Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keselamatan ( safety ) telah menjadi isu global, termasuk keselamatan pasien di
Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan ( safety ) di Puskesmas,
yaitu : keselamatan pasien ( patient safety ), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas, keselamatan lingkungan ( green productivity ) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan, dan keselamatan “ bisnis “ puskesmas yang terkait dengan
kelangsungan hidup puskesmas. Kelima aspek keselamatan puskesmas tersebut sangat
penting untuk dilaksanakan di setiap puskesmas, yang harus dikelola secara professional,
komprehensif dan terintegratif.

Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan berbahaya, beragam alat
kesehatan, bermacam jenis tenaga profesi dan profesi yang memberikan pelayanan.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan
berisiko menimbulkan insiden. Oleh karena itu Puskesmas Karangrejo perlu melakukan
pengelolaan resiko dalam manajemen resiko yang professional, termasuk pengelolaan dalam
Risiko Klinis, agar insiden akibat pelayanan klinis dapat diminimalkan dan dicegah sedini
mungkin.

B. Tujuan Pedoman
1. Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di puskesmas
Karangrejo
2. Untuk meminimalkan terjadinya medical error ( kesalahan medis ), adverse effect
(efek yang menyimpang), dan harms ( bahaya ) pada pasien
3. Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya
klaim yang menjadi tanggungan puskesmas dan dokter

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 1


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

C. Sasaran Pedoman
1. Puskesmas
2. Puskesmas Pembantu
3. Ponkesdes
4. Posyandu

D. Ruang Lingkup pedoman


a. Resiko terhadap pasien terkait pelayan
b. Resiko terhadap petugas klinis

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 2


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

BAB II
DEFINISI

A. Pengertian
Manajemen Resiko adalah :
- proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan
kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset puskesmas
dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer, mekanisme pengendalian
dan pencegahan
- proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan secara langsung untuk
meminimalkan kejadian tidak diharapkan
- suatu pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas
resiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya
- Manajemen Resiko Klinis adalah suatu upaya sistematis yang dilakukan di
puskesmas dalam rangka mengurangi resiko akibat pelaksanaan pelayanan medis.

Sumber Resiko :

1. Manusia :
- Kelelahan
- Kurang terlatih
- Komunikasi yang kurang baik
- Kekuasaan
- Keterbatasan waktu
- Keragu-raguan
2. Organisasi
- Rancang bangun kerja
- Perencanaan
- Kebijakan
- Administrasi
- Pembiayaan
- Kepemimpinan
- Manajemen supplay

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 3


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

- Supervisi umpan balik


- Ketidakjelasan tugas
- Salah menempatkan personil
3. Teknik / alat
- Peralatan yang buruk
- Keterbatasan peralatan
- Tidak memiliki devision report
- Kompleksitas
- Kurang integrasi
- Terlalu banyak informasi
- Tidak menggunakan check list

B. Elemen Desain Program Manajemen Resiko


a. Tujuan
b. Kewenangan
c. Koordinasi
d. Tanggung jawab

a. Tujuan
Tujuan desain program manajemen resiko :
- Untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas dengan memperbaiki pelayanan
kepada pasien melalui identifikasi dan analisis.
- Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program maupun pelayanan klinis dengan
mencegah penyimpangan hasil melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan
berkesinambungan.

b. Kewenangan
1. Kepala Puskesmas
- Menugaskan Tim Penanggung jawab Mutu Puskesmas untuk membentuk kelompok
Kerja (Pokja) Mutu dan membuat program kerja, termasuk manajemen resiko dalam
struktur Tim Penanggung jawab Mutu
- Membuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen
resiko.

