PENDAHULUAN
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong merupakan fasilitas kesehatan tipe B yang
menjadi rujukan regional, dimana salah satu upaya preventif yang wajib
dilaksanakan RSUD Cibinong ini adalah dilakukan upaya pengelolan risiko
(manajemen risiko). Oleh karena itu, pedoman ini disusun sebagai acuan dalam
melakukan manajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga potensi
bahaya teridentifikasi dan dapat dikendalikan serta menjadi dasar dalam
penyusunan program K3 di fasyankes. Terlaksananya upaya manajemen risiko K3 di
fasyankes maka kondisi tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman dapat tercapai
bagi pasien, pengunjung dan pekerja RSUD Cibinong.
1.2. Tujuan
b. Khusus
- Meningkatkan kemampuan dalam mempersiapan pelaksanaan
manajemen risiko K3
- Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi risiko K3
- Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis risiko di K3
- Meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengendalian risiko di K3
- Menigkatkan kemampuan dalam melakukan komunikasi dan partisipasi K3
- Meningkatkan kemampuan dalam melakukan monitoring dan evaluasi
pengelolaan risiko K3
- Melakukan perbaikan berkesinambungan dalam menyusun program K3
1.3. Pengertian
1. Bahaya adalah apapun (peralatan, mesin, metode kerja, material, kondisi)
yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian baik pada
keselamatan maupun kesehatan.
2. Probabilitas adalah kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya sesuatu.
3. Konsekuensi adalah dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti
penyakit akibat kerja, kecelakan akibat kerja bahkan kematian
4. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak
negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi
5. Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan Risiko, termasuk berbagai strategi yang
dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya.
6. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, analisis, evaluasi
dan pengelolaan semua Risiko yang potensial dan diterapkan terhadap
semua unit/bagian/program/kegiatan mulai dari penyusunan rencana
strategis, penyusunan dan pelaksanaan program dan anggaran,
pertanggungjawaban dan monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup manajemen risiko K3RS mencakup seluruh proses pelayanan atau
kegiatan yang dilakukan di Rumah Sakit termasuk kegiatan yang dilakukan oleh
pihak ketiga seperti kegiatan renovasi atau membangun baru, pemasangan
peralatan/fasilitas baru, cleaning service, pest control, dll. Ruang lingkup pedoman
ini meliputi manajemen risiko K3 yang terdiri dari:
TATALAKSANA
a. Persiapan
b. Identifikasi bahaya
c. Penilaian risiko (Risk assessment)
- Analisis risiko
- Evaluasi risiko
d. Pengendalian risiko
e. Monitoring dan review serta komunikasi dan konsultasi dilakukan pada
seluruh tahapan manajemen risiko.
PERSIAPAN
KO MUNI KASI & KON SUL TASI
IDENTIFIKASI BAHAYA
PENGENDALIAN RISIKO
Tujuan dari analisis risiko adalah untuk menilai tingkat risiko K3 baik sebelum
maupun setelah dilakukan pengendalian risiko. Penilaian risiko merupakan tahap
berikutnya setelah dilakukan identifikasi bahaya. Agar penilaian risiko yang
dilakukan dapat seobjektif mungkin, maka kita perlu mengumpulkan informasi-
informasi yang berkaitan dengan hazard dan risk yang akan kita nilai, yaitu:
Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang
melakukan), tindakan pengendalian risiko yang sudah ada, peralatan/mesin yang
digunakan untuk melakukan aktifitas, bahan-bahan yang dipakai serta sifat-sifatnya
(MSDS), data statistic kecelakaan kerja/PAK intern dan ekstern, hasil studi-survey-
pemantauan, literature, studi banding pada perusahaan sejenis dan penilaian tenaga
ahli, dsb. Penilaian risiko sendiri terdiri dari 2 aktifitas kunci yaitu:
Untuk menentukan probability dan efek harus punya insiden skenario terjadinya
kecelakaan/penyakit. Insiden skenario adalah suatu deskripsi yang logikal yang
menggambarkan suatu pola/path kejadian atau urutan kejadian dari suatu tindakan
yang mempunyai konsekuensi yang tidak diinginkan. Sebaiknya dalam analisis risiko
bekerja dalam tim (bukan sendiri) yang jumlahnya ganjil, agar apabila terjadi
perbedaan pendapat dan terpaksa voting dapat diambil suatu keputusan. Pihak-
pihak yang dapat dilibatkan sebagai tim risk assessment adalah manajemen, tim
medis dan non medis di unit-unit kerja Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong.
