DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LOSARI
Jl. .Raya Losari Timur No.33 Telp.(0231) 831247LosariKodePos 52255
Email : puskesmasLosari.brebes@gmail.com
TENTANG
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI
1
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Losari
pada tanggal
dr. Kusyaeri
NIP. 19650929 201412 1 001
2
LAMPIRAN
SURAT KEEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS LOSARI
NOMOR
KEBIJAKAN PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSIPUSKESMAS LOSARI
3
C. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR
1. CuciTangan / HandHygiene
a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus
menjaga kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun atau handrub
menggunakan cairan antiseptik berbasisalkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum
kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik,
setelah melakukan tindakan invasif yang berhubungan
cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah
kontak dengan lingkunganpasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun
dengan air mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci
tangan dengan handrub cairan antiseptic berbasisalcohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah
selama 40-60 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan
rekomendasiWHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan
dengan benar 6 langkah selama 20-30 detik, dengan
prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai
pelindung barrier untuk melindungi dari mikroorganisme
yang ada dan petugaskesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang
berisikomenularkan penyakit infeksius wajib memakai APD
sesuai dengan prosedur yangbenar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik
harus memakai APD sesuai dengan prosedur yangbenar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung
mata (goggles plastic bening, kacamata pengaman, pelindung
wajah dan visor), topi, gaun pelindung, apron, pelindung kaki
(sepatu boot karet atau sepatu kulittertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasipemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat
sampah infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk
APD yang akan dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan
sesuaiprosedur.
3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah
satunya dengan cara pengelolaan limbah yangtepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi,
pemisahan, labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan
dan penanganan sesuai jenislimbah.
4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas
4
pelayanan kesehatan lainnya merupakan salah satu upaya
pencegahan pengendalian infeksi di Puskesmas
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan,
disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi
dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan
pemeliharaan peralatan medis dengan tepat,
mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi
udara yangbaik.
7. Etika Batuk
a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara
penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi
disumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus
dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan
kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin :
Tutup hidung dan mulut, segera buang tisu yang sudah
dipakai, lakukan kebersihantangan.
8. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
a. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien yang dianjurkan
untuk mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang
kotor, sarung tangan bedah, dan barang- barang habis pakai
lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan
pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
atausterilisasi).
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih
aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan
(umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan
mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah
5
mikroorganisme yang mengkontaminasi. Proses ini adalah
dengan melakukan perendaman dengan memakai detergen
atau larutan enzymatic sampai seluruh permukaan
alatterendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua
kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda mati
ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari
mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air
atau enzymatic, membilas dengan air bersih,
danmengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari
objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai
disinfektankimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi
(otoklaf ), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atauradiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan
sesuaiprosedur.
9. Manajemen linen
a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen
yangbenar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada
pakaian atau lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke
dalam kantong/wadah yang tidak rusak saatdingkut.
d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang
sudah digunakan
10. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk
melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap penyakit
menular dan melindungi pasien dariinfeksi, salah satunya
dengan melakukan pemeriksaan swab rapid antigen covid-19
bagi pasien yang akan dilakukan perawatan di Puskesmas
Losari
b. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone
maupun melalui kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila
memungkinkan) untuk mencegah transmisi langsung atau
tidaklangsung.
c. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan
kohorting (pasien dengan diagnose yang sama ditempatkan
secaraberdekatan).
d. Penunggu pasien harus menggunakanmasker.
e. Setiap pasien harus menggunakan masker pada saat
transportasi/transfer, karena tidak ada jalur khusus
pasieninfeksius.
6
D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN
TRANSMISI
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah,tempatkan dengan
jarak>1 meter (3 kaki) antar TT (tempat tidur).Jaga agar tidak
ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja.Bila
diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar
risiko minimal transmisi kepasien lain atau lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks
saat masuk ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah
kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain),
lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien
dan cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk
ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan
pasien, permukaan lingkungan, barang diruang pasien,
cairan diare pasien, luka terbuka. Lepaskan gaun sebelum
keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke
lingkungan dan pasienlain.
d. Pengelolaan Alat Kesehatan
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1
pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama.
Bersihkan dan disinfeksi sebelumdipakaiuntukpasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. PenempatanPasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, buat pemisah dengan
jarak> 1 meter antar TT dan jarak dengan pengunjung.
Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus
terhadap udara dan ventilasi.
b. Transportpasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari
pasien dengan mengenakan masker pada pasien dan
menerapkan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap
pasien, saat kontak erat. Masker seyogyanya melindungi
hidung dan mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat
pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien Tidak perlu
penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak
bergerak jarak jauh.
3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)
a. PenempatanPasien
7
Tempatkan pasien di ruang terpisah, usahakan pintu ruang
pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan,
tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba
yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain dengan
jarak>1 meter.
b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalua diperlukan
saja. Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi
masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi
95%) saat masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Bila
melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol
maka APD yang digunakan adalah masker bedah, gaun,
goggle, dan sarung tangan.
d. Pengelolaan Alat Kesehatan
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman
TB CDC ”Guideline for Preventing of Tuberculosis in
Healthcare Facilities”
8
inflamasi daninfeksi.
9
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan
penanggung jawab pemeliharaan sarana dan
prasaranapuskesmas.
3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas
udara secara berkala untuk mengurangi resiko infeksi selama
pembangunan /renovasi.
K. KEBIJAKAN KESEHATANKARYAWAN
1. Karyawan Puskesmas diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip
PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis
transmisi sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan
tugasnyasehari-hari
Losari, 2023
Kepala Puskesmas Losari
dr. Kusyaeri
NIP. 19650929 201412 1 001
10