PENDAHULUAN
A. Risiko
1
Individu dan Staf Kemampuan dan keterampilan
Motivasi
Kesehatan mental dan fisik
Penugasan Desain penugasan dan kejelasan
struktur penugasan
Ketersediaan dan pemanfaatan
prosedur yang ada
Ketersediaan dan akurasi hasil
tes
Karakteristik pasien Kondisi(keparahan dan kegawatan)
Bahasa dan komunikasi
Factor social dan personal
B. Manajemen Risiko
2
Manajemen risiko dilakukan berdasarkan Risk Management Logic
(Dwipraharso, 2004), yaitu :
Level of risk
Yes Acceptable No
E. Pelaksana:
4
BAB II
TATA CARA PELAKSANAAN
A. Identifikasi Risiko
5
Kriteria Frekuensi (F)
Sangat Besar Terus Menerus (terjadi 5
beberapa kali dalam
sehari)
Besar Sering; terjadiharian / 4
minimal sekali sehari
Substansial Kadang-kadang; terjadi 3
seminggu sekali
Menengah Tidak sering; terjadi 2
sekali antara seminggu
sampai sebulan
Kecil Jarang; beberapa kali 1
dalam setahun
6
hingga
lebih dari
1 hari
Keluhan Adanya Adanya Adanya Adanya Adanya
Pelanggan keluhan keluhan keluhan keluhan Keluhan
yang tertulis tertulis tertulis tertulis dan
disampa sebanyak dan dan tuntutan
ikan >5 kasus tuntutan tuntutan Pasien Rp 1
secara dalam pasien<R pasien Rp MIlyar
lisan sebulan p 10 Juta 10 Juta sd
Rp 50 Juta
1. Tentukan respon RS
Respon RS ditentukan melalui asesmen risikoatau pengeloalaan riskiko,
yang meliputi 3:
- Identifikasi potensial risiko dan hazard.
- Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana
caranya.
- Evaluasi temuan risiko , analisa apakah pengelolaannya sudah
cukup atau perlu diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
- Catat temuan lalu buat rencana pengelolaannya
- Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.
7
2. Kelola kasus risiko untuk meminimalkan kerugian (Risk Control)
Perlakuan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang
dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi
risiko. Perlakuan yang dapat dipilih adalah :
8
BAB III
Langkah Pertama :
Type Aktifitas inspeksi dan non invasive
A Meliputi (tetapi tidak hanya terbatas pada):
Pelepasan atau pemasangan plafon untuk pemeriksaan visual
saja, maksimal 1 plafon per 50 m2
Pengecatan ( tanpa proses penggosokan)
Pemasangan wallpaper, pekerjaan trim listrik, perbaikan ledeng
ringan , dan aktifitas yang tidak menyebabkan debu atau
membutuhkan pembongkaran dinding atau akses ke langit-
langit selain untuk pemeriksaan visual.
Type Skala kecil, durasi aktifitas tidak lama yang menghasilkan debu
B minimal.
Meliputi (tetapi tidak hanya terbatas pada):
Instalasi kabel telepon dan computer
Pembongkaran dinding atau langit- langit dimana perpindahan
debu dapat dikontrol
Type Pekerjaan yang menyebabkan Timbulnya debu dalam jumlah sedang
C dan besar atau membutuhkan pembongkaran terhadap komponen
gedung yang tetap atau telah dirakit.
Meliputi (tetapi tidak hanya terbatas pada):
Pengampelasan dinding untuk pengecatan atau pemasangan
wallpaper
Pembongkaran lantai , langit-langit(plafon), dan kusen
Pembangunan dinding baru
Pembuatan saluran atau instalasi listrik diatas plafon.
Pekerjaan pemasangan kabel dalam jumlah besar
Semua aktifitas ytidak dapat diselesaikan dalam 1 shift jam
kerja
Type Proyek pembongkaran dan konstruksi mayor.
