PENINGKATAN MUTU
DAN
KESELAMATAN
PASIEN
RSPKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
201
5
a.
Mengingat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Menetapkan
Kedua
Ketiga
Ditetapkan di
Padatanggal
:Yogyakarta
: 1 Juni 2015
Direktur Utama,
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan teknologi yang semakin
berkembang pesat, serta meningkatnya kesadaran pasien akan hak-haknya perlu
kita sadari bersama bahwa pelayanan di rumah sakit menjadikan suatu tantangan
yang harus diantisipasi untuk mencapai peningkatan yang menyeluruh.
Suatu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanandi rumah sakit, yaitu
dengan mewujudkan suatu pelaksanaan standar pelayanan yang memadai serta
perilaku yang benar, di setiap tindakan yang berhubungan dengan pelayanan
tersebut. Untuk mencapai tujuan di atas maka perlu diterbitkan Pedoman
Peningkatan
Mutu
dan
Keselamatan
Pasien
Rumah
Sakit
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Besar harapan kami buku ini dapat dipelajari, dipahami serta petugas
mampu melaksanakan setiap kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan di
lingkungan
RS
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta
sehingga
ii
DAFTAR ISI
SuratKeputusan Direktur........................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................1
BAB II
BAB III
BAB IV
TUJUAN............................................................................................................14
BAB V
PENGERTIAN.................................................................................................15
BAB VI
KEBIJAKAN....................................................................................................19
BAB VII
PENGORGANISASIAN...............................................................................28
BAB VIII
KEGIATAN.......................................................................................................32
BAB IX
METODE...........................................................................................................39
BAB X
BAB XI
BAB XII
PENUTUP..........................................................................................................88
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Risiko terjadinya harm pada praktik kesehatan adalah fakta yang disadari
sejak dahulu, ketika praktik kedokteran belum serumit dan seluas saat ini.
Hippocrates (460335 SM) mengingatkan dengan ungkapannya yang terkenal
first, do no harm. Pada tahun 1999, publik Amerika kembali diingatkan tentang
risiko KTD dengan terbitnya buku berjudul To Err is Human: Building a Safer
Health System dari Institute of Medicine (IOM). Buku ini menampilkan suatu data
yang menyebutkan bahwa setiap tahun antara 44.000 98.000 orang meninggal
dunia akibat kesalahan medis di rumah sakit di Amerika, sekitar 50% diantaranya
dapat dicegah.
Pelayanan kesehatan berisiko bagi pasien, survey menunjukkan bahwa satu
diantara sepuluh orang yang dirawat di rumah sakit mengalami insiden
keselamatan pasien. Studi di beberapa tempat menunjukkan hasil serupa. Di
London, suatu studi retrospektif pada 1014 rekam medis menunjukkan adanya
insiden keselamatan pasien pada 10,8% rekam medis (sekitar 50% diantaranya
dapat dicegah dan sepertiganya menyebabkan cacat serta kematian. Studi di
Kanada pada tahun 2004 menemukan adanya insiden keselamatan pasien sebesar
7,5% per 100 admisi, 39,6% diantaranya dapat dicegah dan 20,8% menyebabkan
kematian.
Insiden keselamatan pasien di negara berkembang lebih serius daripada di
negara industri. Tahun 2006 dilakukan studi oleh the World Health Organisation
(WHO), Eastern Mediterranean Regions (EMRO) dan African Regions (AFRO),
dan WHO Patient safety di 8 negara berkembang. Hasilnya insiden keselamatan
pasien terjadi pada 2,5%-18,4% dari 15.548 rekam medis di 26 rumah sakit, 83%
diantaranya dapat dicegah, 30% berhubungan dengan kematian pasien dan 34%
berkaitan dengan kesalahan terapeutik pada situasi klinik yang relatif tidak
komplek.
