MANAJEMEN RISIKO
RS TELAGA BUNDA
BIREUEN
2018
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TELAGA BUNDA
NOMOR : 333/RSTB/DIR-SK/V/2018
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN MANAJEMEN RESIKO DI RUMAH SAKIT
TELAGA BUNDA
i
8. Peraturan Direktur RS No 088/RSTB/Dir-SK/XII/2017 tentang
Kebijakan Perubahan Dokumen dan Pokja Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2012 ke Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi I (SNARS
Ed. I) pada RS Telaga Bunda.
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Bireuen
pada Tanggal 28 Mei 2018
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah kami panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, atas rahmat
dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Manajemen Risiko Rumah
Sakit Telaga Bunda ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Panduan ini merupakan
hasil kerjasama antara Subkomite Manajemen Risiko, Komite PMKP Rumah Sakit Telaga
Bunda, yang dapat digunakan dengan mudah dan benar disesuaikan dengan perkembangan dan
kebutuhan yang terjadi.
Harapan kami Panduan Manajemen Risiko Rumah Sakit ini dapat membantu seluruh
perangkat rumah sakit yang berkepentingan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.
Panduan Manajemen Risiko Rumah Sakit ini disusun dengan itikad baik yang
terkandung di dalamnya guna meningkatkan mutu pelayanan kami terhadap pasien walaupun
masih jauh dari kata sempurna. Namun tidak lupa juga kami mengharapkan masukan berupa
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan buku ini pada edisi berikutnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
I. Latar Belakang
Manajemen risiko merupakan bagian integral dari sebuah manajemen organisasi yang
baik. Setiap organisasi berkewajiban untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko
strategis dan operasional yang penting. Rumah Sakit Telaga Bunda sebagai suatu organisasi
kerja yang kompleks juga berkewajiban dan membutuhkan sebuah sistem manajemen risiko
untuk memastikan kualitas pelayanan yang prima. Hal ini mencakup seluruh area baik
manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat pelayanan, juga area klinis.
Untuk itu, rumah sakit perlu memastikan adanya sistem yang kuat dan terpadu yang dapat
menjamin terlaksananya program untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Hal ini
meliputi setidaknya dua hal:
Identifikasi proaktif dan pengelolaan risiko-risiko utama yang dapat mengancam
pencapaian sasaran-sasaran rumah sakit.
Reaktif, atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, dan insiden,
serta responsif terhadap laporan atau audit internal atau eksternal.
Tidak adanya sistem manajemen risiko yang terpadu dan terintegrasi di Rumah Sakit
Telaga Bunda sebelumnya menyebabkan banyak risiko baik di bidang fungsional maupun
manajerial tidak dapat diidentifikasi lebih awal, ataupun risiko-risiko yang sebenarnya telah
teridentifikasi namun tidak dikelola dengan baik. Kedua hal ini pada akhirnya menyebabkan
banyak kerugian terhadap fungsi dan bisnis rumah sakit secara umum. Untuk itu, dengan
adanya panduan manajemen risiko ini diharapkan program manajemen risiko di Rumah Sakit
Telaga Bunda dapat dikelola dengan baik sejak dari proses identifikasi hingga dokumentasinya.
Selain itu diharapkan panduan manajemen risiko ini juga dapat menjadi bukti komitmen
Rumah Sakit Telaga Bunda kedepannya dalam menerapkan manajemen risiko yang bertujuan
untuk meminimalisir risiko terhadap semua pihak yang terlibat di dalamnya melalui suatu
sistem pengendalian internal yang komprehensif, sembari tetap mempertahankan fleksibilitas,
1
inovasi, dan praktik terbaik dalam menjalankan misinya untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Melalui mekanisme pengendalian internal dan juga prosedur-
prosedur yang telah ditetapkan, program ini didesain untuk menemukan dan menganalisis
risiko-risiko strategis, finansial, kualitas, reputasi, hukum dan legalitas, serta kesehatan dan
keselamatan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan dari pasien, staf, dan masyarakat
secara umum dalam menjalankan fungsi Rumah Sakit Telaga Bunda sebagai instansi pemberi
layanan klinis yang berorientasi pasien.
