Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di setiap tempat kerja, selalu terdapat bahaya yang berpotensi menyebabkan


terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) dan/ atau kecelakaan akibat kerja (KAK),
bahkan kematian. Di Indonesia, data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 memperlihatkan bahwa jumlah kasus
PAK dan KAK yang dilaporkan oleh Puskesmas pada tahun 2011-2014 masih kerap
terjadi. Hal ini mengindikasikan bahwa masih perlu ditingkatkannya usaha yang
sistematis dalam pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
tempat kerja.

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, fasilitas pelayanan


kesehatan (fasyankes) merupakan alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat. Selain memberikan pelayanan kepada pasien dan pengunjung
lainnya, fasyankes juga merupakan tempat kerja bagi tenaga kesehatan, sumber
daya manusia (PEKERJA) lainnya dan pemangku kepentingan lain seperti
mahasiswa magang, dosen, dan lain-lain.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong merupakan fasilitas kesehatan tipe B yang
menjadi rujukan regional, dimana salah satu upaya preventif yang wajib
dilaksanakan RSUD Cibinong ini adalah dilakukan upaya pengelolan risiko
(manajemen risiko). Oleh karena itu, pedoman ini disusun sebagai acuan dalam
melakukan manajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga potensi
bahaya teridentifikasi dan dapat dikendalikan serta menjadi dasar dalam
penyusunan program K3 di fasyankes. Terlaksananya upaya manajemen risiko K3 di
fasyankes maka kondisi tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman dapat tercapai
bagi pasien, pengunjung dan pekerja RSUD Cibinong.

1.2. Tujuan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 1


a. Umum
Meminimalkan risiko K3 yang ada di RSUD Cibinong guna mencegah
terjadinya PAK dan KAK pada Pekerja RS dan insiden pada pasien, tenant
dan pengunjung

b. Khusus
- Meningkatkan kemampuan dalam mempersiapan pelaksanaan
manajemen risiko K3
- Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi risiko K3
- Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis risiko di K3
- Meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengendalian risiko di K3
- Menigkatkan kemampuan dalam melakukan komunikasi dan partisipasi K3
- Meningkatkan kemampuan dalam melakukan monitoring dan evaluasi
pengelolaan risiko K3
- Melakukan perbaikan berkesinambungan dalam menyusun program K3

1.3. Pengertian
1. Bahaya adalah apapun (peralatan, mesin, metode kerja, material, kondisi)
yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian baik pada
keselamatan maupun kesehatan.
2. Probabilitas adalah kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya sesuatu.
3. Konsekuensi adalah dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti
penyakit akibat kerja, kecelakan akibat kerja bahkan kematian
4. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak
negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi
5. Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan Risiko, termasuk berbagai strategi yang
dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya.
6. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, analisis, evaluasi
dan pengelolaan semua Risiko yang potensial dan diterapkan terhadap
semua unit/bagian/program/kegiatan mulai dari penyusunan rencana
strategis, penyusunan dan pelaksanaan program dan anggaran,
pertanggungjawaban dan monitoring dan evaluasi serta pelaporan.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 2


BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup manajemen risiko K3RS mencakup seluruh proses pelayanan atau
kegiatan yang dilakukan di Rumah Sakit termasuk kegiatan yang dilakukan oleh
pihak ketiga seperti kegiatan renovasi atau membangun baru, pemasangan
peralatan/fasilitas baru, cleaning service, pest control, dll. Ruang lingkup pedoman
ini meliputi manajemen risiko K3 yang terdiri dari:

a. Konsep manajemen risiko K3


b. Langkah-langkah penerapan manajemen risiko
c. Penerapan manajemen risiko
d. Indikator keberhasilan manajemen risiko

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk manajemen risiko adalah:

1. Job Safety Analysis


Upaya untuk menganalisa serta pencatatan setiap urutan langkah kerja suatu
pekerjaan, dilanjutkan dengan identifikasi potensi-potensi bahaya di dalamnya
kemudian diselesaikan dengan menentukan upaya terbaik untuk
mengurangi/menghilangkan/mengendalikan bahaya-bahaya yang dianalisa
pada pekerjaan tersebut
2. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) adalah pendekatan sistematik
untuk membantu proses pemikiran yang digunakan oleh engineers untuk
mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya. FMEA merupakan
teknik evaluasi tingkat keandalan suatu sistem untuk menentuka efek
kegagalan dari sistem tersebut. FMEA dapat membantu Rumah Sakit
menyusun prosedur yang lebih aman dan efisien dan dapat digunakan untuk
mengevaluasi perubahan dampak potensial dari waktu ke waktu. Jika root
cause analysis biasanya dilakukan setelah terjadi insiden, FMEA dapat
mengidentifikasi potensi kegagalan pada proses sebelum terjadi.
3. Hazard Identifikacation Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) adalah
rangkaian proses menggambarkan dan mengendalikan bahaya melalui
beberapa tahap diantaranya identifikasi bahaya, penilaian bahaya dan
pengendaliannya.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 3


Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 4
BAB III
KEBIJAKAN

1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
5. Peraturan Pemerintah Nomor 88 tahun 2019 tentang kesehatan kerja.
6. Keppres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan
kerja
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.432/Menkes/SK/IV?2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoensia
No.1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang
standar kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2016 tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementerian
Kesehatan.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2022 tentang Pelayanan
Penyakit Akibat Kerja.
14. Manajemen risiko harus diterapkan secara terintegrasi pada satuan kerja
lingkup Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong pada semua area program dan
kegiatan
15. Dalam rangka pencapaian tujuan penyelenggaraan manajemen risiko di
lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong dibentuk Tim Komite Mutu
yang didalamnya terdapat sub komite manajemen risiko
16. Setiap satuan kerja di lingkup Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong harus
membuat dan menetapkan daftar risiko dan menyusun rencana perlakukan
risiko
17. Daftar risiko yang telah ditetapkan harus disampaikan kepada manajemen
dan Direksi

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 5


18. Wajib melaksanakan evaluasi terhadap penerapan manajemen risiko
terintegrasi dari setiaop satuan kerja terkait minimal 6 bulan sekali
19. Faktor yang menentukan keberhasilan penerapan Manajemen Risiko meliputi:
a. Komitmen pimpinan terhadap kebijakan, proses, dan rencana tindakan
b. Pihak yang ditetapkan untuk secara langsung bertanggung jawab guna
mengoordinasikan Proses Manajemen Risiko
c. Kesadaran setiap pejabat dan/atau Pekerja di lingkungan Kementerian
terhadap prinsip Manajemen Risiko untuk menciptakan kultur/ budaya
yang tepat dan memahami manfaat yang dapat diperoleh dari
Manajemen Risiko yang efektif
d. Kebijakan Manajemen Risiko yang merinci peranan dan tanggung jawab
dari unsur pimpinan dan pekerja pada setiap unit kerja
e. Metodologi Manajemen Risiko yang menyeluruh
f. Pelatihan tentang Manajemen Risiko untuk tujuan kepedulian Risiko bagi
seluruh pejabat dan/atau Pekerja
g. Pemantauan yang terus menerus mengenai aktivitas pengendalian risiko

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 6


BAB IV

TATALAKSANA

4.1. Bahaya K3 Rumah Sakit

Berbagai bahaya K3 di Rumah Sakit dapat bersumber dari:

- Fisika (suhu, kebisingan, getaran, pencahayaan dan radiasi)


- Kimia ( antiseptik, gas anestesi, obat kemoterapi dan bahan kimia lainnya)
- Biologi ( mikroorganisme seperti virus, bakteri, parasite, dan jamur)
- Ergonomi (angkat angkut manual, menarik/mendrorong, gerakan repetitif,
posisi janggal, menggenggam)
- Psikososial (shift kerja, kekerasan, hubungan kerja)
- Unsafe action
- Unsafe condition
- Missmanajemen.

Tabel 1. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Terjadinya Risiko Di Rumah Sakit

FAKTOR KOMPONEN YANG BERPERAN


Organisasi dan Struktur organisasi
manajemen Standar dan tujuan kebijakan
Safety culture
Lingkungan pekerjaan Kualifikasi pekerja dan tingkat keahlian
Beban kerja dan pola shift
Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
Tim Komunikasi verbal
Komunikasi tulisan
Supervisi dan pemanduan
Struktur tim
Individu dan pekerja Kemampuan dan keterampilan
Motivasi
Kesehatan mental dan fisik
Penugasan Desai penugasan dan kejelasan struktur penugasan
Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien Kondisi (keparahan dan kegawatdaruratan)
Bahasa dan komunikasi
Faktor sosial dan personal

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 7


Seperti sudah diuraikan diatas bahwa manajemen risiko adalah penerapan
secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan aktivitas dalam kegiatan
identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan pemantauan serta review
resiko. Tahapan secara utuh dari manajemen risiko dapat dilihat pada gambar 1. di
bawah ini yang terdiri dari:

a. Persiapan
b. Identifikasi bahaya
c. Penilaian risiko (Risk assessment)
- Analisis risiko
- Evaluasi risiko
d. Pengendalian risiko
e. Monitoring dan review serta komunikasi dan konsultasi dilakukan pada
seluruh tahapan manajemen risiko.