Di Indonesia, meskipun publikasi tentang malpraktik cukup sering muncul
di media massa, namun data resmi insiden keselamatan pasien masih jarang
rumah sakit lebih dari 15% akibat insiden keselamatan pasien, sebagian besar
karena pasien dirawat lebih lama. Laporan lain menyebutkan bahwa insiden
keselamatan pasien meningkatkan sekitar 2% pengeluaran kesehatan dan 30%
anggaran rumah sakit. Secara Nasional Amerika Serikat kehilangan 37,6 miliar
dolar setiap tahun akibat insiden keselamatan pasien.
Upaya mengurangi insiden keselamatan pasien dilaksanakan secara global
melalui gerakan keselamatan pasien. Lima tahun setelah laporan IOM, ketika
keselamatan pasien telah menjadi salah satu prioritas utama pelayanan kesehatan
dan diupayakan secara ekstensif dari tingkat global sampai sistem mikro,
pertanyaan yang muncul adalah seberapa besar keberhasilannya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa kemajuan yang dicapai relatif lambat, meskipun demikian ada
beberapa perubahan yang patut disyukuri, yaitu kesadaran global akan arti dan
pentingnya gerakan keselamatan pasien.
Survey Kesehatan Daerah (Surkesdas) oleh Dinas Kesehatan DIY
bekerjasama dengan Badan Mutu Pelayanan Kesehatan (BMPK) DIYpada tahun
2011 di 21 rumah sakit (umum dan khusus), 30 puskesmas, 11 Balai Pengobatan/
Rumah Bersalin, 20 apotek, 10 laboratorium dan 29 praktik mandiri. Pada aspek
keselamatan pasien rumah sakit, survey menunjukkan hasil yang variatif. Di
rumah sakit kelas B tingkat penerapan kriteria keselamatan pasien sekitar 30%
sampai mendekati 50% (kecuali peresepan elektronik 2%), dan di rumah sakit
kelas C dibawah 5% sampai sekitar 30%.
Perbaikan mutu pelayanan kesehatan, dilakukan dengan sinergi 4 tingkat
pelayanan kesehatan. Tingkat pertama pengalaman pasien dan masyarakat, kedua
sistem mikro, ketiga sistem organisasi pelayanan kesehatan, dan terakhir
lingkungan luar. Lingkungan luar yang berfungsi sebagai fasilitator dari sistem
organisasi pelayanan kesehatan menciptakan dan mendukung melalui kebijakan,
sistem pembiayaan kesehatan, regulasi, dan akreditasi..
Di Indonesia tahun 2005 dibentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS) sebagai fasilitator implementasi keselamatan pasien. Langkah ini diikuti
dengan memasukkan keselamatan pasien sebagai salah satu aspek yang dinilai
pada akeditasi rumah sakit, membuat pedoman, standar dan peraturan.
Keberhasilan
implementasi
keselamatan
pasien
dipengaruhi
oleh
internal
keselamatan
pasien
seharusnya
memperlihatkan
banyak keberhasilan yang mampu dicapai serta masih terdapat beberapa hambatan
meskipun terdapat banyak pihak yang berpotensi menjadi fasilitator.
Keberhasilan penerapan keselamatan pasien dipengaruhi oleh karakteristik
organisasi dan pengaruh dari lingkungan eksternal. Lingkungan luar seperti
regulasi eksternal dan tuntutan penerapan mutu merupakan salah satu faktor yang
diduga cukup berpengaruh untuk mendorong implementasi keselamatan pasien di
rumah sakit, apalagi diketahui regulasi internal rumah sakit relatif belum sesuai
harapan.
Pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi insiden
keselamatan pasien yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh
sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena
insiden keselamatan pasien sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses
pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang
komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan hak-nya. Program tersebut
yang kemudian dikenal dengan istilah keselamatan pasien. Dengan meningkatnya
keselamatan pasien rumah sakit diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat
mengurangi KTD, yang selain berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan
juga dapat membawa rumah sakit ke arena blamming, menimbulkan konflik
antara dokter/petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis,
tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke media masa yang
akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayananrumah sakit, selain itu
rumah sakit dan dokter bersusah payah melindungi dirinya dengan asuransi,
pengacara, dan sebagainya. Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak yang menang,
bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, perlu adanya
penerapan budaya keselamatan pasien dalam menanggulangi adanya insiden.