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 4


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

2. Kelompok Kerja Mutu


- Terdiri dari Kelompok Kerja (Pokja ) Mutu Admen, UKM dan PMKP
- Masing – masing pokja bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen
resiko di kelompok kerjanya dengan Kepala Puskesmas, semua karyawan, petugas
pelayanan klinis dan pihak luar puskesmas

c. Koordinasi
Mekanisme koordinasi :
1. Kepala Puskesmas dan koordinator unit layanan : Membuat keputusan untuk
berbagai kegiatan penting dalam program manajemen resiko
2. Ketua Pokja Mutu :
- sebagai penghubung antara program manajemen resiko dengan petugas/
pelaksana program atau pelayanan klinis
- membantu manajemen resiko dalam koordinasi dengan para pelaksanan
program maupun petugas pelayanan klinis untuk memastikan bahwa organisasi
melakukan prosedur, disiplin telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku

d. Tanggung jawab
Tanggung jawab Pokja Mutu :
- Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit pelayanan
terkait seperti : manajemen mutu, pelaksana program maupun petugas pelayanan
klinis.
- Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola manajemen resiko.
- Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi resiko seperti
informed consent, kerahasiaan dan kejadian sentinel.

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 5


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

BAB III
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO

Program manajemen resiko meliputi :


1. Resiko yang berhubungan dengan pasien / pengunjung puskesmas
2. Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Resiko yang berhubungan dengan staf puskesmas lainnya
4. Resiko yang berhubungan dengan bangunan, sarana / prasarana dan peralatan
kesehatan dan property puskesmas lainnya
5. Resiko yang berhubungan dengan sistem keuangan di puskesmas

Penerapan manajemen resiko di Puskesmas Karangrejo dilaksanakan pada :


1. Penyelenggaraan Administrasi dan Manajemen puskesmas
2. Pelaksanaan Program UKM
3. Pelaksanaan Kelayanan Klinis / UKP

Ruang lingkup penerapan manajemen resiko juga dilaksanakan di jaringan pelayanan


Puskesmas Karangrejo. Jaringan pelayanan puskesmas yang dimaksud meliputi : Puskesmas
Pembantu ( Pustu ), Polindes/ Ponkesdes dan Posyandu

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 6


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

BAB IV
TATA LAKSANA MANAJEMEN RESIKO

Manajemen resiko adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan.


Resiko yang ada bisa terus menerus berubah dan harus diidentifikasi.
Program manajemen resiko menggunakan lima ( 5 ) tahap proses, yaitu :
1. Menetapkan konteks
2. Identifikasi resiko
3. Analisa resiko
4. Evaluasi resiko
5. Assessment resiko / tindakan perbaikan

1. Menetapkan konteks
Pada tahap ini :
- identifikasi dan pahami jenis – jenis resiko yang ada di puskesmas dan strategi
program manajemen resiko layanan kesehatan yang efektif
- tetapkan parameter unit layanan dan lingkungan di mana proses manajemen
harus ditempatkan, tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, parameter kegiatan
dan sumber daya

2. Identifikasi resiko
Identifikasi resiko sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses sistematis
yang terstruktur dengan baik. Perlu dilakukan identifikasi dan penentuan prioritas resiko
yang dapat menimbulkan ancaman, dengan komponen – komponen berikut :
1. Sumber resiko
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak
4. Faktor kontributor terjadinya resiko atau bahaya insiden yang terjadi
5. Kapan dan dimana resiko atau bahaya dapat terjadi

Identifikasi resiko dapat secara reaktif dan proaktif. Beberapa sumber informasi yang
dapat digunakan untuk identifikasi resiko antar lain :
- Daftar keluhan pasien
- Hasil survey kepuasan pelanggan

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 7


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

- Diskusi dengan unit layanan


- Laporan insiden

3. Analisis Resiko
- Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi.
- Analisis dilakukan secara sistematis terhadap semua unit layanan untuk
memahami resiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih
lanjut.
- Proses yang sistematis diperlukan untuk memahami sifat resiko dan
menyimpulkan tingkat resiko, memisahkan resiko yang besar atau kecil, serta
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.
- Analisis resiko :
1. Analisa resiko diawali dengan severity analysis.
2. Untuk kejadian sentinel dan KTD ( warna merah dan kuning ).
 Lakukan : ROOT CAUSE ANALYSIS ( RCA ).
3. Upaya proaktif untuk memperbaiki suatu proses / prosedur pelayanan.
 Lakukan : FAILURE MODE & EFFECT ANALYSIS ( FMEA )

