Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS GIRI MULYA
Jalan Transmigrasi Sebamban VI Desa Giri Mulya
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah Bumbu
Kode Pos : 72277, Email : puskesmas.girimulya@gmail.com

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO


PUSKESMAS GIRI MULYA

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan telah menjadi isu global termasuk keselamatan di lingkungan


Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di Puskesmas
yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan
hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan Puskesmas tersebut sangat penting
untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas , yang harus dikelola secara professional,
komprehensif dan terintegrasi.

Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan Giri


Mulya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan
berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas
Giri Mulya, perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang
profesional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan
dicegah sedini mungkin.

B. TUJUAN:

Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di Puskesmas


Giri Mulya.

C. SASARAN:

1. Tersedianya pedoman manajemen risiko dan


2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan unit
layanan fungsional dan manajerial serta pegawai Puskesmas Giri Mulya.

D. RUANG LINGKUP :

a. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan


b. Risiko terhadap petugas medis
c. Risiko terhadap petugas non medis
d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
e. Risiko terhadap keuangan
f. Risiko-risiko lain

II. DEFINISI OPERASIONAL

1. Manajemen risiko Puskesmas adalah proses untuk menciptakan dan


mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada
manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan
penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi
kerugian, transfer, mekanisme pengendalian dan pencegahan.
2. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan secara
langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
3. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya.
4. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan
potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang
memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan
layanan.

III. ELEMEN KUNCI RENCANA PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. TUJUAN

Tujuan rencana program manajemen risiko adalah:

1. Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan


kepada pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko yang
dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.
2. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil,
melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
3. Untuk melindungi petugas kesehatan Puskesmas (medis dan non medis) dari
kecelakaan akibat kerja dengan memperbaiki prosedur kerja, lingkungan kerja dan
fasilitas pendukung kerja, melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi
risiko yang mungkin terjadi.
4. Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat kehilangan
karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan
meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien melalui
lingkungan yang diciptakan dengan aman.

B. KEWENANGAN

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu selaku pemilik puskesmas memiliki


tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu
mendelegasikan kewenangan kepada Kepala Puskesmas Giri Mulya untuk
membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan secara
luas.
2. Kepala Puskesmas Giri Mulya menugaskan kepada Tim Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk membentuk satuan tugas manajemen resiko masuk
dalam struktur Tim PMKP.
3. Satuan tugas manajemen resiko bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan
manajemen risiko dengan Kepala Puskesmas, semua petugas kesehatan (medis
dan non-medis), dan dengan pihak luar Puskesmas.

C. KOORDINASI

Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang
sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Puskesmas
harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara
manajemen risiko professional dengan semua unit layanan struktural dan fungsional
Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas.

Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi


dengan orang-orang kunci dalam organisasi:
1. Kepala Puskesmas dan penanggung jawab unit layanan di Puskesmas berfungsi
sebagai pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program
manajemen risiko. Koordinator Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi
sebagai penghubung antara program manajemen risiko dan staf medis, membantu
manajemen risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan bahwa
organisasi melakukan clinical appointment staf medis, kredensial, cilinical
privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2. Bagian Keuangan bertanggung-jawab dalam pembiayaan dan memberikan
informasi yang berharga untuk program manajemen risiko, mengawasi operasi
keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan
Puskesmas .
3. Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab untuk mengembangkan
efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang
pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi,pemberian cuti pegawai
dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk
mencegah serta melindungi staf medis yang melakukan tindakan/ pelayanan.
4. Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen
risiko dalam melakukan fire safety, manajemen bahannya, kesiapsiagaan darurat
dan keselamatan staf.
5. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki tanggung jawab
utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas dan keselamatan pasien.

D. TANGGUNG JAWAB

Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen puncak
dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss prevention) misalnya
dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber
potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara
mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur, menangani
klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya manusia, sistem
prosedur, pengawasan internal maupun gabungannya.