Budaya keselamatan pasien merupakan fondasi dalam menerapkan keselamatan
pasien.
Dalam
mengupayakan
keselamatan
pasien
tentunya
dibutuhkan
terpadu perilaku individu dan organisasi yang berorientasi pada nilai-nilai dan
asumsi dasar yang secara terus menerus berupaya meminimalkan kejadiankejadian yang tidak diharapkan karena berpotensi dapat membahayakan pasien.
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan;
6. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Indonesia
Nomor
Menteri
Kesehatan
Republik
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit
swasta di Yogyakarta. Terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan nomor 20 Yogyakarta.
Rumah sakit ini adalah amal usaha bidang kesehatan milik Pimpinan Pusat
Persyarikatan Muhammadiyah. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah
terakreditasi 16 bidang pelayanan pada tanggal 1 Desember 2011 melalui Surat
Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit nomor : KARS-SERT/187/XII/2011
dan Rumah Sakit tipe B Non Pendidikan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor : HK.03.05/I/1161/2011 tanggal 12 Mei 2011, Selain
memberikan pelayanan kesehatan juga digunakan sebagai tempat pendidikan bagi
calon dokter, perawat, farmasis, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain.
Bersamaan dengan berkembangnya berbagai amal usaha di bidang
kesehatan, termasuk di dalamnya adalah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
maka Pimpinan Pusat perlu mengatur gerak kerja dari amal usaha Muhammadiyah
bidang kesehatan melalui Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Nomor 86/SK-PP/IV-B/1.c/1998 tahun 1998 tentang Qaidah Amal Usaha
Muhammadiyah Bidang Kesehatan. Dalam Surat Keputusan tersebut diatur
tentang misi utamanya sebagai untuk meningkatkan kemampuan masyarakatagar
dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih baik, sebagai bagian dari upaya
menuju terwujudnya kehidupan yang sejahtera dan sakinah sebagaimana dicitacitakan Muhammadiyah. Qaidah inilah yang menjadi dasar utama dalam
menjalankan organisasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Berbagai perubahan telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, baik isu
yang berkembang di luar lingkungan maupun yang terjadi secara internal di dalam
organisasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Isu tentang keterbatasan akses
pelayanan kesehatan pada sebagian masyarakat tertentu, perkembangan ilmu dan
teknologi, huge burden disease, hingga semakin terbukanya batas-batas informasi
yang berimbas terhadap makin kritisnya pelanggan terhadap pelayanan kesehatan
serta perubahan regulasi pemerintah.
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, TUJUAN RS
A. VISI
Menjadi rumah sakit Muhammadiyah rujukan terpercaya dengan kualitas
pelayanan yang Islami, bermutu dan terjangkau
B. MISI
1. Misi Pelayanan Publik/Sosial
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna bagi semua lapisan masyarakat
sesuai dengan peraturan/ketentuan perundang-undangan.
2. Misi Pendidikan
Menyelenggarakan upaya peningkatan mutu Sumber Daya Insani melalui
pendidikan dan pelatihan secara profesional yang sesuai ajaran Islam
3. Misi Dakwah
Melaksanakan dakwah Islam, amar maruf nahi munkar melalui pelayanan
kesehatan, yang peduli pada kaum dhuafa
C. FALSAFAH
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai amal usaha Muhammadiyah
berfungsi sebagaipemberi pelayanan kesehatan medik umum, spesialistik dan sub
spesialistik dengan berorientasipada peningkatan derajat kesehatan masyarakat
sesuai yang dicita-citakan oleh PersyarikatanMuhammadiyah(Qaidah Amal Usaha
Kesehatan, 1998).