D Meliputi(tidak hanya terbatas pada):
Aktifitas yang membutuhkan lebih dari 1 shift jam Kerja
Membutuhkan pembongkaran berat atau pembuangan seluruh
system kabel
Konstruksi baru
9
Langkah Kedua :
Langkah Ketiga :
10
Aktifitas Pencegahan Infeksi yang Dibutuhkan Berdasarkan Kelas
Kelas Selama Proyek Konstuksi Setelah Proyek Konstruksi
Selesai
I 1. Lakukan pekerjaan dengan 1. Bersihkan area kerja
metode meminimalisir setelah pekerjaan selesai
timbulnya debu dari
pekerjaan konstruksi
2. Segera mengganti plaforn
yang diambil untuk
pemeriksaan visual
II 1. Lakukan tindakan aktif 1. Usap permukaan kerja
untuk mencegah debu dengan cairan pembersih
terdispersi ke atmosfer desinfektan
2. Lakukan penguapan pada 2. Sebelum
permukaan kerja untuk ditransportasikan, tempat-
mengontrol debu pada saat kan sampah konstruksi
memotong/membongkar dalam wadah tertutup
3. Segel pintu yang tidak rapat
digunakan dengan tape 3. Lap dengan menggunakan
4. Segel dan tutup ventilasi lap basah atau sedot
udara dengn HEPA filter vacum
5. Pindahkan atau isolasi sebelum meninggalkan
sistem HVAC di area kerja area kerja
4. Setelah selesai, perbaiki
sistem HVAC di area kerja
III 1. Pindahkan atau isolasi 1. Jangan melepas
sistem HVAC di area kerja penghalang dari area kerja
untuk mencegah kontaminasi sampai dengan proyek
pada sistem saluran yang sudah selesai
2. Lengkapi semua barrier diinspeksi oleh Panita K3
kritikial seperti gipsum, dan Panitia PPI, serta telah
triplek, plastik, untuk dibersihkan seluruhnya
menyegel area kerja dari area oleh Unit Kebersihan
perawatan atau gunakan 2. Lepaskan behan
metode kubik kontrol penghalang secara hati-
(keranjang dilapisi plastik dan hati untuk
disegel koneksinya dengan meminimalisirkan
area kerja menggunakan penyebaran debu dan
HEPA vacum untuk debris sehubungan dengan
memvacum bila keluar) proyek konstruksi
sebelum konstruksi dimulai 3. Sedot area kerja dengan
3. Pertahankan tekanan udara HEPA filter vacum
negatif didalam area kerja 4. Usap permukaan kerja
menggunakan unit filtrasi dengan cairan pembersih
udara dengan HEPA atau disinfektan
4. Angkut sampah konstruksi di 5. Setelah selesai, perbaiki
dalam kontainer tertutup sistem HVAC di area kerja
rapat
5. Pada saat pemindahan,
tutupi wadah atau troli segel
dengan tape kecuali memiliki
tutup solid
IV 1. Isolasi sistem HVAC di area 1. Jangan melepas
kerja untuk mencegah penghalang dari area kerja
kontaminasi pada sistem sampai dengan proyek
11
saluran yang sudah selesai
2. Lengkapi semua barier diinspeksi oleh Panitia K3
kritikal seperti gipsum, dan Panitia PPI, serta telah
triplek, plastik, untuk dibersihkan seluruhnya
menyegel area kerja dari area oleh Unit Kebersihan
perawatan atau gunakan 2. Lepaskan behan
metode kubik kontrol penghalang secara hati-
(keranjang dilapisi plastik dan hati untuk
disegel koneksinya dengan meminimalisirkan
area kerja menggunakan penyebaran debu dan
HEPA vacum untuk debris sehubungan dengan
memvacum bila keluar) proyek konstruksi
sebelum konstruksi dimulai 3. Sebbelum
3. Pertahankan tekanan udara ditrasportasikan,
negatif didalam area kerja tempatkan sampah
menggunakan unit filtrasi konstruksi dalam wadah
udara dengan HEPA tertutup
4. Segel lubang pipa, saluran 4. Pada saat pemindahan.
dan tusukkan Tutupi wdah atau troli,
5. Bangun anteroom (ruang segel dengan tape kecuali
antara) dan minta semua memiliki tutup yang solid
personil untuk melewati 5. Sedot area kerja dengan
ruangan ini sehingga bisa HEPA filter vacum
divacum dengan 6. Usap permukaan kerja
menggunakan HEPA filter dengan cairan
sebelum meninggalkan area pembersih/desinfektan
kerja atau mereka dapat 7. Setelah selesai, perbaiki
menggunakan baju kerja yang sistem HVAC di area kerja
dilepas setiap meninggalkan
area kerja
6. Semua personil yang
memasuki area kerja diminta
untuk menggunakan sepatu
kerja. Sepatu kerja harus
dilepas setiap kali pekerja
meninggalkan area kerja
Langkah keempat :
12
3. Identifikasi masalah yang berkaitan dengan :
Ventilasi
Pipa air
Instalasi listrik dengan kemungkinan terjadinya pemadaman listrik
4. Identifikasi penghalang yang kemungkinan terjadinya pemadaman
listrik pencegahan infeksi sebelumnya. Tipe penghalang apa yang
diperlukan (gipsum, triplek, tembok, dll), perlukan penggunaan HEPA
filter?
5. Pertimbangkan potensial resiko kerusakan akibat air. Apakah ada
resiko terkait dengan ketahanan struktur (dinding, atap, langit-langit)
6. Jam kerja : apakah pekerjaan konstruksi dikerjakan diluar jam
pelayanan pasien?
7. Lakukan perencanaan terkait kebutuhan jumlah kamar isolasi atau
kamar dengan tekanan udara negatif
8. Lakukan perencanaan terkait dengan jumlah dan tipe wastafel sarana
cuci tangan
9. Apakah panitia PPI setuju dengan jumlah minimal wastafel pada proyek
ini?
10. Apakah panitia PPI setuju dengan rencana pembersihan area kerja?
11. Lakukan perencanaan pembuangan limbah konstruksi dengan tim
proyek, seperti jalur keluar-masuk, pembersihan, pembuangan debris,
dll.
13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
14