DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….. ii
BAB 1. PENDAHULUAN …………………………………………………………………………… 1
A. Latar belakang ……………………………………………………………………… 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………. 2
C. Ruang lingkup ……………………………………………………………………… 2
D. Batasan Operasional ………………………………………………………………. 2
E. Dasar Hukum ……………………………………………………………………… 2
BAB II. STANDART KETENAGAAN…………………………………………………………………. 3
A. Kualifikasi SDM ……………………………………………………………………… 3
B. Distribusi Ketenagaan ……………………………………………………………….. 3
C. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan …………………………………………… 3
BAB III. TATALAKSANA PPI ……………………………………………………………… 5
A. Hand Hygiene / Kebersihan Tangan ……………………………………………… 6
B. Alat Pelindung Diri ………………………………………………………………… 7
C. Pengelolaan Peralatan Kesehatan ……………………………………………… 14
D. Pengelolaan Linen ………………………………………………………………… 15
E. Pengendalian Lingkungan ……………………………………………………… 16
F. Manajemen Pengolahan Limbah ………………………………………………… 17
G. Penempatan Pasien ………………………………………………………………… 19
H. Hygiene Respiratory/Etika Batuk ………………………………………………… 19
I. Praktek Penyuntikan Yang Aman ………………………………………………… 20
J. Kesehatan dan Keselamatan Petugas …………………………………………… 20
BAB IV KESELAMATAN PASIEN …………………………………………………………. 21
BAB V PANDUAN PPI BAGI PASIEN/PENGUNJUNG ………………………………… 23
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada kita semua sehingga kami berhasil menyusun buku
Pedoman Internal Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik Diana Permata Medika.
Klinik sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama dituntut agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, akuntabel dan transparan kepada
masyarakat, khususnya mendapatkan jaminan keselamatan bagi pasien.Untuk itu perlu
ditingkatkan pelayanannya khususnya dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di
Klinik.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami sangat
berharap atas saran dan masukannya untuk pembenahan kedepannya.Semoga buku ini
bermanfaat bagi kita semua dalam upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik
Diana Permata Medika.
Tangerang,
Tim Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan yang diberikan di klinik diana permata medika harus didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas untuk mencapai pelayanan yang prima
dan optimal. Pelayanan yang prima dan optimal dapat diwujudkan dengan
kemampuan kognitif dan motoric yang cukup yang harus dimiliki oleh setiap petugas
kesehatan khususnya di klinik diana permata medika. Seperti yang kita ketahui
pengendalian infeksi di klinik merupakan rangkaian aktifitas kegiatan yang wajib
dilakukan oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang merupakan tuntutan
kualitas sekaligus persyaratan administrasi klinik menuju akreditasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu sumber infeksi terbesar dalam
dunia kesehatan, dimana infeksi dapat berasal dari pasien, petugas, maupun
pengunjung melalui objek yang terkontaminasi berupa darah, sputum, cairan nasal,
cairan dari luka, urine dan eksresi lainnya.
1
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan sumber daya manusia
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat melindungi petugas
dan masyarakat dari penularan penyakit infeksi guna meningkatkan mutu pelayanan
di Klinik.
Tujuan Khusus
1. Menjadi penuntun bagi tenaga kesehatan hingga mampu memberikan
pelayanan kesehatan dimana resiko terjadinya infeksi dapat ditekan.
2. Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPI dalam melaksanakan
tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
3. Mencegah penularan infeksi melalui kontak, droplet dan airborne
C. RUANG LINGKUP
Pedoman ini digunakan untuk panduan bagi petugas kesehatan di Klinik Diana
Permata Medika dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular baik kontak
langsung, droplet dan udara.
D. BATASAN OPERASIONAL
Kewaspadaan Standar diterapkan pada semua petugas dan pasien/ orang yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.(Infection Control Guidelines CDC,
Australia).
2
E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431)
2. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
3. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standart
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang
Sistem Kesehatan Nasional
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Tim PPI berjumlah 11 orang sesuai dengan struktur organisasinya. Tim PPI terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota Tim yang terdiri dari masing-masing unit terkait yang
berhubungan langsung dengan kegiatan PPI.
4
- Bekerja sama dengan bagian farmasi untuk produksi handrub dengan formula
yang direkomendasikan oleh WHO.
- Tim PPI melakukan kampanye kebersihan tangan untuk semua karyawan
klinik.
2. Pemenuhan kebutuhan APD di semua ruang pelayanan perawatan pasien dan
sosialisasi cara memakai dan menggunakan serta indikasi penggunaannya.
- Bekerja sama dengan bagian umum dan farmasi dalam pengadaan APD
- Tim PPI mengadakan pelatihan cara penggunaan APD untuk semua perawat
sampai tenaga cleaning service.