Hal tersebut harus dapat menjadi jiwabagi berjalannya organisasi dan perlu
untuk dikaitkan dengan keyakinan dasar pada Al Quran danHadist Nabi
Muhammad SAW yang menjadi dasar sebagai berikut ini:
1. Misi dakwah islam amar maruf nahi munkar :
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran : 104)
pertumbuhan
dan
perkembangan
organisasi
RS
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
2. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas, menyeluruh dan holistik
3. Terwujudnya masyarakat yang sehat dan sejahtera
F. MOTTO PELAYANAN
Selanjutnya untuk lebih mendaratkan visi dan misi sehingga lebih mudah
diimplementasikan, maka RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyusun sebuah
motto pelayanan. Motto pelayanan ini juga sekaligus merupakan kebijakan mutu
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Motto pelayanan RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta adalah Amanah Melayani dengan Setulus Hati.
AMANAH merupakan akronim dari melayani dengan Antusias dan
mengutamakan Mutu pelayanan, guna memberikan rasa Aman dan Nyaman bagi
pelanggan, didukung data yang Akurat serta sumber daya insani dan peralatan
yang Handal.
Pengertian AMANAH dari motto pelayanan RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
2. Mutu
3. Aman
1
0
4. Nyaman
5. Akurat
6. Handal
diimplementasikan
2. Mutu
untuk
melakukan
peningkatan
mutu
secara
1
1
Nyaman
: dalam ranah perilaku diimplementasikan dalam keramahtamahan petugas dalam memberikan pelayanan. Dalam ranah
fisik diimplementasikan dalam bentuk lingkungan yang bersih,
rapi dan tenang.
5. Akurat
6. Handal
: dimplementasikan melalui:
a. pelayanan
prima
dan
fasilitas
sesuai
standar,
yang
1
2
BAB IV
TUJUAN
A. UMUM
Terlaksananya peningkatan mutu pelayanan RS yang memenuhi standar
pelayanan, keselamatan pasien dan memberikan kepuasan kepada pasien
secara berkelanjutan dan berkesinambungan
B. KHUSUS
1. Mengimplementasikan siklus PDSA dalam upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
2. Meningkatkan mutu klinis pelayanan rumah sakit berkelanjutan.
3. Meningkatkan mutu manajemen rumah sakit berkelanjutan.
4. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
5. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
6. Menurunnya angka Insiden Keselamatan Pasien di rumah sakit.
7. Terlaksananya programprogram pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
1
3
BAB V
PENGERTIAN
1. Mutu adalah kondisi dinamis mengenai jasa yang menuntut untuk pemenuhan
standar, kebutuhan, harapan, dan keinginan pelanggan, yang cocok untuk
digunakan dan menjadikan pelanggan puas.
2. Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan RS
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar,
efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan
norma, etika, hukum, sosial dan budaya dengan memperhatikan keterbatasan
dan kemampuan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan masyarakat
konsumen.
3. Dimensi Mutu adalahmeliputi keprofesian, efisiensi, keamanan pasien,
kepuasan pasien, aspek sosial budaya
4. Peningkatan mutu adalah proses pembelajaran dan perbaikan yang terus
menerus dalam proses penyediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
pasien dan pihak-pihakyang berkepentingan lainnya berdasarkan siklus
penjaminan mutu yang berkelanjutan (PDSA) dan perencanaan peningkatan
mutu di semua unit pada semua tingkatan dalam sistem.
5. Upaya peningkatan mutu adalah upaya yang menggunakan pendekatan
pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya.
6. Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan pergerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
1
4
1
5
1
6
1
7
pasien,
tetapi
cidera
serius
tidak
terjadi,
karena
1
8
1
9
BAB VI
KEBIJAKAN
A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN
1. Direktur
RS
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta
berpartisipasi
dalam
RS
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta
berpartisipasi
dalam
RS
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta
berpartisipasi
dalam
2
0
14. Untuk menelusuri dan membandingkan hasil dari evaluasi ini, Direktur RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyediakan teknologi dan dukungan
sesuai dengan sumber daya yang ada di rumah sakit
15. Informasi tentang program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di
sampaikan kepada staf melalui pamflet, leaflet, spanduk, banner, website,
SMS gateway, dan saluran lain yang memungkinkan.