PERSIAPAN
KO MUNI KASI & KON SUL TASI

IDENTIFIKASI BAHAYA

ANALISA RISIKO Pe MONI


nil TOR
&
aia REVI
AKIBAT KEMUNGKINAN n EW
Ri
sik
EVALUASI RISIKO
o

PENGENDALIAN RISIKO

Gambar 1. Tahapan-Tahapan Manajemen Risiko

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 8


Tabel. 2. Contoh Kategori dan Risiko

KATEGORI AKAR DEFINISI OPERASIONAL CONTOH RISIKO


DAN MASALAH
RISIKO
Strategi Visi dan Segala risiko yang akar 1. Akreditasi RS tidak terlaksana
Misi masalahnya menyebabkan 2. Perubahan kebijakan karena
hambatan dalam pencapaian visi pergantian kepemimpinan RS
dan misi 3. Rendahnya ketepatan visit
Capaian Segala risiko yang akar DPJP
Indikator masalahnya menyebabkan
hambatan dalam pencapaian
target indikator
Operasional Renstra Segala risiko yang akar 1. Akan dibangun pusat pelayanan
masalahnya terkait pelaksanaan, geriatric terpadu
penyesuaian dan perubahan 2. Pengembangan layanan yang
rencana strategis terhambat karena keterbatasan
Rencana Segala risiko yang akar area
Pengembang masalahnya terkait pelaksanaan, 3. Integrase data mutu tidak
an penyesuaian dan perubahan terlaksana
rencana pengembangan 4. Prosedur atau terapi berulang
Program Segala risiko yang akar
Kerja masalahnya terkait pelaksanaan,
penyesuaian dan perubahan
program kerja
Program Segala risiko yang akar
Mutu masalahnya terkait pelaksanaan,
penyesuaian dan perubahan
program mutu
Asesmen Segala risiko yang akar Tidak lengkapnya pengisian
Pasien masalahnya terkait pemenuhan asessmen awal rawat inap
kebutuhan pasien berdasarkan
asesmen pasien
Ketersediaan Segala risiko yang akar Media informasi tidak terpasang di
Informasi masalahnya terkait pemenuhan tempat yang dapat dengan mudah
kebutuhan pasien berdasarkan terlihta
asesmen pasien
Kontinuitas Segala risiko yang akar Terhentinya pelayanan hyperbaric
Pelayanan masalahnya terkait kelancaran chamber karena belum di tentukan
alur pelayanan pasien, termasuk vendor yang akan melakukan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 9


hal-hal yang berhubungan maintenace
dengan komunikasi dan
kolaborasi layanan
Financial Lingkungan Segala risiko yang akar Pembangunan Gedung tidak sesuai
Fisik masalahnya terkait lingkungan dengan perencanaan dan tidak
fisik RS/unit kerja memenuhi peraturan yang berlaku di
RS
Maintenance Segala risiko yang akar Semakin banyak alat dengan usia alat
Alat masalahnya terkait yang semakin tua
pemeliharaan, kalibrasi dan
upaya penjaminan fungsi alat
baik medis maupun non medis
serta sistem teknolgi informasi
yang sedang berjalan
Program Segala risiko yang akar Turn over pekerja
Retensi masalahnya terkait retensi
Pekerja pekerja
Kalibrasi Segala risiko yang akar Semakin banyak alat yang tidak
Alat masalahnya terkait pemenuhan terkalibrasi
kalibrasi
Ketersediaan Segala risiko yang akar Desain alat dan ruangan tidak
Sumber masalahnya terkait ketersediaan memenuhi ketentuan regulasi yang
Daya dan kapasitas segala jenis berlaku
sumber daya yang diperlukan di
RS termasuk sistem keamanan
dan keselamatan
Compliance Kepatuhan Segala risiko yang akar 1. Perubahan standar akreditasi
(Kepatuhan terhadap masalahnya terkait 2. Berubahnya kebijakan klaim
terhadap UU/PP/SPO ketidakpatuhan terhadap BPJS
hukum dan yang ada di UU/PP/SPO di RS yang berlaku
peraturan) RS
Reputasi Survei Segala risiko yang akar 1. Hasil tidak valid
Budaya masalahnya berhubungan 2. Subjek survei terakreditasi
dengan penilaian survei budaya 3. Hambatan dalam proses
Survei Segala risiko yang akar pembelajaran (survei peserta
Pekerja masalahnya berhubungan didik)
dengan penilaia survei pekerja 4. Komplain
Survey Segala risiko yang akar
Kepuasan masalahnya berhubungan
Pelanggan dengan penilaian kepuasan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 10


Eksternal pelanggan eksternal
Survei Segala risiko yang akar
Kepuasan masalahnya berhubungan
Peserta dengan penilaian survei
Didik kepuasan peserta didik

4.2. Persiapan Manajemen Risiko

Persiapan manajemen risiko dilakukan untuk menentukan parameter (internal dan


eksternal) yang akan diambil dalam upaya manajemen risiko, termasuk penentuan
ruang lingkup dan kriteria risiko K3 di tempat kerja. Kegiatan penerapan konteks
dalam penilaian risiko K3 ini meliputi:

a. Sejumlah peraturan K3 yang berlaku menjadi acuan kerangka kegiatan


b. Pemebentukan tim pelaksana manajemen risiko K3
c. Penentuan wewenang dan tanggungjawab tim pelaksana manajemen risiko
K3
d. Penentuan ruang lingkup manajemen risiko K3, seperti;
- Penentuan semua aktivitas (baik rutin, non rutin maupun emergensi),
proses, fungsi, proyek, pelayanan dan aset di tempat kerja
- Penentuan jenis bahaya yang akan dikelola meliputi bahaya fisika, biologi,
kimia, ergonomi atau psikososial
e. Metode analisa risiko K3 seperti metode semikuantitatif
f. Pengembangan kriteria/matriks risiko K3, sejumlah faktor yang harus
dipertimbangkan antara lain:
- Sifat bahaya dan jenis konsekuensi yang dapat terjadi
- Menentukan tingkat kemungkinan
- Menentukan tingkat risiko
- Risiko yang ada dikategorikan dapat diterima, di tranfer ke pihak lain dan
atau dibutuhkan mitigasi

4.3. Identifikasi Risiko

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 11


Identifikasi risiko adalah upaya untuk mengenali sesuatu atau keadaan atau bahaya
yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong. Identifikasi bahaya potensial ini bukan hanya
kegiatan mengenali bahaya potensial itu sendiri tetapi juga mempelajari karakteristik
bahaya potensial secara spesifik dan mengidentifikasi pekerja yang berisiko
sehingga tindakan pengendalian yang tepat ditentukan. Pada umumnya risiko dapat
disebabkan karena interaksi antara beberapa aspek antara lain lingkungan kerja
fisik, peralatan dan material yang digunakan, proses kerja, disain pekerjaan dan
manajemen. Beberapa metode yang digunakan untuk mengenali bahaya potensial
yang ada ditempat kerja antara lain:

- Melakukan inspeksi unit-unit yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dengan


melakukan survei jalan selintas untuk melakukan pengamatan terhadap jenis
kegiatan, alur kerja, pekerja yang berisiko, prosedur kerja, peralatan/material
yang digunakan dan kondisi lingkungan kerja di masing-masing unit kerja
- Melakukan diskusi dan konsultasi dengan pekerja
- Melakukan peninjauan ulang terhadap informasi yang ada di unit kerja

4.4. Penilaian Analisis Risiko

Tujuan dari analisis risiko adalah untuk menilai tingkat risiko K3 baik sebelum
maupun setelah dilakukan pengendalian risiko. Penilaian risiko merupakan tahap
berikutnya setelah dilakukan identifikasi bahaya. Agar penilaian risiko yang
dilakukan dapat seobjektif mungkin, maka kita perlu mengumpulkan informasi-
informasi yang berkaitan dengan hazard dan risk yang akan kita nilai, yaitu:
Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang
melakukan), tindakan pengendalian risiko yang sudah ada, peralatan/mesin yang
digunakan untuk melakukan aktifitas, bahan-bahan yang dipakai serta sifat-sifatnya
(MSDS), data statistic kecelakaan kerja/PAK intern dan ekstern, hasil studi-survey-
pemantauan, literature, studi banding pada perusahaan sejenis dan penilaian tenaga
ahli, dsb. Penilaian risiko sendiri terdiri dari 2 aktifitas kunci yaitu:

(1) Analisis risiko

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 12


Analisis risiko adalah kegiatan untuk menentukan besarnya kemungkinan suatu
kejadian itu terjadi (Probability) dan tingkat keparahan dari akibat/konsekuensi suatu
risiko (dampak). Jadi rumus risiko adalah:

RISK = Hazard severity (E) x Likelihood of occurance (P)


atau

RISK = Efek (E) x Probability (P)

Untuk menentukan probability dan efek harus punya insiden skenario terjadinya
kecelakaan/penyakit. Insiden skenario adalah suatu deskripsi yang logikal yang
menggambarkan suatu pola/path kejadian atau urutan kejadian dari suatu tindakan
yang mempunyai konsekuensi yang tidak diinginkan. Sebaiknya dalam analisis risiko
bekerja dalam tim (bukan sendiri) yang jumlahnya ganjil, agar apabila terjadi
perbedaan pendapat dan terpaksa voting dapat diambil suatu keputusan. Pihak-
pihak yang dapat dilibatkan sebagai tim risk assessment adalah manajemen, tim
medis dan non medis di unit-unit kerja Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong.

a. Hazard severity/efek adalah tingkat keparahan/kerugian yang mungkin terjadi


dari suatu kecelakaan/penyakit/loss akibat bahaya yang ada. Tingkat
keparahan dapat dinyatakan dalam 5 kategori. Masing-masing kategori
tersebut harus didefinisikan dengan jelas batasan-batasannya.

