Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KARIMUNJAWA
Jl. Pemuda No.37 Karimunjawa | Telp. (0297) 312137
Jepara 59455 | E-mail : puskesmaskarimunjawa@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KARIMUNJAWA


NOMOR : 064 TAHUN 2023

TENTANG

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

DI PUSKESMAS KARIMUNJAWA

KEPALA PUSKESMAS KARIMUNJAWA,


Menimbang : a. bahwa Pencegahan dan Pengendalian Infeksi harus
dilaksanakan untuk mencegah dan menimimalkan
terjadinya infeksi terkait pelayanan kesehatan
b. bahwa tugas Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi adalah membantu Kepala Puskesmas
untuk menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan medis Puskesmas melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu
ditetapkan Kebijakan Pelaksanaan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas
Karimunjawa;
Mengingat : 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KARIMUNJAWA
TENTANG PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS
KARIMUNJAWA
KEDUA : Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Puskesmas Karimunjawa sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan peninjauan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Karimunjawa
Pada tanggal 03 Januari 2023

KEPALA PUSKESMAS KARIMUNJAWA,

SUHADI, S.KM.,MMKES
Pembina
NIP. 19741026 199503 1 003
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
KARIMUNJAWA
NOMOR : 064 TAHUN 2023
TENTANG : PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS
1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai
dengan SK Kepala Puskesmas yang mempunyai tugas,
fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman
Manajerial PPI Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di
bawah Kepala Puskesmas, yang disusun terdiri dari ketua,
sekretaris, dan anggota.
3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter umum, perawat gigi,
petugas laboratorium, perawat , bidan, petugas farmasi, ahli
gizi, dan ahli sanitasi.
4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan
kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
6. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi
hasil surveilans, kinerja tim dan menentukan tindak lanjut.
7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat bulanan kepada
Kepala Puskesmas, managemen, staf medis, staf penunjang
medis dan umum.
8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah
dilakukan pada bulan berikutnya.
B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI
PUSKESMAS
1. Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi

2. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan

3. Penyusunan dan penerapan Bundles Infeksi

4. Penggunaan Antibiotika Rasional untuk Profilaksis dan


Terapeutik

5. Surveilans

C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI

1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko


infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari
sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas
setiap petugas harus menerapkan kewaspadaan isolasi yang
terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam
perawatan di Puskesmas yang meliputi : kebersihan tangan,
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemrosesan
peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan,
penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, perlindungan
kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi
(etika batuk), dan praktek menyuntik yang aman.
Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada semua
pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai
tambahan kewaspadaan standar pada kasus – kasus yang
mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara
(airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat,
peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas
Karimunjawa selengkapnnya diatur dalam pedoman dan
prosedur, sesuai kebijakan Puskesmas Karimunjawa
D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR

1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene

a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung


harus menjaga kebersihan tangan dengan melakukan
cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun atau
handrub menggunakan cairan antiseptik berbasis
alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu:
sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan
tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan invasif
yang berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak
dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan
pasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan
sabun dengan air mengalir. Bila tangan tidak tampak
kotor, cuci tangan dengan handrub cairan antiseptic
berbasis alcohol.

d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah


selama 40-60 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan
rekomendasi WHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol
dilakukan dengan benar selama 20-30 detik, dengan
prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan
melalui survey terhadap seluruh petugas puskesmas
setiap bulan.
g. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit
kerja belum memenuhi standard dilakukan
sosialisasi/training ulang kebersihan tangan pada unit
tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai


pelindung barrier untuk melindungi dari mikroorganisme
yang ada dan petugas kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien
yang berisiko menularkan penyakit infeksius wajib
memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik
harus memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat
pelindung mata (goggles plastic bening, kacamata
pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun
pelindung, apron, pelindung kaki (sepatu boot karet atau
sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi
pemakaian.

f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang


ditempat sampah infeksius yang telah disediakan,
sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali,
dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.

3. Pengelolaan Limbah

a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi,


salah satunya dengan cara pengelolaan limbah yang
tepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari
identifikasi, pemisahan, labeling, packing, penyimpanan,
pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.

4. Pengendalian lingkungan

a. Pengendalian lingkungan Puskesmas atau fasilitas


pelayanan kesehatan lainnya merupakan salah satu
upaya pencegahan pengendalian infeksi di Puskesmas
Karimunjawa.

b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat


diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan,
disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan
darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan
peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih,
mempertahankan ventilasi udara yang baik.