16. Komunikasi dilakukan secara reguler melalui saluran yang efektif
17. Komunikasi termasuk kemajuan dalam hal penerapan sasaran keselamatan
pasien
18. Ada program pelatihan bagi staf sesuai dengan peranan mereka dalam
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
19. Seorang individu yang berpengetahuan luas memberikan pelatihan
20. Staf berpartisipasi dalam pelatihan sebagai bagian dari pekerjaan rutin mereka
B. RANCANGAN PROSES KLINIS DAN MANAJERIAL
1. Prinsip peningkatan mutu dan alat ukur dari program diterapkan pada
rancangan proses baru atau yang dimodifikasi
2. Proses yang dirancang atau yang dimodifikasi menggunakan kaidah
a. konsisten dengan misi dan rencana rumah sakit;
b. memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, staf dan lainnya;
c. menggunakan pedoman praktek terkini, standar pelayanan klinis,
kepustakaan ilmiah danberbagai informasi berbasis bukti yang relevan
dalam hal rancangan praktek klinis;
d. sesuai dengan praktek bisnis yang sehat;
e. mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko yang relevan;
f. dibangun pengetahuan dan keterampilan yang ada di rumah sakit;
g. dibangun praktek klinis yang baik/lebih baik/sangat baik dari rumah sakit
lain;
h. menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan terkait;
i. mengintegrasikan dan menggabungkan berbagai proses dengan sistem.
3. Dipilih indikator untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan rancangan proses
baru atau rancanganulang proses telah berjalan baik.
2
1
2
2
2
3
2
4
5. Frekuensi dari analisis data disesuaikan dengan proses yang sedang dikaji dan
sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
6. Frekuensi melakukan analisis data disesuaikan dengan proses yang sedang
dikaji
7. Frekuensi dari analisis data sesuai dengan ketentuan rumah sakit
8. Proses analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Perbandingan dilakukan dari waktu ke waktu didalam rumah sakit
b. Perbandingan dilakukan dengan rumah sakit lain yang sejenis, bila ada
kesempatan
c. Perbandingan dilakukan dengan standar, bila memungkinkan
d. Perbandingan dilakukan dengan praktek yang baik
9. Rumah sakit mengintegrasikan kegiatan validasi data kedalam proses
manajemen mutu dan proses peningkatan.
10. Rumah sakit punya proses validasi data secara internal yang memasukkan halhal sebagai berikut:
a. Mengumpulkan ulang data oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam
pengumpulan data sebelumnya
b. Menggunakan sample statistik sahih dari catatan, kasus dan data lain.
Sample 100 % dibutuhkan hanya jika jumlah pencatatan, kasus atau data
lainnya sangat kecil jumlahnya.
c. Membandingkan data asli dengan data yang dikumpulkan ulang
d. Kalkulasi akurasi dengan membagi jumlah elemen data yang ditemukan
dengan total jumlah data elemen dikalikan dengan 100. Tingkat akurasi 90
% adalah patokan yang baik.
e. Jika elemen data yang diketemukan ternyata tidak sama, dengan catatan
alasannya (misalnya data tidak jelas definisinya) dan dilakukan tindakan
koreksi
f. Koleksi sample baru setelah semua tindakan koreksi dilakukan untuk
memastikan tindakan menghasilkan tingkat akurasi yang
11. Proses validasi data memuat paling sedikit indikator yang dipilih
2
5
mengambil
tindakan
2
6
10. KTD atau pola KTD selama sedasi moderat atau dalam dan anestesi dianalisis
11. Kejadian lainnya yang ditetapkan oleh rumah sakit dianalisis
12. Rumah sakit menetapkan definisi KNC
13. Rumah sakit menetapkan jenis kejadian yang harus dilaporkan sebagai KNC
14. Rumah sakit menetapkan proses untuk melakukan pelaporan KNC
15. Data dianalisis dan tindakan diambil untuk mengurangi KNC
F. MENCAPAI DAN MEMPERTAHANKAN PENINGKATAN
1. Rumah sakit membuat rencana dan melaksanakan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
2. Rumah sakit menggunakan proses yang konsisten untuk melakukan
identifikasi area prioritas untukperbaikan sebagaimana yang ditetapkan
Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
3. Rumah
sakit
mendokumentasikan
perbaikan
yang
dicapai
dan
mempertahankannya
4. Area yang ditetapkan Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dimasukkan kedalam kegiatan peningkatan
5. Sumber daya manusia atau lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
peningkatan disediakan dan atau diberikan.
