PERATURAN
KEPALA UPT PUSKESMAS RAWAT INAP WAY KANDIS
NOMOR : 440/003 / SK/ I/ 2019
TENTANG
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas;
11. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 76 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT Puskesmas Pada Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung;
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Surat Keputusan Kepala Puskesmas ini, yang dimaksud dengan:
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis.
2. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya
disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan dimana ketika masuk
tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi tetapi muncul setelah pasien
pulang , juga termasuk infeksi karena pekerjaan pada petugas terkait proses pelayanan.
3. Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan yang utama untuk diterapkan secara rutin dalam
perawatan pasien baik yang telah didiagnosis, diduga infeksi atau kolonisasi .
4. Kewaspadaan transmisi adalah tambahan dari kewaspadaan standar yang dilaksanakan
sebelum pasien terdiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya.
Pasal 2
Ruang lingkup dalam Surat Keputusan ini meliputi kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan
standar dan kewaspadaan transmisi , surveilans HAIs, pendidikan dan pelatihan, penggunaan anti
mikroba yang bijak dan kegiatan audit /monitoring secara berkala.
BAB II
PENYELENGGARAAN PPI
3
Pasal 3
(1) Seluruh petugas berkomitmen untuk melakukan upaya PPI .
(2) PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui penerapan:
a. Kewaspadaan standar yang berupa kebersihan tangan, Alat Pelindung Diri (APD),
dekontaminasi peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan pasien, etika
batuk dan bersin, dan praktik menyuntik yang aman.
b. Kewaspadaan transmisi sebagai tambahan dari kewaspadaan standar yang
dilaksanakan sebelum pasien terdiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya.
c. Surveilans PPI terhadap kejadian penyakit dan masalah kesehatan baik pasien maupun
petugas
d. Pendidikan dan pelatihan bagi semua staf untuk mengetahui prinsip-prinsip PPI
sehingga mampu melakukan upaya pencegahan infeksi, semua karyawan baru dan
mahasiswa PKL mendapatkan orientasi tentang PPI, dan pendidikan PPI bagi
pengunjung dan keluarga pasien.
(3) Komitmen seluruh petugas untuk menjaga kebersihan tangan dengan:
a. Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku (kuku tidak panjang).
b. Untuk tidak memakai kuku palsu.
c. Untuk tidak memakai cincin.
d. Melakukan cuci tangan dengan air mengalir ketika tangan tampak kotor atau saat beralih
dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lain yang bersih pada pasien yang sama. Atau
membersihkan tangan dengan handrubs jika tangan tampak tidak kotor.
e. Melakukan cuci tangan atau handrubs pada saat sebelum kontak pasien, sebelum tindakan
aseptic, setelah kontak darah atau cairan tubuh, setelah kontak pasien, dan setelah kontak
dengan lingkungan sekitar pasien.
(4) Komitmen petugas untuk menggunakan APD saat melakukan tindakan yang memungkinkan
tubuh atau membran mukosa terkena percikan darah atau cairan tubuh pasien atau sebaliknya.
(5) Melakukan dekontaminasi peralatan perawatan pasien dengan pembersihan, Desinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT), dan sterilisasi.
(6) Melakukan pengendalian lingkungan berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air,
permukaan lingkungan, dan konstruksi bangunan.
(7) Melakukan pengelolaan limbah melalui identifikasi limbah (limbah infeksius, non infeksius,
benda tajam dan limbah cair), pemisahan, penampungan sementara dan pemusnahan limbah
ke RS sesuai kontrak kerja sama.
(8) Prosedur penanganan, pengangkutan dan distribusi linen jelas, aman dan memenuhi kubutuhan
pelayanan.
(9) Melakukan upaya perlindungan kesehatan petugas melalui pemeriksaan berkala dan adanya
prosedur jika petugas terpajan.
(10) Melakukan tindakan menyuntik aman dengan teknik aseptic dan prinsip satu jarum, satu
spuit dan satu kali saja.
Pasal 4
(1) Pelaksanaan PPI dilakukan melalui pembentukan tim PPI.
4
(2) Tim PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi non struktural dibawah
tim Keselamatan Pasien yang memiliki fungsi utama menjalankan PPI serta menyusun
kebijakan dan pedoman PPI.
(3) Tim PPI dibentuk untuk menyelenggarakan PPI yang baik agar mutu pelayanan medis serta
keselamatan pasien dan petugas kesehatan terjamin dan terlindungi.
(4) Tim PPI bertugas melaksanakan kegiatan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi, dan pembinaan.
(5) Hasil pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaporkan kepada Kepala
Puskesmas paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun dan diteruskan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung.
(6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dipergunakan sebagai dasar penyusunan
perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pasal 5
Pembiayaan penyelenggaraan Upaya ini dibebankan pada anggaran yang berasal dari Dana
operasional BLUD puskesmas.
BAB III
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 6
(1) Kepala puskesmas dan Ketua Tim PPI melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan PPI sesuai dengan kewenangan masing-masing
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk tercapainya
tujuan upaya penyelenggaraan HAIs.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
a. Advokasi dan sosialisasi.
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Monitoring untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program dan kepatuhan penerapan,
serta evaluasi angka kejadian HAIs melalui pengkajian risiko infeksi.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
5
KEPALA
UPT PUSKESMAS RAWAT INAP WAY KANDIS
RITA AGUSTINA