II. Tujuan
1. Memberikan panduan sistem manajemen risiko yang baku dan berlaku di Rumah
Sakit Telaga Bunda.
2. Memastikan sistem manajemen risiko berjalan dengan baik agar proses identifikasi,
analisa, dan pengelolaan risiko ini dapat memberikan manfaat bagi keselamatan
pasien dan peningkatan mutu rumah sakit secara keseluruhan.
3. Mengembangkan pelaksanaan manajemen risiko yang diintegrasikan dengan
Clinical Governance sehingga memberi kepastikan diberlakukannya Corporate
Governance dengan baik.
4. Membangun sistem monitoring dan komunikasi serta konsultasi yang efektif demi
tercapainya tujuan diatas dan penerapan yang berkesinambungan.
5. Panduan ini secara khusus juga akan memperjelas peran, tugas, dan tanggung jawab
staf RS dalam hal pelaksanaan manajemen risiko.
III. Pengertian
1. Risiko adalah peluang/probabilitas timbulnya suatu insiden yang akan berdampak
merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan menurunkan
mutu pelayanan.
2. Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian
pelayanan pasien yang bermutu tinggi, aman, dan efektif.
3. Risiko nonklinis/corporate risk adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap
tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.
4. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai, dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
2
dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan
evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugin pada pasien, karyawan rumah
sakit, pengunjung, dan organisasinya sendiri.
5. Manajemen risiko terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis, dan
pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien.
Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua jenis pelayanan di rumah
sakit pada setiap level.
6. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
IKP terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).
7. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien.
8. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah insiden yang berpotensi menimbulkan
cedera pada pasien tapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada
cedera pada pasien.
9. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetap ternyata tidak menimbulkan
cedera pada pasien,
10. Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tapi belum terjadi.
11. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah
mengakibatkan kematian atau cedera fisik/psikologis serius, atau kecacatan pada
pasien. Termasuk di dalam kejadian sentinel antara lain: kematian yang tidak dapat
diantisipasi dan tidak berhubungan dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau
kondisi medis dasar pasien; bunuh diri, kehilangan permanen dari sebagian besar
fungsi tubuh yang tidak berhubungan dengan penyakit dasar pasien; pembedahan
yang salah lokasi/salah prosedur/salah pasien; penculikan bayi atau bayi yang
dibawa pulang oleh orang tua yang salah.
12. Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, menganalisis, dan
mengantisipasi/mengelola/mengendalikan insiden secara berkesinambungan.
13. Risiko sisa adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian/tindakan dilakukan.
3
14. Penilaian risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi
terjadi dalam pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan
derajat (grading) kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko
tersebut.
15. Penilai risiko adalah anggota dari staf (manajer atau yang lain) yang telah
menghadiri pelataihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen
untuk memastikan bahwa tiap unit kerja memiliki paling sedikit satu penilai risiko
yang terlatih.
1. Seluruh anggota staf Rumah Sakit Telaga Bunda memiliki tanggung jawab pribadi
dalam hal pelaksanaan manajemen risiko, dan seluruh tingkatan manajemen harus
mengerti dan mengimplementasikan strategi dan kebijakan mengenai manajemen
risiko yang tertuang dalam panduan ini.
4. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit Telaga Bunda
a. Meninjau daftar risiko rumah sakit dan memberi rekomendasi untuk
menurunkan skor risiko.
b. Meninjau risiko-risiko ekstrim, tindakan, pengendalian, dan menyoroti area-
area utama kepada masing-masing kepala unit kerja terkait.