1. Tugas satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut :


Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
a. Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden, rujukan
staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
b. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan iunit layanan
terkaitseperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan kontrol infeksi.
c. Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola manajemen
risiko
d. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti
informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
2. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam enam bagian :
a. Pengurangan dan pencegahan kehilangan
b. Manajemen klaim
c. Pembiayaan risiko
d. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
e. Pelaksanaan manajemen risiko
f. Etika

Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan manajemen


risiko, mengukur tujuan dan sasaran manajemen risiko secara spesifik. Manajemen
risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk menentukan kegiatan
selanjutnya,melaporkan kemajuan untuk menetapkan tujuan Puskesmas
IV. TUJUAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan mutu
pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau
menghilangkan risiko kerugian.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:

1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki kondisi
Puskesmas Giri Mulya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai,
pasien dan lain- lain.
2. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan risiko
yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain-lain.
3. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan yang sesuai,
dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.
4. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana agar
kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian.
5. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu pelayanan pasien
dan layanan yang terkait.

V. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai, mencegah


dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai, kewajiban pembayaran
hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian lain yang timbul dalam proses
kegiatan.

Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan


peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program manajemen
risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan karyawan front line
untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian risiko yang
mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan. Layanan diberikan untuk melakukan
tindakan korektif dan pencegahan tepat yang diperlukan.

Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko:

1. Terkait dengan pelayanan pasien


2. Terkait dengan staf medis
3. Terkait dengan karyawan
4. Terkait dengan properti
5. Keuangan
6. Lain-lain
7. Risiko terkait pelayanan pasien :
a. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
b. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
c. Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
d. Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan.
e. Pasien diberitahu tentang risiko.
f. Pengobatan yang nondiskriminatif.
g. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan.

8. Risiko terkait staf medis :

a. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?


b. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku ?
c. Apakah pasien dikelola dengan benar?
d. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
9. Risiko terkait pegawai :

a. Menjaga lingkungan yang aman.


b. Kebijakan kesehatan pegawai.

10. Risiko terkait property :

a. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll.


b. Catatan rekam medik pasien non-elektronik , dan catatan keuangan, dilindungi dari
kerusakan atau perusakan.
c. Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian.

11. Risiko lain-lain

a. Manajemen bahan lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis menular, manajemen


limbah.
b. Risiko terkait hukum dan peraturan.

VI. PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Risiko


mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-menerus
berubah danharus diidentifikasi.

Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:

1. Tetapkan Konteks

Pada tahapan ini :

a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas dan strategi


program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen risiko
harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat
timbul dari pengaruh internal dan eksternal.

Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian dari
organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus
ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan
sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara.

Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara mendalam,


harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup pelayanan yang
banyak masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifiik, unit pelayanan, fungsi,
atau area proyek.

2. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem
kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan Puskesmas , atau pasien.

Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan


proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak
diidentifikasi pada tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut.
Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol
organisasi manajemen risiko.

Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan
penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.

Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para eksekutif


layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:

a. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;


b. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder internal /
eksternal;
c. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidensi Puskesmas
atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan Puskesmas .
d. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya
dan insiden yang terjadi;
e. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.

Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas manajemen
resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.

Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:

a. Daftar keluhan pasien


b. Hasilsurvei kepuasan
c. Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
d. Laporan insiden

3. ANALISIS RISIKO

Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi.

Organisasi manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap


system kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan dan semua iunit layanan,
untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih
lanjut.
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat
risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.

Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan


menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera
tindakanharus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/ tingkatan
risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa
kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.

Analisis risiko harusmempertimbangkan bahwa telah adakontrol atasrisiko saat


ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah
insiden (risiko yang potensial menjadi insiden),dan kemungkinan terjadinya insiden.

Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan


konsekuensi. Lihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko.
4. EVALUASI DAN RANGKING RISIKO

Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untuk


dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti. Melakukan
evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang
ditemukan selama analisis dengan kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan
mengembangkan daftarprioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi
untuk menentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang siap diterima
puskesmas. Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko,
yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka harus berhasil
dilaksanakan. Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi
internal, eksternal dan persyaratan hukum. Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal
yang sangat penting. Lihat tabel asesmen risiko.