NUMERIK KATEGOR DAMPAK = SEVERITY


I
1 Sangat Tidak berdampak pada pencapaian tujuan kegiatan
Rendah secara umum
(SR) Agak mengganggu pelayanan
Dampaknya dapat ditangani pada tahap kegiatan rutin
Kerugian kurang material dan tidak mempengaruhi
stakeholder
Tidak ada cedera
2 Rendah (R) Mengganggu pencapaian tujuan kegiatan meskipun tidak
signifikan
Cukup mengganggu jalannya pelayanan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 13


Mengancam efisiensi dan efektivitas beberapa aspek
program
Kerugian kurang material dan sedikit mempengaruhi
stakeholder
Cedera ringan dapat diatasi dengan pertolonga pertama
3 Sedang (S) Mengganggu pencapain tujuan kegiatan secara signifikan
Mengganggu kegiatan pelayanan secara signifikan
Mengancam administrasi program
Kerugian keuangan cukup besar
Cedera sedang/berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis dan intelektual) secara
semipermanen, tidak berhubungan dengan penyakitnya
4 Tinggi (T) Sebagian tujuan kegiatan gagal dilaksanakan
Terganggunya pelayanan >2 hari sampai < 1 minggu
Mengancam fungsi program yang efektif dan organisasi
Kerugian besar bagi organisasi dari segi keuangan dan
non keuangan
Cedera sedang/berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis dan intelektual) secara
permanen, tidak berhubungan dengan penyakitnya
5 Sangat Sebagian besar tujuan kegiatan gagal dilaksanakan
Tinggi Terganggunya pelayanan >1 minggu
(ST) Mengancam program dan organisasi serta stakeholder
Kerugian sangat besar bagi organisasi dari segi
keuangan/non keuangan
Kematian yang tidak berhubungan dengan penyakitnya

b. Likelihood of occurance atau probability adalah keseringan munculnya situasi


tidak aman yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi atau
kemungkinan terjadinya kecelakaan/penyakit/kerugian akibat terpapar dengan
suatu bahaya. Selanjutnya probability ini juga harus dinyatakan dalam 5
kategori dan masing-masing kategori itu didefinisikan seperti tingkat
keparahan/efek diatas.

NUMERIK KATEGOR PROBABILITAS=KEMUNGKINAN


I
1 Hampir Peristiwa hanya akan timbul pada kondisi yang luar biasa
Tidak Persentase 0-10%
Terjadi Terjadi 1 kali dalam 5 tahun

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 14


(HTT)
2 Jarang Peristiwa diharapkan tidak terjadi
Terjadi (JT) Persentase >10-3-%
Terjadi 1 kali dalam 2-5 tahun
3 Mungkin Peristiwa kadang-kadang bisa terjadi
Terjadi Persentase >30-50%
(MT) Terjadi 1 kali dalam 1-2 tahun
4 Sering Peristiwa sangat mungkin terjadi pada sebagian kondisi
Terjadi Persentase >50-90% kategori dalam 1 periode
(ST) Terjadi beberapa kali dalam setahun
5 Hampir Peristiwa selalu terjadi hampir pada setiap kondisi
Pasti Persentase >90% dalam 1 periode
Terjadi Terjadi dalam hitungan minggu atau bulan
(HPT)

c. Kebijakan Skala Risiko


Level risiko ditentukan berdasarkan atas 2 (dua) elemen atau dimensi, yaitu
level kemungkinan terjadinya risiko dan level dampak (konsekuensi) risiko.
Kedua dimensi tersebut harus di kombinasikan dan diperhitungkan secara
bersamaan dalam penentuan level risiko. Level kemungkinan terjadinya
risiko, level dampak dan level risiko masing-masing menggunakan 5 (lima)
skala tingkatan. Penentuan level risiko beserta dengan urutan prioritasnya
menggunakan matriks analisis risiko sebagai berikut:

Matriks Risiko DAMPAK=SEVERITY


(5x5) 1 2 3 4 5
SR R S T ST
KEMUNGKINAN 5 HP 5 10 15 20 25
T
4 ST 4 8 12 16 20
3 MT 3 6 9 12 15
2 JT 2 4 6 8 10
1 HT 1 2 3 4 5
T

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 15


WARNA DESKRIPSI STATUS LEVEL DAMPAK X
RISIKO KEMUNGKINAN
Sangat Tinggi 4 15-25
Tinggi 3 8-12
Sedang 2 4-6
Rendah 1 1-3

d. Kategori Risiko
Kategori risiko sangat penting dalam menjamin identifikasi risiko yang
komprehensif dan pengikhtisaran atau pelaporan risiko. Kategori risiko
disusun sesuai dengan kondisi lingkungan tempat kerja. Berikt kategori risiko
yang digunakan di RSUD Cibinong:

KATEGORI DEFINSI
RISIKO
Risiko Risiko yang disebabkan oleh segala sesuatu yang
Keuangan menimbulkan tekanan terhadap tekanan dan pendapatan
belanja organisasi
Risiko Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan
Kepatuhan organisasi baik internal/eksternal yang berdampak
langsung terhadap organisasi
Risiko Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan
Kebijakan organisasi baik internal maupun eksternal yang berdampak
langsung terhadap organisasi.
Risiko Legal Risiko yang disebabkan oleh adanya tuntutan hukum
kepada organisasi
Risiko Fraud Risiko yang disebabkan oleh kecurangan yang disengaja
oleh pihak internal yang merugikan keuangan negara
Risiko Risiko yang disebabkan oleh menurunnya kepercayaan
Repusitasi publik/masyarakat yang bersumber dari persepsi negatif
organisasi
Risiko Risiko yang disebabkan oleh :
Operasional a. Ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia dan kegagalan sistem
b. Adanya kejadian eksternal yang mempenagruhi
operasional organisasi

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 16


(2). Evaluasi Risiko

Evaluasi risiko adalah proses membandingkan anatara hasil analisis risiko dengan
kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan atau besarnya dapatnya di
terima, diserahkan ke pihak lain dan diperlukan mitigasi. Membandingkan tingkat
risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk
beberapa bahaya dibuatkan tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko
ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat
diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan
mitigasi/pengendalian.

Evaluasi risiko sebaiknya mencakup beberapa elemen sebagai berikut:

1. Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan higiene industri


2. Wawancara non formal dengan pekerja
3. Pemeriksaan kesehatan
4. Pengukuran pada area kerja
5. Pengukuran sampel personal

Hasil pengukuran (baik pada lingkungan dan personal) dan inspeksi kemudian
dibandingkan dengan standar yang berlaku nasional maupun internasional.

Tahapan evaluasi juga meliputi penentuan kategori tingkat risiko, apakah termasuk
dalam kategori dapat diterima, moderat atau penting. Kategori tingkat risiko ini
penting untuk menentukan prioritas pengendalian risiko dan jangka waktu
pengendaliannya.

