Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku panduan
Manajemen Resiko Rumah Sakit Harum Sisma Medika ini dapat selesai disusun.
Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang memberikan
pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit harum Sisma Medika.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan panduan
Manajemen Resiko Rumah Sakit harum Sisma Medika.
Jakarta, 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. RISIKO
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian diantaranya
yang memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.
Risiko diidentifikasikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi
bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Resiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah
risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang
dialami pasien selama di Rumah Sakit harum Sisma Medika. Sementara risiko
non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial.Risiko
organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk
layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko yang dapat
mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah system yang
harusnya dapat menyediakan pencatatan yang baik (Bury PCT, 2007).
Menurut dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya bersifat
foreseeable but unavoidable, calculated, controllable).
2. Risiko “bermakna” tetapi harus diambil karena “the only way”
(unavoidable)
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter tidak
bertanggung jawab secara hukum.
3. Risiko yang foreseeable = Untoward results
Faktor – faktor berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Level of risk :
Yes Acceptable? No
ASESMEN RISIKO
IDENTIFIKASI RISIKO
KOMUNIKASI MONITORING
ANALISA RISIKO
DAN DAN
KONSULTASI REVIU
EVALUASI RISIKO
PERLAKUAN RISIKO
C. MAKSUD
Maksud manajemen risiko di Rumah Sakit Harum Sisma Medika adalah upaya-
upaya dilakukan RS yang dirancang untuk mencegah cidera pada pasien atau
meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen risiko dilakukan dengan
mengenali kelemahan dalam system dan memperbaiki kelemahan tersebut
(dilakukan dengan menerapkan no blame culture)
D. Tujuan dilakukan manajemen risiko :
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Harum Sisma
Medika
b. Meningkatkan akuntabilitas
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD)
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan
e. Meminimalisir risiko yang mungkin dimasa mendatang. Dengan adanya
antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternative
penyelesaiannya.
f. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan
lainnya.
E. Pelaksana :
Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
BAB II
TATACARA PELAKSANAAN
1. Identifikasi risiko
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko.
Kemudian dibuat daftar risiko.Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak
yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area risiko, peristiwa dan
penyebabnya dan potensi akibatnya.Metode identifikasi risiko dilakukan denagn
proaktif melalui self assesmen, incident reporting system dan clinical audit,
pengamatan KPC (Kondisi Potensi Cidera) dan dilakukan menyeluruh terhadap
medis dan non medis.
2. Urutkan prioritas risiko dengan mengukur tingkat risiko
Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat diakibatkan
sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah
teridentifikasi.Kemudian risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan
bobot dan prioritas risiko yang telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan
tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya
ringan dan tidak prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan
menjadikannya catatan.Namun bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan
mengganggu pencapaian tujuan RS, maka ditentukan sebagai prioritas utama
dan harus diatasi atau ditransfer, atau bahkan menghentikan kegiatan yang
meningkatkan terjadinya risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan
keputusan berdasarkan hasil analisis risiko.
Menentukan prioritas risiko dengan menggunakan rumus :
TINGKAT RISIKO =
PELUANG X FREKUENSI X DAMPAK AKIBAT
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko
tersebut bila benar terjadi :
1. Risiko yang dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti dan mendapat
perhatian dari pimpinan
2. Risiko yang dampaknya menengah-ringan akan dikelola oleh panitia PMKP
bersama kepala unit kerja untuk membuat rencana tindak lanjut dan
pengawasan.
BAB III
MANAJEMEN RISIKO KHUSUS
Infection Control Risk Assesment (ICRA)
Adalah alat untuk menilai tingkat risiko infeksi pada sebuah aktivitas. ICRA dapat
digunakan pada kegiatan pembangunan dan renovasi bangunan.
Manajemen risiko ICRA dilakukan oleh panitia PPI
Tatacara kajian risiko pengendalian infeksi untuk pembangunan dan renovasi :
Langkah Pertama :
Identifikasi tipe aktivitas proyek konstruksi (Tipe A-D)
Type A Aktifitas inspeksi dan non invasif
Meliputi (Tetapi tidak hanya terbatas pada)
Pelepasan atau pemasangan plafon untuk pemeriksaan visual saja,
maksimal 1 plafon per 50 m2
Pengecatan (tanpa proses penggosokan)
Pemasangan wallpaper, pekerjaan trim listrik, perbaikan ledeng ringan,
dan aktivitas yang tidak menyebabkan debu atau membutuhkan
pembongkaran dinding atau akses ke langit-langit selain untuk
pemeriksaan visual
Type B Skala kecil, durasi aktifitas tidak lama yang menghasilkan debu minimal
Meliputi (tetap, tidak hanya terbatas pada) :
Instalasi kabel telepon dan computer
Pembongkaran dinding atau langit-langit dimana perpindahan debu
dapat dikontrol
Type C Pekerjaan yang menyebabkan timbulnya debu dalam jumlah sedang dan
besar atau membutuhkan pembongkaran terhadap komponen gedung
yang tetap atau telah dirakit
Meliputi (tetapi tidak hanya terbatas pada) :
Pengampelasan dinding untuk pengecatan atau pemasangan wallpaper
Pembongkaran lantai, langit-langit (plafon) dan kusen
Pembangunan dinding baru
Pembuangan saluran atau instalasi listrik diatas plafon
Pekerjaan pemasangan kabel dalam jumlah besar
Semua aktifitas yang tidak dapat diselesaikan dalam 1 shift jam kerja
Type D Proyek pembongkaran dan konstruksi mayor
Meliputi (tetapi tidak hanya terbatas pada) :
Aktifitas yang membutuhkan lebih dari 1 shift jam kerja
Membutuhkan pembongkaran berat atau pembuangan seluruh sistem
kabel
Konstruksi baru
Langkah kedua :
Identifikasi kelompok resiko pasien yang terpengaruh. Apabila lebih dari 1
kelompok resiko, pilih kelompok dengan resiko terbesar :
Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Sangat
Tinggi
Area Kardiologi Unit Gawat Area dengan
perkantoran Echocardiography Darurat pasien
Endoscopy Kamar Bersalin immuno-
Fisiotherapi Laboratorium compromised
Farmasi ICU
Pemulihan bertekanan
Langkah keempat
Identifikasi hal-hal lain terkait proyek konstruksi, antara lain :
1. Identifikasi area sekeliling area proyek, kaji potensi akibat yang dapat timbul
akibat proyek konstruksi
Unit di Unit di Samping Samping Belakang Depan
Bawah Atas Kiri Kanan