6. Perubahan-perubahan direncanakan dan diuji
7. Dilaksanakan perubahan yang menghasilkan peningkatan
8. Tersedia data yang menunjukkan bahwa peningkatan tercapai secara efektif
dan langgeng
9. Dibuat perubahan kebijakan yang diperlukan untuk merencanakan, untuk
melaksanakan pelaksanaan yang sudah dicapai, dan mempertahankannya
10. Perubahan yang berhasil dilakukan, didokumentasikan
11. Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menerapkan kerangka acuan
manajemen risiko yang meliputi :
a. identifikasi risiko;
b. menetapkan prioritas risiko;
c. pelaporan tentang risiko;
d. manajemen risiko;
2
7
2
8
BAB VII
PENGORGANISASIAN
A. Kualifikasi Anggota Komite PMKP
1. Harus berkomitmen untuk misi, visi, tujuan, falsafah, dan nilai Rumah Sakit.
2. Harus bersedia mendedikasikan waktu yang berkualitas untuk berpartisipasi
aktif dalam komite.
3. Harus memiliki minat dan keahlian di bidang yang memajukan mandat
Komite.
4. Harus bersedia untuk melayani, menghadiri secara teratur dan berpartisipasi
aktif di Komite.
5. Harus berkomitmen untuk berpartisipasi dalam program komite dan
pendidikan yang berkelanjutan.
B. Komposisi Komite PMKP
Komite PMKP dipilih atau ditunjuk oleh Direktur Utama yang terdiri dari:
1. Ketua Komite, adalah ex.officio Direktur Pelayanan Medik
2. Sekretaris Komite, adalah ex.officio Manajer Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
3. Anggota :
a. Tim Peningkatan Mutu
b. Tim Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko
c. Penanggung Jawab Pengumpulan Data dan Champion Patient Safety
4. Koordinasi dengan :
a. Komite Medik
b. Komite Keperawatan
c. Komite Tenaga Kesehatan Lain
d. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
e. Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja
f. Panitia Farmasi dan Terapi
g. Unit Rekam Medik
h. Unit Sumber Daya Insani
2
9
peran
untuk
melakukan
motivasi,
edukasi,
konsultasi,
pencatatan,
pelaporan
insiden,
analisa
insiden
serta
DirekturRS
PKU
masukan
Muhammadiyah
dan
Yogyakarta
pertimbangan
dalam
kepada
rangka
pengambilan
kebijakan
3
0
dengan
dengan
unit-unit
untuk
melakukan
kegiatan
3
1
STRUKTUR ORGANISASI
KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
DIREKTUR UTAMA
KETUA
SEKRETARIS
TIM KESELAMATAN
PASIENDAN MANAJEMEN
3
2
BAB VIII
KEGIATAN
A. KEGIATAN POKOK
1. Standarisasi Asuhan Klinis melalui penerapan Panduan Praktik Klinis
(PPK) dan Clinical Pathway (CP) secara bertahap (Koordinasi dengan
Komite Medik)
2. Monitoring Mutu melalui indikator mutu
3. Keselamatan Pasien
4. Manajemen Risiko
5. Penilaian kinerja staf (koordinasi dengan Komite Medik, Komite
Keperawatan, Komite Tenaga Kesehatan Lain, Bagian SDI)
6. Evaluasi kontrak dan perjanjian lainnya (koordinasi dengan Unit Hukum,
Humas, dan Pemasaran)
7. Pendidikan dan Pelatihan (koordinasi dengan Unit Pendidikan dan
Pelatihan)
8. Program PMKP di unit kerja (koordinasi dengan Unit-Unit)
9. Pencatatan dan pelaporan
10. Monitoring dan evaluasi kegiatan PMKP
B. RINCIAN KEGIATAN
1. Standarisasi Asuhan Klinis melalui penerapan Panduan Praktik
Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Secara Bertahap
a. Penyusunan panduan standarisasi asuhan klinis (PPK dan CP)
b. Pemilihan dan Penetapan 5 area prioritas penyakit dan prosedur
tindakan untuk distandarisasi
c. Penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) dan clinical pathway(CP)
d. Edukasi ke staf klinis
e. Uji coba implementasi
f. Perbaikan PPK danCP serta sistem implementasi
g. Implementasi PPK danCP