5
BAB III
KEWASPADAAN STANDAR
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara
rutin dalam perawatan seluruh pasien di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang
telah didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah transmisi
silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium dan
setelah pasien didiagnosis.Tenaga kesehatan seperti petugas laboratorium, pembuang
sampah dan lainnya juga berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali
pemahaman dan kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan
Standar agar tidak terinfeks.
1. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol
(alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu
bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci
tangan dengan sabun biasa/ antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada
saat:
a. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan
tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah memakai
sarung tangan.
b. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang sama.
6
Gambar .1 lima (5) momen mencuci tanga
8
2. Kebersihan tangan menggunakan antiseptik atau handrub
a) Siapkan handrub ( kemasan siap pakai dari pabrik ) jika sudah tersedia
dalam produk siap pakai maka ikuti instruksi pabrik cara penggunaannya.
b) Lakukan kebersihan tangan dengan cairan berbasis alkohol dengan waktu
20-40 detik.
c) Lakukan kebersihan tangan dengan langkah seperti dalam gambar di
bawah ini :
9
2. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri ( APD ) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang
terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya
dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.
Penggunaan APD yang efektif perlu didasarkan pada potensi paparan, dampak
penularan yang ditimbulkan serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan
digunakan.
Jenis dan indikasi penggunaan Alat Pelindung Diri adalah sebagai berikut:
1) Masker.
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari
cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang
kotor dan melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada
saat batuk atau bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut
serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung).
Masker yang digunakan harus menutupi hidung dan mulut serta penggunaan masker
N95 harus dilakukan fit test ( penekanan di bagian hidung da penilaian kerapatan
penggunaan masker )
10
Indikasi :
pada tindakan atau prosedur yang dapat menghasilkan cipratan darah, cairan
tubuh, sekresi atau ekskresi atau jika petugas berisiko menghasilkan cipratan
cairan dari selaput lendir mulut atau hidung.
Masker N95 digunakan pada risiko paparan penularan infeksi melalui udara
(airborne disease) dan dapat didaur ualng sesuai ketentuan.
11
Cara memakai masker :
12
2) Gaun pelindung.
13
3) Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari paparan cairan
tubuh, darah, sekresi, eksresi dan bahan infeksius lainnya. Menggunakan sarung
tangan sesuai dengan ukuran tangan dan digunakan pada kedua belah tangan
dan hanya digunakan untuk satu kai prosedur pada satu pasien, jika rusak atau
robek maka mengganti dengan sarung tangan yang baru.
14
Langkah – langkah Pemasangan :
1. Buka pembungkus sarung tangan dengan hati-hati, pilih yang sesuai ukuran.
2. Jika harus mempertahankan prinsip-prinsip steril hindarkan sarung tangan
terkontaminasi obyek tidak steril.
3. Jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan sarung tangan bagian atas
dan masukkan tangan non dominan dengan posisi telentang, masukkan jari secara
pelan – pelan.
4. Untuk memakai sarung tangan sebelah kiri gunakan empat jari tangan dominan,
masukkan dalam lipatan sarung tangan ( bagian luar ), segera masukkan tangan
non dominan secara perlahan-lahan.
15
Langkah melepaskan sarung tangan
16
Jenis pajanan Contoh Pilihan Alat Pelindung
Risiko rendah - Injeksi - Sarung tangan tidak
1. Kontak dengan kulit - Perawatan luka esensial
17
Kacamata
Sarung Gaun/
Jenis tindakan Masker / penutup Topi
tangan Celemek
wajah
Memandikan pasien Tidak, Tidak Tidak Tidak Tidak
kecuali kulit
tidak utuh
Vulva / penis hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Menolong BAB Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Menolong BAK Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Oral Hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengambil darah Ya Ya Tidak Tidak Tidak
arteri
Mengambil darah Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
vena
Perawatan luka Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
mayor
Perawatan luka minor Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
infeksius
Mengukur TTV Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
penyuntikan
Memasang infus Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Memasang dawer Ya (steril) Tidak Tidak Tidak Tidak
catheter
Membersihkan ruang Ya (sarung Tidak Tidak Tidak Tidak
perawatan tangan RT)
Membersihkan Ya (sarung Ya Ya Ya Tidak
peralatan habis pakai tangan RT)
Transportasi pasien Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan EKG Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengganti infus Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Memberikan diit per Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
oral
Mengantar spesimen Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ke laboratorium
Mengganti linen tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
18
Kacamata
Sarung Gaun/
Jenis tindakan Masker / penutup Topi
tangan Celemek
wajah
Mengganti linen Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Memasang NGT Ya ya Tidak Tidak Tidak
Memberi tetes mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Irigasi mata Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
19
20
3. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien Dan Alat Medis Lainnya
21
Ada tiga kategori risiko berpotensi infeksi yang menjadi dasar pemilihan praktik
atau proses pencegahan yang akan digunakan (seperti sterilisasi peralatan
medis, sarung tangan dan perkakas lainnya) sewaktu merawat pasien. Kategori
Spaulding adalah sebagai berikut:
a. Peralatan kritikal
Adalah alat-alat yang masuk ke dalam pembuluh darah atau jaringan
lunak. Smeua peralatan kritikal wajib dilakukan sterilisasi yang
menggunakan panas, karena merupakan risiko infeksi tingkat tertinggi.