NILAI KATEGOR KATEGORI PRIORITAS JANGKA


RISIKO I NILAI TINGKAT PENGENDALIAN WAKTU
RISIKO RISIKO PENGENDALIAN
15-25 Sangat Extreme Prioritas 1 Membutuhkan
Tinggi Risk penanganan
segera atau
penghentian
kegiatan atau
keterlibatan
manajemen

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 17


puncak,
perbaikan
Ancaman Sebab
Akibat Peluang
(ASAP)
8-12 Tinggi High Risk Prioritas 2 Membutuhkan
pengendalian
dalam waktu 3
bulan
4-6 Sedang Moderate Prioritas 3 Membutuhkan
Risk pengendalian
dalam waktu 6
bulan,
memerlukan
pihak manajemen
dan penjadwalan
tingkat perbaikan
secepatnya
1-3 Rendah Low Risk Prioritas 4 Dapat
dikendalikan
dengan prosedur
rutin,
pengendalian
paling lama
dalam waktu 1
tahun

4.5 PENGENDALIAN RISIKO


Pengendalian risiko merupakan tahapan terakhir dalam manajemen risiko.
Apabila risiko tidak dapat diterima, maka harus dilakukan upaya pengendalian risiko
agar tidak menimbulkan kecelakaan/penyakit/kerugian. Tentu saja program
pengendalian risiko ini mengikuti skala prioritas yang sudah ditentukan pada tahap
penilaian risiko. Metode pengendalian dapat diterapkan berdasarkan:

1). Lokasi pengendalian

Metodenya dapat dilihat pada tabel berikut:

Sumber Eliminasi
Substitusi
Modifikasi sumber atau proses

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 18


Automatisasi
Isolasi sumber bahaya
Local exhaust ventilation
Media Ventilasi general/penghawaan dengan jendela
Menjauhi sumber
Jadwal kerja
Pekerja Cara kerja aman
Prosedur kerja
Alat Pelindung Diri

2). Hirearki Pengendalian

Merupakan upaya pengendalian mulai dari efektivitas yang paling tinggi


hingga rendah. Langkah-langkah pengendalian risiko mengikuti prinsip-prinsip hirarki
kontrol bahaya yaitu:

Gambar. Hirarki Pengendalian Risiko

(1) Eliminasi: Menghilangkan bahan atau tahapan proses yang berbahaya

(2) Substitusi: Mengganti bahan atau tahapan proses berbahaya dengan


bahan/proses

yang kurang berbahaya.

(3) Pengendalian Teknik: Rekayasa teknik, misalnya memasang alat pelindung


mesin, ventilasi udara

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 19


(4) Adminstratif kontrol: Pelatihan, SOP, pengaturan waktu kerja, ijin kerja dll.

(5) Pemakaian APD: Alat pelindung diri, misalnya masker, googles, helmet, dll.

4.6. Monitoring dan Reviu


Setelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan maka perlu dipantau dan
ditinjau ulang apakah tindakan tersebut sudah efektif atau belum dalam
mengendalikan potensi bahaya K3 yang ada. Bentuk pemantauan yang dilakuakan,
antara lain: (1) Inspeksi (2) Pemantauan lingkungan (3) Audit (internal/eksternal).
Apabila sudah efektif maka program itu dapat direkam dan dijalankan sambil terus
berfikir tentang continual improvement. Sedangkan bila belum efektif harus segera
diambil langkah-langkah perbaikan dan pencegahan untuk memperbaiki
pengendalian risiko tersebut.

4.7. Komunikasi dan Konsultasi

Tujuan komunikasi dan konsultasi adalah:

(1) Memberikan informasi kepada pekerja tentang risiko yang ada di tempat
kerja.
(2) Memberikan awareness kepada pekerja mengenai risiko dan berperan aktif
dalam identifikasi bahaya serta usulan pengendalian bahaya.
(3) Memastikan pekerja memahami dan menerima strategi pengendalian yang
ditetapkan.
Agar proses komunikasi dan konsultasi dapat berjalan dengan baik, yang akan
memberi informasi adalah melalui Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
kepada siapa informasi yang disampaikan diberikan kepada smeua pekerja maupun
pihak pengunjung dan pihak tenant yang ada di lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Cibinong. Sejumlah materi yang akan disampaikan antara lain, bagaimana
manajemen risiko dilakukan pada sejumlah program antara lain:

a. Keselamatan dan Keamanan


b. Bahan Berbahaya dan Beracun dan limbahnya
c. Penanggulangan bencana (emergesnsi)

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 20


d. Proteksi Kebakaran
e. Peralatan Medis
f. Sistem utilitas

Sejumlah program tersebut diatas perlu dipersiapkan dengan baik agar tujuan
komunikasi dan konsultasi ini dapat berhasil.

4.8 Pelaksanaan Program Manajemen Risiko

Sejumlah fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusun rencana tertulis yang
meliputi enam bidang :

a. Keselamatan dan Keamanan


1) Keselamatan
Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, pekerja atau pengunjung.
2) Keamanan
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau
penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang.
b. Kesehatan Kerja
Perlindungan dan deteksi dini dari kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
penyakit umum lainnya pada saat sebelum bekerja, berkala, khusus dan akhir
tahun berdasarkan risiko yang ditemukan sesuai area kerja pekerja RS.
c. Bahan Berbahaya.dan Beracun (B3)
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan B3 dan limbahnya ditangani
secara aman.
d. Penanggulangan Kebencanaan
Respons terhadap bencana internal dan eksternal serta keadaan darurat
direncanakan dan dijalankan secara efektif.
e. Proteksi Kebakaran
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran dan
asap.
f. Peralatan Medis.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 21


Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa agar
mengurangi risiko.
g. Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan
dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan.

1. Identifikasi Area Risiko


Dalam upaya Manajemen Risiko fasilitas di Rumah Sakit Umum Daerah
Cibinong dilakukan identifikasi terhadap risiko terjadinya ancaman
Keselamatan dan Keamanan baik terhadap pekerja, pasien, pihak
tenant/penyewa lahan maupun pengunjung
a. Identifikasi Area Risiko
NO JENIS RISIKO AREA RISIKO
1. Kedaruratan Bencana Ruang Rawat Inap, IGD, Rawat Jalan,
a. Internal : HD, Laboratorium, OK, ICCU/ICU/NICU,
1) Kebakaran Incenerator, Radiologi, Ins.Farmasi,
2) Ledakan tabung gas Pergudangan, IPSRS, Kantor
3) Keracunan gas Manajemen, Gas medis, IPAL, Gizi dan
4) Keracunan makanan tenant (penyewa lahan).
5) Gempa bumi
6) Huru-hara
b. Eksternal :
1) Gempa bumi
2) Wabah penyakit
3) Keracunan makanan
4) Ledakan
5) Kebakaran
Ruang Rawat Inap Dahlia, PONEK,
2 Penculikan Bayi
Poliklinik dan IGD
Poliklinik, IGD, Rawat Inap, Gudang
3 Pencurian
Farmasi, Gudang
4 Kekerasan Fisik Poliklinik Rawat Jalan, IGD, Rawat Inap
5 Cedera Fisik Semua area
6 Terpapar Radiasi Radiologi, ESWL, Cathlab, OK
7 Pasien hilang/ minggat Ruang Rawat Inap, Ruangan Isolasi
8 Tertusuk jarum/ benda Poliklinik Rawat Jalan, IGD, Ruang
tajam Rawat Inap, Laboratorium, OK, NICU,
ICU, petugas kebersihan sampah, HD,

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 22


TPS B3, Incenerator

2. Koordinasi dan Kewenangan.


Koordinasi dan kewenangan dilakukan oleh Komite Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan unit terkait untuk mengkoordinir inspeksi dan
pemeliharaan seluruh kemajuan dan pengelolaan resiko pada aktivitas dan
fungsi fasilitas rumah sakit. Kepemimpinan tim ini memastikan bahwa
dilakukan monitoring dan evaluasi dan memastikan sumber-sumber untuk
peningkatan fungsi fasilitas yang mendukung keselamatan bagi masyarakat
disekitar rumah sakit, pasien, pekerja, penyewa lahan/tenant dan
pengunjung.

3. Keselamatan dan Keamanan.


a. Tujuan
Tujuan program keselamatan dan keamanan Rumah Sakit Umum Daerah
Cibinong :
1) Meminimalkan risiko dan bahaya yang dapat terjadi dalam
lingkungan fisik rumah sakit.
2) Mengelola aktifitas pekerja untuk mengurangi cedera akibat
pekerjaan dan lingkungan pekerjaan.
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup program keselamatan dan keamanan Rumah Sakit Umum
Daerah Cibinong antara lain:

1) Pencegahan terjadinya pencurian dan pemaksaan mengambil barang


milik masyarakat rumah sakit
2) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan
pengunjung di rumah sakit
3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru
ataupun renovasi kontruksi gedung
4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian
yang disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit
5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit, termasuk parkir
6) Pencegahan cedera karena jarum atau benda tajam.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 23


7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas radiologi.
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
9) Mencegah terjadinya pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.

Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit yaitu
semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis
yang ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien,
penyewa lahan/tenant, pengunjung dan pekerja Rumah Sakit :

1) Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang


Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
masyarakat rumah sakit terhindar dari kecurian maupun pengambilan secara
paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit diidentifikasi, pengunjung
dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang menunggu/ menginap di rumah
sakit diidentifikasi, gedung difasilitasi dengan pemasangan trail sesuai
kebutuhan keselamatan keamanan, pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak
membawa barang berharga dan uang yang berlebihan, pemasangan kamera
untuk mengindentifikasi kejadian yang mengancam keselamatan dan
keamanan.