h. Monitoring implementasi PPK dan CP melalui audit klinis
3
3
Asesmen pasien
b)
Pelayanan laboratorium
c)
d)
Penggunaan antibiotik
e)
f)
g)
Prosedur bedah
h)
i)
j)
b)
Pelaporan
aktivitas
yang
diwajibkan
perundang-undangan
c)
Manajemen risiko
d)
e)
f)
g)
h)
Manajemen keuangan
3
4
oleh
peraturan
i)
b)
c)
d)
e)
f)
standarpencatatan,
pengumpulan
laporan,
analisis,
validasi, laporan ke Direktur RS, feed back ke unit kerja, dan publikasi
data.
e. Edukasi staf penanggung jawab pengumpul data (PMKP 1.5)
f. Pelaksanaan pengumpulan data (pencatatan sensus harian)
g. Validasi data indikator mutu area klinis (PMKP 5)
h. Analisis data indikator (PMKP 4)
i. Penyusunan laporan mutu ke Direktur (PMKP 3)
j. Feed back hasil mutu ke unit kerja (PMKP 1.4)
k. Pertemuan berkala dengan Komite PPI untuk membahas hasil
surveilance/indikator area klinis yang berkaitan dengan PPI
3
5
3. Keselamatan Pasien
a. Penyusunan sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan
pasien (IKP).
b. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien
c. Risk grading
d. Investigasi dan analisis
4. Manajemen Risiko
Peningkatan mutu dan keselamatan Pasien dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen risiko
di semua unit RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Analisis risiko
merupakan proses untuk mengenali bahaya (hazard) yang mungkin terjadi
dan bagaimana potensi kegawatan dari bahaya tersebut.
Langkah-langkah manajemen risiko :
a. Identifikasi Risiko
b. Menetapkan prioritas risiko
c. Analisis risiko
d. Pengelola risiko
e. Evaluasi
Langkah manajemen risiko seperti yang digambarkan di bawah ini :
Alat-alat manajemen
risiko
yang digunakan
di RS
PKU
3
7
3
8
3
9
BAB IX
METODE
Peningkatan mutu adalah keseluruhan fungsi dan kegiatan yang harus
dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran rumah sakit dalam hal kualitas jasa
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Peningkatan mutu pelayanan pada
dasarnya adalah peningkatan kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
menciptakan kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap
bagian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Pelaksanaan kegiatan program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
(PMKP) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah meningkatkan
mutu secara keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien
dan staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan fisik menggunakan
pendekatan siklus PDSA.
Peningkatan kualitas pelayanan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
mengacu pada siklus pengendalian dengan memutar siklus Plan - Do Study
Action (P-D-S-A) atau dapat juga disingkat RELAKSASI (rencanakanlaksanakan-periksa-aksi). Pola P-D-S-A ini dikenal sebagai Siklus Shewart,
karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Sherwart beberapa puluh tahun
yang lalu.Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis P-D-S-A lebih
sering disebut Siklus Deming.Hal ini karena Deming adalah orang yang
mempopulerkan penggunaannya dan memperluas penerapannya. Dengan nama
apapun itu disebut P-D-S-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan
perbaikan secara terus menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-S-A tersebut merupakan panduan bagi setiap unit untuk proses
perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaan yang
lebih baik dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti tampak pada gambar 1.