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 8


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

1.) Severity Assesment


 Menentukan tingkat keparahan resiko.
 Variabel yang digunakan untuk menilai severity :

DAMPAK RESIKO / SEVERITY

Tk. RISK DESKRIPSI DAMAK

1 MINIMAL Tidak ada cidera.

2 MINOR  Cidera ringan, misal : luka lecet.


 Dapat diatasi dengan P3K .

3 MODERAT  Cidera sedang, misal : luka robek.


 Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis
atau intelektual / reversibel, tidak berhubungan
dengan penyakit.
 Setiap kasus yang memperpanjang perawatan.

4 MAYOR  Cidera luas / berat, misal : cacat / lumpuh.


 Kehilangan fungsi motorik / sensorik / psikologis
atau intelektual / reversibel, tidak berhubungan
dengan penyakit.

5 EKSTRIM Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan


penyakit.

PROBABILITAS

FREQUENT : Sangat sering terjadi ( tiap minggu / bulan )  5

PROBABLE : Sering terjadi ( beberapai kali / tahun )  4

POSSIBLE : Mungkin terjadi ( 1 s/d <2 tahun / kali )  3

UNLIKELY : Jarang terjadi ( >2 s/d <5 tahun / kali )  2

RARE : Sangat jarang terjadi ( >5 tahun / kali )  1

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 9


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

MATRIK GRADING RESIKO

Dampak Tidak Minor Moderat Mayor Katatrospik


Significant 2 3 4 5
Probabilitas 1

Sangat Moderat Moderat Tinggi Ektrim Ektrim


Sering
Terjadi
( tiap minggu
/ bulan )  5

Sering Moderat Moderat Tinggi Ektrim Ektrim


Terjadi
( beberapa
kali / tahun )
4

Mungkin Rendah Moderat Tinggi Ektrim Ektrim


Terjadi
( 1 s/d <2
tahun / kali )
3

Jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ektrim


Terjadi
( >2 s/d <5
tahun / kali )
2

Sangat Rendah Rendah Rendah Tinggi Ektrim


Jarang
Terjadi
( >5 tahun /
kali )  1

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 10


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

TINDAKAN SESUAI TINGKAT & BANDS RESIKO

LEVEL / BANDS TINDAKAN

Ekstrim Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari,


membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke Kepala
( Sangat Tinggi )
UPTD Puskesmas.

High Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dengan
detail dan perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan
( Tinggi )
TOP Management.

Moderat Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2


minggu. Kepala UPTD Puskesmas sebaiknnya menilai
( Sedang )
dampak terhadap bahaya dan kelola risiko.

Low Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1


minggu diselesaikan dengan prosedur rutin.
( Rendah )

2.) Root Cause Analysis ( RCA )


Kategori RCA : merah atau kuning

Langkah RCA :
 Bentuk team RCA untuk suatu kejadian.
 Pelajari kejadian.
 Analysis sebab.
 Menyusun rencana tindakan.
 Melaporkan proses analysis dan temuan.

Mempelajari Kejadian :
 Menentukan masalah.
 Mengumpulkan bukti – bukti yang nyata.
 Melakukan wawancara.
 Meneliti lingkungan kejadian.
 Menggambarkan rantai terjadinya kejadian.
 Mengenali faktor – faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kejadian.
 Mengenali kejadian – kejadian yang mengawali ( TRIGGER ).

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 11


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

 Melakukan analysis dengan menggunakan pohon masalah / diagram tulang


ikan untuk mengetahui atau kondisi yang menyebabkan timbulnya kejadian.
 Lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar belakangi timbulnya
kejadian atau sampai tidak beralasan lagi untuk melanjutkan.

