Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS GIRI MULYA
Jalan Transmigrasi Sebamban VI Desa Giri Mulya
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah Bumbu
Kode Pos : 72277, Email : Puskesmas.girimulya@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUKESMAS GIRI MULYA
Nomor : B/440/005/PKM.GM-MUTU/III/2023

TENTANG

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

KEPALA PUSKESMAS GIRI MULYA,

MENIMBANG : a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan


yang bermutu dan aman kepada pasien dan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Giri Mulya diperlukan upaya
penyelenggaraan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
b. Bahwa agar upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien Puskesmas Giri Mulya dengan baik, diperlukan
adanya kebijakan Kepala Puskesmas Giri Mulya tentang
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
sebagai landasan untuk penyelenggaraan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Puskesmas Giri Mulya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan kebijakan pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas Giri
Mulya.

MENGINGAT 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


: tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan
Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi
Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/165/2023 tentang Standar Akreditasi
Pusat Kesehatan Masyarakat.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG


PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI DI PUSKESMAS GIRI MULYA.

Kesatu : Kebijakan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi


di Puskesmas Giri Mulya sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.

Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Kuranji
Tanggal 30 Maret 2023
KEPALA PUSKESMAS,

SUPARSONO.S, S.Sos
NIP.196508051986031023

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS NOMOR
B/440/005/PKM.GM-MUTU/III/2023 TENTANG
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS GIRI
MULYA

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DI PUSKESMAS GIRI MULYA

A. KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas Giri Mulya
berpedoman sesuai dengan Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020.

B. KEBIJAKAN TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS


1. Kepala Puskesmas membentuk tim PPI puskesmas sesuai dengan SK kepala
puskesmas yang mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan pedoman teknis pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah kepala
puskesmas, yang disusun terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota.
3. Anggota tim PPI terdiri dari dokter umum, petugas laboratorium, perawat gigi,
perawat , bidan, petugas farmasi, dan ahli sanitasi.
4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan pedoman
teknis pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
6. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi hasil surveilans,
kinerja tim dan menentukan tindak lanjut.
7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat tiga bulanan kepada kepala puskesmas
dan tim mutu.
8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan pada
bulan 3 berikutnya.
9. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI.

C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS


BAYANAN
1. Pelaksanaan kewaspadaan isolasi
2. PPI dengan penerapan Bundles HAIs dan PPI pada penggunaan peralatan
kesehatan lainnya di puskesmas
3. Penggunaan antimikroba yang bijak
4. Pendidikan dan pelatihan
5. Surveilans
D. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit
menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui
maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di puskesmas, setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di
puskesmas yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD), pemrosesan peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan,
penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, perlindungan kesehatan karyawan,
penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), dan praktek menyuntik yang
aman. Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada semua pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan
melalui kontak, droplet, udara (airborne), common vehicle (makanan, air, obat,
alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas Giri Mulya selengkapnnya
diatur dalam pedoman dan prosedur, sesuai kebijakan kepala Puskesmas Giri
Mulya.

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene
a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga
kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih
dan sabun atau handrub menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 (lima) keadaan/ momen yaitu: sebelum
kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah
melakukan tindakan invasif yang berhubungan cairan tubuh pasien, setelah
kontak dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan pasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air
mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub cairan
antiseptik berbasis alkohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 (enam) langkah selama 40-
60 detik dan cuci tangan dengan aseptik berbasis alkohol selama 20-30 detik
sesuai prosedur yang direkomendasi WHO.
e. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui survei terhadap
seluruh petugas puskesmas setiap bulan.
f. Apabila hasil survei kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi
standar dilakukan sosialisasi/training ulang kebersihan tangan pada unit
tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung
barrier untuk melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas
kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko
menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur
yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai
APD sesuai dengan prosedur yang benar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles
plastic bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun
pelindung, apron, pelindung kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit
tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah
infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai
kembali, dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.

3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan
cara pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis
limbah.

4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya merupakan salah satu upaya pencegahan pengendalian infeksi di
Puskesmas Giri Mulya.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan
dengan melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan
lingkungan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien,
melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat, mempertahankan
mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.

5. Perlindungan kesehatan petugas


a. Petugas Puskesmas Bayanan diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip PPI
yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai
dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Petugas yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,
kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
c. Petugas Puskesmas Bayanan yang merawat pasien menular melalui udara
harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran,
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur bila
terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.

6. Penyuntikan yang aman


a. Semua petugas medis dan paramedis Puskesmas Bayanan Utara wajib
melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
b. Praktik menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai
karena jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial
multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar
saat obat dipakai untuk pasien lain.

7. Kebersihan pernapasan (etika batuk)


a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk
selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah
sekresi pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : tutup hidung dan
mulut, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.

8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien


a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi
penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan
barang- barang habis pakai lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian
dan pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
sterilisasi).
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi
HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi. Proses ini adalah dengan
melakukan perendaman dengan memakai detergen atau larutan enzymatic
sampai seluruh permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah
atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit
atau menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic, membilas
dengan air bersih, dan mengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan
merebus, menguapkan atau memakai disinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus,
fungi dan parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap
tekanan tinggi (autoklaf ), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.

9. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien yang
immunosuppressed dari infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang terpisah dengan
pasien infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone maupun melalui
kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah
transmisi langsung atau tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting (pasien
dengan diagnose yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat
transportasi/transfer, karena belum ada jalur khusus pasien infeksius.

F. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila
keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan
populasi pasien. Tempatkan dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar TT (tempat
tidur). Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien
keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien
lain atau lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke
ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius
(feses, cairan drain), lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar
pasien dan cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk
melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan,
barang diruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy, colostomy, luka
terbuka. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien
dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan disinfeksi sebelum
dipakai untuk pasien lain.

2. Kewaspadaan transmisi droplet


a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila
keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar TT dan
jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu
penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan
etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat
kontak erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat
memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak
jarak jauh.

3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)


a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ; tekanan negative,
pertukaran udara 6-12 X /jam sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat
lain di Puskesmas. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah
tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap
mikroba yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan
jarak >1 meter. Konsultasikan dengan Tim PPI Puskesmas sebelum
menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi dan kohorting tidak
memungkinkan.
b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu
untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah
menyebarnya droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi 95%) saat
masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang rentan seharusnya
tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar
air kecuali petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus masuk maka harus
mengenakan masker respirator untuk pencegahan. Orang yang pernah sakit
campak atau cacar air tidak perlu memakai masker.
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol maka APD
yang digunakan adalah masker bedah, gaun, goggle, dan sarung tangan.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC
”Guideline for Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”

G. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM RANGKA PPI


1. Semua staf puskesmas harus mengetahui prinsip-prinsip PPI antara lain melalui
pelatihan PPI tingkat dasar.
2. Semua staf non pelayanan di puskesmas harus dilatih dan mampu melakukan
upaya pencegahan infeksi meliputi hand hygiene, etika batuk, penanganan
limbah, APD (masker dan sarung tangan) yang sesuai.
3. Semua anggota tim PPI Puskesmas Bayanan wajib mengikuti pendidikan dan
pelatihan PPI.
4. Semua pegawai baru Puskesmas Bayanan baik tenaga medis maupun non
medis wajib menjalani program orientasi pegawai baru baik orientasi umum
maupun khusus yang salah satu materinya adalah pelatihan tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
5. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikutsertakan seluruh
karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.
6. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada karyawan
Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.

H. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PEMASANGAN ALAT


KESEHATAN
1. Kebijakan upaya pencegahan plebitis terkait pemasangan infus
a. Pemasangan infuse dikerjakan oleh petugas yang memahami dan terampil
dalam teknik pemasangan secara aseptic dan perawatan infuse sesuai
prosedur.
b. Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko inflamasi dan infeksi.
c. Pemindahan tempat penusukan setiap 72-96 jam.

I. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK PROFILAKSIS


DAN TERAPEUTIK
1. Puskemas membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang
dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi terkait pelayanan kesehatan yang
resisten terhadap obat yang lazim dipakai.
2. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-
obatan lainnya seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

J. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk mengurangi
resiko dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan
kesehatan dan pengunjung termasuk mengembangkan program surveillance
infeksi yang relevan, yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan, terintegrasi dengan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang berhubungan dengan masalah
infeksi, dalam hal ini pemantauan CAUTI dan phlebitis.
2. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis,
analisis dan interpretasi yang terus-menerus dari data HAIs yang penting untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan pencegah dan pengendalian infeksi di puskesmas yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang meliputi
surveillance proses dan surveillance hasil.
4. Surveilance dilakukan oleh tim PPI.
5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap 3 (tiga) bulan dan tahunan yang dibuat
oleh Tim PPI yang diserahkan kepada Kepala Puskesmas.
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapat
bulanan, kemudian evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi dan tindak
lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada bulan
berikutnya.

K. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI


1. Tim PPI mengusulkan kepada kepala puskesmas tentang pengadaan alat dan
bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.
2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh unit farmasi dan
pemegang program pengadaan barang dan jasa.

L. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


1. Tim PPI memberikan masukan kepada kepala puskesmas yang menyangkut
konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan
alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan penanggung jawab
pemeliharaan sarana dan prasarana puskesmas.
3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas udara secara
berkala untuk mengurangi resiko infeksi selama pembangunan / renovasi.

M. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN


1. Karyawan Puskesmas Bayanan diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip PPI yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan
indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
2. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,
kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.

N. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


1. Tim PPI segera melakukan investigasi masalah atau KLB infeksi terkait
pelayanan kesehatan.
2. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala Puskesmas
3. Tim PPi melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaan
mikrobiologik.
4. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk menutup ruangan rawat
bila diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi.
5. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi terkait pelayanan
kesehatan dirawat di ruang isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan
rujukan.
6. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD sesuai dengan
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.
7. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi dan
sebagainya Tim PPI harus sigap melakukan pencegahan infeksi, misalnya
membagikan masker, menutup ruangan, pembersihan ruangan secara berkala
dll.

O. KEBIJAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PENGELOLAAN MAKANAN


Kegiatan pelayanan makanan harus memperhatikan standar hygiene dan prosedur
yang aman sesuai rekomendasi Tim PPI guna mencegah penularan infeksi.

KEPALA PUSKESMAS,

SUPARSONO.S, S.Sos
NIP.196508051986031023

Anda mungkin juga menyukai