Dalam gambar 1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan
dan pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan koreksinya, harus selalu
didasarkan pada fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur
subyektivitas dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang
bersifat emosional. Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan
4
0
A
C
Pemecahan masalah
dan peningkatan
Standar
Standar
Gambar 2. Siklus dan proses Peningkatan PDCA
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengambarkan diagram sebab
akibat atau diagram tulang ikan (fish-bone). Diagram tulang ikan adalah alat
untuk mengambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram
tersebut memfasilitasi proses identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk
menentukan focus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data, mengenali
penyebab terjadinya masalah dan menganalisa masalah tersebut. Diagram tulang
ikan diperlihatkan pada gambar 2.
Materials
Methods
Machines
Problem
Measurementss
Environtments
People
Time
Gambar 3. Diagram Tulang Ikan
4
1
Plan
Do
Study
Action
Follow Up
Corective
Action
Improvement
Action
Plan
(6)
(1)
Menentukan tujuan
Mengambil
(6)
Mengambil
tepat
dengan tepat
tindakan
(2)
Menetapkan Metode
untuk mencapai tujuan
(3)
Menyelenggarakan
pendidikan dan latihan
(5)
Memeriksa akibat
pelaksanaan
(4)
Melaksanakan
pekerjaan
Study
Do
Gambar 5. Siklus PDSA
4
3
menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan
standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
3. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja.
Agar dapat dipahami oleh semua petugas terkait, dilakukan program pelatihan
para karyawan untuk memahami standart kerja dan program yang ditetapkan.
4. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang
dihadapi dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu
dapat berubah. Oleh karena itu, keterampilan dan pengalaman para karyawan
dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam
pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah
ditetapkan.
5. Langkah 5 : Memeriksa akibat pelaksanaan Study
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan
dengan baik atau tidak.Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat
diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar
apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan
dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan,
metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh
kerayawan maupun oleh manajer.Untuk mengetahui penyimpangan, dapat
diliha dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat
dilihat dari penyebabnya.
6. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk
menemukan penyimpangan.Jika penyimpangan telah ditemukan, maka
penyebab timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil
tindakan yang tepat agar tidak terulang lagi penyimpangan.Menyingkirkan
factor-faktor penyebab yang telah mengakibatkan penyimpangan merupakan
konsepsi yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan.
4
4
data
pencapaian
peningkatan
pasien(action).
4
5
mutu
dan
keselamatan
BAB X
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Direktur menunjuk pimpinan-pimpinan unit kerja (supervisor/manajer)
sebagai
Penanggung
Jawab
dalam
mengelola
data
PMKP
sesuai
4
6
14. Evaluasi kegiatan PMKP dilakukan setiap satu bulan sekali melalui rapat
Pleno seluruh bagian kegiatan PMKP.
15. Hasil kegiatan program PMKP diinformasikan/disosialisasikan melalui rapatrapat dan atau media cetak (brosur, pamflet, leaflet, banner) dan elektronik
(SIM-RS, website) di Rumah Sakit.
4
7
BAB XI
MONITORING DAN EVALUASI
1. Seluruh jajaran manajemen RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta secara
berkala
melakukan
monitoring
dan
evaluasi
program
PMKP yang
4
8
BAB XII
PENUTUP
Program PMKP merupakan kegiatan Peningkatan Mutu yang berjalan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan. Buku Pedoman PMKP akan di review
secara berkala, paling lambat 3 tahun sekali
Demikian buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu dari RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, semoga dapat menjadi pegangan bagi seluruh staf
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk mewujudkan keselamatan baik bagi
pasien, keluarga pasien, tenaga medis dan paramedis, lingkungan serta setiap
pihak yang berinteraksi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Semoga usaha
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini dinilai ibadah di sisi Allah SWT.
4
9