 Mengidentifikasi akar – akar penyebab :


 Faktor manusia : kelainan, incometence, sistem pengelolaan sumber
daya manusia termasuk reward system.
 Sistem breakdown : system failure, system incapability.
 Membuat sistem pengendalian.
 Sumber daya ( fasilitas dan peralatan ) dan management sumber daya.
 Merumuskan pernyataan akar masalah.

Susun Rencana Tindakan :


 Menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi penyebab yang diidentifikasi
dan dapat diterima oleh pihak yang terkait dengan kejadian.
 Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab kejadian dan pengukuran
untuk menilai efektifitas tindakan terhadap akar penyebab.
 Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam organisasi.

Catat Dan Laporkan :


 Catat proses dan alat yang digunakan.
 Biaya yang dibutuhkan.
 Ringkasan kejadian.
 Proses investigasi dan analisis.
 Temuan.
Memahami Penyebab Kejadian:
 Kegagalan aktif : pelanggaran yang sengaja dilakukan oleh sesorang.
 Kondisi laten : breakdown dari proses atau sistem :
- Kurangnya pendidikan.
- Gagal mengikuti prosedur.
- Alat yang rusak.
- Disain yang tidak tepat.

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 12


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

3.) Failure Mode and Effect Analysis ( FMEA )


 Jika tidak ada kejadian, tetapi kita akan memperbaiki sistem agar
meminimalkan resiko maka dilakukan FMEA.
 Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci dan mengenali
tanda - tanda / indikator adanya kegagalan / kesalahan pada suatu prosedur,
dengan melakukan penilaian terhadap tiap tanda – tanda/ indikator
kesalahan / kegagalan, dapat mencari penyebab terjadinya kesalahan /
kegagalan, dapat mengenali akibat yang akan terjadi dari kegagalan /
kesalahan dan dapat mencari solusi / pemecahannya dengan melakukan
perubahan desain / prosedur.

 Langkah – langkah :
 Bentuk team FMEA ( orang – orang yang terlibat dalam suatu proses ).
 Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadwal team.
 Tetapkan peran dari tiap anggota team.
 Gambarkan alur proses yang ada sekarang.
 Kenali failure modes pada proses tersebut.
 Kenali penyebab terjadinya failure untuk tiap model kesalahan /
kegagalan.
 Kenali apa akibat dari adanya failure untuk tiap model kesalahan /
kegagalan.
 Lakukan penilaian untuk tiap jenis kesalahan / kegagalan :
 Sering tidaknya terjadi ( occurrence ) :  OCC
 0 : tidak pernah
 10 : sangat sering
 Kegawatannya ( severity ) :  SV
 0 : tidak gawat
 10 : sangat gawat
 Kemudahan untuk terdeteksi ( detectability ) :  DT
 0 : mudah dideteksi
 10 : sangat sulit dideteksi
 Hitung Risk Priority Number ( RPN ) dengan mengkalikan :
 OCC x SV x DT

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 13


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

 Tentukan batasan ( cut – off point ) RPN yang termasuk prioritas.


 Tentukan kegiatan untuk mengatasi ( design action / solution ).
 Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil.
 Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut.
 Hitung kembali RPN sesudah dilakukan solusi perbaikan

Form Analisis FMEA :

No Failure Penye Efek Frekuensi Kegawatan Kemudahan RPN Solusi Validasi


(Kegagalan bab terjadinya (SV) terdeteksi (OCC) x solusi
/ (OCC) (DT) (SV) x
Kesalahan) (DT)

Occurence Rating Scale :

