Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

MANAJEMEN RISIKO

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG


DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT DAERAH MERAH PUTIH MAGELANG
TAHUN 2022

Jl.Raya Magelang-Yogyakarta KM 5 Mungkidan, Danurejo, Mertoyudan, Magelang


Telp. (0293)3202498, 3202654, 3202284 Kode Pos56172
e-mail: rsdmerahputihkabmgl@gmail.com
A. PENDAHULUAN

Keselamatan pasien harus dilihat dari sudut pandang risiko klinis.


Sekalipun staf medis rumah sakit sesuai kompetensinya memberikan
pelayanan berdasarkan standar profesi dan standar pelayanan, namun
potensi risiko tetap ada, sehingga pasien tetap berpotensi mengalami
cedera. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit bertujuan
memberikan perlindungan kepada pasien, masyarakat, dan sumber daya
manusia, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit, serta memberi kepastian hukum kepada masyarakat dan rumah
sakit.

The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations


(JCAHO) memberikan pengertian manajemen risiko sebagai aktivitas klinik
dan administratif yang dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan
identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera atau
kerugian pada pasien, personil, pengunjung dan rumah sakit itu sendiri.
Kegiatan tersebut meliputi identifikasi risiko hukum (legal risk),
memprioritaskan risiko yang teridentifikasi, menentukan respons rumah
sakit terhadap risiko, mengelola suatu kasus risiko dengan tujuan
meminimalkan kerugian (risk control), membangun upaya pencegahan
risiko yang efektif, dan mengelola pembiayaan risiko yang adekuat (risk
financing).

Manajemen risiko yang komprehensif meliputi seluruh aktivitas


rumah sakit, baik operasional, manajerial maupun klinikal, oleh karena
risiko dapat muncul dari kedua bidang tersebut. Bahkan akhir-akhir ini
meliputi pula risiko yang berkaitan dengan managed care dan risiko
kapitasi, merger dan akuisisi, risiko kompensasi ketenagakerjaan, corporate
compliance dan etik organisasi.

Manajemen risiko klinik merupakan upaya yang cenderung proaktif,


meskipun sebagian besarnya merupakan hasil belajar dari pengalaman dan
menerapkannya kembali untuk mengurangi atau mencegah masalah yang
serupa di kemudian hari. Pada dasarnya manajemen risiko merupakan
suatu proses siklus yang terus menerus, yang terdiri dari empat tahap,
yaitu: Plan, Do, Check, Action (PDCA)

2
Rumah Sakit Umum Daerah Merah Putih Kabupaten Magelang
sangat berkomitmen terhadap mutu dan keselamatan pasien. Manajemen
resiko sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan dalam menjamin
keselamatan pasien, menjadi salah satu prioritas utama dalam pelaksanaan
pelayanan di seluruh unit pelayanan di Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu
disusun suatu panduan manajemen risiko di RSUD Merah Putih Kabupaten
Magelang yang akan menjadi pedoman bagi seluruh unit pelayanan dalam
melakukan manajemen risiko di instalasi masing-masing dan menjadi
acuann rumah sakit dalam melakukan manajemen risiko baik klinik maupun
manajerial.

B. PENGERTIAN

Manajemen risiko adalah aktivitas klinik dan administratif yang


dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan
pengendalian risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pegawai,
pengunjung dan rumah sakit itu sendiri.
(The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations
(JCAHO).

C. TUJUAN MANAJEMEN RISIKO RUMAH SAKIT

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSD Merah Putih Kabupaten


Magelang
2. Meningkatkan akuntabilitas.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
5. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan
adanya antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif
penyelesaiannya.
6. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan
lainnya.