5. Perlindungan kesehatan karyawan

a. Karyawan Puskesmas Karimunjawa diwajibkan


menerapkan prinsip- prinsip PPI yaitu kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai
dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari.
b. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan
prosedur paska pajanan, kemudian Tim PPI
menindaklanjuti dan mengevaluasi.
c. Karyawan Puskesmas Karimunjawa yang merawat pasien
menular melalui udara harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai
prosedur bila terpajan. Karyawan yang tidak terlibat
langsung dengan pasien harus diberi penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.

6. Praktek menyuntik yang aman

a. Semua petugas medis dan paramedis Puskesmas


Karimunjawa wajib melakukan praktik menyuntik yang
aman sesuai dengan prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril,
sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap
digunakan sekali pakai karena jarum atau spuit yang
dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat
menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.

7. Hygiene respirasi (etika batuk)

a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara


penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di
sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus
dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan
kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi
pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau
bersin : Tutup hidung dan mulut, segera buang tisu yang
sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.

8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien

a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan


untuk mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang
kotor, sarung tangan bedah, dan barangbarang habis pakai
lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan
pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
atau sterilisasi)
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum
dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC,
dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan,
jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi. Proses ini
adalah dengan melakukan perendaman dengan memakai
detergen atau larutan enzymatic sampai seluruh
permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua
kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda mati
ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit
atau menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri
dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen
dan air atau enzymatic, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan
semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora
bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau
memakai disinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi (otoklaf
), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien
dilakukan sesuai prosedur.

9. Penatalaksanaan linen

a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan


linen yang benar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi
pada pakaian atau lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan
ke dalam kantong/wadah yang tidak rusak saat dingkut.
d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang
sudah digunakan.

10.Penempatan pasien

a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk


melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap
penyakit menular dan melindungi pasien yang
immunosuppressed dari infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang
terpisah dengan pasien infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone
maupun melalui kontak harus dirawat di ruang isolasi
(bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi
langsung atau tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka
dilakukan kohorting (pasien dengan diagnose yang sama
ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.

f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan


pasien non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat
transportasi/transfer, karena belum ada jalur khusus
pasien infeksius.

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN


TRANSMISI

1. Kewaspadaan transmisi kontak

a. Penempatan pasien

Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak


mungkin kohorting. Jaga agar tidak ada kontaminasi
silang ke lingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien

Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja.


Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu
kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien
lain atau lingkungan, menjaga supaya tidak terjadi
kontaminasi silang ke lingkungan pasien lain.
c. Penggunaan APD petugas

1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril,


lateks saat masuk ke ruang pasien, ganti sarung
tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses,
cairan drain), lepaskan sarung tangan sebelum keluar
dari kamar pasien dan cuci tangan.

2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk


ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak
dengan pasien, permukaan lingkungan, barang
diruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy,
colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun sebelum
keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi
silang ke lingkungan dan pasien lain.

2. Kewaspadaan transmisi droplet

a. Penempatan Pasien

Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin


kohorting. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu
penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien

Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari


pasien dengan mengenakan masker pada pasien dan
menerapkan hygiene respirasi dan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas

Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter


terhadap pasien, saat kontak erat. Masker seyogyanya
melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuki
ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien

Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena


mikroba tidak bergerak jarak jauh.

3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)

a. Penempatan Pasien

Tempatkan pasien di ruang terpisah, usahakan pintu


ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak
memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain
yang mengidap mikroba yang sama, jangan dicampur
dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak >1 meter.
Konsultasikan dengan Tim PPI Puskesmas sebelum
menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi dan
kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport pasien

Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau


diperlukan saja. Bila perlu untuk pemeriksaan pasien
dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya
droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas

Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada


efisiensi 95%) saat masuk ruang pasien atau suspek TB
paru. Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk
ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar
air kecuali petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus
masuk maka harus mengenakan masker respirator untuk
pencegahan. Orang yang pernah sakit campak atau cacar
air tidak perlu memakai masker. Bila melakukan
tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol maka APD
yang digunakan adalah masker bedah, gaun, goggle, dan
sarung tangan.
F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM
RANGKA PPI