2) Pencegahan kekerasan terhadap pekerja, pasien dan pengunjung


Pasien, pengunjung dan pekerja dilindungi oleh rumah sakit dari bahaya akan
kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun pekerja rumah
sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila petugas, pasien/ maupun keluarga
mengindetifikasi kemungkinan terjadinya kekerasan mental maupun fisik.

3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru ataupun


renovasi gedung
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya karena polusi
debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang diakibatkan oleh
adanya penambahan bangunan di dalam rumah sakit. Oleh karena itu untuk
setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan proses pemusnahan, area
bangunan tersebut dilindungi dan dilengkapi dengan rambu-rambu
keselamatan, penggunaan APD dan kawasan tanpa rokok

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 24


4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang
disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit (handrail, trali
jendela, pintu kamar mandi, nurse call, lantai beda level/ licin, fasilitas
penanganan kebakaran, pengamanan tempat tidur, kamera di unit risiko
gangguan keamanan)
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan
keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari cedera,
jatuh, pencurian, ancaman nyawa dengan melengkapi fasilitas nurse call untuk
semua pasien, trali jendela untuk keamanan dari pencurian sesuai kebutuhan,
handrail untuk pemegangan saat pasien berjalan maupun duduk di ruangan
perawatan termasuk kamar mandi dan disekitar bangunan RS, pengamanan
tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh, pemasangan smoke detector di
gedung berisiko, penandaan lantai licin dan lantai beda level untuk mencegah
pasien jatuh, pintu kamar mandi pasien yang terbuka ke luar untuk dapat
segera membantu pasien yang terkunci tanpa mencenderai saat pintu dibuka
paksa, dan fasilitas lain yang dibutuhkan.

5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground


(penataan selokan/ got/ kabel/ pipa/ penempatan tabung gas, fasilitas bermain
anak, pagar, taman, trotoar dan pembatas jalan, pengaturan parkir)
 Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman dari segi
fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan tertutup dan tidak
bau.
 Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang maupun
pecahan beton.
 Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
 Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan pembungkus
sehingga tidak mengancam keselamatan
 Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 25


 Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya lubang,
perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain, yang dapat
berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.
 Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak ada bagian
yang berkarat, berlubang maupun tajam yang dapat menyebabkan
keselamatan fisik anak terganggu
 Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas
berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di
sekitarnya.
 Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah gangguan
keselamatan pada pengguna dan fasilitas rumah sakit. Akses masuk ke
dalam rumah sakit ada di pintu samping Gedung VIP, pintu belakang pos
sekuriti, IGD, Poliklinik
 Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur 2 kali
dalam sehari yaitu jam 11.00-13.00 dan jam 17.00-19.00
 Identitas pekerja dan peserta didik, seragam pekerja dan tamu. Untuk
mencegah terjadinya masalah keamanan pada masyarakat rumah sakit
maka semua petugas dan peserta didik di Rumah Sakit Umum daerah
Cibinong menggunakan label Identitas dan pakaian seragam sesuai
ketentuan rumah sakit pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang,
maupun malam. Untuk tamu rumah sakit seperti Medical Representative
dan tamu rumah sakit diberikan identitas tamu yang dikelola oleh petugas
sekuriti.
6) Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.
Jarum/ benda tajam ditempatkan pada kontainer khusus sehingga tidak
mencederai pekerja maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang
terkena jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang
berlaku. (SOP penanganan tertusuk jarum/ benda tajam).
7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.
 Petugas radiologi merupakan salah satu pekerja yang akan terkena
dampak paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan dilakukan
perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan apron masih tetap
aman digunakan. Perawatan terhadap apron dilakukan setiap hari setelah

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 26


digunakan oleh petugas radiologi, sedangkan uji terhadap efektifitas apron
dilakukan oleh petugas PPR setiap 1 tahun sekali.
 Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi yang di uji
setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk memastikan keefektifan
badge tersebut.
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi
Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang masuk
ke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien memiliki ID
berupa kartu ijin menunggu saat berada di ruangan perawatan. Pintu ruangan
dikunci dan dipegang oleh petugas jaga yang dioperkan setiap shif.

9) Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pada
tangannya, petugas sekuriti melakukan pengawasan apabila ada seseorang
dengan menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan tanpa
didampingi oleh petugas rumah sakit. Bila petugas securiti menemukan
individu seperti itu, maka petugas melakukan identifikasi pada pasien tersebut
dan melakukan kontak dengan ruangan perawatan untuk koordinasi.

c. Program Review dan Evaluasi.


Koordinator program ini bertanggung jawab :

1) Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan infeksi keseluruh


gedung dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan pelaksanaan program
keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
2) Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating pada
perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi
3) Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan pencapaian
dari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 6 bulan sekali kepada
Direktur RSUD Cibinong.
4) Managemen keselamatan dan keamanan Rumah Sakit ini di evaluasi setiap 2
tahun sekali oleh Komite K3RS.

d. Program Pendidikan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 27


1) Setiap pekerja baru diberikan informasi tentang penatalaksanaan
keselamatan dan keamanan di rumah sakit
2) Pekerja terkait diinformasikan sedikitnya 2 tahun sekali tentang program
penatalaksanaan keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
3) Pekerja yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir keselamatan dan
keamanan di rumah sakit memiliki pengetahuan tentang ini.

4. Kesehatan Kerja
a. Tujuan meningkatkan kesehatan kerja pekerja agar kontinuitas operasional
RS terus berjalan dan terbebas dari kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
dan penyakit umum lainnya.
b. Ruang Lingkup meliputi upaya pencegahan penyakit, upaya peningkatan
kesehatan, upaya penanganan penyakit, dan upaya pemulihan kesehatan.
c. Program Reviu dan Evaluasi
Koordinator program kerja bertanggungjawab :
1) Menyusun Program pelaksaan kesehatan kerja meliputi pemeriksaan
kesehatan sesuai tingkat risiko dan jenis pekerjaannya; penilaian
diagnosis okupasi; penilaian kelaikan kerja; membuat program kembali
kerja; melakukan surveilens kesehatan;
2) Melakukan laporan analisis dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan
dan penilaian kesehatan yang telah dilaksanakan.
3) Menyusun laporan hasil kegiatan yang dibuat secara rutin setiap 6
bulan sekali kepada Direktur RSUD Cibinong.
4) Melakukan surveilens kesehatan khususnya pada kasus kecelakaan
kerja maupun penyakit umum lainnya pada pekerja RS
5) Manajemen kesehatan kerja ini di evaluasi setiap 2 tahun sekali oleh
Komite K3RS.

d. Program Pendidikan
1) Setiap pekerja, pekerja baru, peserta didik, tenant diberikan informasi
tentang pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala,
khusus dan akhir kerja di rumah sakit.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 28


2) Pekerja terkait diinformasikan agar bersedia untuk melaksanakan
pemeriksaan kesehatan berkala terkait jenis pekerjaannya berisiko
terhadap produktivitas RS.
3) Pekerja terkait memberikan informasi kejadian kecelakaan kerja
maupun diduga penyakit akibat kerja.

5. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


a. Tujuan
Mengelola material yang diketahui memiliki potensi membahayakan
bagi manusia maupun lingkungan. Penatalaksanaan ini dilakukan
untuk meminimalkan risiko bahaya maupun cedera. Proses yang
dilaksanakan meliputi edukasi, informasi prosedur untuk penggunaan
yang aman, penyimpanan dan pembuangan serta pengelolaan bila
terpapar dengan tumpahan B3 . Dan proses ini dibuat juga untuk
mengevaluasi risiko yang dapat mengancam hidup maupun kesehatan
pasien, pengunjung, pihak tenant dan pekerja rumah sakit.

b. Ruang Lingkup.
Bahan berbahaya ini difokuskan pada risiko yang disebabkan oleh
bermacam-macam bahan berbahaya yang ada yang terpapar bagi
lingkungan rumah sakit, pada pasien, pengunjung dan pekerja rumah
sakit, juga agar dapat dilaksanakan sesuai peraturan dan kebijakan
yang ada, ruang lingkupnya yaitu :
1) Menentukan (B3) yang dipergunakan dan limbah yang dihasilkan
di rumah sakit.
2) Data bahan berbahaya dan beracun yang ada diidentifikasi dalam
Safety Data Sheets (SDS)
3) Respon efektif yang cepat dibutuhkan untuk setiap kejadian
tumpahan, kebocoran atau paparan bila terjadi.
4) Proses yang digunakan untuk memilih, transportasi, penyimpanan,
penggunaan dan pembuang B3 juga proses untuk memilah,
memisahkan,transportasi, penyimpanan, membungkus dan
membuang limbah berbahaya yang ditulis lengkap pada SOP

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 29


5) Proses monitoring khusus dilakukan untuk mengelola gas, asap,
maupun radiasi berbahaya yang tidak dapat dideteksi oleh manusia

c. Identifikasi Bahan Berbahaya.


