Anda di halaman 1dari 41

PEDOMAN

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALI INFEKSI (PPI)


KINIK DIANA PERMATA MEDIKA

KLINIK DIANA PERMATA MEDIKA


2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….. ii
BAB 1. PENDAHULUAN …………………………………………………………………………… 1
A. Latar belakang ……………………………………………………………………… 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………. 2
C. Ruang lingkup ……………………………………………………………………… 2
D. Batasan Operasional ………………………………………………………………. 2
E. Dasar Hukum ……………………………………………………………………… 2
BAB II. STANDART KETENAGAAN…………………………………………………………………. 3
A. Kualifikasi SDM ……………………………………………………………………… 3
B. Distribusi Ketenagaan ……………………………………………………………….. 3
C. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan …………………………………………… 3
BAB III. TATALAKSANA PPI ……………………………………………………………… 5
A. Hand Hygiene / Kebersihan Tangan ……………………………………………… 6
B. Alat Pelindung Diri ………………………………………………………………… 7
C. Pengelolaan Peralatan Kesehatan ……………………………………………… 14
D. Pengelolaan Linen ………………………………………………………………… 15
E. Pengendalian Lingkungan ……………………………………………………… 16
F. Manajemen Pengolahan Limbah ………………………………………………… 17
G. Penempatan Pasien ………………………………………………………………… 19
H. Hygiene Respiratory/Etika Batuk ………………………………………………… 19
I. Praktek Penyuntikan Yang Aman ………………………………………………… 20
J. Kesehatan dan Keselamatan Petugas …………………………………………… 20
BAB IV KESELAMATAN PASIEN …………………………………………………………. 21
BAB V PANDUAN PPI BAGI PASIEN/PENGUNJUNG ………………………………… 23

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada kita semua sehingga kami berhasil menyusun buku
Pedoman Internal Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik Diana Permata Medika.

Klinik sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama dituntut agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, akuntabel dan transparan kepada
masyarakat, khususnya mendapatkan jaminan keselamatan bagi pasien.Untuk itu perlu
ditingkatkan pelayanannya khususnya dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di
Klinik.

Disamping pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ini digunakan bagi


seluruh petugas, buku ini juga sangat penting bagi pasien, keluarga pasien, orang yang
berkunjung, dan lingkungan Klinik.

Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami sangat
berharap atas saran dan masukannya untuk pembenahan kedepannya.Semoga buku ini
bermanfaat bagi kita semua dalam upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik
Diana Permata Medika.

Tangerang,

Tim Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan yang diberikan di klinik diana permata medika harus didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas untuk mencapai pelayanan yang prima
dan optimal. Pelayanan yang prima dan optimal dapat diwujudkan dengan
kemampuan kognitif dan motoric yang cukup yang harus dimiliki oleh setiap petugas
kesehatan khususnya di klinik diana permata medika. Seperti yang kita ketahui
pengendalian infeksi di klinik merupakan rangkaian aktifitas kegiatan yang wajib
dilakukan oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang merupakan tuntutan
kualitas sekaligus persyaratan administrasi klinik menuju akreditasi.

Infeksi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme


patogen, dengan/tanpa disertai gelaja klinik. sumber infeksi dapat berasal dari
masyarakat/komuniatas (community acyquired infection) fasilitas pelayanan
kesehatan dan pelayanan kesehatan lainnya termasuk di klinik.

Fasilitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu sumber infeksi terbesar dalam
dunia kesehatan, dimana infeksi dapat berasal dari pasien, petugas, maupun
pengunjung melalui objek yang terkontaminasi berupa darah, sputum, cairan nasal,
cairan dari luka, urine dan eksresi lainnya.

Upaya pencegahan pengendalian infeksi difasilitas kesehatan masih ditemukan


beberapa tindakan petugas yang potensial meningkatkan penularan penyakit
kepada diri mereka, pasien yang dilayani dan masyarakat luas yaitu :
1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan alat pelindung diri yang tidak tepat
3. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
4. Tekhnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang tidak tepat
5. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
Hal tersebut dapat saja meningkatkan resiko petugas kesehatan tertular akibat
tertusuk jarum atau terpajan darah/ cairan tubuh yang terinfeksi.

1
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan sumber daya manusia
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat melindungi petugas
dan masyarakat dari penularan penyakit infeksi guna meningkatkan mutu pelayanan
di Klinik.

Tujuan Khusus
1. Menjadi penuntun bagi tenaga kesehatan hingga mampu memberikan
pelayanan kesehatan dimana resiko terjadinya infeksi dapat ditekan.
2. Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPI dalam melaksanakan
tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
3. Mencegah penularan infeksi melalui kontak, droplet dan airborne

C. RUANG LINGKUP
Pedoman ini digunakan untuk panduan bagi petugas kesehatan di Klinik Diana
Permata Medika dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular baik kontak
langsung, droplet dan udara.

D. BATASAN OPERASIONAL
Kewaspadaan Standar diterapkan pada semua petugas dan pasien/ orang yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.(Infection Control Guidelines CDC,
Australia).

Kewaspadaan berdasarkan transmisi/ penularan, hanya diterapkan pada pasien


yang berobat jalan di Klinik Diana Permata Medika, sampai diagnosa tersebut
dapat dikesampingkan.(Gardner and HICPAC 1996).

2
E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431)
2. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
3. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standart
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang
Sistem Kesehatan Nasional

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam melaksanakan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik Diana
Permata Medika dipimpin oleh Ketua Tim PPI, Sekretaris dan Anggota Tim PPI
disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada, untuk distribusi ketenagaan
Tim PPI disebutkan sesuai dengan tugas masing-masing.

