A. PENDAHULUAN
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan merupakan amanah
yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
upaya kesehatan ini dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan termasuk
didalamnya adalah pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang juga memperhatikan fungsi sosial, nilai,
Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk
miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya dibidang
kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Sejalan dengan hal ini, negara telah bersepakat dan berkomitmen dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk
memasukan jaminan kesehatan sebagai salah satu program jaminan sosial selain 4 (empat) program
jaminan soasial lainnya yaitu jaminan kecelakaan kerja, hari tua, pensiun, dan kematian. Didalam
undang-undang ini diatur pula dalam penjelasannya bahwa yang dimaksud dengan pelayanan
Pembangunan Keluarga dikatakan bahwa penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan
pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Untuk itu dilakukan
upaya pengendalian angka kelahiran sehingga terwujud pertumbuhan penduduk yang seimbang
melaui diantaranya pengaturan kehamilan sebagai upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk
melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal
Dengan diterapkannya jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhitung mulai 1 Januari 2014,
telah terjadi beberapa perubahan pengaturan sistem pelayanan kesehatan nasional termasuk
didalamnya adalah sub-sistem jaminan pembiayaan, sub-sistem pelayanan kesehatan dan pengelola
pembiayaan pelayanan kesehatan. Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011
tentang BPJS maka BPJS kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Perubahan ini tentunya juga akan berimplikasi terhadap kebijakan, strategi dan program KB yang
diyakini dapat mengurangi kesenjangan dan unmet need pasangan usia subur terhadap kebutuan
pelayanan KB.
B. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Orgnisation (WHO) expert commitee 1997: keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran yang memang
sangan diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan
merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terwujudnya peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB di Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan
menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila
dirasakan anak telah cukup.
b. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya
keluarga bahagia.
c. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
d. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga
yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi
ekonomi.
e. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
f. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
D. KEGIATAN POKOK
Pelayanan KB meliputi :
a. Pelayanan KB Kondom
b. Pelayanan KB Pil
c. Pelayanan KB suntik
d. Pelayanan KB Implant
e. Pelayanan KB IUD
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Konseling
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan pengayoman kepada masyarakat melalui
pengembangan dan pemantapan jaringan pelayanan serta rujukan.
3. Tersedianya pelayanan kontrasepsi seperti Puskesmas, bidan praktek atau klinik kesehatan.
4. Membina jaringan pelayanan alat kontrasepsi sampai ke pos KB kelompok KB.
5. Mengembangkan memantapkan pola pemakaian kontrasepsi rasional yaitu yang diarahkan
kepada cara kontrasepsi yang sesuai usia PUS dan keinginan PUS.
6. Rujukan KB.
F. SASARAN
Sasaran program KB dibagi 2 yaitu sasarn langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari
tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan
tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga yang sejahtera.