d. Kategori Risiko
Kategori risiko sangat penting dalam menjamin identifikasi risiko yang
komprehensif dan pengikhtisaran atau pelaporan risiko. Kategori risiko
disusun sesuai dengan kondisi lingkungan tempat kerja. Berikt kategori risiko
yang digunakan di RSUD Cibinong:
KATEGORI DEFINSI
RISIKO
Risiko Risiko yang disebabkan oleh segala sesuatu yang
Keuangan menimbulkan tekanan terhadap tekanan dan pendapatan
belanja organisasi
Risiko Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan
Kepatuhan organisasi baik internal/eksternal yang berdampak
langsung terhadap organisasi
Risiko Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan
Kebijakan organisasi baik internal maupun eksternal yang berdampak
langsung terhadap organisasi.
Risiko Legal Risiko yang disebabkan oleh adanya tuntutan hukum
kepada organisasi
Risiko Fraud Risiko yang disebabkan oleh kecurangan yang disengaja
oleh pihak internal yang merugikan keuangan negara
Risiko Risiko yang disebabkan oleh menurunnya kepercayaan
Repusitasi publik/masyarakat yang bersumber dari persepsi negatif
organisasi
Risiko Risiko yang disebabkan oleh :
Operasional a. Ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia dan kegagalan sistem
b. Adanya kejadian eksternal yang mempenagruhi
operasional organisasi
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan anatara hasil analisis risiko dengan
kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan atau besarnya dapatnya di
terima, diserahkan ke pihak lain dan diperlukan mitigasi. Membandingkan tingkat
risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk
beberapa bahaya dibuatkan tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko
ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat
diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan
mitigasi/pengendalian.
Hasil pengukuran (baik pada lingkungan dan personal) dan inspeksi kemudian
dibandingkan dengan standar yang berlaku nasional maupun internasional.
Tahapan evaluasi juga meliputi penentuan kategori tingkat risiko, apakah termasuk
dalam kategori dapat diterima, moderat atau penting. Kategori tingkat risiko ini
penting untuk menentukan prioritas pengendalian risiko dan jangka waktu
pengendaliannya.
Sumber Eliminasi
Substitusi
Modifikasi sumber atau proses
(5) Pemakaian APD: Alat pelindung diri, misalnya masker, googles, helmet, dll.
(1) Memberikan informasi kepada pekerja tentang risiko yang ada di tempat
kerja.
(2) Memberikan awareness kepada pekerja mengenai risiko dan berperan aktif
dalam identifikasi bahaya serta usulan pengendalian bahaya.
(3) Memastikan pekerja memahami dan menerima strategi pengendalian yang
ditetapkan.
Agar proses komunikasi dan konsultasi dapat berjalan dengan baik, yang akan
memberi informasi adalah melalui Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
kepada siapa informasi yang disampaikan diberikan kepada smeua pekerja maupun
pihak pengunjung dan pihak tenant yang ada di lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Cibinong. Sejumlah materi yang akan disampaikan antara lain, bagaimana
manajemen risiko dilakukan pada sejumlah program antara lain:
Sejumlah program tersebut diatas perlu dipersiapkan dengan baik agar tujuan
komunikasi dan konsultasi ini dapat berhasil.