Nilai Penjelasan Pengertian

10 Kemungkinan Kesalahannterjadai paling tidak sekali sehari atau hampir


Terjadinya setiap saat.
Dapat
Dipastikan

9 Hampir Tidak Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau terjadi setiap 3


Dapat sampai 4 hari.
Dihindarkan

8 Kemungkinan Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling tidak seminggu


Terjadi sekali.
7
Sangat
Tinggi

6 Kemungkinan Kesalahan terjadi sekali sebulan.


Terjadi Tinggi
5
Sedang

4 Kemungkinan Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tidap tiga bulan.


Terjadi
3
Sedang

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 14


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

2 Kemungkinan Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar sekali setahun.


Terjadi
Rendah

1 Kemungkinan Kesalahan hampir tidak pernah terjadi, atau tidak ada yang
Terjadi ingat kapan terakhir terjadi.
Sangat
Rendah

Severity Rating Scale :

Nilai Penjelasan Pengertian

10 Amat Kesalahan yang dapat menyebabkan kematian pelanggan


Sangat dan kerusakan sistem tanpa tanda – tanda yang
Berbahaya mendahului.

9 Sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera berat /


Berbahaya permanen pada pelanggan atau gangguan serius pada
8
sistem yang dapat menghentikan pelayanan dengan adanya
tanda yang mendahului.

7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera ringan sampai


sedang dengan tingkat ketidak puasan yang tinggi dari
pelanggan dan / atau menyebabkan ganggung sistem yang
membutuhkan perbaikan berat atau kerja ulang yang
signifikan.

6 Berbahaya Kesalahan berakibat pada cedera ringan dengan sedikit


Sedang ketidak puasan pelanggan dan / atau menimbulkan masalah
5
besar pada sistem.

4 Berbahaya Kesalahan menyebakan cedera sangat ringan atau tidak


Sedang s/d cedera tetapi dirasakan mengganggu oleh pelanggan dan /
3
Ringan atau menyebabkan masalah ringan pada sistem yang dapat
diatasi dengan modifikasi ringan.

2 Berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan pelanggan tidak


Ringan menyadari adanya masalah tetapi berpotensi menimbulkan
cedera ringan atau tidak berakibat pada sistem.

1 Tidak Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak berdampak


Berbahaya pada sistem.

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 15


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

Detection Rating Scale :

Nilai Penjelasan Pengertian

10 Tidak Ada Tidak ada mekanisme untuk mengetahui adanya kesalahan


Peluang
Untuk
Diketahui

9 Sangat Sulit Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi yang


Diketahui menyeluruh, tidak feasible dan tidak segera dapat dilakukan.
8

7 Sulit Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi manual atau


Diketahui tidak ada proses yang baku untuk mengetahui, sehingga
6
ketahuan karena kebetulan.

5 Berpeluang Ada proses untuk double checks atau inspeksi tetapi tidak
Sedang otomatis atau dilakukan secara sampling.
Untuk
Diketahui

4 Berpeluang Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi tidak


Tinggi Untuk otomatis.
3
Diketahui

2 Berpeluang Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang otomatis.


Sangat
Tinggi Untuk
Diketahui

1 Hampir Ada proses otomatis yang akan menhentikan proses untuk


Dipastikan mencegah kesalahan
Untuk
Diketahui

Menetapkan “CUT OFF POINT” dengan pareto :


 Urutkan nilai RPN dari yang tertinggi ke yang terendah.
 Hitung presentasi kumulatif.
 Perhatikan nilai kumulatif sampai dengan 80%, maka pada nilai komulatif 80%
tersebut kita tetapkan sebagai “CUT OFF POINT”.

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 16


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

Contoh :

Modus RPN Komulatif % Komulatif CUT OFF


Kegagalan /
Kesalahan

Modus 1 320 320 27,40%

Modus 2 270 590 50,50%

Modus 3 240 830 70.90%

Modus 4 160 950 81,10% Cut Off : 160

Modus 5 100 1050 89,70%

Modus 6 80 1130 96,60%

Modus 7 40 1170 100%

4. Tahap Evaluasi dan Rangking Resiko


- Mengevaluasi dan membandingkan kriteria resiko yang ada untuk dikembangkan
dalam daftar prioritas resiko yang akan ditindaklanjuti.
- Melakukan evaluasi resiko dan prioritas dengan cara membandingkan tingkat resiko
yang ditemukan selama analisis dengan kriteria resiko yang ditentukan sebelumnya
- Penilaian dan rangking dilakukan dengan menggunakan kategori kemungkinan dan
kensekuensi. ( lihat Tabel Kategori dan matriks penilaian resiko )

