Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KOTA SERANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BANJAR AGUNG
Jl. Syech Nawawi Al-Bantani Kel. Banjar Agung Kec. Cipocok Jaya
Kode Pos 42122 Tlp. (0254) 7921489 Email: pkm.banjaragung@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS BANJAR AGUNG
NOMOR : 800/057/KAPUS/SK/IV/2023

TENTANG
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS BANJAR
AGUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS BANJAR AGUNG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan Akreditasi Puskesmas, untuk


meningkatkan mutu pelayanan medis maka diharapkan Puskesmas dapat
memenuhi pelayanan standar melalui pencegahan dan pengendalian infeksi
di Puskesmas;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugasnya, Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi berkoordinasi dengan Tim Mutu guna mengendalikan
infeksi nosokomial di Puskesmas;
c. bahwa sehubungan dengan butir a, dan b tersebut diatas, Puskesmas perlu
melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta menuangkannya
dalam suatu Keputusan Kepala Puskesmas;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012
Tentang Sistem Kesehatan Nasional;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2015,
tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2019,
tentang Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2022,
tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat,
Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik, Labkes, UTD, TPMD dan TPMDG;

MENETAPKAN

KESATU : PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI


PUSKESMAS BANJAR AGUNG.
KEDUA : Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas Banjar Agung
sebagaimana dimaksud Diktum KESATU dituangkan dalam Lampiran 1 dari
Keputusan ini.
KETIGA Struktur Organisasi dalam Tim Pencegahandan Pengendalian Infeksi dan uraian tugas
dituangkan dalam Lampiran 2 dari Keputusan ini;
KEEMPAT : Tim PPI mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Penanggung Jawab Mutu melalui
mekanisme Pertemuan Tinjauan Manajemen Puskesmas;

Ditetapkan di : Banjar Agung


Pada tanggal : 25 April 2023

KEPALA PUSKESMAS BANJAR AGUNG,

YULINAH

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA


PUSKESMAS BANJAR AGUNG
NOMOR : 800/049/KAPUS/SK/IV/2023
TENTANG : PELAKSANAAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI
PUSKESMAS BANJAR AGUNG

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS BANJAR AGUNG

1. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS
a. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai dengan SK Kepala
Puskesmas yang mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan Pedoman PPI Puskesmas;
b. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah Penanggung Jawab
Mutu yang disusun dari ketua, sekretaris dan anggota.
c. Anggota Tim PPI terdiri dari Dokter, petugas laboratorium, perawat , bidan, petugas
farmasi, ahli gizi, dan ahli sanitasi.
d. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu pada Permenkes no 27 tahun
2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
e. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
f. Tim PPI mengadakan rapat tiap 6 bulan sekali untuk mengevaluasi hasil surveillance,
kinerja tim, dan menentukan tindak lanjut.
g. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat tribulanan kepada Penanggungjawab Mutu dan
Kepala Puskesmas.
h. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan setiap 6
bulan.
i. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI.

2. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS BANJAR


AGUNG
a. Pelaksanaan program PPI melalui penerapan prinsip kewaspadaan standar dan
berdasarkan transmisi, Penggunaan antimikroba secara bijak, dan melaksanakan
Bundle, yaitu sekumpulan praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan perbaikan
keluaran poses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten.
b. Penerapan PPI dilakukan terhadap infeksi terkait pelayanan HAIs dan infeksi yang
bersumber dari masyarakat.
c. Dalam pelaksanaan PPI, Puskesmas melakukan:
1. Surveilans;
2. Pendidikan dan pelatihan PPI

3. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI


a. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular
pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
c. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di Puskesmas
yang meliputi: kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
dekontaminasi peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan
limbah, penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan
pasien, hygiene respirasi (etika batuk dan bersin), dan praktek menyuntik
yang aman. Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada semua pasien.
d. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan
standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak,
droplet, udara (airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan
vektor (lalat, nyamuk, tikus).
e. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas Banjar Agung selengkapnnya
diatur dalam pedoman dan prosedur, sesuai kebijakan Kepala Puskesmas Banjar
Agung.

4. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


a. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene
1) Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga kebersihan
tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun atau
handrub menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
2) Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum kontak dengan
pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan invasif
yang berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah
kontak dengan lingkungan pasien.
3) Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir.
Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub cairan antiseptic
berbasis alcohol.
4) Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah selama 40-60 detik,
dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
5) Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan dengan benar 6
langkah selama 20-30 detik,dengan prosedur yang sesuai denganrekomendasi
WHO.
6) Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui survey terhadap
seluruh petugas puskesmas setiap6 bulan.
7) Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi
standard dilakukan sosialisasi/training ulang kebersihan tangan pada unit
tersebut.
b. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
1) Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung barrier
untuk melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas kesehatan.
2) Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko
menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur yang
benar.
3) Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai APD
sesuai dengan prosedur yang benar.
4) Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles
plastic bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun
pelindung, apron, pelindung kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
5) Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
6) Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah infeksius
yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali,
dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.
c. Pengelolaan limbah
1) Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan cara
pengelolaan limbah yang tepat.
2) Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.
d. Pengendalian lingkungan
1) Pengendalian lingkungan Puskesmasatau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
merupakan salah satu upaya pencegahan pengendalian infeksi di Puskesmas
Banjar Agung
2) Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan
peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih,
mempertahankan ventilasi udara yang baik.
e. Perlindungan Kesehatan karyawan
1) Karyawan Puskesmas Banjar Agung diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip PPI
yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan
indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
2) Karyawan Puskesmas Banjar Agung terutama karyawan medis dan paramedis,
berhak mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.
3) Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,
kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
4) Karyawan Puskesmas Banjar Agung yang merawat pasien menular melalui
udara harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran,
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur bila
terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
f. Praktek menyuntik yang aman
1) Semua petugas medis dan paramedis Puskesmas Banjar Agung wajib
melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
2) Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
3) Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai karena
jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai
untuk pasien lain.
g. Hygiene respirasi (etika batuk)
1) Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
2) Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk
selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah
sekresi pernapasan.
3) Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup hidung dan
mulut, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.
h. Dekontaminasi peralatan perawatan pasien
1) Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi
penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan barang-
barang habis pakai lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan
pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
2) Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV,
HBC, dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi.Proses ini adalah dengan melakukan
perendaman dengan memakai detergen atau larutan enzymatic sampai seluruh
permukaan alat terendam.
3) Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau
cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic, membilas dengan air
bersih, dan mengeringkan.
4) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan
atau memakai disinfektan kimiawi.
5) Sterilisasi:Proses menghilangkan semuamikroorganisme (bakteria, virus, fungi
danparasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap tekanan
tinggi(otoklaf ), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
6) Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.
i. Penempatan pasien
1) Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien dari
infeksi.
2) Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone maupun melalui kontak
harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi
langsung atau tidak langsung.
3) Penunggu/pengantar pasien infeksius harus menggunakan masker.
4) Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat transportasi/transfer,
karena belum ada jalur khusus pasien infeksius.

5. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


a. Kewaspadaan transmisi kontak
1) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien dengan penyakit menular di ruang pelayanan terpisah untuk
mencegah penularan ke lingkungan dan pasien lain.
2) Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien
keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien lain
atau lingkungan.
3) Penggunaan APD petugas
Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pelayanan untuk
melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang
diruang pasien, luka terbuka. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan. Jaga agar
tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
4) Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien
dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai
untuk pasien lain.
b. Kewaspadaan transmisi droplet
1) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah. Bila tidak mungkin, buat pemisah dengan
jarak > 1 meter antar TT dan jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu
terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
2) Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan etika
batuk.
3) Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat kontak
erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuki
ruang pelayanan pasien dengan infeksi saluran nafas.
4) Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien
dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai
untuk pasien lain.
c. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)
1) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ; tekanan negative,
pertukaran udara 6-12 X /jam sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di
Puskesmas. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak
memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba
yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak >1
meter. Konsultasikan dengan Tim PPI Puskesmas sebelum menempatkan pasien
bila tidak ada ruang isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.
2) Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu untuk
pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet
nuclei.
3) Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi 95%) saat masuk
ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang rentan seharusnya tidak boleh
masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar air kecuali
petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus masuk maka harus mengenakan
masker respirator untuk pencegahan. Orang yang pernah sakit campak atau cacar
air tidak perlu memakai masker.
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol maka APD yang
digunakan adalah masker bedah, gaun, face shield, dan sarung tangan.

6. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM RANGKA PPI


1) Koordinator Tim PPI Puskesmas Banjar Agung wajib memiliki sertifikat Pelatihan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tingkat Dasar dan semua anggota Tim PPI
sudah mendapat pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas.
2) Semua pegawai baru Puskesmas Banjar Agung baik tenaga medis maupun non
medis wajib menjalani program orientasi pegawai baru baik orientasi umum maupun
khusus yang salah satu materinya adalah pelatihan tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
3) Semua pegawai Puskesmas Banjar Agung wajib mengikuti pelatihan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi tingkat dasar (bagi yang belum pernah pelatihan) secara
bertahap yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
4) Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikutsertakan seluruh
karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.
5) Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada karyawan Puskesmas,
pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.

7. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PEMASANGAN ALAT


KESEHATAN
a. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait pemasangan
kateter (CAUTI / Catheter Assosiated Urinary Tract Infection)
1) Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami dan trampil dalam
tehnik pemasangan secara aseptic dan perawatan kateter sesuai prosedur.
2) Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada keadaan tertentu.
3) Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan indikasi.
b. Kebijakan Upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasangan infus
1. Pemasangan infuse dikerjakan oleh petugas yang memahami dan terampil
dalam teknik pemasangan secara aseptic dan perawatan infuse sesuai prosedur.
2. Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko inflamasi dan infeksi.
3. Pemindahan tempat penusukan setiap 48 sd 72 jam
4. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
c. Penerapan PPI terkait HAI’s pada beberapa kasus,
1. Multi Drug Resistance Tuberculosis (MDR-TB), sama seperti penularan TB
secara airborne
2. Covid-19

8. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK PROFILAKSIS DAN


TERAPEUTIK
a. Puskemas membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang dicadangkan
untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang resisten terhadap obat yang lazim
dipakai.
b. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-obatan
lainnya seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

9. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


a. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk mengurangi resiko
dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan kesehatan
dan pengunjung termasuk mengembangkan program surveillance infeksi yang
relevan, yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, terintegrasi
dengan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yaitu indikator mutu
yang berhubungan dengan masalah infeksi, dalam hal ini pemantauan CAUTI dan
phlebitis.
b. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis,
analisis dan interpretasi yang terus-menerus dari data HAIs yang penting untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan pencegah dan pengendalian infeksi di puskesmas yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukannya.
c. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang meliputi surveillance
proses dan surveillance hasil.
d. Surveilance dilakukan oleh tim PPI.
e. Laporan hasil surveillance dibuat setiap 3 bulandan tahunan yang dibuat oleh Tim
PPI yang diserahkan kepada Kepala Puskesmas.
f. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapat bulanan,
kemudian evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
g. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
h. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya.

10. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI


a. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang pengadaan alat dan bahan
yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.
b. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh Unit Farmasi dan Pengadaan.

11. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


a. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang menyangkut
konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat
dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
b. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan penanggung jawab
pemeliharaan sarana dan prasarana puskesmas.
c. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas udara secara berkala
untuk mengurangi resiko infeksi selama pembangunan / renovasi.

12. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN


a. Karyawan Puskesmas Banjar Agungdiwajibkan menerapkan prinsip-prinsip PPI yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan, kemudian
Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
c. Karyawan Puskesmas Banjar Agung yang tidak memiliki kartu BPJS atau asuransi
kesehatan lainnya, berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas
Banjar Agung sesuai kebijakan Kepala Puskesmas.

13. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)/ OUTBREAK


a. Tim PPI segera melakukan investigasi jika terjadi KLB/ outbreak nosokomial.
b. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB/ outbreak kepada Kepala Puskesmas
c. Tim PPI melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaan
mikrobiologik.
d. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk menutup ruangan rawat bila
diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi.
e. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial dirawat di ruang
isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting.
f. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD sesuai dengan
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.
g. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi dan
sebagainya Tim PPI harus sigap melakukan pencegahan infeksi, misalnya
membagikan masker, menutup ruangan, pembersihan ruangan secara berkala dll.

14. KEBIJAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PENGELOLAAN MAKANAN


Kegiatan pelayanan makanan harus memperhatikan standar hygiene dan prosedur
yang aman sesuai rekomendasi Tim PPI guna mencegah penularan infeksi.

KEPALA UPTD PUSKESMAS BANJAR AGUNG

YULINAH
LAMPIRAN 2 KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS BANJAR AGUNG
NOMOR : 800/049/KAPUS/SK/IV/2023
TENTANG : PELAKSANAAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI
PUSKESMAS BANJAR AGUNG

TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. TUGAS TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


 Menyusun rencana Program dan kegiatan pencegahan dan pengendalian Infeksi
(PPI)
 Mensosialisasikan Program dan kegiatan pencegahan dan pengendalian Infeksi
(PPI)
 Melaksanakan Program dan kegiatan pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI)
 Menyusun laporan pelaksanaan Program dan kegiatan pencegahan dan
pengendalian Infeksi (PPI).

2. SUSUNAN TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


a. Kepala Puskesmas : Yulinah, S.Tr.Keb
b. Penanggungjawab Mutu : dr. Nurul Fitria Arfiana
c. Koordinator PPI : Drg. Selvi Kartika Lestari
d. Sekretaris : Sukmayah, S.Tr.Keb.
e. Anggota : 1. Aeni Mulyati, Amd. AK
2. dr. Mega Martin
3. Nurhayati, S.Kep, Ns
4. Maya Sinaga
5. Dian Rohmayanti
6. Fauziah Novriyani
3. STRUKTUR ORGANISASI TIM PPI

KEPALA PUSKESMAS/
Yulinah, S.Tr.Keb

PENANGGUNGJAWAB MUTU
Dr. Nurul Fitria A

KETUA TIM PPI

Drg. Selvi Kartika Lestari


Sekretaris

Sukmayah

Anggota

Aeni Mulyati, Amd. AK


Dr. Mega Martin
Nurhayati, S.Kep, Ns
Maya Sinaga
Dian Rohmayanti
Fauziah

4. URAIAN TUGAS
a. KEPALA PUSKESMAS
1) Membentuk Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas dengan
Surat Keputusan;
2) Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi;
3) Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang di butuhkan;
4) Mengesahkan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi;
5) Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
berdasarkan saran dari Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Puskesmas
6) Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan
disinfektan di Puskesmas berdasarkan saran dari Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas;
7) Mengesahkan standar operasional prosedur (SOP) untuk Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas.

b. PENANGGUNGJAWAB MUTU
1) Menyusun program pengendalian dan pencegahan infeksi bersama dengan
koordinator PPI;
2) Memastikan program PPI mutu ditetapkan, diimplementasikan, dan dipelihara;
3) Melaksanakan pemantauandan evaluasi implementasi program PPI
4) Melaksanakan pengukuran indikator PPI;
5) Menyelenggarakan audit internal unit PPI;
6) Melakukan analisis hasil penilaian dan evaluasi sebagai dasar menyusun
tindak lanjut, umpan balik dan perencanaan peningkatan mutu secara
berkesinambungan terhadap pelaksanaan program PPI;
7) Melaporkan kepada manajemen kinerja dari Tim PPI;
8) Memastikan kesadaran seluruh karyawan terhadap pelaksanaan program PPI.
9) Memastikan ketersediaan pedoman, kebijakan dan SOP mutu pelayanan
Kesehatan di Puskesmas.