3
D. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup operasional manajemen risiko meliputi kegiatan


manajemen risiko klinis, manajemen risiko manajerial serta FMEA ( Failure
Mode and Effect Analizis ) yang harus dilakukan oleh masing –masing
instalasi yang ada di RSUD Merah Putih Kabupaten Magelang, yang
dilakukan minimal setiap satu tahun sekali.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN RISIKO


1. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Faktor Komponen yang berperan
Organisasi dan • Sumber dan keterbatasan keuangan
Manajemen • Struktur organisasi
• Standar dan tujuan kebijakan
• PSBH (Problem Solving For Better Health And
Hospital)

Lingkungan pekerjaan • Kualifikasi staf dan tingkat keahlian


• Beban kerja dan pola shift
• Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
• Dukungan administratif dan manajerial

Tim • Komunikasi verbal


• Komunikasi tulisan
• Supervisi dan pemanduan
• Struktur tim

Individu dan staf • Kemampuan dan ketrampilan


• Motivasi
• Kesehatan mental dan fisik

Penugasan • Desain penugasan dan kejelasan


struktur penugasan
• Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang
ada
• Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien • Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
• Bahasa dan komunikasi
• Faktor sosial dan personal

4
2. Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko:

a. Meningkatkan peran RS dan manajemen dalam mencegah error


dengan cara mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa
setiap upaya, prosedur dan sistem pelayanan yang dilakukan aman
untuk pasien, petugas dan lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan
dalam bentuk SPO, clinical pathway dll.

b. Meningkatkan peran staf RS agar terlibat langsung maupun tidak


langsung dalam pelayanan kesehatan di RS untuk mampu
mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis kejadian medical error
dan melakukan upaya yang adekuat untuk mengatasi error yang
sudah terlanjur terjadi.

c. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim
yang bekerja dalam satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat
ditentukan oleh kinerja manajemen rumah sakit yang baik, mulai
dari dukungan moral, finansial, ,teknis dan operasional hingga
terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan
pihak praktisi.

Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem


yang dapat menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan
haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan lingkungan sekitar.
Pendekatan yang dapat dilakukan disebut dengan manajemen risiko.

F. TATA CARA PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO

Tata cara pelaksanaan manajemen risiko :

1. Melakukan identifikasi risiko di masing-masing instalasi.

2. Menetapkan kemungkinan dampak, siapa kemungkinan korbannya,


penentuan kemungkinan akar masalah

3. Melakukan evaluasi risiko terhadap tindakan yang sudah dilakukan


terkait dengan akar masalah tersebut.
4. Penentuan prioritas
5. Menyusun rencana tindakan/ POA

5
6. Pencatatan dan pelaporan
7. Monitoring dan evaluasi

Langkah-langkah kegiatan manajemen risiko, yaitu :

1. Identifikasi risiko.
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali
risiko, kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan
deskripsi risiko termasuk menjelaskan kejadian dan persitiwa yang
mungking terjadi dan dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada: Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan
penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko
dilakukan dengan proaktif melalui self asessment, incident reporting
sistem dan clinical audit , pengamatan KPC (kondisi potensi cidera) dan
dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.

2. Urutkan prioritas risiko dengan mengukur tingkat risiko.


Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat
diakibatkan sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah
teridentifikasi. Kemudian risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk
menentukan bobot dan prioritas risiko yang telah terjadi. Sesuai dengan
bobotnya ditentukan tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-
masing risiko. Bila bobotnya ringan dan tidak prioritas tindakannya
dapat hanya mentoleransi saja dan menjadikannya catatan. Namun bila
risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan mengganggu
pencapaian tujuan RS, maka ditentukan sebagai prioritas utama
dan harus diatasi atau ditransfer, atau bahkan menghentikan
kegiatan yang meningkatkan terjadinya risiko.

Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan


keputusan berdasarkan hasil analisis risiko.

Menentukan prioritas risiko dengan menggunakan rumus:


SKOR RISIKO = Dampak X Probabilitas
Keterangan:

a. Dampak (Consequences)

Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat


akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai
meninggal.
6
b. Probabilitas / Frekuensi /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa
seringnya insiden tersebut terjadi.

Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading


risiko:
a. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
b. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
c. Tetapkan warna bands-nya, berdasarkan pertemuan antara
probabilitas dan dampak.

Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada asesmen


risiko ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya
sama, maka untuk memilih prioritasnya dapat menggunakan warna
bands risiko.

Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat
warna yaitu:
Bands Hijau : Sangat rendah

Bands biru : Rendah / Low


Bands kuning : Sedang / Moderate
Bands Orange : Tinggi / High
Bands merah : Sangat tinggi / Extreme
PENILAIAN DAMPAK KLINIS

7
PENILAIAN PROBABILITAS /FREKUENSI / LIKELIHOOD

8
MATRIKS GRADING RISIKO

9
TINDAKAN SESUAI TINGKAT DAN BRANDS RISIKO
Level / Brands Tindakan
Ekstrim (sangat
Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari
tinggi)
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji
dengan detil & perlu tindakan segera serta membutuhkan
perhatian top
manajemen
Moderator (sedang) Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling
lama 2 minggu. Manajer / pimpinan klinis sebaiknya
menilai dampak terhadap biaya dan kelola risiko

Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling


lama 1 minggu diselesaikan dengan prosedur rutin

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam


table matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari
warna bands risiko.

3. Tentukan respon RS
Respon RS ditentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan risiko, meliputi:
- Identifikasi potensial risiko dan hazard.
- Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana
caranya.
- Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup
atau perlu diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
- Catat temuan lalu buat rencana pengelolaanya.
- Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.

Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak


dari risiko tersebut bila benar terjadi;

a. Risiko yang dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti dan


mendapat perhatian dari Direktur.
b. Risiko yang dampaknya menengah-ringan akan dikelola oleh tim
PMKP bersama kepala instalasi untuk membuat rencana tindak

10
lanjut dan pengawasan.

4. Kelola kasus risiko untuk meminimalkan kerugian (Risk Control).

Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang


dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi
risiko. Perlakuan yang dapat dipilih adalah;
a. Pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yang
merupakan langkahlangkah antisipatif yang direncanakan dan
dilakukan secara rutin untuk mengurangi risiko.
b. Penanganan = langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi
risiko jika tindakan pengendalian belum memadai. Dapat juga
bermakna langkah-langkah yang telah direncanakan dan akan
dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.

Sementara menurut NHS (National Health System) pengelolaan risiko


adalah:
1) Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan
mempertimbangkan keuntungan lebih besar daripada kerugian
2) Mentoleransi risiko
3) Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi

11
4) Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko

Opsi Perlakuan Risiko


Klasifikasi Jenis Pengendalian

Menghindari risiko 1. Menghentikan kegiatan


2. Tidak melakukan kegiatan
Mengurangi risiko 1. Membuat Kebijakan
2. Membuat SPO
3. Mengganti atau membeli alat
4. Mengembangkan sistem informasi (IT)
5. Melaksanakan prosedur (pengadaan, perbaikan
dan pemeliharaan bangunan dan instrumen yang
sesuai dengan persyaratan; pengadaan bahan habis
pakai sesuai dengan prosedur dan persyaratan.

Mentransfer risiko 1. Asuransi


2. Menggunakan tenaga dipihak ketigakan
Mengeksploitasi risiko Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada
dengan mempertimbangkan keuntungan yang lebih
besar dari pada kerugian

Menerima risiko Ganti rugi, tuntutan hukum

5. Membangun upaya pencegahan.


Dalam hal ini adalah monitoring dan tinjauan . Monitoring adalah
pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko
dibandingkan dengan rencana atau harapan yang akan dihasilkan.
Tinjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan dengan
fokus tertentu.
6. Kelola pembiayaan risiko (Risk Financing).
Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian atau penanganan yang
dilakukan.

12
G. PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

Kegiatan manajemen risiko dilaksanakan oleh masing- masing instalasi, dan


kepala instalasi berperan sebagai pimpinan pelaksanaan proses kegiatan, serta
akan dilakukan monitoring dan evaluasi tentang jalannya proses tersebut oleh
atasan langsung instalasi tersebut. Setiap tahun direksi akan melakukan
rekapitulasi dan melakukan prioritas dari seluruh manajemen risiko masing -
masing instalasi tersebut untuk menjadi manajemen risiko Rumah Sakit.

24
25

Anda mungkin juga menyukai