Anda di halaman 1dari 14

KLINIK KARYA HUSADA

KECAMATAN MASBAGIK
Jalan Lendang Keseo – Rumeneng Desa Paokmotong, Kecamatan Masbagik - Lombok Timur
Telpon: (0376) 6351611

KEPUTUSAN
PIMPINAN KLINIK KARYA HUSADA
Nomor: /SK/KKH/VI/2023

tentang

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI


KLINIK KARYA HUSADA
PIMPINAN KLINIK KARYA HUSADA

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya untukmeningkatkan mutu pelayanan


Kesehatan di Klinik Karya Husada maka diperlukan
Pencegahan dan pengendalian infeksi;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudkan pada huruf
a, maka perlu menetapkan Keputusan Kepla Klinik tentang Kebijakan
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Di Klinik Karya Husada;

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan;
2. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2014 Tentang Klinik;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan Pasien;
5. Pertuan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK KARYA HUSADA TENTANG


KEBIJAKAN PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI
KLINIK KARYA HUSADA

Kesatu : Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di klinik Karya Husada


merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan klinis.
Kedua : Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Klinik Karya Husada
dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang jelas sebagaimana tersebut dalam
lampiran yang meupakan bagian tidak
terpisahkan dari keputusan ini.
Ketiga : Surat Keputusan ini berlalku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penentapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Masbagik
Pada tanggal : Juni 2023
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK KARYA HUSADA
NOMOR : /SK/KKH/VI/2023
TENTANG : PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI DI KLINIK KARYA
HUSADA

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI

KLINIK KARYA HUSADA

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


KLINIK .KARYA HUSADA

1. Kepala Klinik Karya Husada membentuk Tim PPI Klinik Karya Husada sesuai
dengan SK Kepala Klinik Karya Husada yang mempunyai tugas, dan fungsi dan
kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial PPI dan fasilitas kesehatan
lainnya.

2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah Kepala Klinik Karya
Husada, yang disusun terdiri dari ketua, seketaris dan anggota.

3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, petugas laboraturium perawat,
bidan, dan petugas farmasi.

4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu pedoman manajerial pencegahan
dan pengendalian infeksi Rumah Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya yang di
keluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

5. Semua unit kerja di Klnik Karya Husada harus melaksanakan kegiata Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI)

6. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi hasil surveliance, kinerja
tim dan mennetukan tindak lanjut.

7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat bulanan kepada Kepala Klinik Karya Husada,
managemen, staf medis, staf penunjang medis dan umum.

8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan pada bulan
berikutnya.
B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI KLINIK KARYA
HUSADA

1. Pelaksanaan kewaspadaan Isolasi

2. Pendidikan dan Pelatihan karyawan

3. Pengunaan antibiotika Rasional dan profilaksis dan terapeutik

4. Surveilans

C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI

1. Kewaspadaan isolsi diterapkan untuk mengurangi resiko infeksi penyakit menular


pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang tidak diketahui.

2. Dalam memberikan pelayana kesehatan. Setiap petugas harus menerapkan


kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasrkan trasmisi.

3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan yang meliputi:
kebersihan tangan, pengunaan alat pelindung diri (APD), pemrosesan peralatan
perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pengelolaan limbah, perlindungan
kesehatan karyawan, penempatan pasien, etika batuk, dan pratik menyuntik yang
aman. Pelaksanaan Kewaspadaan standar ditunjukan kepada semua pasien.

4. Kewaspadaan berdasrkan trasmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar


pada kasus – kasus yang mempunyai resiko penulran melalui kontak, droplet, udara
(airbone) common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan) dan vektor (lalat,
nyamuk, tikus).

5. Penyelengaraan kewaspadaan isolasi di Klinik Karya Husada selengkapnya diatur


dalam pedoman dan prosedur, sesuai kebijakan Kebijakan Kepala Klinik Karya
Husada
D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR

1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene

a. Semua karyawan Klinik Karya Husada, pasien dan pengunjung harus menjaga
kbersihan tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan
sabun atau handrub menggunkan cairan antiseptik berbasis alkohol.

b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum kontak dengan


pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan invasif
yang behubungan cairan tubuh pasien, setelaj kontak degan pasien, setelah kontak
dengan lingkungan pasien

c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir.
Bila tangan tampak tidak kotor, cuci tangan dengan handrub ciran antiseptic
berbasis alkohol.