c. KOORDINATOR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


1) Tanggung jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggungjawab seluruhnya terhadap
pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
2) Tugas pokok :
Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas
3) Uraian tugas:
a) Menyusun, merencanakan dan mengevaluasi program kerja PPI;
b) Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI;
c) Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan PPI;
d) Bekerjasama dengan tim PPI dalam melakukan investigasi masalah
atau KLB HAIs (Healthcare Assosiated Infection);
e) Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi;
f) Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan puskesmas dan
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI;
g) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan kesehatan, cara pemrosesan
alat, penyimpanan alat dan linen yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan;
h) Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SDM puskesmas dalam PPI;
i) Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja terkait
j) Berkoordinasi dengan unit terkait PPI;
k) Memimpin pertemuan rutin setiap 1 tahun dengan anggota PPI untuk
membahas dan menginformasikan hal–hal penting yang berkaitan
dengan PPI;
l) Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki cara
kerja dan pedoman kerja yang aman dan efektif;
m) Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan
renovasi ruangan sesuai prinsip PPI.

d. SEKRETARIS TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


1) Tanggung Jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada ketua Tim PPI
2) Tugas Pokok :
Ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Program PPI
3) Uraian Tugas :
a) Mengatur rapat dan jadwal rapat PPI;
b) Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapannya yang diperlukan;
c) Menyusun kesimpulan sidang dan notulen rapat;
d) Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi di lingkungan Puskesmas;
e) Memonitor dan melaksanaan surveillance PPI, penerapan SOP,
kepatuhan petugas dalam menjalankan kewaspadaan isolasi;
f) Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada ketua PPI
g) Bersama tim PPI memberikan pelatihan tentang PPI kepada petugas di
Puskesmas ;
h) Melakukan investigasi apabila terjadi KLB infeksi dan bersama ketua
PPI memperbaiki kesalahan yang ada;
i) Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan
infeksi dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya;
j) Bersama ketua PPI menganjurkan prosedur isolasi dan memberi
konsultasi tentang PPI yang diperlukan pada kasus yang terjadi di
puskesmas;
k) Audit pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap penatalaksanaan
limbah, laundry, gizi dll;
l) Memonitor kesehatan lingkungan puskesmas;
m) Memonitor terhadap pengendalian pemakaian antibiotika yang rasional
n) Memberikan saran desain ruangan puskesmas agar sesuai dengan
prinsip PPI;
o) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI;
p) Melakukan edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan pengunjung
puskesmas tentang PPI;
q) Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di
masyarakat, infeksi dengan insiden tinggi;
r) Sebagai koordinator antar unit dalam mendeteksi, mencegah dan
mengendalikan infeksi di Puskesmas;
s) Membuat laporan surveilans 3 bulanan dan tahunan dan melaporkan
kepada tim PPI.

e. ANGGOTA
1) Tanggung Jawab
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Koordinator PPI
Puskesmas dalam pelaksanaan program kerja PPI di setiap unitnya masing-
masing
2) Tugas Pokok :
Membantu pelaksanaan semua kegiatan di Program PPI di Unit masing- masing
3) Uraian Tugas :
a) Melaksanakan semua kegiatan di program PPI di Unit masing-masing;
b) Memonitoring pelaksanaan PPI, penerapan SOP terkait PPI di Unit
masing-masing;
c) Mengaudit pelaksanaan PPI di Unit masing-masing;
d) Membuat laporan evaluasi kegiatan program PPI di Unitnya;
e) Memberikan penyuluhan pendidikan kepada staff tentang upaya-upaya
PPI di unitnya.

KEPALA UPTD PUSKESMAS BANJAR


AGUNG,

YULINAH

Anda mungkin juga menyukai