Tabel. 1 Tim Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi


Klinik Diana Permata Medika

No. Kedudukan Dalam Tim Nama

1 Ketua Fikkriyah Djaki Rasanty S.farm


2. Sekretaris I Ade suryani
3. Anggota M.Taufik
Abdul Rohman
Retno Setyowati
Miftahudin
Jiyanti
Drg.Khatarina
M.Syahroni

B. Distribusi Ketenagaan
Tim PPI berjumlah 11 orang sesuai dengan struktur organisasinya. Tim PPI terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota Tim yang terdiri dari masing-masing unit terkait yang
berhubungan langsung dengan kegiatan PPI.

C. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kebersihan tangan
- Bekerja sama dengan bagian penunjang dalam pengadaan botol dan braket
untuk tempat handrub, sabun cair handwash, serta tissue.
- Bekerjasama dengan bagian humas dalam pengadaan poster, leaflet dan
stiker Kebersihan Tangan.

4
- Bekerja sama dengan bagian farmasi untuk produksi handrub dengan formula
yang direkomendasikan oleh WHO.
- Tim PPI melakukan kampanye kebersihan tangan untuk semua karyawan
klinik.
2. Pemenuhan kebutuhan APD di semua ruang pelayanan perawatan pasien dan
sosialisasi cara memakai dan menggunakan serta indikasi penggunaannya.
- Bekerja sama dengan bagian umum dan farmasi dalam pengadaan APD
- Tim PPI mengadakan pelatihan cara penggunaan APD untuk semua perawat
sampai tenaga cleaning service.

3. Penerapan dekontaminasi Alat Kesehatan.


- PPI mengadakan sosialisasi cara dekontaminasi dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan cara-cara desinfeksi dan sterilisasi untuk semua alat
kesehatan
4. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan limbah medis tajam/
non tajam dan limbah non medis di semua ruang pelayanan perawatan pasien.
5. Pemenuhan pengelolaan linen.
6. Pelaksanaan program kesehatan karyawan
- Melaksanakan pemeriksaan secara berkala karyawan klinik, terutama
karyawan yang bekerja dengan resiko.
7. Sosialisasi dan pemenuhan poster etika batuk
- Membuat poster Etika batuk.
8. Sosialisasi prosedur penyuntikan yang aman dengan no recapping.
Tim PPI bersama bagian keperawatan melakukan sosialisasi cara penyuntikan
yang aman dengan one hand dan no recapping kepada seluruh tenaga medis dan
paramedis dalam melakukan tindakan penyuntikan.

5
BAB III

KEWASPADAAN STANDAR

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara
rutin dalam perawatan seluruh pasien di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang
telah didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah transmisi
silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium dan
setelah pasien didiagnosis.Tenaga kesehatan seperti petugas laboratorium, pembuang
sampah dan lainnya juga berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali
pemahaman dan kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan
Standar agar tidak terinfeks.

Kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkan di fasilitas pelayanan kesehatan,


sebagai berikut:

1. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol
(alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu
bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci
tangan dengan sabun biasa/ antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada
saat:
a. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan
tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah memakai
sarung tangan.
b. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang sama.

 Prinsip kebersihan tangan


a) Pastikan semua petugas kesehatan sudah memahami 5 ( lima ) momen ( waktu )
serta 6 ( enam ) langkah kebersihan tangan dan mampu melaksanakan dengan
benar.
b) Kebersihan tangan dilakukan pada 5 ( lima ) momem sebagaimana tertera dalam
gambar dibawah ini :

6
Gambar .1 lima (5) momen mencuci tanga

Sumber : Pedoman WHO, 2006

c) Mematuhi langkah – langkah kebersihan tangan secara berururtan dengan baik.


d) Tersedia saranan kebersihan tangan dengan iar mengalir dan sabun dalam
dispenser atauu cairan berbahan dasar alkohol.
e) Sebelum melakukan kebersihan tangan, jaga kebersihan tangan individu dengan
memastika kuku tetap pendek, bersih dan bebas dari pewarnaan kuku dan tidak
menggunakan kuku palsu, hindari pemakaian aksesoris tangan ( jam tangan,
perhiasan )
f) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila jelas terlihat kotor atau
terkontaminasi oleh bahan yang mengandung protein atau lemak.
g) Kertas tissue sekali pakai sebagai pengering tangan, jika tidak memungkinkan
dapat menggunakan handuk sekali pakai lalu dicuci kembali.
h) Dilakukan audit kepatuhan kebersihan tangan secara berkala.

 Kriteria memilih antiseptik:


a) Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara luas
(gram positif dan gram negative, virus lipofilik, bacillus dan tuberkulosis, fungiserta
endospore)
b) Efektifitas
c) Kecepatan efektifitas awal
7
d) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan
e) Tidak menyebabkan iritasi kulit
f) Tidak menyebabkan alergi

 prosedur kebersihan tangan :


1. kebersihan tangan menggunakan sabun dan air :
a) pastikan semua assesoris yang menempel di tangan ( cincin, jam tangan ) tidak
terpakai dan kuku harus pendek serta tidak menggunakan pewarna kuku.
b) Jika lengan atas sampai ke pergelangan tangan maka sisihkan terlebih dahulu
dengan menaikan lengan atas sampai ke 2/3 tangan ke arah siku tangan.
c) Atur aliran air sesuai kebutuhan.
d) Basahi tangan dan ambil cairan sabun antiseptik ke telapak tangan.
e) Lakukan kebersihan tangan dengan langkah seperti dalam gambar di bawah ini :