Dalam upaya mengelola B3 di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
dilakukan identifikasi terhadap B3 yang digunakan yaitu:
1) Inventarisasi B3, jumlah B3 di RSUD CIbinong yaitu :

N BAHAN BERBAHAYA NO BAHAN BERBAHAYA


O
1 2 3 4
1 Alhokol 10 Halotan
2 Asam Asetat 11 Hydrogen Peroksida
3 Asam Klorida 12 Iodine
4 Asam Sulfat 13 Kapur Barus
5 Bensin/Bensol 14 Klorin
6 Cidex 15 Las Karbit
7 Elpiji 16 Methanol
8 Formalin 17 Nitrogen Dioksida
9 Freon 18 Timbal

2) Distribusi B3 berdasarkan ruangan/unit pelayanan/Instalasi :


AREA PEMAKAIAN
NO JENIS B3
(INSTALASI)
1 2 3
1 Instalasi Rawat Jalan/ 1. Alkohol
Poliklinik 2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
2 Instalasi Rawat Inap 1. Alkohol
2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
3 Instalasi Laboratorium 1. Alkohol
2. Asam Asetat
3. Asam Klorida
4. Asam Sulfat
5. Methanol
4 Instalasi Kamar Bedah 1. Alkohol
2. Halotan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 30


3. Nitrogen Dioksida
5 Kamar Jenazah 1. Alkohol
2. Formalin
6 IGD 1. Alkohol
2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
7 Instalasi Farmasi 1. Cidex
2. Formalin
8 Instalasi Radiologi 1. Timbal
9 IPSRS
1. Freon
2. Klorin
3. Las Karbit

3) Inventarisasi Limbah B3
a) Limbah Radioaktive : tidak ada
b) Limbah farmasi: cairan/ bahan padat pengolahan obat/
bahan medis dari instalasi farmasi
c) Limbah Infeksius dan benda tajam : cairan, bagian
tubuh pasien, bahan/ alat yangkontak dengan pasien. Benda
tajam: silet/ pisau, jarum, pecahan ampul, dll dihancurkan ke
insinerator dengan suhu 1200° C
d) Limbah kimia: seperti gula, asam amino, garam tertentu,
cairan kimia buangan diunit radiologi dan laboratorium

d. Penatalaksanaan B3

1) Pengelolaan B3: Pengadaan-Penyimpanan di gudang-Distribusi


(transportasi)- Penyimpanan di unit pelayanan-Pemakaian B3 dan alur
pengelolaan limbah B3

a) Pengadaan dilakukan berdasarkan kebutuhan akan B3 di unit


pelayanan sesuai dengan ketentuan RS

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 31


b) Penyimpanan di gudang :

(1) Bahan mudah terbakar seperti alcohol, ditempatkan pada area


yg jauh dari panas

(2) Bahan kimia ditempatkan di gudang medis di lemari B3

(3) Bahan-bahan berbahaya yang tidak memiliki resiko terbakar


ditempatkan di lemari penyimpanan biasa.

c) Distribusi (transportasi) :bahan berbahaya (radiologi dan lab)


diambil dari gudang rumah sakit untuk dibawa ke unit pelayanan
menggunakan troly- dengan kemasan asli dari produsen.

d) Penyimpanan di unit pelayanan: ruang perawatan menyimpan


bahan yang dipakai sesuai dengan kebutuhan dalam 1 minggu,
yang disimpan di lemari penyimpanan bahan berbahaya di
gudang ruangan. Jumlah Bahan yang disimpan hanya untuk
memenuhi kebutuhan 1 minggu.

e) Penggunaan dan penanganan bila terkena B3 pada tubuh :


semua B3 digunakan sesuai dengan MSDS

f) Penatalaksanaan tumpahan dengan peralatan dan prosedur


perlindungan yang sesuai :

1) Tumpahan bahan kimia: Pekerja menggunakan sarung


tangan, tissue/ koran untuk mengambil tumpahan,
disemprotkan desinfektan lalu di lap.

2) Pembuangan Limbah Berbahaya


a) Limbah Radioactif : tidak ada
b) Limbah farmasi : dibuang ke saluran IPAL untuk
limbah cair dan ke incinerator untuk limbah padat yang

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 32


dibungkus dengan kantong plastik warna coklat dan akan
diambil oleh pihak produsen obat tersebut
c) Limbah Infeksius dan benda tajam : dibungkus dengan
kantong plastik kuning dibuang ke incinerator, sedangkan
benda tajam dikumpulkan dalam container dan langsung
dihancukan ke incenerator selanjutnya dibuang ke
tempat pembuangan B3 atau ke landfill setelah residunya
aman
d) Limbah kimia : seperti gula, asam amino, garam tertentu
dibuang ke saluran IPAL,.
3) Transportasi Pembuangan Limbah.
Berkaitan dengan jalur transportasi rutin pembuangan limbah
yang sama dengan jalur lalu lintas pekerja, pengunjung dan
juga alat/ bahan bersih maka ditentukan jadwal untuk waktu
pembuangan limbah yang meminimalkan kontak dengan hal
diatas yaitu sehari 2 kali, pagi jam 07.00 – 08.00, sore
dilakukan jam 15.00 – 16.00. Limbah infeksius dari ruangan
menular dibungkus double dengan plastik berwarna kuning
bila berasal dari ruangan infeksius pada saat transport ke
tempat pembuangan akhir di rumah sakit. Sampah yang telah
terkumpul max dg volume 2/3 dari plastik penampung paling
dan paling lama tersimpan selama 2 x 24 jam, diikat dan
dibawa ke penampungan akhir sampah di rumah sakit. Untuk
limbah cair dari CSSD, Gizi, Kamar operasi, Laboratorium, dan
unit pelayanan pasien masuk ke saluran IPAL Rumah sakit.

Untuk menjamin agar limbah cair medis yg dihasilkan Rumah sakit aman bagi
lingkungan maka dilakukan kontrol melalui ikan yang ditempatkan di bak kontrol
disamping juga dilaksanakan uji kualitas air dilakukan 1(satu) bulan sekali.

4) Prosedur emergency terhadap tumpahan dan kebocoran

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 33


Tumpahan dan kebocoran dalam jumlah besar
membutuhkan penanganan emergency (mengacu pada
penatalaksanaan kedaruratan/ bencana)

5) Pelabelan
Warna
Kontainer/ Lamban
No Kategori Keterangan
Kantong g
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong box timbal
dengansymbol radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong plastik Double
infeksius dari
ruang menular
3 Limbah Kuning Kantong plastik Double
infeksius,
patologi dan
anatomi
4 Sitotoksis Ungu Kantong plastik Double
5 Limbah kimia Coklat Kantong plstik
dan farmasi

e. Program Reviu dan Evaluasi

1) Sub komite kesehatan lingkungan RSUD Cibinong melakukan


tugas ini

2) Program monitoring menjadi satu dengan program inspeksi


Penatalaksanaan Fasilitas dan keselamatan rumah sakit.

3) Menyusun perencanaan dari hasil monitoring

4) Menyusun laporan perkembangan dari hasil monitoring dengan


analisis dan rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan B3 dan
limbah yang aman bagi lingkungan dan pekerja, pasien dan
pengunjung. Laporan yang dibuat secara rutin setiap 6 bulan
sekali kepada Karumkit.

5) Pengelolaaan B3 dan limbah Rumah sakit ini dievaluasi setiap 2


tahun sekali Komite K3RS dan unit terkait

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 34


g. Program Pendidikan

1) Setiap pekerja baru diberikan informasi tentang penatalaksanaan


B3 dan limbahnya

2) Pekerja terkait diinformasikan sedikitnya 2 tahun sekali program


penatalaksanaan B3 dan limbahnya dan melakukan review
terhadap penggunaan MSDS

3) Pekerja yang terlibat mendapatkan pelatihan untuk pengelolaan


B3 dan limbahnya

6. Kesiapsiagaan Kebencanaan
a. Tujuan.
Memastikan kesiapan rumah sakit dan merespon secara efektif
kejadian bencana yang ada baik bencana internal maupun eksternal.
b. Ruang Lingkup
1) Menentukan jenis bencana, kemungkinan terjadinya, konsekuensi
bahaya/ ancaman/ kejadian.
2) Menentukan peran rumah sakit dalam keadaan bencana tersebut.
3) Menentukan strategi komunikasi saat bencana terjadi.
4) Mengelola sumber daya baik yang dimiliki rumah sakit
maupun mengaktifkan bantuan external
5) Pengelolaan kegiatan klinik dan penyiapan ruangan perawatan
korban.
6) Mengidentifikasi peran dan tanggung jawab pekerja selama
kejadian.
7) Mengalihkan penugasan pekerja yang tidak sesuai dengan
kompetensinya saat kejadian
c. Penatalaksanaan Manajemen Emergensi.
Penatalaksanaan Manajemen Emergensi mengacu pada Pedoman
Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
1) Jenis dan kemungkinan terjadi bencana dan konsekuensinya
NO JENIS BENCANA KEMUNGKINA KONSEKUENSI

