Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RETAK MUDIK
Jl,Lintas Barat Bengkulu Padang Km.190 Pos 38366

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS


UPTD PUSKESMAS RETAK MUDIK

BAB I

A. Latar Belakang

Keselamatan ( safety ) telah menjadi isu global termasuk keselamatan


puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan ( safety )
Puskesmas yaitu:

1. Keselamatan Pasien ( PATIENT SAFETY )


2. Keselamatan pekerja dan petugas kesehatan
3. Keselamatan bangnan dan peralatan puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas
4. Keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan
5. Keselamatan “ bisnis “ Puskesmas yang sangat penting untuk dilaksanakan di
setiap puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup puskesmas.

Kelima aspek keselamatan Puskesmas tersebut sangat penting untuk


dilaksanakan di setiap puskesmas yang harus di kelola secara profesional,
komprehensif dan terintegrasi. Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat ,
bernagai bahan berbahaya , beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi
yang semakin canggih dan berkembang pesat. Bermacam jenis tenaga profesi dan
non profesi yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan kerutinan pelayanan
tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, beresiko menimbulkan insiden. Oleh
karna itu Puskesmas Retak Mudik perlu melakukan pengelolaan nresiko dalam
suatu manajemen resiko profesional, komprehensif dan terintegrasi agar insiden
dapat diminimalisasi dan di cegah sedini mungkin.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen resiko di Puskesma
Retak Mudik
b. Tujuan Khusus
1. Meminimalkan terjadinya medical error pada pasien
2. Meminimalkan kemungkinan klain dan mengendalikan biaya klaim yang harus
menjadi tanggungan puskesmas atau dokter.

C. Sasaran
1. Sasaran utama manajemen resiko klinis ialah Puskesmas, POLINDES,
Posyandu;
2. Tersedianya pedoman manajemen resiko klinis;
3. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manjemen resiko kepada pimpinan unit
layanan fungsional dan manajerial serta pegawai puskesmas.

D. Ruang Lingkup
a. Resiko terhadap pasien terkait pelayanan;
b. Resiko terhadap staf medis;
c. Resiko terhadap staf/pegawai;
d. Resiko terhadap sarana prasarana fasilitas/aset puskesmas;
e. Resiko terhadap keuangan;
f. Resiko-resiko lain.

BAB II

PENGERTIAN

A. Definisi
• Manajemen resiko klinis adalah suatu upaya yang dilakukan puskesmas dalam
rangka mengurangi resiko akibat pelayanan medis;
• Manajemen resiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan
strategi untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
dan prasarana, fasilitas dan keuangan puskesmas melalui identifikasi dan
penilaian potensi kehilangan aset puskesmas dan melakukan seleksi sesuai
asumsi kerugian, mekanisme pengendalian dan pencegahan;
• Manajemen resiko adalah proses strategis untuk menerapkan secara langsung
untuk meminimalisasi nkejadian tidak diharapkan;
• Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi menilai
dan menyusun prioritas resiko dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya.

Pendekatan manajemen resiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (


reaktif ) dan potensial terjadi ( proaktif ) dengan menerapkan manajemen resiko
terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien melalui revisi pengembangan
proses, fungsi dan layanan. Resiko klinis dapat berupa bahaya, kesalahan, musibah
atau potensi terjadinya hal-hal yang merugikan pasien sebagai dampak asuhan klinis
yang diberikan kepada pasien.

B. Tahapan Manajemen Resiko Klinis


1. Identifikasi resiko
Meliputi keluhan pasien, laporan insiden dan audit medik;
2. Pembahasan
Pembahasan resiko klinis dilakukan oleh tim mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien dan para pemegang program;
3. Kesimpulan
Meliputi perbaikan, prosedur kebijakan dan peraturan;
4. Tindak lanjut.

C. Insiden Report
1. Pelaporan setiap masalah/kejadian yang menyimpang dari yang direncanakan
ata secara normal seharusnya tidak terjadi dan berdampak pada keselamatan
pasien;
2. Pelaporan atas masalah/kejadian yang menghadapkan pasien pada keadaan
beresiko;
3. Pelaporan atas masalah/kejadian yang berpotensi menghadapkan puskesmas
terhadap tuntutan hukum;
4. Masalah/kejadian tidak harus selalu sudah menyebabkan cidera, tapi termasuk
juga kejadian yang potensial yang menyebabkan cedera;
5. Pelaporan masalah/kejadian yang dapat dijadikan pelajaran untuk mengurangi
resiko.

D. Sumber Medical error


1. Manusia
• Kelelahan;
• Tidak terlatih;
• Komunikasi yang buruk;
• Keterbatasan waktu.
2. Puskesmas
• Perencanaan kebijaksanaan;
• Administrasi;
• Kepemimpinan;
• Umpan balik.
3. Tekhnikal
• Peralatan yang buruk;
• Kurang integrasi.
BAB III

ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RESIKO

A. Tujuan
Tujuan disain program manjemen resiko adalah:
• Untuk mengurangi mortality dan morbidity dengan memperbaiki pelayanan
kepada pasien melalui identifikasi dan analisa untuk mengurangi resiko yang
dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien;
• Ntuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpang hasil,
melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk
meningkatkan keselamatan pasien;
• Untuk melindungi orang dan aset serta keangan puskesmas akibat kehilangan
karena terjadinya insiden akibat manajemen yang tidak efektif, dengan
meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien
melalui lingkungan yang diciptakan dengan aman.

B. Kewenangan
Dinas kesehatan kabpaten mukomuko selaku pemilik puskesmas, memiliki
tanggung jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Mukomuko mendelegasikan
kewenangan kepada Kepala Puskesmas Retak Mudik menugaskan kepada tim
mutu dan keselamatan pasien untuk membentuk satuan tugas manajemen resiko
masuk dalam struktur PMKP.

C. Koordinasi
Karena fungsi manajemen resiko sangat luas dan kegiatan puskesmas yang
sangat beragam maka untuk keberhasilan program manajemen resiko puskesmas
yang sangat beragam maka untuk keberhasilan program manajemen resiko.
Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun
informal antara manajemen resiko profesional dengan semua unit layanan
struktural dan fungsional puskesmas serta fungsi lain didalam dan luar puskesmas.
Manajemen resiko profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi
dengan orang-orang kunci dalam organisasi. Kepala dan para unit layanan di
puskesmas berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting
dalam program manajemen resiko. Pimpinan UKP berfungsi sebagai penghubung
antara program manajemen resiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk
memastikan bahwa organisasi melakukan clinical appointment staf medis,
kredensial, prosedur disiplin telah di lakukan sesuai dengan peratran yang berlaku.
Bagian keuangan bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberikan
informasi yang berharga untuk program manajemen resiko, mengawasi oprasi
keuangan, sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja anlisis keuangan
puskesmas. Bagian umum dan kepegawaian bertanggung jawab untuk
mengembangkan efektifitas.

Anda mungkin juga menyukai