Cara mencuci tangan menggunakan dengan sabun dan air

Gambar. 2 Cara Mencuci Tangan Dengan Sabun Dan Air

Sumber : Pedoman WHO, 2009 (40-60 detik)

8
2. Kebersihan tangan menggunakan antiseptik atau handrub
a) Siapkan handrub ( kemasan siap pakai dari pabrik ) jika sudah tersedia
dalam produk siap pakai maka ikuti instruksi pabrik cara penggunaannya.
b) Lakukan kebersihan tangan dengan cairan berbasis alkohol dengan waktu
20-40 detik.
c) Lakukan kebersihan tangan dengan langkah seperti dalam gambar di
bawah ini :

Cara Mencuci tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol

Gambar. 3 cara mencuci tangan dengan antiseptik berbasis alkohol

9
2. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri ( APD ) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang
terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya
dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.
Penggunaan APD yang efektif perlu didasarkan pada potensi paparan, dampak
penularan yang ditimbulkan serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan
digunakan.

 Prinsip penggunaan APD


Penggunaan APD perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :
a) APD harus digunakan sesuai dengan risiko paparan, petugas kesehatan harus
menilai apakah mereka bener atau tidak beresiko terkena darah, cairan tubuh,
ekskresi atau sekresi agar dapat menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan
risiko.
b) Semua APD yang akan digunakan harus memenuhi standar keamanan.
c) Hindari kontak antara APD yang terkontaminasi ( bekas ) dan permukaan
pemakaian atau lingkungan pelayanan kesehatan.
d) Lepas APD secara keseluhuran jika tidak digunakan lagi.
e) Lakukan kebersihan tangan setiap kali melepas satu jenis APD.

 Jenis dan indikasi penggunaan Alat Pelindung Diri adalah sebagai berikut:

1) Masker.
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari
cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang
kotor dan melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada
saat batuk atau bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut
serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung).

Syarat penggunaan masker :

Masker yang digunakan harus menutupi hidung dan mulut serta penggunaan masker
N95 harus dilakukan fit test ( penekanan di bagian hidung da penilaian kerapatan
penggunaan masker )

10
Indikasi :
 pada tindakan atau prosedur yang dapat menghasilkan cipratan darah, cairan
tubuh, sekresi atau ekskresi atau jika petugas berisiko menghasilkan cipratan
cairan dari selaput lendir mulut atau hidung.
 Masker N95 digunakan pada risiko paparan penularan infeksi melalui udara
(airborne disease) dan dapat didaur ualng sesuai ketentuan.

Jenis – jenis masker :

Tabel . 1 jenis dan kegunaan masker

11
Cara memakai masker :

Gambar .4 cara memakai masker medis/ bedah

Gambar .5 cara menggunakan masker N95

Gambar .5 Cara menggunakan masker N95

12
2) Gaun pelindung.

Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan


paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi
pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.

Indikasi penggunaan gaun pelindung :


 Transmisi kontak misal saat adanya wabah dan transmisi droplet, saat
pencegahan infeksi sebelum oprasi atau pra bedah.
 Membersihkan luka, tindakan drainase, menuangkan cairan kontaminasi ke
pembuangan atau WC/toilet.
 Menangani pasien perdarahan masif, tindakan bedah dan perawatan gigi.

Jenis-jenis gaun pelindung:

Tabel . 2 Jenis dan kegunaan gaun pelindung

13
3) Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari paparan cairan
tubuh, darah, sekresi, eksresi dan bahan infeksius lainnya. Menggunakan sarung
tangan sesuai dengan ukuran tangan dan digunakan pada kedua belah tangan
dan hanya digunakan untuk satu kai prosedur pada satu pasien, jika rusak atau
robek maka mengganti dengan sarung tangan yang baru.

Indikasi penggunaan sarung tangan :


Digunakan pada saat tindakan aseptik, tindakan steril untuk mecegah risiko
penularan mikroorganisme ( tindakan bedah ).

Jenis – jenis sarung tangan :


Tabel . 3 Jenis dan kegunaan sarung tangan

14
Langkah – langkah Pemasangan :

1. Buka pembungkus sarung tangan dengan hati-hati, pilih yang sesuai ukuran.
2. Jika harus mempertahankan prinsip-prinsip steril hindarkan sarung tangan
terkontaminasi obyek tidak steril.
3. Jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan sarung tangan bagian atas
dan masukkan tangan non dominan dengan posisi telentang, masukkan jari secara
pelan – pelan.
4. Untuk memakai sarung tangan sebelah kiri gunakan empat jari tangan dominan,
masukkan dalam lipatan sarung tangan ( bagian luar ), segera masukkan tangan
non dominan secara perlahan-lahan.

Langkah pemasangan sarung tangan

Gambar 6. langkah – langkah pemasangan sarung tangan

Langkah – langkah Melepaskan:


1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi.
2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, kemudian
lepaskan.
3. Pegang sarung tangan yang telah di lepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan.
4. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung
tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan.
5. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
6. Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius.
7. Cuci tangan sesuai prosedur.

15
Langkah melepaskan sarung tangan

Gambar 7. langkah – langkah melepaskan sarung tangan

Tabel 4. Penggunaan Sarung Tangan

Kegiatan Perlu/ Tidak Jenis Sarung Tangan


Sarung Yang Dianjurkan
Tangan
Pengukuran Tekanan darah Tidak
Pengukuran suhu Tidak
Menyuntik Tidak
Penanganan dan pembersihan alat – Ya Rumah Tangga
alat
Penanganan limbah terkontaminasi Ya Rumah Tangga
Membersihkan darah atau cairan Ya Rumah Tangga
tubuh
Pengambilan darah Ya Pemeriksaan
Pemasangan dan pencabutan infus Ya Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam mukosa (Vagina, Ya Bedah
Rectum, Mulut)
Pemasangan dan pencabutan Ya Bedah
implant, kateter Urin dll (terbungjus
dalam paket steril dan dipasang
dengan teknik tanpa sentuh)
Persalinan Ya Bedah

 Pemakaian dan pelepasan APD

Tabel. 5 Pemilihan Alat Pelindung Sesuai Jenis Pajanan

16
Jenis pajanan Contoh Pilihan Alat Pelindung
Risiko rendah - Injeksi - Sarung tangan tidak
1. Kontak dengan kulit - Perawatan luka esensial

2. Tidak terpajan darah ringan


langsung
Risiko sedang - Pemeriksaan pelvis - Sarung tangan
1. Kemungkinan - Insersi IUD - Mungkin gaun
terpajan darah namun - Melepas IUD pelindung
tidak ada cipratan - Pemasangan
kateter intra vena
- Penanganan
spesimen
laboratorium
- Perawatan luka
berat
- Ceceran darah
Risiko tinggi - Pertolongan - Sarung tangan ganda
1. Kemungkinan Persalinan per - Baju Pelindung
terpajan darah dan vaginam - Kaca mata pelindung
kemungkinan - Masker
terciprat
- Sepatu boot
2. Perdarahan masif

Tabel. 6 Panduan Pemilihan APD Berdasarkan Aktivitas Perawatan Pasien

17
Kacamata
Sarung Gaun/
Jenis tindakan Masker / penutup Topi
tangan Celemek
wajah
Memandikan pasien Tidak, Tidak Tidak Tidak Tidak
kecuali kulit
tidak utuh
Vulva / penis hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Menolong BAB Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Menolong BAK Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Oral Hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengambil darah Ya Ya Tidak Tidak Tidak
arteri
Mengambil darah Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
vena
Perawatan luka Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
mayor
Perawatan luka minor Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
infeksius
Mengukur TTV Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
penyuntikan
Memasang infus Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Memasang dawer Ya (steril) Tidak Tidak Tidak Tidak
catheter
Membersihkan ruang Ya (sarung Tidak Tidak Tidak Tidak
perawatan tangan RT)
Membersihkan Ya (sarung Ya Ya Ya Tidak
peralatan habis pakai tangan RT)
Transportasi pasien Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan EKG Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengganti infus Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Memberikan diit per Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
oral
Mengantar spesimen Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ke laboratorium
Mengganti linen tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi

18
Kacamata
Sarung Gaun/
Jenis tindakan Masker / penutup Topi
tangan Celemek
wajah
Mengganti linen Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Memasang NGT Ya ya Tidak Tidak Tidak
Memberi tetes mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Irigasi mata Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tabel 7. Cara pemakaian APD

Tabel 8. Pelepasan APD

19
20
3. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien Dan Alat Medis Lainnya

Pengelolaan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya adalah


proses pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan berdasarkan kategori kritikal,
semi kritikal dan non kritikal.

 Tujuan pengelolaan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya:


Bertujuan untuk mencegah peralatan cepat rusak, menjaga tetap dalam keadaan
terdekontaminasi sesuai katagorinya, menetapkan prosedur akhir yang sudah
steril dan aman serta tersedianya peralatan perawatan pasien dan alat medis
lainnya dalam kondisi bersih dan steril saat dibutuhkan.

 Jenis – jenis peralatan kesehatan menurut Dr. Earl spaulding,

21
Ada tiga kategori risiko berpotensi infeksi yang menjadi dasar pemilihan praktik
atau proses pencegahan yang akan digunakan (seperti sterilisasi peralatan
medis, sarung tangan dan perkakas lainnya) sewaktu merawat pasien. Kategori
Spaulding adalah sebagai berikut:

a. Peralatan kritikal
Adalah alat-alat yang masuk ke dalam pembuluh darah atau jaringan
lunak. Smeua peralatan kritikal wajib dilakukan sterilisasi yang
menggunakan panas, karena merupakan risiko infeksi tingkat tertinggi.

b. Peralatan semi kritikal


Adalah alat- alat yang kontak dengan membran mukosa saat
dipergunakan. Semua peralatan semi kritikal wajib dilakukan minimal
disinfektan tingkat tinggi ( DTT ) atau apabila terdapat alat yang tehan
terhadap panas, maka dapat dilakukan sterilisasi menggunakan panas,
contohnya Ambu bag, ETT, handpiece, speculum.

c. Peralatan non kritikal


Adalah peralatan yang saat digunakan hanya menyentuh permukaan kulit
saja ( kulit utuh ), contohnya temsimeter, stethoscope, dan lain lain.

 Tahan pengelolaan
Pre cleaning di mulai pada tahap awal pembersihan dengan penyemprotan
( flushing ) menggunakan air mengalir atau direndam dengan larutan detergen,
dilanjutkan pembersihan ( cleaning ) dan pengeringan, berikut ini gambar alyr
dekontaminasi peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya yang ada di
Klinik Diana Permata Medika.

22
Gambar 8. Alur dekontaminasi peralatan perawatan pasien dan alat medis
lainnya

a) Proses sterilisasi pada peralatan kritikal.


Sterilisasi peralatan kritikal dapat menggunakan autoklaf atau panas kering
adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme ( bakteria, virus, fungi
dan parasit ) termasuk endospora dengan menggunakan uap tekanan tinggi,
panas kering (oven). Proses sterilisasi dilakukan dengan ketentuan, sebagai
berikut :
i. Jika menggunakan sterilisasi dengan pemanasan uap ( steam
sterilization or autoklaf )
 Pastikan temperatur uap maksimum, yaitu sekitar 250˚F (121˚C)
dengan tekanan 15 Psi ( Pounds Per Square Inch ) dalam waktu 15-
20 menit atau dalam suhu 273 ˚F (134˚C) dengan tekanan 30 Psi
dlaam waktu 3-5 menit.
 Proses sterilisasi dengan autoklaf membutuhkan waktu 30 menit
dihitung sejak suhu mencapai 121 ˚C.
 Semua instrumen dengan engsel dan kunci harus tetap terbukadan
tidak terkunci selama proses sterilisasi dengan autoklaf.
 Tulis tanggal sterilisasi dan kadaluwarsa pada kemasan setelah
dilakukan sterilisasi.

23
Gambar 9. Contoh sterilisasi uap

ii. jika menggunakan proses sterilisasi panas kering


( dry heat sterilization ), maka :
 pastikan semua instrumen kritikal sudah dibersihkan awal (pre-
cleaning) sebelum dilakukan proses sterilisasi.
 Penggunaan sterilisasi pemanasan kering pada temperatur 340˚F
(170˚C) dalam waktu 1 jm atau temperatur 320 ˚F (160 ˚C) dalam
waktu 2 jam.

Gambar 10. Contoh sterilisator panas kering

b) Proses desinfeksi peralatan semi kritikal


Desinfeksi peralatan semi kritikal dilakukan melalui proses DTT adalah
proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora
bakterial dihilangkan dengan merebus dan menguapkan atau memakai
desinfektan kimiawi. Disinfeksi dilakukan setelah proses pre-cleaning dan
cara pembersihan, sebagai berikut :
i. Proses DTT dengan perendaman dilakukan menggunakan cairan
disinfektan (natrium hypochlorite 5,25% yang ada di pasaran) atau
glutaraldehyde 2% atau peroxide hydrogen 6% selama 15-20 menit.
Pastikan seluruh permukaan peralatan terendam dalam cairan tersebut.
Lihat instruksi dari pabrikan sesuai disinfektan yang dipilih untuk
menjaga risiko kerusakan peralatan.
ii. Proses DTT dengan cara perebusan dan pengukusan dilakukan dalam
waktu 20 menit dihitung setelah air mendidih atau sampai terbentuknya
uap yang diakibatkan oleh air yang mendidih.

24
Gambar 11. Contoh peralatan desinfeksi tingkat tinggi (DTT)

c) Peralatan non Kritikal


Peralatan non kritikal adalah pengelolaan peralatan/bahan dan praktik yang
berhubungan dengan kulit utuh yang merupakan risiko terendah, proses
pencucian disinfeksi dan pembersihan pada peralatan non kritikal dengan
cara, sebagai berikut :
 Pencucian dilakukan dengan detergen dan air mengalir kemudian
keringkan dengan cara digantung, misalnya manset tensimeter dan
lain-lainnya.
 Desinfeksi dilakukan dengan alkohol swab 70% misalnya stetoscope,
termometer dan lain-lain.
 Pembersihan dilakukan menggunakan kain bersih yang sudah
dilembabkan (disemprot) dengan cairan klorin 0,05%, gosok dan lap
semua permukaan yang dibersihkan, misalnya permukaan tempat
tidur, meja dan lain-lain

DAFTAR NAMA CAIRAN DISINFEKTAN


DI KLINIK DIANA PERMATA MEDIKA

N NAMA ISI KEGUNAAN KETERANGAN


O
1. Alkohol  Ethanol Antiseptik kulit 70%
 Disinfeksi
instrument non kritis
 Disinfeksi peralatan
non medis

25
2. Betadin Povidon
Iodida Antiseptik kulit
3.  Bayclin  Natrium Disinfeksi air bersih  Tumpahan
Hipoklo  Dekontaminasitumpahan/percika darah 1%
rit n darah/cairan  Disinfeksi
 Disinfeksi linen putih linen dan
instrumen
0,5%
 Disinfeksi
peralatan
non medis
0,05%
4. Handscrub Klorheksidin
glukonat Antiseptik kulit
5. Lysol Trikresolum Disinfeksi kamar mandi, WC, Lantai 22 ml dalam 1 lt
6. Perhydrol Hydrogen Antiseptik luka 3% - 6%
peroksida

4. Pengelolaan Linen
Pengelolaan linen yang neliputi pengumpulan, pengangkutan, pemilihan dan
pencucian linen yang sesuai dengan prinsip dan standar PPI.
Talaksanaan linen terbagi menjadi linen infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius
adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya. Penatalaksanaan linen yang
sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati.

 Tujuan pengelolaan linen


Untuk mencegah infeksi silang bagi pasien dan petugas, menjaga ketersediaan
bahan linen dan mutu linen mengelola sumber daya agar mampu menyediakan
linen sesuai kebutuhan dan harapan pengguna layanan dengan memperhatikan
proses pembiayaan dan meningkatkan kepuasan pasien.

26
 Prinsip pengelolaan linen :
a. semua petugas yang terlibat dalam pengelolaan linen agar menerapkan
PPI.
b. Perlakukan linen disesuaikan dengan katagori kebersihan linen yang
terbagi sebagai berikut :
 linen bersih adalah linen yang sudah dilakukan proses pencucian
dan siap untuk pemakaian pelayanan non steril.
 Linen steril adalah linen yang sudah dilakukan sterilisasi.
 Linen kotor adalah linen yang sudah dipakai oleh
pasien/keluarga/petugas.
 Sedangkan linen infeksius adalah linen yang sudah terkontaminasi
darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.

 Prosedur pengelolaan linen :


a. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan
rumah tangga, gaun, masker dan sepatu tertutup).
b. Linen dipisahkan berdasarkan linen infeksius dan linen non infeksius,
pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau
petugas.
c. Semua linen non infeksius segera dibungkus/ dimasukkan ke dalam
kantong hitam di lokasi penggunaannya dan tidak boleh disortir atau dicuci
di lokasi dimana linen dipakai.
d. Linen infeksius harus dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan
diangkut secara berhati-hati agar tidak terjadi kebocoran.
e. Pastikan linen infeksius dan linen non infeksius sampai di laundry terpisah
dengan linen yang sudah bersih.
f. Linen infeksius seyogyanya langsung di cuci dan segera diberi disinfektan.
g. Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan
melalui 2 tahap yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan
Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%. Apabila dilakukan perendaman maka
harus diletakkan di wadah tertutup agar tidak menyebabkan toksik bagi
petugas.

5. Pengendalian Lingkungan
a) Kualitas Udara
Diperlukan pembatasan jumlah personil di ruangan dan ventilasi yang memadai.
27
b) Kualitas air
Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi baik menyangkut bau, rasa,
warna dan susunan kimianya
c) Permukaan lingkungan
Seluruh pemukaan lingkungan bebas debu, bebas sampah, bebas serangga (semut,
kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing dan tikus) dan harus
dibersihkan secara terus menerus, untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen
penyebab infeksi pada saluran napas, hindari penggunaan sapu injuk dan yang
sejenis, tapi gunakan cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan kering/
lantai). Larutan disinfektan yang biasa dipakai yaitu natrium hipoklorit 0,05-0,5%.

Kebersihan Ruang di lingkungan Klinik merupakan tindakan pembersihan secara


seksama yang dilakukan teratur meliputi :
- Disinfeksi tempat tidur, permukaan meja, peralatan dan benda-benda di lingkungan
sekitar pasien setiap hari.
- Pengepelan lantai meliputi seluruh permukaan dengan disinfektan standar klinik
setiap hari mimimal 2 kali/ hari
- Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap 6 (enam) bulan atau sesuai dengan
kondisi hunian ruangan.
- Pembersihan kamar mandi/ WC/ wastafel dilakukan setiap hari atau sewaktu-waktu
diperlukan dengan disinfektan sesuai standar.

d) Desain ruang rawat


- Tiap kamar tersedia HandRub dan jarak antara tempat tidur adalah minimal 1
meter
- Tersedia toilet dengan pintu mengarah buka keluar.
e) Jumlah, jenis pemeriksaan dan prosedur
- Kebutuhan ketersediaan alat medis dan APD berdasarkan jenis penyakit yang
ditangani.
- Lokasi penyimpanan peralatan medis dan APD di masing-masing unit pelayanan
harus mudah dijangkau, tempat penyimpanannya harus bersih dan steril terutama
peralatan medis harus steril.

6. Pengelolaan Limbah
Dalam pengelolaan limbah di Klinik Diana Permata Medika, limbah terbagi menjadi
beberapa jenis limbah :

28
a. Limbah Infeksius
Adalah limbah yang dihasilkan dari pelayanan pasien yang terkontamimasi darah,
cairan tubuh, sekresi dan eksresi pasien.

b. Limbah non infeksius


Adalah semua limbah yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan
eksresi. Limbah ini dapat berupa kertas-kertas pembungkus atau kantong dan
plastik yang tidak berkontak dengan cairan tubuh atau bahan infeksius.

c. Limbah benda tajam


Adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol
yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum suntik, perlengkapan
intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.

 Proses Pengelolaan Limbah berdasarkan jenis limbah :

a. Pengelolaan limbah infeksius.


i. Limbah infeksius dimasukan ke dalam tempat yang kuat, tahan air dan mudah
dibersihkan dengan kode infeksius/medis, didalam dipasang kantong berwara
kuning atau jika tidak memungkinkan maka beri label infeksius

Gambar 12. Contoh tempat limbah infeksius

ii. Penempatan limbah infeksius diletakkan dekat dengan area tindakan atau
prosedur tindakan yang akan dikerjakan.
iii. Limbah infeksius jika sudah menempati ¾ kantong sampah segera diangkat dan
diikat kuat dan tidak boleh dibuka lagi untuk mengeluarkan isinya guna
29
menghindari risiko peneluran infeksi, selanjutnya dibawa ke tempat
penampungan sementara. Tempat limbah dicuci dengan menggunakan larutan
detergen atau disinfektan, lalu dikeringkan selanjutnya dipasangi kembali kantong
plastik kuning yang baru.
iv. Pengelolaan limbah kimia biasa dalam jumlah kecil maupun besar harus diolah
ke perusahaan pengelolahan limbah B3. Bahan kimia dalam bentuk cair
sebaiknya tidak dibuang ke jaringan pipa pembuangan air limbah, karena sifat
toksiknya dapat mengganggu proses biologi yang ada dalam unit pengolahan air
limbah atau IPAL.
v. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor
atau gudang farmasi Kabupaten/Kota, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan
tidak memungkinkan dikembalikan, dapat dimusnahkan dengan cara di kubur
sesusai ketentuan peraturan perundang undangan.
vi. Pembuangan akhir limbah infeksius, dapat dimusnahkan dengan insenerator atau
bekerjasama dengan pihak ketiga. Jika bekerja sama dengan pihak ketiga maka
pastikan mereka memiliki perjanjian, fasilitas pengelolaan limbah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. pengelolaan limbah non infeksius


i. Limbah non infeksius ( non medis ) ditempatkan dalam tempat yang kuat, mudah
dibersihkan pada tempat sampah berlabel limbah non infeksius.
ii. Tempatkan kantong plastik warna hitam atau kantong plastik dengan label non
infeksius.

Gambar 13. Contoh tempat limbah non infeksius

iii. Limbah non infeksius jika sudah menempati ¾ kantong sampah segera diangkat
dan diikat kuat untuk dibawa ke tempat penampungan sementar dan tempat
limbah tersebut dibersihkan selnajutnya dipasangi kembali kantong plastik hitam
yang baru.

30
Iv pembuangan akhir limbah non infeksius dibuang di tempat pembuangan akhir
( TPA ) yang sudah ditentukan oleh pihak pemerintah daerah setempat.

c. pengelolaan limbah benda tajam


i. Semua limbah benda tajam dimasukan ke dalam kotak benda tajam ( safety box )
yang kuat, tahan air, tahan tusukan, berwarna kuning atau kotak benda tajam yang
diberi label limbah benda tajam.

Gambar 14. Contoh safety box

ii. Penempatan safety box, pada area yang aman dan mudah dijangkau atau
digantung pada troli tindakan. Tidak menempatkan safety box dilantai.
iii. Penempatan safety box dilakukan setelah kotak berisi 2/3 dengan menutup rapat
permukaan lobang box agar jarum tidak dapat keluar, jika dibuang dengan waktu
yang lama maka penggunaan safety box sesuai ukuran atau sesuai kebijakan FKTP
yang dibuat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
iv. Pembuangan akhir limbah benda tajam dapat dilakukan melalui pembakaran di
insenerator atau dikelola sama dengan limbah B3 lainnya.

d. Pengelolaan limbah cair.


i. Limbah cair yang berasal dari seluruh sumber bangunan atau kegiatan fasilitas
pelayanan kesehatan harus diolah melalui unit pengolah limbah cair (IPAL).
Efluen limbha cair harus memenuhi baku mutu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undagan sebelum dibuang.
ii. Limbah cair seperti feces, urin, darah dibuang pada pembuangan atau pojok limbah
( Spoel hoek ).
iii. Pastikan terdapat tempat penampungan limbah sementara yang terpisah atau
terletak di luar area pelayanan dengan ruangan tertutup.
Penyimpanan limbah tidak menempel dilantai (beri jarak menggunakan papan
penyanggah atau palet), dilakukan pembersihan secara rutin serta dikelola sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
31
7. Hygiene Respirasi/ Etika Batuk
Hygiene pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan
penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan
harus direkomendasikan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasan
untuk mencegah ekskresi sekret pernafasan (droplet nuclei).
Kunci PPI adalah mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi
kepada kontak yang tidak terlindungi, untuk penyakit yang ditransmisikan melaiui droplet
maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu dengan gejala gangguan
pada saluran napas.
Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran nafas harus :
1. Menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin.
2. Gunakan tisu/ saputangan untuk menutup batuk, buang tisu pasca pakai ke tempat
limbah infeksius.
3. Atau gunakan lengan baju bagian dalam untuk menutup batuk.
4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih mengalir dan sabun atau lakukan
alternatif cuci tangan menggunakan larutan handrub berbasis alkohol.
5. Gunakan masker kain/ masker medikal bila sedang batuk/ flu.

Penyuluhan Kesehatan dilakukan untuk memperkenalkan hygiene respirasi/ etika


batuk:
- Edukasi kepada semua petugas, pasien dan pengunjung dengan infeksi saluran
napas.
- Edukasi petugas, pasien, keluarga dan pengunjung akan pentingnya pengendalian
transmisi kandungan aerosol dan sekresi saluran nafas dalam mencegah
penularan infeksi saluran napas.
- Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alkohol handrub, wastafel, sabun
biasa/antiseptik, tissue towel), terutama pada area tunggu perlu diprioritaskan.

8. Praktek Menyuntik Yang Aman


Beberapa hal yang harus diperhatikan saat praktek menyuntik aman adalah sebagai
berikut:
- Tidak memakai ulang jarum suntik.
- Upayakan tidak memakai obat-obat/ cairan multidose.
- Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik pada pemberian injeksi.

32
- Segera buang jarum suntik habis pakai pada kotak tempat sampah khusus benda
tajam.
- Tidak melakukan recapping jarum suntik habis pakai.

9. Kesehatan Perlindungan Petugas Kesehatan


Upaya kesehatan dan perlindungan karyawan/ petugas kesehatan ditujukan kepada
seluruh karyawan baik yang berhubungan langsung dengan pasien maupun tidak.
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja meliputi :
a. Pemeriksaan berkala setiap 1 tahun sekali
b. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum)
c. Pengobatan dan atau konseling.

BAB IV
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu system di mana membuat asuhan pasien lebih
aman.Hal ini termasuk asesman risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
33
Tujuan system ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.Selain itu system keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta
budaya keselamatan pasien di klinik, meningkatkannya akuntabilitas Klinik terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di Klinik dan
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan
Pasien, dapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan focus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan system dan proses
pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui inmpementasi system keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan
pada system pelayanan.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien:


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program Keselamatan
Pasien.
2. Menyusun program keselamatan pasien jangka pendek
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien bagi jajaran manajemen dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)

34
6. Menetapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien seperti tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien (seperti tersebut diatas) dan melakukan
self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien klinik
8. Program khusus Keselamatan Pasien
9. Mengevaluasi secra periodik pelaksanaan program keselamatan pasien dan
kejadian tidak diharapkan.

D. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik dalam Upaya Keselamatan Pasien


Pencegahan dan pengendalian infeksi di klinik terkait langsung dalam upaya
keselamatan pasien, karena salah satu sasaran keselamatan pasien adalah
menurunkan risiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan. Keberhasilan program
dan pengendalian infeksi di klinik, merupakan salah satu bentuk nyata pelayanan yang
berfokus pada keselamatan pasien.

BAB V
PANDUAN PPI UNTUK PASIEN & PENGUNJUNG

A. Panduan PPI untuk Pasien


Pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu yang berfokus pada
keselamatan. Untuk itu, maka pasien juga perlu diberi edukasi agar bekerjasama
dengan Klinik mewujudkan standar pelayanan untuk pencegahan dan pengendalian
infeksi.
Pasien diberikan edukasi saat menunggu di area pendaftaran/ poliklinik melalui
program penyuluhan yang dikoordinasikan Tim PPI. Bentuk lain edukasi adalah
dengan banner, poster, leflet dll yang ditempatkan di area publik yang mudah terbaca
oleh seluruh pengunjung klinik dan di area tunggu pasien/ pengunjung.

35
Panduan PPI untuk Pengunjung:
1. Pengunjung/ pasien setelah tiba di Klinik direkomendasikan untuk melakukan
kebersihan tangan dengan menggunakan sabun cair dengan air mengalir atau
handrub yang sudah disediakan
2. Apabila pengunjung/ pasien batuk atau mengalami tanda atau gejala infeksi
pernafasan pada saat berada di ruang pendaftaran direkomendasikan
menggunakan masker
4. Berikan edukasi atau informasi mengenai etika batuk
5. Pengunjung/ pasien setelah keluar dari klinik direkomendasikan untuk melakukan
kebersihan tangan menggunakan sabun cair dengan air mengalir atau handrub
yang sudah disediakan.

Informasi berupa poster, leaflet, banner dll, entuk media edukasi disediakan untuk
pengunjung, ditempatkan di tempat/ area publik Klinik, dengan prioritas materi:
- Kebersihan tangan;
- Etika batuk dan higiene respirasi;
- Pemakaian masker untuk pasien/ pengunjung batuk;
- Kebersihan lingkungan
- Ketertiban membuang sampah
- Penggunaan APD sesuai potensi risiko penulara

BAB VI

PENUTUP

Keberhasilan sebuah bangsa dalam menegah atau meminimalisir terjadi kasus


penularan penyakit berkaitan dengan pelayanan yang diberika (HAIs) maupun penyakit
infeksi emerging sangat tergantung pada sejauh mana fasilitas pelayanan kesehatan
mampu menerapkan PPI secara konsisten dan berkesambungan, termasuk dalam fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama (Puskesmas, Klinik,TMPD/DG). Sebagaimana kita
ketahui bahwa FKTP di seluruh Indonesia jumlahnya sangat besar yakni sekitar 27.000-an
yang tersebar dari sabang sampai merauke. Oleh karena itu merupakan tantangan besar
yang memerlukan komitmen dan peran aktif semua pihak terutama jajaran dinas

36
kesehatan Kabupaten/Kota agar semua FKTP yang ada diwilayahnya mampu menerapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

Kepatuhan petugas menerapkan kebijakan, pedoman, aturan dan prosedur


merupakan kunci keberhasilan penerapan PPI. Meski demikian penerapan PPI harus
didukung oleh ketersediaan SDM, sarana dan Prasarana, Alkes, dan anggaran. Hal ini
merupakan tugas dan tanggung jawab manajerial dan pimpinan atau pengelola FKTP
termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain itu aspek pencatatan, pelaporan,
monitoring dan evalusi menjadi penentu keberlangsungan pelaksanaannya.

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah edukasi kepada pengguna layanan,
sasaran, keluarga dan masyarakat bagaimana pentingnya mengetahui praktik atau
perilaku yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi,
bagaimana mencegah atau memutus secara dini rantai penularan infeksi dimasyarakat
termasuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)

Pedoman PPI ini diharapkan menjadi acuan megelola pelayanan yang disediakan
oleh setiap FKTP, dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di FKTP,
sekaligus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan, peraturan perundang-
undangan, pedoman dan standar yang telah dikeluarkan oleh kementrian kesehatan.

Daftar pustaka

1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan


Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2017
2. Pedoman Manajerial Pencegahan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya, Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia, 2018
3. World Health Statictic, Monitoring Health For SDG,S WHO, 2018
4. Pedoman Pengelolaan Limbah Di Puskesmas, RS, RS Rujukan, Dan RS Darurat
Yang Menangani Pesien Covid19, Kesmas RI,2019.
5. Keputusan Menteri Kesehatan HK.0107/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Covid19, Kesmas 2020.

37
6. Permenkes No 52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di
Fasyankes Dan Buku Indikator Program Kesehatan Kerja Dan Olah Raga Tahun
2020-2024
7. WHO’s “my five moments for hand hygiene” (http://www.who.int/imtection-
prevention/tools/hand-hygiene/.acceseed may 29,2018)

38

Anda mungkin juga menyukai