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 35


N TERJADI
INTERNAL
1 Ledakan tabung Bisa terjadi, Terjadinya kebakaran dan
gas tapi belum korban luka bakar sehingga
pernah ada perlu disiapkan ruangan
perawatan luka bakar dengan
jumlah yang memadai
2 Keracunan gas Bisa terjadi, Sesak nafas sehingga
tapi belum dibutuhkanpenanganan
pernah ada tambahan O2 dan
Kemungkinan perawatan
intensif
3 Keracunan Bisa terjadi, Terjadinya gangguan pada
makanan tapi belum pencernaan dan kekurangan
pernah ada cairan sehingga dibutuhkan
terapi cairan
4 Kebakaran Bisa terjadi, Dibutuhkan ruangan perawatan
tapi belum luka bakar, persiapan tindakan
pernah ada operasi untuk kemungkinan
kasus cedera
5 Gempa bumi Pernah ada Disiapkan area yang lebih luas
sekitar >20 untuk penanganan korban
tahun lalu dalam jumlah banyak.
Persiapan kamar operasi untuk
antisipasi korban cedera
6 Ledakan Bom Sangat jarang Luka bakar
EKSTERNAL
1 Gempa bumi Pernah ada Disiapkan area yang lebih luas
untuk penanganan korban
dalam jumlah banyak.
Persiapan kamar operasi untuk
antisipasi korban cedera
2 Ledakan Belum pernah Terjadinya kebakaran dan
korban luka bakar sehingga
perlu disiapkan ruangan
perawatan luka bakar dengan
jumlah yang memadai
3 Kecelakaan lalu sering Ruangan perawatan
lintas/musibah emergency
masal dan kamar operasi disiapkan
4 Keracunan Pernah ada Terjadinya gangguan pada
makanan pencernaan dan kekurangan
cairan sehingga dibutuhkan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 36


terapi cairan
5 Wabah penyakit Pernah ada Disiapkan ruangan perawat
khusus sesuai jenis wabah,
juga disiapkan ruangan isolasi
untuk penyakit menular
6 Hujan angin Sering terjadi Area perawatan dan kamar
operasi disiapkan

2) Ambulans tersedia sejumlah 4 buah, untuk membantu


pelaksanaan transportasi-evakuasi pasien dari area kejadian baik
internal maupun external rumah sakit ke unit yang dituju.
Ambulans dan fasilitas didalamnya dilakukan inspeksi setiap
bulan, dan kontrol terhadap fungsi ambulans serta ketersediaan
fasilitas dikontrol oleh koordinator setiap hari.
3)
e. Program Reviu dan Evaluasi

1) Koordinator kebakaran pada Komite K3RS dan Bidang


pelayanan medis melakukan pengujian/ simulasi terhadap
disaster plan setiap tahun baik untuk penanganan bencana internal
maupun eksternal.

2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan


dilakukan debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk
dari pengujian tahunan yang dilakukan.

f. Program Pendidikan

1) Pelatihan petugas ambulans untuk penanganan kegawatan seperti


BTLS direview setiap tahun

2) Pelatihan BTLS bagi supir ambulan direview setiap tahun

7. Proteksi Kebakaran
a. Tujuan.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 37


Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan
penghuni rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera
maupun kemungkinan kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran

b. Ruang Lingkup

1) Pencegahan risiko kebakaran

2) Pengaturan konstruksi bangunan untuk mencegah kebakaran

3) Akses keluar saat terjadi kebakaran

4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini

5) Mekanisme pemadaman api

6) Evakuasi pasien

c. Penatalaksanaan Pengamanan Kebakaran

1) Pencegahan risiko kebakaran

a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan


pada area yang aman dari sumber api/ panas, dengan
penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik
untuk mencegah jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi
(pintu masuk terkunci).

b) Kawasan Tanpa Rokok di semua area lingkungan Rumah Sakit


Umum Daerah Cibinong

c) Pengaturan Konstruksi Bangunan

Bahan bangunan yang digunakan pada proyek


pembangunan di rumah sakit mengurangi menggunakan bahan
yang dominan menyebabkan kebakaran. Bangunan tambahan
untuk penyewa lahan di dalam lingkungan rumah sakit
merupakan bangunan permanen yang tidak terbuat dari papan/
triplek

2) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 38


a) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda
‘EXIT’, dimana pintu darurat tersedia di semua unit
pelayanan dan perkantoran untuk keadaan darurat

b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas


yang tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang
meubel dan fasilitas lain.

c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area


strategis yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat
dari semua area keluar dari tiap unit pelayanan maupun
perkantoran

d) Area berkumpul terdapat 5 titik kumpul yaitu di halaman depan


IGD, Halaman depan I.Rawat Jalan, Halaman I.Pemusalaran
Jenazah, Halaman Medical Check Up, Halaman Depan IPSRS

5) Sistem peringatan dini


Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke
detector, alarm fire, fire supresion pada gedung baru. Gedung
yang belum memiliki smoke detector akan dilakukan patroli
kebakaran oleh petugas keamanan rumah sakit setiap harinya
dengan berkeliling rumah sakit untuk mengidentifikasi risiko
kebakaran.

6) Mekanisme pemadaman api

a) APAR di pasang di seluruh gedung perawatan di tiap jarak


20-25 meter, atau ditempatkan sesuai kebutuhan dan
dipasang berjarak minimal 125 cm dari atas lantai sehingga
memudahkan untuk dijangkau

b) Prosedur pemadaman api (SOP). Bila ada


asap/kebakaran, petugas yang pertama kali
menemukannya menghubungi pusat pengendali informasi
emergenci di pesawat 199, secara pararel petugas tersebut
memberikan informasi ke rekan kerja ada situasi kode

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 39


merah, Petugas yang bertanggung jawab dalam sistem
kode merah mengambil peran masing-masing dengan
menggunakan identitas berupa helm sebagai berikut :

N
JENIS PERAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN HELM
O
1 Penanggung Melakukan proses memutus Merah
Jawab api rantai api dengan mengatur aliran
oksigen, pemutusan panel listrik
dan mengatur pergerakan APAR
2 Penanggung Melakukan pengamanan Biru
Jawab pasien terhadap kondisi pasien dan
dan jalur menuju titik kumpul
evakuasi
3 Penanggung Melakukan penyisiran ruangan Orange
Jawab Dokumen untuk mengamankan dokumen
dan aset dan aset lainnya
4 Penanggung Melakukan pemimpinan Kuning
Jawab regu kegiaatan

e. Program Review dan Evaluasi

1) Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan


kesiapan alat deteksi dini dan fasilitas pemadaman api, yang
dilakukan setiap bulan yang dibuktikan dengan dokumentasi hasil
inspeksi.

2) Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit


aman saat terjadinya kebakaran, program disusun dari hasil
inspeksi termasuk program pemeliharaan alat penanganan
kebakaran.

3) Dilakukan pengujian/ simulasi prosedur penanganan kebakaran


setahun sekali yang diikuti oleh seluruh pekerja rumah sakit,
termasuk pengujian pada prosedur evakuasi pasien dengan
pendampingan pemberian materi dan simulasi oleh petugas Dinas
Kebakaran Kabupaten Bogor

f. Program Pendidikan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 40


1) Semua pekerja rumah sakit mendapatkan pelatihan pencegahan
dan penanganan kebakaran, dan direviu setiap tahun.

2) Semua pekerja mampu mendemonstrasikan cara penanggulangan


kebakaran.

3) Semua pekerja baru dan mahasisiwa praktek mendapatkan


pelatihan maupun orientasi pencegahan dan penanganan
kebakaran

8. Peralatan Medis
a. Tujuan.
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam
keadaan aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat
dijangkau.

b. Ruang Lingkup

1) Inventarisir semua peralatan medis yang ada di:

a) IGD

b) Ruang perawatan pasien rawat inap dan rawat jalan

c) Kamar operasi, ICU, NICU

d) Laboratorium

e) Radiologi

f) Ruang Hemodialisa

g) Ruang Penyediaan darah

2) Pelaksanaan inspeksi dan pengujian fasilitas dan keselamatan


di rumah sakit

3) Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas dan system utilitas rumah


sakit

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 41


4) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.

c. Penatalaksanaan Peralatan Medis


Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan
kebijakan dan prosedur mulai dari pengadaan, inspeksi, dan
pemeliharaan.

1) Inventarisasi alat medis (mengacu pada daftar inventaris alat medis


penunjang medis)

2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui


perkembangan kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa
data yang akan digunakan untuk perencanaan perbaikan dan juga
perencanaan kebutuhan rumah sakit

3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru


selanjutnya disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan
rumah sakit, yang dilengkapi dengan data hasil inspeksi dan
pengujian serta dibuatkan rekomendasinya.