d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 12 langkah selama 40 – 60 detik,


dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.

e. Handrub drngan cairan antiseptic berbasis alkohol dilakuakan dengan benar 6


langkah selama 20 – 30 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi
WHO.

f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan dengan memalui survei
terhadap seluruh petugas klinik Karya Husada setiap bulan.

g. Apabila hsil survei keaptuhan cuci tangan dari unit kerja belum memnuhi standar
dilakukan sosialisasi/ training ulang kebersihan tangan pada unit tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

a. Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagi pelindung barrier
untuk melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas kesehatan.

b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan psien yang berisiko


menularkjan penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur
yang benar.

c. Semua petugas yang melakukan tindakan aseptik harus memakai APD


sesuai dengan prosedur yang benar.

d. Jenis – jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata, topi gaun
pelindung, apron, pelindung kaki.

e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.

f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang di tempat sampah infeksius
yang telah disediakan, sedangakan untuk APD yang akan dipakai kembali,
dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.

3. Pengelolaan limbah

a. Klinik Karya Husada berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya


dengan cara pengelolaan limbah yang tepat.

b. Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,


packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.

4. Pengendalian lingkungan

a. Pengendalian lingkungan klinik atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya


merupakan salah satu upaya pencegahan pengendalian infeksi di Klinik Karya
Husada

b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan


melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang
tekontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharan alat
medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi
udara yang baik,

5. Perlindungan kesehatan karyawan

a. Karyawan klinik Karya Husada di wajibkan menerapkan prinsip - prisip PPI


yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi
sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari – hari.

b. Karyawan Klinik Karya Husada terutama karyawan medis dan para medis, berhak
mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.

c. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,


kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.

d. Karyawan klinik Karya Husada yang merawat pasien menular melalui udara harus
mendaptkan pelatihan menganai cara penularan dan oenyebaran, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur bila terpajan.
Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi penjelasan
umum mengnai penyakit tersebut.

6. Pratek menyuntik yang aman

a. Semua petugas medis dan paramedis wajib melakukan pratuk menyuntik yang
aman sesuai dengan prosedur.

b. Prakterj menyuntik menggunkan jarum steril, sekali pakai, pada tiap suntikan
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.

c. Bila menggunakan vial mutidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai karena
jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai
untuk pasien lain.

7. Hygiene respirasi (etika batuk)

a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.

b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu
mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi
pernapasan.

c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : tutup hidung dan
mulut, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.

8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien


a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi
penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan barang –
barang habis pakai lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan
pembersihan, sterilisasi atau disindeksi tingkat tinggi.

b. Prabilas : proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi. Proses ini adalah dengan melakukan
perendaman dengan memkai dertegen atau larutan enzymatic seluruh permukaan
alat terendam.

c. Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau
cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dai mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic, membilas dengan air bersih
dan mengeringkan.

d. Disinfekdi tingkat tinggi : proses menghilangkan semua mikroorganisme dengan


cara merebus atau menguapkan.

e. Sterilisasi proses mengehilangakan semua mikroorganisme termasuk endosspora


bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi, panas kering, sterilan
kimiawi atau radiasi.

f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.

9. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien yang
immunosuppressed dari infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang terpisah dengan
pasien infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone maupun melalui
kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan)
untuk mencegah transmisi langsung atau tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting
(pasien dengan diagnose yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien noninfeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat
transportasi/transfer, karena belum ada jalur khusus pasien infeksius.

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRASMISI


1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting,
bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi
mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan dengan jarak >1 meter (3 kaki)
antar TT (tempat tidur). Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke
lingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien
keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien
lain atau lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke
ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius
(feses, cairan drain), lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar
pasien dan
cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk
melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan,
barangdiruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy, colostomy, luka
terbuka. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan.
Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.

d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien


Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien
dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan disinfeksi sebelum
dipakaiuntuk pasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila
keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar TT dan
jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu
penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan
etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat
kontakerat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat
memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
e. Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba
tidakbergerak jarak jauh.