1. Beberapa anggota Tim PPI Puskesmas Karimunjawa wajib


memiliki sertifikat Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Tingkat Dasar.
2. Semua pegawai baru Puskesmas Karimunjawa baik tenaga
medis maupun non medis wajib menjalani program orientasi
pegawai baru baik orientasi umum maupun khusus yang
salah satu materinya adalah pelatihan tentang pencegahan
dan pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
3. Semua pegawai Puskesmas Karimunjawa wajib mengikuti
pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tingkat dasar
(bagi yang belum pernah pelatihan) secara bertahap yang
diselenggarakan oleh Tim PPI.
4. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang
mengikutsertakan seluruh karyawan Puskesmas, pasien dan
keluarga, serta pengunjung lainnya.
5. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada
karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga, serta
pengunjung lainnya

G. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK


PROFILAKSIS DAN TERAPEUTIK
1. Puskemas membatasi penggunaan beberapa antibiotika
tertentu yang dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi
nosokomial yang resisten terhadap obat yang lazim dipakai.
2. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap
pemakaian obat- obatan lainnya seperti kortikosteroid,
imunosupresif dan lain-lain.

H. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS

1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program


komprehensif untuk mengurangi resiko dari infeksi terkait
pelayanan kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan
kesehatan dan pengunjung termasuk mengembangkan
program surveilans infeksi yang relevan, yang dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan, terintegrasi dengan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yaitu
indikator mutu yang berhubungan dengan masalah infeksi.
2. Surveilans HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan
data yang sistematis, analisis dan interpretasi yang terus-
menerus dari data HAIs yang penting untuk digunakan
dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan
yang berhubungan dengan pencegah dan pengendalian
infeksi di puskesmas yang didesiminasikan secara berkala
kepada pihak- pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveilans target yang
meliputi surveilans proses dan surveilans hasil.
4. Surveilans dilakukan oleh tim PPI.

5. Laporan hasil surveilans dibuat setiap bulan dan tahunan


yang dibuat oleh Tim PPI yang diserahkan kepada Kepala
Puskesmas.
6. Hasil surveilans disosialisasikan kepada seluruh karyawan
melalui rapat bulanan, kemudian evaluasi bersama untuk
mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan
tindak lanjut.

8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian


dievaluasi pada bulan berikutnya

I. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN

1. Karyawan Puskesmas Karimunjawa diwajibkan menerapkan


prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
2. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur
paska pajanan, kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan
mengevaluasi.
3. Karyawan Puskesmas Karimunjawa yang tidak memiliki
kartu BPJS atau asuransi kesehatan lainnya, berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas
Karimunjawa baik rawat jalan, maupun rawat inap sesuai
kebijakan Kepala Puskesmas.

J. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

1. Tim PPI segera melakukan investigasi masalah atau KLB


nosokomial.

2. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala


Puskesmas

3. Tim PPI melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan


pemeriksaan mikrobiologik.
4. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk
menutup ruangan rawat bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi.
5. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi
nosokomial dirawat di ruang isolasi, bila tidak
memungkinkan maka dilakukan kohorting.
6. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan
APD sesuai dengan kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berbasis transmisi.
7. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung
meletus, gempa bumi dan sebagainya Tim PPI harus sigap
melakukan pencegahan infeksi, misalnya membagikan
masker, menutup ruangan, pembersihan ruangan secara
berkala dll.
K. Identifikasi Risiko Infeksi (ICRA)

1. Pembuatan ICRA program

a. Petugas melakukan identifikasi risiko

b. Petugas melakukan penilaian probabilitas/kemungkinan


kejadian infeksi
c. Petugas melakukan penilaian dampak
d. Petugas melakukan penilaian tingkat risiko

e. Membuat Plan of Action (POA)

2. Pembuatan ICRA konstruksi

a. Petugas menentukan tipe konstruksi baru/renovasi


bangunan berdasarkan tingkat risiko
b. Petugas melakukan identifikasi tingkat risiko area dan
pengelompokan pasien berdasarkan tingkat risiko
c. Petugas menentukan kelas kewaspadaan

d. Petugas menentukan langkah-langkah intervensi PPI


berdasarkan kelas

Ditetapkan di Karimunjawa
Pada tanggal 03 Januari 2023

KEPALA PUSKESMAS KARIMUNJAWA,

SUHADI, S.KM.,MMKES
Pembina
NIP. 19741026 199503 1 003

Anda mungkin juga menyukai