Tahan pengelolaan
Pre cleaning di mulai pada tahap awal pembersihan dengan penyemprotan
( flushing ) menggunakan air mengalir atau direndam dengan larutan detergen,
dilanjutkan pembersihan ( cleaning ) dan pengeringan, berikut ini gambar alyr
dekontaminasi peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya yang ada di
Klinik Diana Permata Medika.
22
Gambar 8. Alur dekontaminasi peralatan perawatan pasien dan alat medis
lainnya
23
Gambar 9. Contoh sterilisasi uap
24
Gambar 11. Contoh peralatan desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
25
2. Betadin Povidon
Iodida Antiseptik kulit
3. Bayclin Natrium Disinfeksi air bersih Tumpahan
Hipoklo Dekontaminasitumpahan/percika darah 1%
rit n darah/cairan Disinfeksi
Disinfeksi linen putih linen dan
instrumen
0,5%
Disinfeksi
peralatan
non medis
0,05%
4. Handscrub Klorheksidin
glukonat Antiseptik kulit
5. Lysol Trikresolum Disinfeksi kamar mandi, WC, Lantai 22 ml dalam 1 lt
6. Perhydrol Hydrogen Antiseptik luka 3% - 6%
peroksida
4. Pengelolaan Linen
Pengelolaan linen yang neliputi pengumpulan, pengangkutan, pemilihan dan
pencucian linen yang sesuai dengan prinsip dan standar PPI.
Talaksanaan linen terbagi menjadi linen infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius
adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya. Penatalaksanaan linen yang
sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati.
26
Prinsip pengelolaan linen :
a. semua petugas yang terlibat dalam pengelolaan linen agar menerapkan
PPI.
b. Perlakukan linen disesuaikan dengan katagori kebersihan linen yang
terbagi sebagai berikut :
linen bersih adalah linen yang sudah dilakukan proses pencucian
dan siap untuk pemakaian pelayanan non steril.
Linen steril adalah linen yang sudah dilakukan sterilisasi.
Linen kotor adalah linen yang sudah dipakai oleh
pasien/keluarga/petugas.
Sedangkan linen infeksius adalah linen yang sudah terkontaminasi
darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
5. Pengendalian Lingkungan
a) Kualitas Udara
Diperlukan pembatasan jumlah personil di ruangan dan ventilasi yang memadai.
27
b) Kualitas air
Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi baik menyangkut bau, rasa,
warna dan susunan kimianya
c) Permukaan lingkungan
Seluruh pemukaan lingkungan bebas debu, bebas sampah, bebas serangga (semut,
kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing dan tikus) dan harus
dibersihkan secara terus menerus, untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen
penyebab infeksi pada saluran napas, hindari penggunaan sapu injuk dan yang
sejenis, tapi gunakan cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan kering/
lantai). Larutan disinfektan yang biasa dipakai yaitu natrium hipoklorit 0,05-0,5%.
6. Pengelolaan Limbah
Dalam pengelolaan limbah di Klinik Diana Permata Medika, limbah terbagi menjadi
beberapa jenis limbah :
28
a. Limbah Infeksius
Adalah limbah yang dihasilkan dari pelayanan pasien yang terkontamimasi darah,
cairan tubuh, sekresi dan eksresi pasien.
ii. Penempatan limbah infeksius diletakkan dekat dengan area tindakan atau
prosedur tindakan yang akan dikerjakan.
iii. Limbah infeksius jika sudah menempati ¾ kantong sampah segera diangkat dan
diikat kuat dan tidak boleh dibuka lagi untuk mengeluarkan isinya guna
29
menghindari risiko peneluran infeksi, selanjutnya dibawa ke tempat
penampungan sementara. Tempat limbah dicuci dengan menggunakan larutan
detergen atau disinfektan, lalu dikeringkan selanjutnya dipasangi kembali kantong
plastik kuning yang baru.
iv. Pengelolaan limbah kimia biasa dalam jumlah kecil maupun besar harus diolah
ke perusahaan pengelolahan limbah B3. Bahan kimia dalam bentuk cair
sebaiknya tidak dibuang ke jaringan pipa pembuangan air limbah, karena sifat
toksiknya dapat mengganggu proses biologi yang ada dalam unit pengolahan air
limbah atau IPAL.
v. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor
atau gudang farmasi Kabupaten/Kota, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan
tidak memungkinkan dikembalikan, dapat dimusnahkan dengan cara di kubur
sesusai ketentuan peraturan perundang undangan.
vi. Pembuangan akhir limbah infeksius, dapat dimusnahkan dengan insenerator atau
bekerjasama dengan pihak ketiga. Jika bekerja sama dengan pihak ketiga maka
pastikan mereka memiliki perjanjian, fasilitas pengelolaan limbah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
iii. Limbah non infeksius jika sudah menempati ¾ kantong sampah segera diangkat
dan diikat kuat untuk dibawa ke tempat penampungan sementar dan tempat
limbah tersebut dibersihkan selnajutnya dipasangi kembali kantong plastik hitam
yang baru.
30
Iv pembuangan akhir limbah non infeksius dibuang di tempat pembuangan akhir
( TPA ) yang sudah ditentukan oleh pihak pemerintah daerah setempat.
ii. Penempatan safety box, pada area yang aman dan mudah dijangkau atau
digantung pada troli tindakan. Tidak menempatkan safety box dilantai.
iii. Penempatan safety box dilakukan setelah kotak berisi 2/3 dengan menutup rapat
permukaan lobang box agar jarum tidak dapat keluar, jika dibuang dengan waktu
yang lama maka penggunaan safety box sesuai ukuran atau sesuai kebijakan FKTP
yang dibuat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
iv. Pembuangan akhir limbah benda tajam dapat dilakukan melalui pembakaran di
insenerator atau dikelola sama dengan limbah B3 lainnya.
32
- Segera buang jarum suntik habis pakai pada kotak tempat sampah khusus benda
tajam.
- Tidak melakukan recapping jarum suntik habis pakai.
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu system di mana membuat asuhan pasien lebih
aman.Hal ini termasuk asesman risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
33
Tujuan system ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.Selain itu system keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta
budaya keselamatan pasien di klinik, meningkatkannya akuntabilitas Klinik terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di Klinik dan
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
34
6. Menetapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien seperti tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien (seperti tersebut diatas) dan melakukan
self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien klinik
8. Program khusus Keselamatan Pasien
9. Mengevaluasi secra periodik pelaksanaan program keselamatan pasien dan
kejadian tidak diharapkan.
BAB V
PANDUAN PPI UNTUK PASIEN & PENGUNJUNG
35
Panduan PPI untuk Pengunjung:
1. Pengunjung/ pasien setelah tiba di Klinik direkomendasikan untuk melakukan
kebersihan tangan dengan menggunakan sabun cair dengan air mengalir atau
handrub yang sudah disediakan
2. Apabila pengunjung/ pasien batuk atau mengalami tanda atau gejala infeksi
pernafasan pada saat berada di ruang pendaftaran direkomendasikan
menggunakan masker
4. Berikan edukasi atau informasi mengenai etika batuk
5. Pengunjung/ pasien setelah keluar dari klinik direkomendasikan untuk melakukan
kebersihan tangan menggunakan sabun cair dengan air mengalir atau handrub
yang sudah disediakan.
Informasi berupa poster, leaflet, banner dll, entuk media edukasi disediakan untuk
pengunjung, ditempatkan di tempat/ area publik Klinik, dengan prioritas materi:
- Kebersihan tangan;
- Etika batuk dan higiene respirasi;
- Pemakaian masker untuk pasien/ pengunjung batuk;
- Kebersihan lingkungan
- Ketertiban membuang sampah
- Penggunaan APD sesuai potensi risiko penulara
BAB VI
PENUTUP
36
kesehatan Kabupaten/Kota agar semua FKTP yang ada diwilayahnya mampu menerapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah edukasi kepada pengguna layanan,
sasaran, keluarga dan masyarakat bagaimana pentingnya mengetahui praktik atau
perilaku yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi,
bagaimana mencegah atau memutus secara dini rantai penularan infeksi dimasyarakat
termasuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
Pedoman PPI ini diharapkan menjadi acuan megelola pelayanan yang disediakan
oleh setiap FKTP, dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di FKTP,
sekaligus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan, peraturan perundang-
undangan, pedoman dan standar yang telah dikeluarkan oleh kementrian kesehatan.
Daftar pustaka
37
6. Permenkes No 52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di
Fasyankes Dan Buku Indikator Program Kesehatan Kerja Dan Olah Raga Tahun
2020-2024
7. WHO’s “my five moments for hand hygiene” (http://www.who.int/imtection-
prevention/tools/hand-hygiene/.acceseed may 29,2018)
38