3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)


a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ; tekanan negative,
pertukaran udara 6-12 X /jam sebelum udara mengalir ke ruang atau
tempat lain di Klinik Karya Husada. Usahakan pintu ruang pasien
tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien
dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang
sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak
>1 meter. Konsultasikan dengan Tim PPI Klinik Karya Husada sebelum
menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi dan kohorting tidak
memungkinkan.
b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila
perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah
menyebarnya droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi 95%) saat
masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang rentan seharusnya
tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar
air kecuali petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus masuk maka
harus mengenakan masker respirator untuk pencegahan. Orang yang
pernah sakit campak atau cacar air tidak perlu memakai masker. Bila
melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol maka APD yang
digunakan adalah masker bedah, gaun, goggle, dan sarung tangan.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC
”Guideline for Preventing of Tuberculosis in Healthcare
Facilities”

F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM


RANGKA PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI
1. Semua pegawai baru baik tenaga medis maupun non medis wajib menjalani program
orientasi pegawai baru baik orientasi umum maupun khusus yang salah satu
materinya adalah pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang
diselenggarakan oleh Tim PPI
2. Semua pegawai wajib mengikuti pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi
tingkat dasar (bagi yang belum pernah pelatihan) secara bertahap yang dselangarakan
oleh Tim PPI.
3. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikutsertakan seluruh
karyawan Klinik Karya Husada, pasien dan keluarga, serta pengunjung
lainnya.
4. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada karyawan Klinik Karya
Husada, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.

G. KEBIJAKAN PENGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK PROFILAKSIS


DAN TERAPEUTIK
1. Klinik membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang dicadangkan
untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang resisten terhadap obat yang
lazim dipakai.
2. Klinik Karya Husada melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-
obatan lainnya seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

H. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk mengurangi
resiko dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan
kesehatan dan pengunjung termasuk mengembangkan program surveillance
infeksi yang relevan, yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,
terintegrasi dengan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yaitu
indikator mutu yang berhubungan dengan masalah infeksi, dalam hal ini
pemantauan CAUTI dan phlebitis.
2. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis,
analisis dan interpretasi yang terus-menerus dari data HAIs yang penting untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan pencegah dan pengendalian infeksidi Klinik Karya Husada
yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang meliputi
surveillance proses dan surveillance hasil.
4. Surveilance dilakukan oleh tim PPI.
5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang dibuat oleh Tim
PPI yang diserahkan kepada Kepala Klinik Karya Husada
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapatbulanan,
kemudian evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada bulan
berikutnya.

I. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI

1. Tim ppi mengusulkan kepada Kepala Klinik Karya Husada tentang pengadaan alat
dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan amam bagi yang menggunakan.

2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh Unit Farmasi.

J. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI

1. Tim PPI Memberikan masukan kepada kepala Klinik Karya Husada yang
menyangkut konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat,
penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI.

2. Untuk pemeliharaan fisik dan srana bekerjasama dengan penanggung jawab


pemeliharaan sarana dan prasarana Klinik Karya Husada

3. Tim PPI Klinik Karya Husada harus melakukan pemeriksaan kualitas udara secara
berkala untuk mengurangi resiko infeksi selama pembangunan/ renovasi.

K. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN

1. Karyawan Klnik Karya Husada diwajibkan menerapkan prinsip – prinsip PPI yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi seusi dengan indikasi
dalam melaksanakan tugasnya sehari – hari.

2. Karyawan yang terpanjan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,


kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.

3. Karyawan Klinik Karya Husada yang tidak memiliki kartu BPJS atau ansuransi
kesehatan lainnya, berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Klinik Karya
Husada sesuai kebijakan Kepala Klinik Karya Husada.

L. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB)

a. Tim PPI segera melakukan investigasi masalah atau KLB nosokomial.


b. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala Klinik Karya Husada

c. Tim PPI melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaan


mikrobiologik.

d. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Klinik Karya Husada untuk menutup ruang
rawat bila diperlukan karen potensial menyebarkan infeksi.

e. Prtugas merawat pasien tersebut wajib mengunakan APD sesuai dengan


kewaspadaan standar dan kewapadaan berbasis trasmisi.

f. Apabila terjadi outbreak bencana alama seperti gunung meletus, gempa bumi dan
sebagainya Tim PPI jarus sigap melakukan pencegahan infeksi, misalnya
memebagaikan masker, menutup ruangan , pembersihan ruangan secara berkala, dll.

Ditetapkan di : Masbagik
Pada tanggal : 30 Juni 2023

Pimpinan Klinik Karya Husada

dr. .............

Anda mungkin juga menyukai