5
6. Tim Penilai Risiko
Penilai risiko harus dipilih oleh Kepala Unit Kerja untuk memastikan bahwa penilai
risiko yang dipilih mempunyai keterampilan kerja, pengetahuan, dan pengalaman
yang memadai untuk memenuhi perannya. Staf yang berminat pada peran sebagai
penilai risiko harus mendiskusikan peran tersebut dan mendapat persetujuan dari
Kepala Unit Kerja. Penilai risiko bertanggung jawab:
a. Menghadiri pelatihan penilai risiko dan pemutakhiran yang diselenggarakan
oleh Subkomite Manajemen Risiko.
b. Menilai risiko di area kerja mereka menggunakan Form Penilaian Risiko,
mengidentifikasi seluruh risiko yang penting terlebih dahulu dan memastikan
bahwa Kepala Unit Kerja mengambil perhatian terhadap risiko tersebut.
c. Memastikan bahwa mereka menyimpan dokumen penilaian risiko yang asli dan
memberikan satu salinan kepada Kepala Unit Kerja untuk disimpan dalam arsip.
d. Menunjukkan bukti penilaian dan rencana tindakan yang lengkap dengan jadwal
waktu penyelesaian.
e. Jika penilai risiko memandang bahwa penilaian risiko mereka tidak memperoleh
perhatian yang memadai, mereka harus menghubungi Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk meminta nasehat.5.
6
5) Melakukan validasi seluruh penilaian risiko yang dilakukan, dan
melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi sampai
pada tingkat terendah yang mungkin dicapai.
6) Melengkapi Form Penilaian Risiko (meninjau /menyetujui pemeringkatan
matriks: menyatakan tindakan apa yang diperlukan/diambil untuk
menurunkan risiko sampai pada tingkat terendah yang mungkin dicapai).
7) Jadwal waktu untuk memulai/meningkatkan langkah pengendalian (pada
tingkat berapa risiko sisa tertinggal setelah pelaksanaan
tindakan/peningkatan langkah pengendalian: apakah risiko perlu
dimasukkan ke dalam daftar risiko unit kerja /rumah sakit).
8) Penyediaan informasi yang sesuai dan memadai, pelatihan, dan supervisi
bagi staf untuk mendukung penurunan risiko (hal ini mencakup bahwa
seluruh staf menghadiri training wajib yang terkait).
9) Memelihara catatan penilaian risiko yang dilaksanakan dan untuk mencatat
perkembangan dan kinerja dibandingkan tindakan perbaikan yang
direncanakan.
10) Kepala unit kerja harus mengingatkan tim manajemen risiko jika penilai
risiko meninggalkan/tidak lagi memenuhi perannya, sehingga tim
manajemen risiko mempunyai tanggung jawab untuk memutakhirkan data
penilai risiko organisasi.
11) Berkoordinasi dengan unit kerja lain di dalam rumah sakit.
12) Dalam keadaan dimana rencana untuk mengelola risiko berada di luar
kewenangan Kepala Unit Kerja atau dimana ada implikasi sumber daya
yang besar, risiko akan diprioritaskan oleh Direktur Rumah Sakit.
13) Memastikan bahwa penilaian risiko divalidasi ulang pada jangka waktu
yang sesuai atau mengikuti perubahan keadaan. Frekuensi peninjauan akan
bervariasi mengikuti tingkat sisa risiko .
8
1. Menentukan Konteks
a. Mengidentifikasi dan memahami kegiatan operasional di lingkungan Rumah
Sakit Telaga Budna dan strategi program manajemen risiko layanan kesehatan
yang efektif.
b. Menetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen
risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko, dan konsekuensi potensial
yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal.
Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian dari
organisasi Rumah Sakit dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus
ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan
sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara.
Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara mendalam,
harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup pelayanan yang
banyak masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifiik, unit pelayanan,
fungsi, atau area proyek.
10
Tabel 1. Tingkat risiko berdasarkan peluang/frekuensinya.
0-5%
1
HAMPIR TIDAK MUNGKIN TERJADI
Sangat Rendah
>5 tahun/kali
6-20%
2
JARANG TAPI BUKAN TIDAK MUNGKIN TERJADI
Rendah
2-5 tahun/kali
21-50%
3
MUNGKIN TERJADI/BISA TERJADI
Menengah
1-2 tahun/kali
51-80%
4
SANGAT MUNGKIN
Tinggi
Beberapa kali/tahun
81-100%
5
HAMPIR PASTI AKAN TERJADI
Sangat Tinggi
Tiap minggu/bulan
Berkurangnya
Cedera luas
Dapat diatasi fungsi motorik/
ATAU
CIDERA dengan sensorik ATAU
Tidak ada cedera kehilangan Kematian
PASIEN pertolongan setiap kasus yang
fungsi utama
pertama meperpanjang
permanen
perawatan
PELAYANAN/ Terhenti lebih dari Terhenti lebih Terhenti lebih dari 1 Terhenti lebih Terhenti
OPERASIONAL 1 jam dari 1 hari minggu dari 1 minggu permanen
Kerugian
Kerugian lebih
BIAYA/ Kerugian lebih dari lebih dari Kerugian lebih
Kerugian kecil dari 0,1%
KEUANGAN 0,25% anggaran 0,5% dari 1% anggaran
anggaran
anggaran
Media
Media lokal
Media lokal DAN nasional Media nasional
PUBLIKASI Rumor DAN dalam
dalam waktu lama kurang dari 3 lebih dari 3 hari
waktu singkat
hari
Dampak
Dampak kecil Dampak bermakna
serius
terhadap moril terhadap moril
terhadap moril Menjadi masalah
REPUTASI Rumor karyawan dan karyawan dan
karyawan dan berat bagi PR
kepercayaan kepercayaan
kepercayaan
masyarakat masyarakat
masyarakat
11
Untuk risiko/insiden dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup
dengan investigasi sederhana, sedangkan untuk kategori kuning hingga merah
perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root cause
analysis) untuk insiden yang sudah terjadi atau HFMEA (healthcare failure mode
effect analysis) untuk risiko potensial.
12
Keterangan :
Low Risk : Dapat diselesaikan sesuai dengan SOP. Risiko
umumnya dapat diterima.
Moderate Risk : Manajer/kepala unit kerja harus menilai konsekuensi
terhadap biaya yang dibutuhkan untuk menangani risiko
tersebut.
High Risk : Harus dilakukan peninjauan kembali secara mendetail
oleh manajemen pada tingkatan yang lebih tinggi, dan
tindakan yang bersifat urgensi harus segera diambil.
Extreme Risk : Langkah peninjauan kembali dan tindakan yang diambil
harus dilakukan oleh level yayasan. Laporan risiko
harus sampai kepada direktur.
13
Angka kejadian
14 5 2 10
ILO
Petugas tidak cuci
15 5 2 10
tangan
Terjadi
16 5 2 10
kebakaran/gempa
Rawat inap
17 2 3 6
infeksius
Risiko tersetrum
18 listrik (ada 3 2 6
instalasi listrik)
Pasien pulang
tanpa
19 2 2 2
sepengetahuan
perawat
Keterangan :
a. Define options (jabarkan pilihan-pilihan yang ada) : Langkah pertama dalam pelaksanaan
CBA adalah mengidentifikasi pilihan-pilihan alternatif yang dapat dipertimbangkan.
Pilihan-pilihan ini hanya dispesifikkan pada masalah dan konteks tertentu, tetapi pada
situasi lainnya dapat pula mempertimbangkan aspek yang lebih luas seperti rencana
investasi, projek, kebijakan, dan rencana pengembangan. Setiap pilihan tersebut harus
memiliki deskripsi yang jelas dan terperinci sesuai dengan penjelasan selanjutnya.
14
b. Identify cost and benefit (identifikasi biaya dan manfaat). Langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi seluruh dampak negatif (biaya) dan dampak positif (manfaat) dari setiap
pilihan. Jika terdapat data yang lengkap, akan lebih baik jika ikut disertakan juga batas-
batas waktu dan area kerja dari pilihan yang dianalisis. Misalnya pada suatu area kerja,
biaya dan manfaat yang ditimbulkan apakah akan memiliki nilai yang berbeda setelah
suatu periode waktu.
c. Identify the distribution of impacts (identifikasi sebaran dari dampak yang dihasilkan).
Besaran biaya dan manfaat dari pilihan-pilihan alternatif tidak akan terdistribusi secara
merata antara setiap karyawan atau unit yang ikut terkena dampak dari pilihan yang akan
diambil. Oleh karena itu, sebaran biaya dan manfaat (serta potensi dibutuhkannya
kompensasi) menjadi faktor pertimbangan penting apakah kebijakan mengenai risiko
tersebut dapat diterapkan.
d. Quantify costs and benefits in physical units (hitung biaya dan manfaat menurut
unit/satuan fisik). Setiap biaya dan manfaat selanjutnya dihitung menurut satuan fisik yang
relevan setiap tahunnya dimana perubahan dari biaya dan manfaat dari unit fisik tersebut
dapat terjadi.
e. Value cost and benefits in monetary units (hitung biaya dan manfaat menurut
pertimbangan keuangan). Setiap biaya dan manfaat dikalkulasikan menurut pertimbangan
keuangan yang dinamis setiap tahunnya selama pilihan tersebut diterapkan.
f. Calculate present values (hitung nilai sekarang). Penghitungan nilai sekarang (present
value, PV) melibatkan nilai jangka waktu yang dapat terjadi pada tahun-tahun berikutnya.
Setiap nilai sekarang dari biaya dan manfaat per tahunnya lalu dijumlahkan untuk
mendapatkan total nilai sekarang biaya dan manfaat.
g. Calculate the net present value/NPV (Hitung nilai bersih sekarang), yaitu nilai bersih
sekarang dari setiap pilihan.
h. Calculate the benefit cost ratio/BCR and internal rate of return/IRR (hitung perbandingan
manfaat biaya dan tingkat pengembalian). Hasil perhitungan CBA juga dapat
direpresentasikan oleh dua indikator lain dari nilai suatu proyek/kebijakan (selain dari nilai
bersih sekarang). Indikator ini adalah perbandingan manfaat biaya dan tingkat
pengembalian. Tingkat pengembalian adalah laju pengurangan nilai dimana nilai bersih
sekarang dari sebuah kebijakan atau sistem menjadi nol. Apabila tingkat pengembalian
melebihi laju pengurangan nilai, kebijakan atau pilihan sistem tersebut akan menghasilkan
keuntungan, sehingga layak dipertimbangkan.
15
i. Conduct sensitivity analysis (lakukan analisis sensitivitas). Segala informasi mengenai
pertimbangan keuangan dari penghitungan biaya dan manfaat suatu pilihan pada umumnya
tidak dapat diketahui secara pasti. Ketidakpastian dari angka asumsi ini akan menyebabkan
analisis yang dihasilkan juga memiliki ketidakpastian hasil. Salah satu penyebabnya
adalah nilai tingkat pengembalian yang digunakan. Oleh sebab itu, penggunaan nilai
tingkat pengembalian yang variatif antara lain dapat berguna untuk menguji sensitivitas
dari analisis yang dilakukan.
j. Select option (tentukan pilihan). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian nilai
bersih sekarang tiap pilihan, nilai sensitivitas dari penilaian terhadap pilihan tersebut,
sebaran dari dampak yang dihasilkan, serta informasi-informasi tambahan yang belum
tentu berkaitan dengan pertimbangan keuangan, pemangku jabatan dapat memilih pilihan
yang paling sesuai.
k. Use the result (gunakan hasilnya). Hasil dari analisis biaya manfaat ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan utama dalam setiap pengambilan keputusan maupun kebijakan
mengenai langkah terbaik ketika menghadap sebuah risiko.
3. Penanganan Risiko
Langkah selanjutnya setelah penilaian risiko adalah pengambilan keputusan
bagaimana menangani risiko tersebut. Ada dua pendekatan dasar dalam menangani
risiko:
a. Pengendalian Risiko (risko control)
Pengendalian risiko dijalankan dengan metode: menghindari risiko,
mengendalikan kerugian, pemisahan risiko, kombinasi atau pooling, pemindahan
risiko.
16
Menghindari risiko
Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah menghindarkan
harta rumah sakit, pegawai, atau kegiatan/prosedur dari paparan terhadap risiko
dengan cara:
- Menolak memiliki, menerima, atau melaksanakan kegiatan/prosedur tersebut
walaupun hanya untuk sementara.
- Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera
menghentikan kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko, jadi
menghindari risiko berarti juga menghilangkan risiko itu.
Pengendalian kerugian (Loss Control)
Pengendalian kerugian dijalankan dengan:
- Merendahkan kans (chance) untuk terjadinya kerugian.
- Mengurangi keparahannya jika kerugian itu memang terjadi.
Kedua tindakan ini selanjutnya dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara:
- Tindakan pencegahan kerugian atau tindakan pengurangan kerugian.
- Menurut sebab kejadian yang akan dikontrol.
- Menurut lokasi daripada kondisi-kondisi yang akan dikontrol.
- Menurut timing-nya.
Pemisahan
Yang dimaksud pemisahan disini ialah menyebarkan harta rumah sakit
ataupun segala aset rumah sakit termasuk karyawan dan staf yang menghadapi
risiko yang sama, menggantikan penempatan dalam satu lokasi. Dengan
menambah banyaknya independent exposure unit maka probabilitas kerugian-
harapan diperkecil. Jadi memperbaiki kemampuan rumah sakit (dan yayasan)
untuk meramalkan kerugian yang mungkin dialami.
Kombinasi atau Pooling
Kombinasi atau pooling adalah tindakan menambah banyaknya exposure
unit dalam batas kendali rumah sakit, dengan tujuan agar kerugian yang akan
dialami lebih dapat diramalkan, sehingga risiko dapat dikurangi.
Salah satu cara mengombinasikan risiko adalah dengan perkembangan
internal.
Pemindahan Risiko
Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara:
17
Pertama : Harta milik atau kegiatan rumah sakit yang menghadapi risiko dapat
dipindahkan kepada pihak lain, baik dinyatakan dengan tegas maupun
berikut dengan berbagai transaksi atau kontrak.
Kedua : Risiko itu sendiri yang dipindahkan.
Ketiga : Suatu risk financing transfer menciptakan suatu lost exposure untuk
transferee. Pembatalan itu oleh transferee dapat dipandang sebagai
cara ketiga dalam risk control transfer. Dengan pembatalan itu,
transferee tidak bertanggung jawab secara hukum untuk kerugian
yang semuala ia setujui untuk dibayar.
18
Retention disebut aktif, bila manajer mempertimbangkan metode-
metode lain untuk menangani risiko dan kemudian memutuskan secara sadar
untuk tidak memindahkan kerugian potensial itu. Apakah satu planned
retention adalah rasional tergantung atas keadaan yang melingkupi
pengambilan keputusan untuk menanggung sendiri risiko itu.
Jika dikaji lebih lanjut, alasan perusahaan melakukan retention dapat
digolongkan ke dalam salah satu kategori berikut:
- Keharusan, karena tidak tersedian alternatif lain.
- Biaya.
- Kerugian-harapan.
- Opportunity Cost.
- Kualitas pertanggungan.
- Pajak.
19
VII. Pendidikan dan Pelatihan
1. Koordinator manajemen risiko bersama komite K3RS mengadakan pelatihan bagi
seluruh kepala unit kerja dan staf terkait mengenai risiko di bidang K3RS seperti
penggunaan B3 beserta pengolahan limbahnya, langkah-langkah penanganan kasus
tertusuk jarum, serta manajemen risiko fasilitas di Rumah Sakit Telaga Bunda.
2. Koordinator manajemen risiko bersama komite PPI mensosialisasikan kembali
mengenai penggunaan APD, kepatuhan dalam proses pemisahan linen infeksius, dan
kepatuhan dalam membuang sampah infeksius.