4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai


tindakan pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan
ataupun masalah kecil yang berdampak pada ketidakamanan alat
saat digunakan pada pasien. Jadwal pemeliharaan selalu
ditepati oleh petugas. Semua bukti pemeliharaan alat tercatat
dan di buatkan rekomendasi untuk peralatan tersebut selalu
aman dan siap pakai. Untuk alat yang rusak namun tidak mungkin
diperbaiki, rumah sakit menarik alattersebut dari penggunaannya
untuk selanjutnya dilakukan suatu proses sesuai ketentuan yang
berlaku untuk pemusnahan maupun pengeluaran alat tersebut dari
rumah sakit.

5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran

Rumah sakit mengeluarkan surat edaran untuk informasi bila ada


alat yang ditarik oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan
pasien dan informasi pemberhentian pemakaian pada alat

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 42


tersebut. Selanjutnya Kasi Penunjang Medik akan melaporkan
kepada Direktur RSUD Cibinong untuk penarikan alat tsb dari
unit pelayanan. Alat - alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh
karumkit ke Pabrik/ pemasok untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

e. Program reviu dan evaluasi

1) Kasi penunjang medik menyusun rencana inspeksi yang


selanjutnya membuat dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun
laporan dengan rekomendasinya

2) Pelaksana ATEM melakukan inspeksi regular setiap bulan dan


melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada

3) Dari hasil inspeksi, menyusun rencana pemeliharaan alat.

4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6


bulan yang jugavdigunakan sebagai bahan penyusunan
kebutuhan peralatan medis rumah sakit.

5) Evaluasi pendidikan dan ujian pekerja pengguna alat


dikoordinasikan oleh Kepala instalasi kepada Ka Instasi Diklat
yang dilakukan setiap 2 tahun.

f. Program pendidikan

1) Pekerja pengguna peralatan medis mendapatkan pelatihan untuk


mengoperasikan alat tersebut

2) Evaluasi berupa pendidikan dan ujian untuk mengoperasikan alat


dilakukan setiap 2 tahun.

3) Pendidikan kalibrasi

9. Sistem utilitas
a. Tujuan
Memastikan berfungsinya sistem utilisasi selama 24 jam dan 7 hari

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 43


1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan
menggunakan kemampuan terbaik rumah sakit

2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem


utilitas secara efisien dan pengelolaan lifecycle dari sistem utilitas
tersebut

3) Meningkatkan kemampuan pekerja dengan pendidikan pelatihan


mengenai system utilitas yang efektif

4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan


lingkungan rumah sakit yang aman

b. Ruang lingkup
1) Distribusi listrik dan emergency power ( Genzet)
2) Distribusi Air Bersih
3) Ventilasi dan Air Conditioner
4) Plumbing (system air kotor)
5) Gas medis
6) Sistem komunikasi (nurse call, komputer, telephone)
7) Medical Air compressor
8) Medical and surgical vacuum system

c. Inventarisasi sistem utilitas


SISTEM AREA
NO JENIS ALAT LOKASI
UTILITAS SUPLAY
1 Listrik PLN Seluruh area RS Seluruh RS

Genzet central Induk (disamping Seluruh RS


gardu PLN )
2 Air Sumur Bor/ air - Dekat Ruang 14 Seluruh RS
pump (Artesis) - Dekat Poliklinik
- Dekat Paviliun
3 Pendingin AC Kamar Operasi, Seluruh kamar
perkantoran operasi

Positve Seluruh kamar


pressure operasi

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 44


Air
4 Saluran Dari seluruh -
air kotor ruangan RS
disalurkan ke
lPAL
5 Gas Gudang Medis, Seluruh unit
Medis seluruh ruangan pelayanan
Rawat Inap, IGD,
ICU, Kamar
bedah.

6 Nurse Call Nurse call Rawat Inap -


7 Komputer Komputer Seluruh area RS -
8 Telephone Telephone direct Seluruh area RS Selurih area
dan extention RS

d. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


1. Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam, 7 hari), yang dipastikan
ketersediaanya tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau
setiap bulan disertai hasil yang didokumentasi untuk memastikan
keamanan air yang digunakan oleh rumah sakit. Dilakukan uji
terhadap kesiapan air alternative sebagai pengganti sumber air
regular sekali dalam setahun oleh petugas yang bertanggung
jawab. Akses Ground water tank dilindungi dengan trail terkunci
untuk mencegah terjadinya bahaya yang ditimbulkan oleh faktor
kesengajaan, seperti di masukkan bahan beracun.
2. Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan
pemantauan secara periodik untuk memastikan kualitas air yang
digunakan untuk dialysis ginjal oleh provider/ pemasok alat.
3. Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik
melalui sumber listrik negara maupun sumber listrik alternatif yang
disediakan rumah sakit (genzet). Seluruh genzet yang ada di
pastikan kesiapannya dengan melakukan uji berkala
4. Bila terjadi kegagalan pada sisitem utilitas, maka pekerja
bersangkutan di unit pelayanan segera melaporkan via
telephone ke IPSRS untuk dilakukan perbaikan maupun tindakan
lain dalam rangka meningkatkan proses pelayanan.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 45


5. Area penyiapan makanan dilakukan pengujian
untukmencegahadanyakemungkinan kontaminasi pada sistem
utilitas (dari sistem utilitas saluran airkotor)
6. Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman
dari api, dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa dan
teridentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya tabung dan
kebocoran, serta akses masuk dibatasi.

7. Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga


meminimalkan kemungkinan terkoyak

e. Identifikasi risiko – kedaruratan.


Risiko yang mungkin terjadi bila adanya kegagalanpada sistim utilitas
yang ada, sehingga perludilakukan uji terhadap backup dari setiap
sistim yang ada, utamanya di area berisiko

JENIS
KEGAGALAN AREA PALING
NO ALTERNATIF TINDAKAN
SISTEM BERESIKO
UTILITAS
1 Listrik kamar operasi dan Kalau gagal di OK : suplai
ruang dari Genzet secara
perawatan intensif otomatis (6-8 detik)
2 Air mati/ Seluruh area Hubungi PDAM untuk
terkontaminasi pelayanan dan pengiriman tangki air bersih
dari salah satu dapur
sumber
3 AC Kamar operasi dan Perbaikan/ ganti AC baru
ruang intensif

-Positeve Kamar operasi


presure Air
4 Saluran air kotor Seluruh area Beri tekanan air tinggi untuk
rumah sakit melancarkan saluran
5 Gas Medis Kamar Operasi, Manual dipindahkan ke
Ruang intensive central back up
6 Nurse call Sesuai lokasi Telp Ruangan

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 46


7 Komputer Sesuai lokasi Manual
9 Telephone Sesuai lokasi HP dan HT
10 Medical air Kamar operasi dan Pakai cadangan
compresor ruang intensive
11 Medical and Kamar operasi dan Pakai yang portable
surgical vacuum ruang intensive
system

g. Program review dan evaluasi

1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap


sisitem utilitas yang ada

2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang


menjadi bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun
pengembangan sisitem utilitas rumah sakit

3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan


untuk menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit
setiap 6 bulan

4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet)


dan air (air tanar atesis) setiap tahun. Pengujian terhadap air
tanah artesis untuk memantau kualitas air, proses pengujian
didokumetasikan untuk memastikan perkembangan sistem tersebut

5) Pemantauan kualitas air di water treatment ruang hemodialisa


didokumentasi sesuai jadwal dan dilakukan setiap sebulan sekali
untuk pengecekan bakteriologi. Untuk pengecekan kimia dilakukan
setiap sekali dalam 6 bulan

h. Program pendidikan.
Pekerja yang bertugas menangani sistem utilitas rumah sakit
mendapatkan pelatihan sesuai penugasan.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 47


BAB V

DOKUMENTASI

Pelaksanaan manajemen risiko di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong


harus dibuat dalam bentuk laporan dari profil jenis risiko yang ditemukan, laporan
proses dari manajemen risiko dan laporan pemantauan monitoring dan reviu pada
masing-masing unit yang melaksanakan manajemen risiko.

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 48


BAB VI

PENUTUP

Telah dibuat pedoman pelaksanaan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan


kerja sesuai dengan kebutuhan di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor. Pedoman ini
telah disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia serta
rujukan yang berlaku secara Internasional. Walaupun demikian pelaksanaan di
lapangan akan terus dipantau demi kepentingan pemutakhiran pedoman ini,
sehingga dapat mengikuti dan memenuhi kebutuhan kegiatan RSUD Cibinong dari
waktu ke waktu.

Ditetapkan : Cibinong

Pada Tanggal :

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG

KABUPATEN BOGOR

DIREKTUR,

Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 49


Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong 50

Anda mungkin juga menyukai