5. PENGELOLAAN RISIKO

Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki


alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan
edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka
perlu dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian. Setelah dilakukan
identifikasi dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen resikoharus menangani
dan mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
1. Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani mengambil risiko
dengan metode berikut :
a. Menghindari risiko (risk avoidance),
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko
dengan cara :
- Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun
hanya untuk sementara
- Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan
kegiatan itu begitu diketahui mengandung risiko
b. Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan
terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara :
- Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
2. Menanggung risiko (risk retention).
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas. Artinya puskesmas
mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional
puskesmas dengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.

VII. PEMANTAUAN DAN TINJAUAN

Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan
bahwa rencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap relevan. Mengingat bahwa
banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kemungkinan dan dampak risiko
setiap saat, maka manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta
meninjau kembali setiap langkahdalam proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan laporan
insiden internal, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta persyaratan dan
panduan tingkat nasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas risiko menurut
keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di tingkat unit
layanan.Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan
risiko (sesuai warna/ bands risiko).

Tujuan utama pemantauan adalah:


1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif yang
diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang signifikan dan
moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua iunit
layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin timbul
dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang berdampak terhadap
keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden dan
kemungkinan untuk mengontrol.

IX. SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak konsisten
dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama untuk pelayanan
kepada pasien.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi akan
membantu langkah langkah yang akan diambil puskesmas terhadap risiko tersebut.

A. Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas) :


Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial
cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

B. Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas) :


1. Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah kejadian
yang sama terulang Kembali
2. KKP-RS (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
bagi puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah-langkah praktis.

Laporan insiden terdiri dari :


1. Laporan insiden RS (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi potensial
cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung, maupun
karyawan yang terjadi di puskesmas.
2. Laporan insiden keselamatan pasien eksternal: Pelaporan secara anonim dan
tertulis ke KKP-RS setiap kondisi potensial cedera dan insiden keselamatan
pasien, dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi, dan solusinya.
Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxygen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10.Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11.Sumber daya / Manajemen
12.Laboratorium

Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden?


- Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
- Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya

X. INVESTIGASI INSIDEN

Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden denganmencatat


ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah pelayanan/Care
Management Problem, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka.

Investigasi insiden terdiri dari :


1. Investigasi Sederhana
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna biru atau hijau.
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana :
a. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
b. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
- Penyebab langsung (immediate / direct cause) : penyebab yang berhubungan
langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien
- Akar masalah (root cause) : penyebab yang melatarbelakangi penyebab langsung
(underlying cause)
c. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
d. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
2. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis
Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna kuning atau merah.
RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari kejadian
tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama berulang
kembali.
Metode proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi
factor-faktor yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD).
Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan
karena dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk hal-hal yg berisiko tinggi, seperti:
b. Apa yang terjadi (aktual)
c. Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
d. Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi
kembali (tindakan/outcome?)
e. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan
keselamatan pasien? (melalui pengukuran)
Langkah-Langkah RCA / Analisa Akar Masalah :
a. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
b. Tentukan Tim Investigator
c. Kumpulkan data & informasi
- Observasi
- Dokumentasi
- Interview
d. Petakan Kronologi kejadian
- Narrative Chronology
- Timeline
- Tabular Timeline
- Time Person Grid
e. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
- ( Brainstorming, Brainwriting )
f. Analisis Informasi
- 5 Why’s
- Analisis Perubahan
- Analisis Penghalang
- FishBone / Analisis Tulang Ikan
g. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

XI. EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah disusun
dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah
Bumbu

Mengetahui
Kepala Puskesmas Giri Mulya, Penanggung Jawab Manajemen Risiko

SUPARSONO.S,S.Sos Dewi Kusumawardani, A.Md.Keb


NIP.196508051986031023 NIPPPK.199209292022212015

Anda mungkin juga menyukai