui hal konsultasi dengan dokter melakukan bulan
Laboratorium kepada pulang setelah up dan tidak perlu hal yang dan supaya data hasil konsultasi ke dokter
pasien menerima hasil berkonsultasi berkaitan dengan pemeriksaan laboratorium paska pemeriksaan
dengan dokter hasil dapat tercatat di rekam laboratorium
pemeriksaannya medis
2 Permohonan Blanko Tenaga medis Pasien harus Adanya cross cek oleh 100 % data pasien Setiap bulan
pemeriksaan permohonan kurang teliti dalam menunggu proses paramedis mengenai tertulis lengkap
laboratorium pemeriksaan melengkapai konfirmasi dari kelengkapan data di blanko dalam blanko
laboratorium formulir kasir ke tenaga permintaan pemeriksaan permintaan
tidak terisi pemeriksaan medis pemberi laboratorium pemeriksaan
lengkap, misal laboratorium formulir laboratorium
jenis jamkes pemeriksaan
laboratorium
3. Pencocokan identitas Pasien dengan Petugas tidak Pasien harus di Adanya mekanisme Tidak terdapat (0%) Setiap bulan
pasien nama yang sempat melakukan ulang pencocokan identitas pasien kejadian salah
sama dapat cross cek, pengambilan dengan kartu tanda berobat identitas pada saat
tertukar pada pemanggilan sample sebelum dilakukan penambilan sampel
saat secara lisan hanya pemeriksaannya pengambilan sampel darah
pengambilan berdasarkan nama pemeriksaan
sample
pemeriksaan
35
4 Pengambilan sampel Darah vena Kurangnya Pasien harus di Peningkatan ketrampilan Angka kejadian Setiap bulan
darah vena tidak dapat ketelitian dan suntik ulang dan update petugas pengulangan
terambil sesuai ketrampilan mengenai teknik teknik penyuntikan ulang
volume darah petugas pengambilan sampel darah untuk memperoleh
yang vena sampel darah vena
dibutuhkan naksimal 5 % tiap
bulan
36
PROSEDUR PELAYANAN
1. Petugas menerima formulir permohonan pemeriksaan laboratorium
2. Crosssek kelengkapan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium oleh
paramedis
3. Petugas mencocokkan identitas pasien.
4. Cross cek identitas pasien dengan kartu tanda berobat yang dimiliki
5. Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan pemeriksaan sesuai jenis pemeriksaan
yang diminta.
6. Petugas mengambil spesimen untuk pemeriksaan ;
a. Untuk pemeriksaan darah, Petugas mengambil spesimen
b. Untuk pemeriksaan urine , Petugas menyuruh pasien untuk buang air kecil
ditampung dalam pot yang diberikan Petugas .
c. Untuk pemeriksaan dahak, Petugas meminta pasien untuk mengeluarkan
dahaknya.
d. Untuk pemeriksaan faeces, Petugas memberikan alat swap untuk mengambil
tinja pasien.
7. Petugas mengecek kondisi alat (kalibrasi)
8. Petugas melakukan pemeriksaan spesimen sesuai permohonan.
9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada buku register dan bangko hasil
pemeriksaan dengan tulisan yang jelas atau print out hasil pemeriksaan langsung
dari alat
10. Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pasien.
11. Petugas memberikan KIE pentingnya konsultasi kepada dokter mengenai hasil
pemeriksaan laboratoriumnya
37
Permohonan pemeriksaan
laboratorium dan kwitansi Paramedis
pembayaran mengembalikan
formulir
permohonan
Tidak laboratorium kepada
lengka dokter pemberi
Crosscek
p formulir
kelengkapan
permohonan
laboratorium
Lengkap
Pemeriksaan
Petugas mengambil Petugas memeriksa spesimen
spesiemen sesuai kondisi / kalibrasi alat
permintaan
Pelaksanaan:
Alur baru dilaksanakan mulai 1 Januari 2019
Monitoring, validasi (bias dihitung ulang RPN setelah implementasi), evaluasi,
Dan pelaporan
3. Evaluasi Resiko
Evaluasi resiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
resiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan
Analis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah
memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4. Tindakan atau Perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap
tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan
dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya.