3. Koordinator manajemen risiko bersama dengan Kepala Seksi Pelayanan
mengadakan pelatihan kembali dan review terhadap dokter, perawat, dan bidan di
bagian pelayanan mengenai keterampilan-keterampilan dan prosedur yang rutin
dilakukan untuk menghindari KTD di lapangan.
4. Koordinator manajemen risiko bersama kepala bagian penunjang mengadakan
pelatihan dan review terhadap kemampuan staf dalam penggunaan dan perawatan
alat-alat serta fasilitas kesehatan yang tersedia di Rumah Sakit Telaga Bunda.
21
LAMPIRAN 1
RAHASIA, DILARANG DIPERBANYAK
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
Nama
No. MR Ruangan
0-1 bulan >1 bulan – 1 tahun
>1 tahun – 5 tahun >5 tahun – 15 tahun
Umur*
>15 tahun – 30 tahun >30 tahun – 65 tahun
>65 tahun
Jenis Kelamin* Laki – laki Perempuan
Tanggal Masuk
Jam
Rumah Sakit
Insiden
Kronologis
Insiden
22
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Jenis Insiden* Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian
Sentinel (Sentinel Event)
Karyawan : dokter / perawat / petugas lainnya
Orang Pertama
Pasien
yang
Keluarga / pendamping pasien
Melaporkan
Pengunjung
Insiden*
Lain-lain ........................................................................(sebutkan)
Pasien
Insiden Terjadi Lain-lain ........................................................................(sebutkan)
pada* Mis : karyawan / pengunjung / pendamping /
keluarga pasien, lapor ke komite K3RS
Pasien rawat inap
Insiden
Pasien rawat jalan
Menyangkut
Pasien IGD
Pasien*
Lain-lain ........................................................................(sebutkan)
Penyakit dalam
Anak
Insiden Terjadi Bedah
pada Pasien Obstetri dan ginekologi
(Sesuai Kasus Mata
Penyakit / Saraf
Spesialisasi)* Anestesi
THT
Lain-lain ........................................................................(sebutkan)
Unit /
Departemen
Terkait yang Unit kerja penyebab .......................................................(sebutkan)
Menyebabkan
Insiden
Kematian
Akibat Insiden Cedera ireversibel / cedera berat
Terhadap Cedera reversibel / cedera sedang
Pasien* Cedera ringan
Tidak ada cedera
Tindakan yang
Dilakukan
Segera Setelah
Kejadian, dan
Hasilnya
23
Tim : terdiri dari ...............................................................................
..........................................................................................................
Tindakan
Dokter
Dilakukan
Perawat
Oleh*
Petugas lainnya ................................................................................
..........................................................................................................
Ya Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan? dan langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit
Apakah kerja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
Kejadian yang
Sama Pernah
Terjadi di Unit
Kerja Lain*
24
LAMPIRAN 2
Bagian : ...................................................................
Unit : ...................................................................
Risiko teridentifikasi :
Siapa (atau apa) yang terkena risiko dan bagaimana? (misal : dokter, perawat, staf, pasien,
pengunjung, gedung, reputasi RS)
Tindakan pengendalian risiko yang ada (jika ada) (misal : peralatan, kesiapan staff,
lingkungan, kebijakan / prosedur, pelatihan, dokumentasi)
1. ..............................................................................................................................................
2. ..............................................................................................................................................
3. ..............................................................................................................................................
4. ..............................................................................................................................................
5. ..............................................................................................................................................
6. ..............................................................................................................................................
25
1 2 3 4 5
( ) ( ) ( )
Nama & TT Nama & TT Kepala Unit Kerja
26
LAMPIRAN 3
27
LAMPIRAN 4
Progres /
No Jenis Kelompok Risiko Skor Prioritas Tujuan Strategi Evaluasi
Analisis
28
Ditetapkan di Bireuen
Pada tanggal 22 Mei 2018
Direktur RS Telaga Bunda
29