Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LOSARI
Jl. .Raya Losari Timur No.33 Telp.(0231) 831247LosariKodePos 52255
Email : puskesmasLosari.brebes@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA PUKESMAS LOSARI


NOMOR : /TAHUN 2023

TENTANG
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

KEPALA PUSKESMAS LOSARI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


di Puskesmas, maka diperlukan penyelenggaraan
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
b. bahwa agar pelaksanaan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Puskesmas dapat terlaksana
dengan baik, maka perluadanya kebijakan sebagai
landasan dalam pelaksanaan dan perlu dibentuk Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b, maka perlu
ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Losari
tentang Kebijakan serta Tim Pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas
Losari;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 05 Tahun 2014
tentang Panduan Praktik layanan Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitan Pelayanan Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakt;

1
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LOSARI TENTANG


TIM DAN KEBIJAKAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI .
KESATU : Pelaksanaan Pencegahan Pengendalian Infeksi dan
pembentukan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi
merupakan upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan di Puskesmas;
KEDUA : Pelaksanaan dan dan pembentukan Timyang dimaksud
diktum KESATU dipandu oleh kebijakan dan prosedur
yang jelas sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Losari
pada tanggal

Kepala Puskesmas Losari

dr. Kusyaeri
NIP. 19650929 201412 1 001

2
LAMPIRAN
SURAT KEEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS LOSARI
NOMOR
KEBIJAKAN PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSIPUSKESMAS LOSARI

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN


INFEKSI
PUSKESMAS LOSARI

A. KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI DI PUSKESMAS LOSARI
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terkait KewaspadaanIsolasi
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terkait pelayanan
Kesehatan dengan Bundles HAIs
3. Penggunaan Antibiotika Rasional untuk Profilaksis dan Terapeutik
4. Surveilans
5. Pendidikan dan Pelatihan
6. Monitoring dan Evaluasi

B. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAANISOLASI


1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi
penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber
infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis
yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkantransmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam
perawatan yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), pemrosesan peralatan perawatan pasien,
pengendalian Lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan
limbah, perlindungan kesehatan karyawan, penempatan pasien,
hygiene respirasi (etika batuk), dan praktek menyuntik yang
aman. Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada
semuapasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai
tambahan kewaspadaan standar pada kasus – kasus yang
mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara
(airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan),
dan vektor (lalat, nyamuk,tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas
selengkapnnya diatur dalam pedoman dan prosedur, sesuai
kebijakan Kepala Puskesmas.

3
C. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR
1. CuciTangan / HandHygiene
a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus
menjaga kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun atau handrub
menggunakan cairan antiseptik berbasisalkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum
kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik,
setelah melakukan tindakan invasif yang berhubungan
cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah
kontak dengan lingkunganpasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun
dengan air mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci
tangan dengan handrub cairan antiseptic berbasisalcohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah
selama 40-60 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan
rekomendasiWHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan
dengan benar 6 langkah selama 20-30 detik, dengan
prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai
pelindung barrier untuk melindungi dari mikroorganisme
yang ada dan petugaskesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang
berisikomenularkan penyakit infeksius wajib memakai APD
sesuai dengan prosedur yangbenar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik
harus memakai APD sesuai dengan prosedur yangbenar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung
mata (goggles plastic bening, kacamata pengaman, pelindung
wajah dan visor), topi, gaun pelindung, apron, pelindung kaki
(sepatu boot karet atau sepatu kulittertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasipemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat
sampah infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk
APD yang akan dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan
sesuaiprosedur.

3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah
satunya dengan cara pengelolaan limbah yangtepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi,
pemisahan, labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan
dan penanganan sesuai jenislimbah.

4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas

4
pelayanan kesehatan lainnya merupakan salah satu upaya
pencegahan pengendalian infeksi di Puskesmas
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan,
disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi
dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan
pemeliharaan peralatan medis dengan tepat,
mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi
udara yangbaik.

5. Perlindungan Kesehatan karyawan


Karyawan Puskesmas diwajibkan menerapkan
prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.

6. Praktek menyuntik yang aman


a. Semua petugas medis dan paramedis wajib melakukan
praktik menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali
pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksi danterapi.
c. Bila menggunakan vial multi dose, sebaiknya tetap
digunakan sekali pakai karena jarum atau spuit yang dipakai
ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar
saat obat dipakai untuk pasienlain.

7. Etika Batuk
a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara
penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi
disumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus
dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan
kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin :
Tutup hidung dan mulut, segera buang tisu yang sudah
dipakai, lakukan kebersihantangan.
8. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
a. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien yang dianjurkan
untuk mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang
kotor, sarung tangan bedah, dan barang- barang habis pakai
lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan
pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
atausterilisasi).
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih
aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan
(umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan
mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah

5
mikroorganisme yang mengkontaminasi. Proses ini adalah
dengan melakukan perendaman dengan memakai detergen
atau larutan enzymatic sampai seluruh permukaan
alatterendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua
kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda mati
ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari
mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air
atau enzymatic, membilas dengan air bersih,
danmengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari
objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai
disinfektankimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi
(otoklaf ), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atauradiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan
sesuaiprosedur.
9. Manajemen linen
a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen
yangbenar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada
pakaian atau lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke
dalam kantong/wadah yang tidak rusak saatdingkut.
d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang
sudah digunakan
10. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk
melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap penyakit
menular dan melindungi pasien dariinfeksi, salah satunya
dengan melakukan pemeriksaan swab rapid antigen covid-19
bagi pasien yang akan dilakukan perawatan di Puskesmas
Losari
b. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone
maupun melalui kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila
memungkinkan) untuk mencegah transmisi langsung atau
tidaklangsung.
c. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan
kohorting (pasien dengan diagnose yang sama ditempatkan
secaraberdekatan).
d. Penunggu pasien harus menggunakanmasker.
e. Setiap pasien harus menggunakan masker pada saat
transportasi/transfer, karena tidak ada jalur khusus
pasieninfeksius.