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen resiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
39
BAB III
MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM
A. DEFINISI
melakukan
tindakan
8 Insiden balita Pemasangan Pemastian bahwa penempatan
terlukan pada proses timbangan tidak timbangan sudah baik
penimbangan baik sebelum melakukan
menggunakan dacin penimbangan
Fogimg
1 Keracunan dan Masyarakat tidak Petugas menggunakan alat
Pencemaran udara, menutup makanan pelindungdiri,
air, tanah dan minuman saat memberitahukan kelokasi
pengasapan bahwa akan dilakukan
fogging sebelum pelaksanaan,
meminta warga menutup
makanan dan minuman
sebelum foging
Pencemaran pada air Dosis yang terlalu Memberitahu masyarakat
minum oleh abate besar dapat tentang cara penggunaan dan
mengakibatkan dosisnya
keracunan
KIA
Tempat kelas ibu Tempat terlalu Mencarit empat yang lebih
hamil sempit sempit nyaman dan luas
Balita terjatuh APE berserakan Memberi tempat khusus
untuk APE
Pemberian PMT Kurangnya Memberi penyuluhan kader
tidak sesuai dengan pengetahuan kader tentang cara membuat PMT
umur balita dalam membuat
PMT
2. Analisis Resiko
3. Evaluasi Resiko
Resiko yang teridentifikasi dianalisa menggunakan formulir FMEA dan
analis penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis).
Tingkat resiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk
dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi resiko dilaporkan kepada Tim Mutu
dan Puskesmas.
4. Tindakan Perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap
tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan
dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya.
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen resiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
42
BAB IV
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN
A. DEFINISI
Manajemen resiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
resiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di
Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun lingkungan.
B. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN
Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
Puskesmas.
2. Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas
dan lingkungan sekitar Puskesmas.
3. Tatalaksana penerapan manajemen resiko lingkungan
4. Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di UPTD Puskesmas Japah meliputi :
1. Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
2. Sarana prasarana fasilitas Puskesma termasuk rasio jumlah karyawan dan
toilet, dsb.
3. Tata ruang dan penetapan zona risiko
4. Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
sirkulasi ruangan, kebisingan, pencahayaan, dan kelembaban.
5. Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas :
a. Toilet dan kamar mandi
b. Pembuangan sampah
c. Penyediaan air minum dan air bersih
d. Hygiene dan sanitasi makanan
e. Pengolahan limbah
f. Pengolahan limbah medis
g. Pengolahan linen
h. Pengendalian seranggan dan binatang pengganggu
i. Dekontaminasi dan sterilisasi
j. Promosi hygiene dan sanitasi
C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI PUSKESMAS
Manajemen resiko lingkungan di UPTD Puskesmas Japah diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampak resiko terhadap lingkungan yaitu :
1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Poskesdes, dan Posyandu
43
penampungan
sampah B3 belum
memenuhi standar
SPAL macet Karena kurang Dilakukan perawatan
perawatan dengan rutin, ada jadwal,
monitoring dan evaluasi
perawatan SPAL
Jaringan komputer Stopkontak Memastikan bahwa
konslet komputer selalu semua stopkontak sudah
terpasang, terlepas sebelum semua
komputer tidak karyawan pulang.
dimatikan pada
saat para
karyawan pulang
Pasien terjatuh dikamar Kamar mandi Di buat pegangan khusus
mandi licin, tidak ada di kamar mandi,
pegangan monitoring terhadap
pelaksanaan kebersihan
D. DOKUMENTASI
BAB V
SASARAN-SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini:
langkah pada 5 keadaan tersebut di atas dibagi dengan jumlah semua petugas
pelayanan klinis.
Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)
Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat
yang perlu diwaspadai (high-alert).
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh,
obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan Puskesmas
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh
dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di Pukesmas
55
BAB VI
BAB VI
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua
iunit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin
timbul dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang berdampak
terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden
dan kemungkinan untuk mengontrol.
BAB VII
SISTEM PELAPORAN INSIDEN
Laporan insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama
untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS dan
puskesmas seperti tercantum dalam UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar
Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi
akan membantu langkah langkah yang akan diambil puskesmas terhadap risiko
tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas):
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi
Potensial cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas) :
1. Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
57
Tipe Insiden :
58
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium
BAB VIII
INVESTIGASI INSIDEN
BAB IX
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun