Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SEMERAP
Jl. Raya Semerap Kecamatan Danau Kerinci Barat
Kode Pos 37173 e-mail: puskesmassemerap@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS SEMERAP
Nomor : 800/ / /PKMS/2024
TENTANG
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS SEMERAP

Menimbang : a. Bahwa program pencegahan dan pengendalian


infeksi dilaksanakan untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan
pelayanan kesehatan serta upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi
pada pasien,petugas,pengunjung,dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan;
b. bahwa tujuan program pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah meningkatkan
kualitas pelayanan difasilitas pelayanan
kesehatan sehingga melindungi sumber daya
manusia kesehatan,pasien,dan Masyarakat dari
penyakit infeksi yang terkait pelayanan
Kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b diatas perlu
ditetapkan Keputusan Kepala Puseksmas
Semerap tentang program pencegahan dan
pengendalian infeksi;

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Di Fasilitas kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia no 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Menunjuk dan menetapkan penanggung jawab


dan anggota tim pelaksana program Pencegahan
dan pengendalian Infeksi di Puskesmas Semerap
KEDUA : Program Pencegahan dan pengendalian infeksi
untuk mengidentifikasi dan meminimalkan
terjadinya infeksi terkait pelayanan kesehatan
yang didapat dan ditularkan diantara pasien, staf
karyawan, tenaga profesional kesehatan, tenaga
kontrak, tenaga sukarelawan, mahasiswa, dan
pengunjung dan Masyarakat sekitar fasilitas
kesehatan
KETIGA : Kegiatan mengidentifikasi dan mengurangi risiko
tertular dan menularkan infeksi diantara pasien,
petugas keluarga, Masyarakat, dan lingkungan
adalah melalui penerapan Kewaspadaan Isolasi
yang terdiri dari Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan transmisi di Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Semerap
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal
ditetapkan. Apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan Surat
Keputusan ini,akan ditinjau dan diadakan
perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Semerap
Pada Tanggal :

KEPALA PUSKESMAS SEMERAP

ELYAWATI
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS SEMERAP
NOMOR : 800/ /
/PKMS/2024
TENTANG
PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS SEMERAP

A. KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS SEMERAP
1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai SK
Kepala Puskesmas yang mempunyai tugas ,fungsi dan
kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manejerial PPI
Rumah Sakit da fasilitas pelayanan Kesehatan lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung dibawah
Kepala Puskesmas, yang disusun terdiri dari penaggung jawab,
sekretaris merangkap IPCN, dan anggota.
3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, petugas
laboratorium,perawat,bidan,petugas farmasi,ahli gizi,dan ahli
sanitasi.
4. Tim PPI dalam Menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman
Manejerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
6. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi hasil
survailance, kinerja tim dan menentukan tindak lanjut.
7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat bulanan kepada Kepala
Puskesmas ,managemen, staf medis,staf penunjang medis dan
umum.
8. Tim PPI harus mengevaluasi Kembali tindak lanjut yang telah
dilakukan pada bulan berikutnya.
9. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam
anggaran PPI

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI


PUSKESMAS SEMERAP
1. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI
a. Kebijakan Pelaksanaan Kewaspadaan Standar
a. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko
infeksi penyakit menular pada petugas Kesehatan baik dari
sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas
setiap petugas harus menerapkan kewaspadaan isolasi yang
terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi
c. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin yang
meliputi : kebersihan tangan,penggunaan alat pelindung diri,
(APD), pemrosesan peralatan perawatan pasien,
pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen,
pengelolaan limbah, perlindungan Kesehatan karyawan,
penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk),dan
praktek menyuntik yang aman. Pelaksanaan kewaspadaan
standar ditujukan kepada semua pasien.
d. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai
tambahan kewaspadaan standar pada kasus-kasus yang
mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara
(airborne), common vehicle ( makanan,air,
obat,alat,peralatan), dan vector ( lalat, nyamuk, tikus)
e. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas
Semerap selengkapnya diatur dalam pedoman dan prosedur,
sesuai kebijakan Kepala Puskesmas Semerap sebagai berikut
:
a. Kebersihan tangan /hand hygiene
1) Semua karyawan Puskesmas, pasien dan pengunjung
harus menjaga kebersihan tangan dengan melakukan
cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun atau
handscrub menggunakan cairan antiseptic berbasis
alcohol.
2) Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu :
sebelum kontak dengan pasien , sebelum melakukan
tindakan aseptic,setelah melakukan tindakan invasive
yang berhubungan dengan cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan pasien.
3) Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan
sabun dengan air mengalir. Bila tangan tidak tampak
kotor, cuci tangan dengan handscrub cairan antiseptik
berbasis alkohol.
4) Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6
langkah selama 40-60 detik, dengan prosedur yang
sesuai dengan rekomendasi WHO
5) Hanscrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol
dilakukan dengan benar 6 langkah selama 20-30
detik, dengan prosedur yang sesuai dengan
rekomendasi WHO
6) Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan
melalui survey INM ( Indikator Nasional Mutu )
terhadap seluruh petugas Puskesmas setiap bulan
7) Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit
kerja belum memenuhi standar dilakukan sosialisasi /
training ulang kebersihan tangan pada unit tersebut.
b. Pemakaian Alat Pelindung diri (APD)
1) Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang
dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi zat,
partikel padat, cair atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cidera atau penyebaran infeksi atau
penyakit
2) Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang
dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi
zat,partikel padat,cair atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cidera atau penyebaran infeksi atau
penyakit
3) Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien
yang berisiko menularkan penyakit infeksius wajib
memakai APD sesuai prosedur yang benar
4) Semua petugas yang melakukan Tindakan aseptic
harus memakai APD) sesuai dengan prosedur yang
benar
5) Jenis-jenis APD yaitu : sarung tangan, masker, alat
pengaman, pelindung wajah, dan visor), topi, gaun
pelindung, apron, pelindung kaki ( Sepatu boot karet
atau Sepatu kulit tertutup)
6) Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi
pemakaian dan kewaspadaan transmisi.
7) Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang
ditempat sampah infeksius yang telah disediakan,
sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali
dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.
c. Pengelolaan Limbah
1) Puskesmas berkewajiban menurunkan risiko infeksi
salah satunya dengan cara pengelolaan limbah yang
tepat.
2) Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari
identifikasi, pemisahan, labeling, packing,
penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai
jenis limbah.
d. Pengedalian Lingkungan
1) Pengendalian lingkungan merupakan salah satu upaya
pencegahan pengendalian infeksi di Puskesmas
Semerap
2) Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan
dapat diminimalkan dengan melakukan pembersihan
lingkungan, desinfeksi permukaan lingkungan yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik
dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih,
mempertahankan ventilasi udara yang baik.
e. Perlindungan Kesehatan Pegawai
1) Pegawai Puskesmas Semerap diwajibkan menerapkan
prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan
indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
2) Pegawai Puskesmas Semerap terutama karyawan
medis dan paramedis, berhak mendapatkan
pemeriksaan kesehatan berkala, vaksinasi covid- 19
3) Pegawai yang terpajan infeksi harus melakukan
prosedur paska pajanan, kemudian Tim PPI menindak
lanjuti dan mengevaluasi
4) Pegawai Puskesmas Semerap yang merawat pasien
menular melalui udara harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran, tindakan
pencegahan dan pengendalian infreksi yang sesuai
prosedur bila terpajan. Pegawai yang tidak terlibat
langsung dengan pasien diberi penjelasan umum
mengenai penyakit tertentu.
f. Praktek Menyuntik Yang Aman
1) Semua petugas medis dan paramedis Puskesmas
semerap wajib melakukan praktik menyuntik yang
aman sesuai dengan prosedur
2) Penyuntikan yang aman dilaksanakan dengan prinsip
satu spuit , satu jenis obat, satu prosedur
penyuntikan
3) Menerapkan aseptic Teknik untuk mencegah
kontaminasi ala-alat injeksi
4) Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap
digunakan sekali pakai karena jarum atau spuit yang
dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial
multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba
yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain
5) Gunakan cairan pelarut hanya untuk satu kali
(Nacl,WFI) jangan plabot cairan infus atau botol
larutan intravena sebagai sumber cairan pelarut obat
yang akan digunakan untuk banyak pasien
6) Gunakan single dose untuk obat injeksi
7) Jangan memanipulasi jarum suntik (me-recaping,
mematahkan,menekuk) dan segera buang kedalam
safety box jika sudah dipakai
g. Hygiene Respirasi (Etika Batuk)
1) Kebersihan pernafasan dan etika batuk adalah dua
cara penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi
di sumbernya
2) Semua pasien,pengunjung, dan petugas kesehatan
harus dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk
dan kebersihan pernafasan untuk mencegah seksresi
pernafasan
3) Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau
bersin tutup hidung dan mulut,segera buang tisu yang
sudah dipakai,lakukan kebersihan tangan
h. Pemrosesan peralatan perawatan pasien
1) Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang
dianjurkan untuk mengurangi penularan penyakit dari
instrument yang kotor, sarung tangan bedah, dan
barang-barang habis pakai lainnya adalah (
precleaning/ prabilas) pencucian dan pembersihan,
sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
sterilisasi
2) Precleaning/ prabilas: proses yang membuat benda
mati lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum
dibersihkan ( umpamanya menginaktivasi HBV, HBC,
dan HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan,
jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
Proses ini adalah dengan melakukan perendaman
dengan memakai detergen atau larutan enzymatic
sampai seluruh permukaan alat terendam
3) Pembersihan : proses yang secara fisik membuang
semua kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari
benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka
yang menyentuh kulit atau mengenai objek tersebut.
Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic,
membilas dengan air bersih dan mengeringkan
4) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilang
semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora
bakterial dari objek, dengan merebus , menguap atau
memakai desinfektan kimiawi
5) Sterilasasi : proses menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteria, virus, fengi, dan parasit)
termasuk endospora bakterial dan benda mati dengan
uap tekanan tinggi (otoklaf) , panas kering
(oven),sterilisasi kimiawi, atau radiasi
6) Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien
dilakukan sesuai prosedur
i. Penatalaksanaan Linen
1) Puskesmas berupaya mencegah terjadinya
kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
2) Kebersihan peralatan dan lingkungan menggunakan
desinfeksi yang sesuai
3) Semua linen yang sudah digunakan harus
dimasukkan kedalam kantong /wadah yang tidak
rusak saat diangkut
j. Penempatan Pasien
1) Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan
untuk melindungi pasien, pengunjung dan staf
terhadap penyakit menular dan melindungi pasien
yang immunosuppressed dan infeksi
2) Pasien dengan penyakit menular melalui udara
/airborne maupun melalui kontak ditempatkan dipoli
infeksius untuk mencegah transmisi lamgsung atau
tidak langsung
3) Pasien , pengantar pasien, pengunjung harus
menggunakan masker

b. Kebijakan Pelaksanaan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


1. Kewaspadaan Transmisi Kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien dipilih sesuai kasus infeksius bila
tidak mungkin kohorting, bila keduanya tidak mungkin
maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan
populasi pasien. Tempatkan dengan jarak >1 meter (3
kaki). Jaga jarak agar tidak ada kontaminasi silang
kelingkungan dan pasien lain.
b. Penggunaan APD petugas
1). Kenakan baju kerja (scrub suit)/ gown?
Gaun/celemek palstik sekali pakai saat memberikan
perawatan langsung kepada pengguna layanan.
Lepaskan tanpa menyentuh area yang
terkontaminasi. Buang limbah infeksius sesuai
prosedur yang telah ditetapkan
2). Kenakan sarung tangan sekali pakai saat
memberikan perawatan langsung kepada pengguna
layanan
3) Lepaskan sarung tangan tanpa menyentuh area yang
terkontaminasi, buang sebagai limbah infeksius
c. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk
1 pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama
Bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai untuk pasien
lainnya
2. Kewaspadaan Transmisi Droplet
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien diruang terpisah, bila tidak mungkin
kohorting. Bila keduanya tidak mungkin, buat pemisah
dengan jarak >1 meterdan jarak dengan pengunjung.
Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan
khusus terhadap udara dan ventilasi
b. Transport Pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari
pasien dengan mengenakan masker pada pasien dan
menerapkan hygiene respirasi dan etika batuk
c. Penggunaan APD Petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter
terhadap pasien, saat kontak erat, masker seyogyanya
melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuki
ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas. Masker
bedah dan dilakukan fit test, gunakan maskes N95 pada
Tindakan yang menghasilkan aerosol, pada pasien
dengan gangguan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
atau pada Tindakan Nebulizer dan lain-lain.
d. Pengeloaan peralatan perawatan pasien
Bersikan dan desinfeksi sebelum dipakai pasien lain
3. Kewaspadaan Transmisi Udara (airborne)
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien diruang terpisah yang mempunyai
pertukaran udara 6-12 x /jam sebelum udara mengalir
keruang atau tempat lain di Puskesmas
b. Transport Pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau
diperlukan saja. Saat pemeriksaan pasien dapat diberi
masker bedah untuk cegahmenyebarnya droplet nuclei
c. Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada
efisiensi 95%) saat kontak dengan pasien atau suspek TB
paru, covid-19. Orang yang rentan seharusnya tidak
boleh masuk kontak dengan pasien yang diketahui atau
suspek campak, cacar air kecuali petugas yang telah
imun. Bila terpaksa harus kontak maka harus
mengenakan masker respirator untuk pencegahan
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul
aerosol maka APD yang digunakan adalah masker N95,
gaun, goggle/penutup wajah, dan sarung tangan
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman
TB OCD “Guideline for Preventing of Tuberulosis in
healthcare Facilities” Bersihkan dan desinfeksi sebelum
dipakai untuk pasien lain.

2. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PETUGAS


a. Semua anggota Tim PPI Puskesmas Semerap wajib memiliki
sertifikat Pelatihan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Tingkat Dasar
b. Semua pegawai baru Puskesmas Semerap baik tenaga medis
maupun non medis wajib menjalani program orientasi pagawai
baru baik orientasi umun maupun khusus yang salah satu
materinya adalah pelatihan tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
c. Semua pegawai Puskesmas Semerap wajib mengikuti pelatihan
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Tingkat Dasar ( bagi
yang belum pernah pelatihan) secara bertahap yang
diselenggarakan oleh Tim PPI
d. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang
mengikutsertakan seluruh pegawai Puskesmas, pasien dan
keluarga serta pengunjung lainnya
e. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada
pegawai Puskesmas, pasien dan keluarga serta pengunjung
lainnya

3. PENCEGAHAN INFEKSI PADA PEMASANGAN ALAT KESEHATAN


a. Kebijakan upaya pencegahan pada pemberian alat bantu
pernafasan
1) Pastikan satu selang oksigen untuk satu pasien, flow meter
dan humidifier harus dalam kondisi bersih dan kosong
2) Hidupkan tabung oksigen dan atur posisi semifowler atau
yang sesuai dengan kondisi pasien, berikan oksigen melalui
kanula atau masker dengan aliran oksigen sesuai
kebutuhan pasien, hindari risiko iritasi pada selaput
mukosa hidung
3) Pastikan selang oksigen tidak terkontaminasi dengan
lingkungan atau benda infeksius sebelum dipakai oleh
pasien karena akan terjadi risiko infeksi saluran pernafasan
4) Selang oksigen (oksigen mask) yang tidak terpakai , dan
jika akan dipergunakan Kembali harus dilakukan desinfeksi
lalu keringkan, bungkus dan simpan dalam tempat bersih
dan kering
5) Selang oksigen adalah single use, namun pada kondisi
tertentu dapat dilakukan dekontaminasi sesuai peralatan
semikritikal yang ditetapkan
6) Selang oksigen yang sudah tidak terpakai lagi dibuang
ketempat pembuangan limbah infeksius ( sebaiknya dirusak
terlebih dahulunsebelum dibuang)
7) Pastikan selang oksigen yang sudah tidak dipergunakan
lagi, tidak tergantung pada flowmeter oksigen (segara
dilepas)
8) Pastikan tabung humidifier segera dibersihkan setelah
dipakai oleh pasien dan selalu dalam kondisi kosong dan
bersih sebelum dipergunakan oleh pasien
b. Kebijakann pada upaya pencegahan pada perawatan luka
1) Untuk teknik pembersihan luka lakukan pembersihan dari
bagian atas kebawah atau bagian Tengah keluar
2) Pada luka terkontaminasi, bersihkan mulai dari daerah
ferifer ketengah (gerakan memutar untuk membersihkan
luka adalah melingkar )
3) Gunakan satu kapas usap /kasa untuk satu kali usapan,
buang kedalam kantung plastic setelah mengusap, jangan
menyentu kantung plastic dengan forcep
4) Bila ada secret,bersihkan sekitarnya mulai dari bagian
tengah mengarah keluar dengan gerakan melingkar dan
hati-hati untuk tidak merusak granulasi yang baru tumbuh
pada area luka
5) Keringkan luka menggunakan kasa dengan gerakan yang
sama
6) Gunakan penutup luka steril,tipis dengan tujuan agar
terjadi oksigenasi luka dan ganti jika basah,kotor atau lepas
7) Semua limbah yang dihasilkan dari perawatan luka adalah
infeksius
8) Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan
dengan seksama, luka dapat ditutup atau dijahit
9) Luka tidak boleh ditutup bila telah lebih dari 24 jam, luka
sangat kotor atau terdapat benda asing, atau luka akibat
gigitan nyamuk
10) Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup dengan
menggunakan kasa lembap
c. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Daerah Operasi
1) Pastikan ruang tindakan bersih, tertata baik, sirkulasi
udara baik ( minimal menyerupai semi kamar bedah jika
memungkinkan )
2) Pencukuran rambut harus dihindari kecuali jika rambut
dapat mengganggu prosedur operasi
3) APD sesuai indikasi dan jenis pajanan
4) Dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah
diantara 140-200 mg/dl (7,8-11,1 mmol/L) pada pasien
diabetes maupun bukan diabetes yang hendak menjalani
operasi
5) Batasi jumlah orang didalam ruang tindakan
6) Antiseptik permukaan kulit dilakukan dengan
menggunakan alkohol 70% atau isodine tincture 2 %
( manfaat iodine atau clorexidien dan larutan alkohol untuk
memperpanjang aktivitas bakterisidal)
7) Hindari penggunaan antimikroba untuk mengirigasi luka
insisi sebelum penutupan untuk menekan risiko IDO
karena tidak terdapat cukup bukti untuk menganjurkan
penggunaan atau tidak menggunakan irigasi larutan garam
steril atau antiseptic terhadap luka insisi sebelum
penutupan luka
8) Jangan memberikan bubuk vankomisin (antimikroba)
kedaerah sayatan pembedahan untuk mencegah infeksi
daerah operasi
9) Peralatan digunakan sesuai dengan kriteria alat kritikal,
semikritikal, atau non kritikal
10) Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan
dressing dan penatalaksanaan luka
11) Melepaskan dressing (penutup luka) lebih awal (<48
jam ) untuk mempercepat proses oksigenasi untuk
penyembuhan luka,jika diperlukan gunakan dressing yang
tipis
d. Kebijakan pada upaya pencegahan pada terapi inhalazi
nebulizer
1) Selang oksigen, masker dan nebulizer kit adalah alat
Kesehatan sekali pakai, jika tidak memungkin maka dapat
dipergunakan kembali oleh pasien yang sama namun harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan dekontaminasi melalui
perendaman cairan enzymatic 0,8% atau detergen selama
10 -15 menit keringkan kemudian bungkus dengan plastik
transparan simpan ditempat kering dan tertutup dan
alcohol swab 70%
2) Semua peralatan yang sudah dibersihkan disimpan
ditempat yang kering, bersih dan tidak menempatkan
dilantai atau permukaan yang kotor
3) Penggunaan cairan dan obat yang dicampurkan dalam
cairan nebulizer idealnya sekali pakai, namun jika harus
berbagi dengan pasien lain maka lakukan teknik aseptik
lalu segera membagikannya pada waktu yang sama (tidak
menyimpan)
4) Semua limbah yang dihasilkan setelah pemakaian dianggap
limbah infeksius

4. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG BIJAK


a. Puskesmas membatasi penggunaan beberapa antibiotic tertentu
yang dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksius
nasokomial yang resisten terhadap obat yang lazim dipakai
b. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap
pemakaian obat-obatan lainnya seperti kortiko steroid,
imunosupresan dan lain-lain

5. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVAILANS


a. Tim PPI Menyusun dan menerapkan program komprehensif
untuk mengurangi risiko dari infeksi terkait pelayanan
kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan Kesehatan dan
pengunjung termasuk mengembangkan program surveillance
infeksi yang relevan, yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan, terintegrasi dengan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang
berhubungan dengan masalah infeksi
b. Surveilans HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data
yang sistematis, analisis dan interpretasi yang terus menerus
dari data HAIs yang penting untuk digunakan dalam
perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan pencegah dan pengendalian infeksi di
Puskemas yang didesiminasikan secara berkala kepada pihak-
pihak yang memerlukannya
c. Metode yang digunakan adalah metode survailans target yang
meliputi surveilans proses dan surveilans hasil
d. Surveilans dilakukan oleh Tim PPI
e. Laporan hasil surveilans dibuat setiap bulan dan tahunan yang
dibuat oleh Tim PPI yang diserahkan kepada Kepala
Puskesmas
f. Hasil surveilans disosialisasikan kepada seluruh pegawai
melalui rapat 3 bulanan,kemudian evaluasi bersama untuk
mendapatkan Solusi dan tindak lanjut
g. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan Analisa dan tindak
lanjut
h. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi
pada bulan berikutnya

6. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAM ALAT UNTUK PPI


a. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang
pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan
b. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh unit
Farmasi

7. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


a. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang
menyangkut konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan
prinsip PPI
b. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan
penaggung jawab pemeliharaan sarana dan prasarana
Puskesmas
c. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas
udara secara berkala untuk mengurangi risiko infeksi selama
Pembangunan/ renovasi

8. KEBIJAKAN KESEHATAN PEGAWAI


a. Pegawai Puskesmas Semerap diwajibkan menerapkan prinsip-
prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari
b. Pegawai yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur
paska pajanan, kemudian Tim PPI menindak lanjuti dan
mengevaluasi
9. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA(KLB)
a. Tim PPI segera melakukan investigasi atau KLB nasokomial
b. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala
Puskesmas
c. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk
memisahkan area infeksius dan non infeksius karena
p[otensial menyebarkan infeksi
d. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan
APD sesuai dengan kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berbasis transmisi
e. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung Meletus,
gempa bumi dan sebagainya Tim PPI harus sigap melakukan
pencegahan infeksi, misalnya membagikan masker, menutup
ruangan, pembersihan ryangan secara berkala dan lain-lain

10. KEBIJAKAN PELAYANAN DALAM GEDUNG FKTP


Penerapan PPI pada pelayanan kesehatan yang dilakukan
dipelayanan pendaftaran dan rekam medis, pelayanan
pemeriksaan umum, pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
pelayanan ruang tindakan, pelayanan kesehatan keluarga,
pelayanan gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit, pelayanan kefarmasian, pelayanan laboratorium,
pelayanan fisiotherapy, pelayanan psikolog dimaksudkan
pemeriksaan Kesehatan perseorangan sesuai keluhan dan
kebutuhan pasien (sakit) maupun pelayanan konsultasi
Kesehatan (sehat) mencakup pelayanan kuratif (pengobatan atau
pemulihan Kesehatan) dengan atau tanpa pelayanan promotive
( konseling atau penyuluhan ), preventif ( imunisasi, edukasi PPI
dan lain-lain ), pengelolaan penyelematan nyawa pasien,
mencakup pra-fasilitas, triase, resusitasi, stabilitasi awal, dan
evaluasi serta rujukan sesuai dengan prinsip dan prosedur PPI

11. KEBIJAKAN PELAYANAN LUAR GEDUNG FKTP YANG BERSIFAT


UKM DAN UKP
a. Penerapan PPI pada pelayanan luar gedung dimaksudkan agar
kegiatan yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan
mengelola data untuk kepentingan perncanaan, pengelolaan
dan monitoring pelayanan, kegiatan penemuan kasus baik
secara aktif ( active case finding ) maupun secara pasif yang
dilakukan oleh petugas kepada sasaran atau Masyarakat,
semua kegiatan yang dilakukan dengan mengunjungi sasaran
atau rumahnya dalam rangka pelaksanaan program atau
pelayananan, distribusi dan pemberian obat dan makanan
tambahan, penyuluhan, di FKTP sesuai dengan prinsip dan
prosedur PPI.
b. Ruang lingkup kegiatan
1) Kegiatan pencatatan dan kunjungan keluarga dalam
pelaksanaan PIS-PK
2) Kesorga : pengukuran kebugaran jasmani anak sekolah,
pengukuran kebugaran jasmani jamaah haji, pengukuran
jasmani ASN
3) Pelayanan gizi ( deteksi dini/ penemuan kasus gizi
dimasyarakat
4) Pelayanan KIA : penjaringan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui dan bayi, balita
5) Pelayanan UKS / UKGS ( pemeriksaan dan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut )
6) Kunjungan keluarga rawan ( Perkesmas, Posbindu, dan
lain-lain), kunjungan rumah atau sasaran pelayanan P2P
TB, P2P HIV AIDS, P2P PTM, P2P Kusta, dan lain-lain.
7) Kunjungan rumah terkait kesling dan mencegah dan
mengendalikan penyakit berbasis lingkungan ( TB, diare,
ISPA, DBD dan lain-lain)
8) Sweeping sasaran : penimbangan, pelayanan imunisasi
dasar lengkap di Posyandu, pelayanan imunisasi bulan
imunisasi anak sekolah (BIAS), pelayanan imunisasi
Tetanus.
9) Tindakan medis lainnya, seperti : pemeriksaan perawatan
luka, misalnya UKK dan lain.

KEPALA PUSKESMAS
SEMERAP

ELYAWATI

Anda mungkin juga menyukai