6
D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN
TRANSMISI
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah,tempatkan dengan
jarak>1 meter (3 kaki) antar TT (tempat tidur).Jaga agar tidak
ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja.Bila
diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar
risiko minimal transmisi kepasien lain atau lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks
saat masuk ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah
kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain),
lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien
dan cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk
ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan
pasien, permukaan lingkungan, barang diruang pasien,
cairan diare pasien, luka terbuka. Lepaskan gaun sebelum
keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke
lingkungan dan pasienlain.
d. Pengelolaan Alat Kesehatan
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1
pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama.
Bersihkan dan disinfeksi sebelumdipakaiuntukpasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. PenempatanPasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, buat pemisah dengan
jarak> 1 meter antar TT dan jarak dengan pengunjung.
Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus
terhadap udara dan ventilasi.
b. Transportpasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari
pasien dengan mengenakan masker pada pasien dan
menerapkan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap
pasien, saat kontak erat. Masker seyogyanya melindungi
hidung dan mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat
pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien Tidak perlu
penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak
bergerak jarak jauh.
3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)
a. PenempatanPasien

7
Tempatkan pasien di ruang terpisah, usahakan pintu ruang
pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan,
tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba
yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain dengan
jarak>1 meter.
b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalua diperlukan
saja. Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi
masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi
95%) saat masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Bila
melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol
maka APD yang digunakan adalah masker bedah, gaun,
goggle, dan sarung tangan.
d. Pengelolaan Alat Kesehatan
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman
TB CDC ”Guideline for Preventing of Tuberculosis in
Healthcare Facilities”

E. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM


RANGKAPPI
1. Semua anggota TimPPI wajib memiliki sertifikat Pelatihan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TingkatDasar.
2. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang
mengikutsertakan seluruh karyawan Puskesmas, pasien dan
keluarga, serta pengunjunglainnya.
3. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada
karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga, serta
pengunjunglainnya.

F. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI


DALAMPEMASANGAALAT KESEHATAN
1. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
terkait pemasangan kateter (CAUTI / Catheter Assosiated
Urinary TractInfection)
a) Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami
dan trampil dalam tehnik pemasangan secara aseptic dan
perawatan kateter sesuaiprosedur.
b) Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada
keadaantertentu.
c) Kateter dipasang pada saat diperlukan saja
berdasarkanindikasi.
2. Kebijakan Upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasanganinfus

a) Pemasangan infuse dikerjakan oleh petugas yang memahami


dan terampil dalam teknik pemasangan secara aseptic dan
perawatan infus sesuaiprosedur.
b) Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko

8
inflamasi daninfeksi.

G. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK


PROFILAKSIS DAN TERAPEUTIK
1. Puskemas membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu
yang dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial
yang resisten terhadap obat yang lazim dipakai.
2. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap
pemakaian obat-obatan lainnya .
H. KEBIJAKAN PELAKSANAANSURVEILANS
1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif
untuk mengurangi resiko dari infeksi terkait pelayanan
kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan kesehatan dan
pengunjung termasuk mengembangkan program surveillance
infeksi yang relevan, yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan, terintegrasi dengan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang
berhubungan dengan masalah infeksi, dalam hal ini pemantauan
CAUTI danphlebitis.
2. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data
yang sistematis, analisis dan interpretasi yang terus-menerus
dari data HAIs yang penting untuk digunakan dalam
perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan pencegah dan pengendalian infeksi di
puskesmas yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-
pihak yangmemerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang
meliputi surveillance proses dan surveillancehasil.
4. Surveilance dilakukan oleh timPPI.
5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang
dibuat oleh Tim PPI yang diserahkan kepada KepalaPuskesmas.
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan
melalui rapat bulanan, kemudian evaluasi bersama untuk
mendapatkan solusi dan tindaklanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan
tindaklanjut.
8. Tindaklanjutdisampaikankesetiapunitkemudiandievaluasipadabul
anberikutnya.
I. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUKPPI
1. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang
pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yangmenggunakan.
2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh
UnitFarmasi.
J. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAITPPI
1. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang
menyangkut konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan
prinsipPPI.

9
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan
penanggung jawab pemeliharaan sarana dan
prasaranapuskesmas.
3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas
udara secara berkala untuk mengurangi resiko infeksi selama
pembangunan /renovasi.

K. KEBIJAKAN KESEHATANKARYAWAN
1. Karyawan Puskesmas diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip
PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis
transmisi sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan
tugasnyasehari-hari

2. Karyawan Puskesmas yang tidak memiliki kartu BPJS atau


asuransi kesehatan lainnya, berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan gratis di Puskesmas baik rawat jalan, maupun rawat
inap sesuai kebijakan Kepala Puskesmas.

Losari, 2023
Kepala Puskesmas Losari

dr. Kusyaeri
NIP. 19650929 201412 1 001

10

Anda mungkin juga menyukai