Sejumlah fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusun rencana tertulis yang
meliputi enam bidang :
Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit yaitu
semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis
yang ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien,
penyewa lahan/tenant, pengunjung dan pekerja Rumah Sakit :
d. Program Pendidikan
4. Kesehatan Kerja
a. Tujuan meningkatkan kesehatan kerja pekerja agar kontinuitas operasional
RS terus berjalan dan terbebas dari kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
dan penyakit umum lainnya.
b. Ruang Lingkup meliputi upaya pencegahan penyakit, upaya peningkatan
kesehatan, upaya penanganan penyakit, dan upaya pemulihan kesehatan.
c. Program Reviu dan Evaluasi
Koordinator program kerja bertanggungjawab :
1) Menyusun Program pelaksaan kesehatan kerja meliputi pemeriksaan
kesehatan sesuai tingkat risiko dan jenis pekerjaannya; penilaian
diagnosis okupasi; penilaian kelaikan kerja; membuat program kembali
kerja; melakukan surveilens kesehatan;
2) Melakukan laporan analisis dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan
dan penilaian kesehatan yang telah dilaksanakan.
3) Menyusun laporan hasil kegiatan yang dibuat secara rutin setiap 6
bulan sekali kepada Direktur RSUD Cibinong.
4) Melakukan surveilens kesehatan khususnya pada kasus kecelakaan
kerja maupun penyakit umum lainnya pada pekerja RS
5) Manajemen kesehatan kerja ini di evaluasi setiap 2 tahun sekali oleh
Komite K3RS.
d. Program Pendidikan
1) Setiap pekerja, pekerja baru, peserta didik, tenant diberikan informasi
tentang pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala,
khusus dan akhir kerja di rumah sakit.
b. Ruang Lingkup.
Bahan berbahaya ini difokuskan pada risiko yang disebabkan oleh
bermacam-macam bahan berbahaya yang ada yang terpapar bagi
lingkungan rumah sakit, pada pasien, pengunjung dan pekerja rumah
sakit, juga agar dapat dilaksanakan sesuai peraturan dan kebijakan
yang ada, ruang lingkupnya yaitu :
1) Menentukan (B3) yang dipergunakan dan limbah yang dihasilkan
di rumah sakit.
2) Data bahan berbahaya dan beracun yang ada diidentifikasi dalam
Safety Data Sheets (SDS)
3) Respon efektif yang cepat dibutuhkan untuk setiap kejadian
tumpahan, kebocoran atau paparan bila terjadi.
4) Proses yang digunakan untuk memilih, transportasi, penyimpanan,
penggunaan dan pembuang B3 juga proses untuk memilah,
memisahkan,transportasi, penyimpanan, membungkus dan
membuang limbah berbahaya yang ditulis lengkap pada SOP
3) Inventarisasi Limbah B3
a) Limbah Radioaktive : tidak ada
b) Limbah farmasi: cairan/ bahan padat pengolahan obat/
bahan medis dari instalasi farmasi
c) Limbah Infeksius dan benda tajam : cairan, bagian
tubuh pasien, bahan/ alat yangkontak dengan pasien. Benda
tajam: silet/ pisau, jarum, pecahan ampul, dll dihancurkan ke
insinerator dengan suhu 1200° C
d) Limbah kimia: seperti gula, asam amino, garam tertentu,
cairan kimia buangan diunit radiologi dan laboratorium
d. Penatalaksanaan B3
Untuk menjamin agar limbah cair medis yg dihasilkan Rumah sakit aman bagi
lingkungan maka dilakukan kontrol melalui ikan yang ditempatkan di bak kontrol
disamping juga dilaksanakan uji kualitas air dilakukan 1(satu) bulan sekali.
5) Pelabelan
Warna
Kontainer/ Lamban
No Kategori Keterangan
Kantong g
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong box timbal
dengansymbol radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong plastik Double
infeksius dari
ruang menular
3 Limbah Kuning Kantong plastik Double
infeksius,
patologi dan
anatomi
4 Sitotoksis Ungu Kantong plastik Double
5 Limbah kimia Coklat Kantong plstik
dan farmasi
6. Kesiapsiagaan Kebencanaan
a. Tujuan.
Memastikan kesiapan rumah sakit dan merespon secara efektif
kejadian bencana yang ada baik bencana internal maupun eksternal.
b. Ruang Lingkup
1) Menentukan jenis bencana, kemungkinan terjadinya, konsekuensi
bahaya/ ancaman/ kejadian.
2) Menentukan peran rumah sakit dalam keadaan bencana tersebut.
3) Menentukan strategi komunikasi saat bencana terjadi.
4) Mengelola sumber daya baik yang dimiliki rumah sakit
maupun mengaktifkan bantuan external
5) Pengelolaan kegiatan klinik dan penyiapan ruangan perawatan
korban.
6) Mengidentifikasi peran dan tanggung jawab pekerja selama
kejadian.
7) Mengalihkan penugasan pekerja yang tidak sesuai dengan
kompetensinya saat kejadian
c. Penatalaksanaan Manajemen Emergensi.
Penatalaksanaan Manajemen Emergensi mengacu pada Pedoman
Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong
1) Jenis dan kemungkinan terjadi bencana dan konsekuensinya
NO JENIS BENCANA KEMUNGKINA KONSEKUENSI
f. Program Pendidikan
7. Proteksi Kebakaran
a. Tujuan.
b. Ruang Lingkup
6) Evakuasi pasien
N
JENIS PERAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN HELM
O
1 Penanggung Melakukan proses memutus Merah
Jawab api rantai api dengan mengatur aliran
oksigen, pemutusan panel listrik
dan mengatur pergerakan APAR
2 Penanggung Melakukan pengamanan Biru
Jawab pasien terhadap kondisi pasien dan
dan jalur menuju titik kumpul
evakuasi
3 Penanggung Melakukan penyisiran ruangan Orange
Jawab Dokumen untuk mengamankan dokumen
dan aset dan aset lainnya
4 Penanggung Melakukan pemimpinan Kuning
Jawab regu kegiaatan
f. Program Pendidikan
8. Peralatan Medis
a. Tujuan.
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam
keadaan aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat
dijangkau.
b. Ruang Lingkup
a) IGD
d) Laboratorium
e) Radiologi
f) Ruang Hemodialisa
f. Program pendidikan
3) Pendidikan kalibrasi
9. Sistem utilitas
a. Tujuan
Memastikan berfungsinya sistem utilisasi selama 24 jam dan 7 hari
b. Ruang lingkup
1) Distribusi listrik dan emergency power ( Genzet)
2) Distribusi Air Bersih
3) Ventilasi dan Air Conditioner
4) Plumbing (system air kotor)
5) Gas medis
6) Sistem komunikasi (nurse call, komputer, telephone)
7) Medical Air compressor
8) Medical and surgical vacuum system
JENIS
KEGAGALAN AREA PALING
NO ALTERNATIF TINDAKAN
SISTEM BERESIKO
UTILITAS
1 Listrik kamar operasi dan Kalau gagal di OK : suplai
ruang dari Genzet secara
perawatan intensif otomatis (6-8 detik)
2 Air mati/ Seluruh area Hubungi PDAM untuk
terkontaminasi pelayanan dan pengiriman tangki air bersih
dari salah satu dapur
sumber
3 AC Kamar operasi dan Perbaikan/ ganti AC baru
ruang intensif
h. Program pendidikan.
Pekerja yang bertugas menangani sistem utilitas rumah sakit
mendapatkan pelatihan sesuai penugasan.
DOKUMENTASI
PENUTUP
Ditetapkan : Cibinong
Pada Tanggal :
KABUPATEN BOGOR
DIREKTUR,