5. Tahap Assesment Resiko / Tindakan perbaikan


- Bila memungkinkan paparan resiko perlu dieliminasi
- Bila resiko tidak dapat dieliminasi, maka dicari teknik lain untuk menurunkan resiko
- Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko maka Pokja Mutu harus
menangani dan mengendalikan resiko
- Ada dua ( 2 ) pendekatan dasar :
1. Mengendalikan resiko ( risk control )
Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian / resiko → FMEA
2. Menanggung resiko ( risk retention )
Resiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas → RCA

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 17


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

BAB V
SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak konsisten
dengan prosedur rutin yang berlangsung di unit pelayanan, terutama untuk pelayanan pasien.
Laporan insiden diwajibkan 2x24 jam dengan menggunakan formulir 1 seperti tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan no 11 tahun 2017 pasal 18 tentang Keselamtan pasien.
Secara umum laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada manajemen resiko bahwa
ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi akan membantu langkah – langkah
yang akan diambil puskesmas terhadap resiko tersebut.

Tujuan utama laporan insiden :


- Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien ( KTD, KTC, KNC ) dan kondisi potensial
cedera ( KPC ) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien

Tujuan khusus laporan insiden :


a. Terlaksananya system pelaporan dan pencatatan insiden di puskesmas
b. Diketahuinya penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali

Jenis – jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut :
1. Kejadian sentinel, adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius , antara lain :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi mendasari penyakitnya
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi
yang mendasari penyakitnya
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang
tuanya
2. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ), adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 18


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

3. Kejadian Tidak cedera ( KTC ), adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi
tidak timbul cedera
4. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ), adalah terjadinya insiden yang belum samapai
terpapar ke pasien
5. Kondisi Potensial Cedera ( KPC ), adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera tetapi belum terjadi insiden

Tipe insiden :
1. Administrasi
2. Proses / prosedur
3. Dokumentasi
4. Proses medikasi
5. Alat medis
6. Perilaku pasien
7. Pasien jatuh
8. Pasien kecelakaan
9. Infrastruktur / sarana / bangunan
10. Sumber daya / manajemen
11. Laboratorium

Yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden


- Petugas / staf puskesmas yang pertama kali menemukan kejadian
- Petugas / staf puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau koordinator unit
pelayanan

Waktu pelaporan :
- Rutin : tiap bulan masing – masing pelaksana program / unit pelayanan melaporkan
ada tidaknya kejadian kepada Tim PMKP dalam bentuk laporan tertulis.
- Insidental : bila ada kejadian sentinel, KTD, maka laporan dilakukan oleh petugas /
koordinator unit layanan yang pertama kali menemukan kejadian kepada ketua Tim
PMKP kemudian diteruskan kepada Kepala Puskesmas.

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 19


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

BAB VI
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RESIKO

Evaluasi program manajemen resiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dilakukan minimal sekali dalam satu tahun. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan Rapat tinjauan manajemen.

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 20


PANDUAN MANAJEMEN RESIKO 2017

BAB VII
PENUTUP

Demikian buku Panduan Manajemen Resiko di Puskesmas Karangrejo ini disusun


sebagai panduan petugas dalam melaksanakan Penerapan Manajemen Resiko.

Panduan ini disusun berdasarkan kondisi, situasi dan referensi terkini, sehingga
memungkinkan dilakukannya perubahan sesuai situasi, kondisi serta aturan / persyaratan, baik
regional maupun nasional yang berlaku.

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas
Karangrejo

dr. SITI SUMARNI


NIP. 19600813 198802 2 001

UPTD PUSKESMAS KARANGREJO Page 21

Anda mungkin juga menyukai