01
RUMAH SAKIT TINGKAT IV SAMARINDA
Samarinda, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya
berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula
yang memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi
bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah
risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang
dialami pasien selama di RS. Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko
bagi organisasi maupun risiko finansial. Risiko organisasi adalah yang
berhubungan langsung dengan komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem
informasi dan semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian organisasi.
Risiko finansial adalah risiko yang dapat mengganggu kontrol finansial yang
efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat menyediakan pencatatan
akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007).
Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya bersifat
foreseeable but unavoidable, calculated, controllable).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘the only way’
(unavoidable).
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter
tidak bertanggung jawab secara hukum.
3. Risiko yang unforeseeable = untoward results
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Faktor Komponen yang berperan
B. Maksud :
Maksud manajemen risiko di Rumah Sakit Tk. IV Samarinda adalah upaya-
upaya yang dilakukan RS yang dirancang untuk mencegah cedera pada pasien
atau meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen risiko dilakukan dengan
mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut
(dilakukan dengan menerapkan no blame culture).
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat
menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi
pasien maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan
disebut dengan manajemen risiko.
BAB II
DEFINISI
1. Risiko adalah :
Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada
pencapaian tujuan
Efek dari ketidakpastian tujuan
2. Manajeman Risiko adalah :
Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan
peluang-peluang sambil mengelaola efek yang tidak diharapkan.
Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi berkaitan dengan risiko.
Secara garis besar, proses manajemen risiko dapat di jelaskan sebagai berikut :
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare
Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh RS
untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera
atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu.
Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan
manajemen risiko . Upaya manajemen risiko adalah : (RR, Balsamo dan MD,
Brown, 1998)
Manajemen risiko dilakukan berdasarkan Risk Management Logic
(Dwipraharso, 2004), yaitu:
Level of risk ?
Yes Acceptable? No
Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari pembuatan standar
(set standards), patuhi standar tersebut (comply with them), kenali bahaya
(identify hazards), dan cari pemecahannya (resolve them).
BAB III
RUANG LINGKUP
B. Kategori Assesmen :
1. Pasien
2. Staf
3. Pengunjung
4. Pelayanan
5. Keuangan
6. Lingkungan
7. Organisasi
8. Reputasi
C. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah proses menemukan, mengenal, dan
mendeskripsikan risiko (ISO 31000:2009)
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah
mengidentifikasikannya. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi/ mengenal/
mengetahui, tentu saja kita tidak dapat berbuat apapun terhadapnya.
Identifikasi risiko ini terbagi menjadi dua, yaitu identifikasi risiko proaktif
dan identifikasi risiko reaktif.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
dengan cara proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah
sakit mencapai tujuannya. Disebut mencari karenarisikonya belum muncul
dan bermanifestasi secara nyata. Metode yang dapat dilakukan
diantaranya: audit, inspeksi, brainstrorming, pendapat ahli, belajar dari
pengalaman rumah sakit lain, FMEA, analisa SWOT, survey, dan lain-
lain.
Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/gangguan.
Metoda yang dipakai biasanya adalah melalui pelaporan insiden.
Tentu saja, lebih baik kita memaksimalkan identifikasi risiko proaktif,
karena belum muncul kerugian bagi organisasi.
Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur untuk melakukan
identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit diminta untuk
mengidentifikasi risikonya masing-masing. Setelah terkumpul, seluruh
data identifikasi itu dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi
rumah sakit.
9. Analisa Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan
peringkat risiko (ISO 31000:2009)
Setelah diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan
cara menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul; serta berat
ringannya dampak yang ditimbulkan (ingat, defenisi risiko adalah:
Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada
pencapaian tujuan). Analisa peluang dan dampak ini paling mudah jika
dilakukan dengan cara kuantitatif. Caranya adalah dengan memberi skor
satu sampai lima masing-masing pada peluang dan dampak. Makin besar
angka, peluang makin sering atau dampak makin berat.
Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi kita dapatkan, kedua angka
itu kemudian dikalikan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan peringkat.
Mengapa perlu peringkat? Tentu saja, risiko perlu diberi peringkat, untuk
mendapatkan prioritas penanganannya. Makin tinggi angkanya, makin
tinggi peringkatnya dan prioritasnya.
10. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko
dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan/atau besarnya
dapat diterima atau ditoleransi (ISO 31000:2009). Sedangkan kriteria
risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya risiko dievaluasi
(ISO 31000:2009). Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola oleh
orang yag bertanggung jawab sesuai dengan peringkatnya. Dengan
demikian, tidak ada risiko yang terlewati, dan terjadi pendelegasian tugas
yang jelas sesuai dengan berat – ringannya risiko.
11. Penanganannya Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko (ISO
31000:2009). Bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya :
Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan aktifitas yang menimbulkan risiko;
Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih
baik, lebih menguntungkan);
Menghilangkan sumber risiko;
Mengubah kemungkinan;
Mengubah konsekuensi;
Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan
risiko);
Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan.
12. Pengawasan (Monitor) dan Tinjauan (Review)
Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan yang umum
dilakukan oleh organisasi manapun. Namun, untuk manajemen risiko ini
perlu dibahas, karena ada alat bantu yang sangat berguna. Alat bantu itu
adalah Risk Register (daftar risiko)
Risk Register adalah:
Pusat dari proses manajemen resiko organisasi (NHS).
Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami
profil resiko secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat
penyimpanan untuk semua informasi resiko (Risk Register Working
Group 2002).
Ini adalah ‘dokumen hidup’ yang dinamis, yang dkumpulkan melalui
proses penilaian dan evaluasi resiko organisasi (Risk Register Working
Group 2002).
Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Risk register korporat, digunakan untuk risiko ekstrim (peringkat
15-25)
Risk register divisi, digunakan untuk risiko dengan peringkat lebih
rendah atau risiko yang diturunkan dari risk register korporat
karena peringkatnya sudah turun.
Untuk mengurangi beban administrasi, risiko rendah (peringkat 1-3)
tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar.
Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan bisa saja
berubah. Perubahan itu dapat berupa:
Jumlahnya berubah karena ada risiko baru teridentifikasi.
Tindakan pengendalian risikonya berubah karena dampak dan
peluangnya berubah.
Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat, karena
peringkatnya sudah lebih rendah dari 15 ( dipindahkan ke risk
register divisi)
BAB III
TATA LAKSANA
1. Identifikasi risiko.
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,
kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan persitiwa yang mungking terjadi dan
dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada: Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan
penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan
dengan proaktif melalui self asessment, incident reporting sistem dan clinical
audit dan dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko
tersebut bila benar terjadi. Risiko yang dampaknya besar harus segera
ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari pimpinan . Risiko yang dampaknya
medium-rendah akan dikelola oleh Sub Komite Manajemen Kinerja bersama
Kepala Unit Kerja/Instalasi untuk membuat rencana tindak lanjut dan
pengawasan.
Kriteria Skor Risiko (R)
Skor Kriteria Keterangan
Lebih Sangat tinggi Hentikan kegiatan dan perlu perhatian
dari 400 manajemen puncak.
200 – Tinggi Perlu mendapat perhatian dari
400 manajemen puncak dan tindakan
perbaikan segera di lakukan.
70 – 199 Substantial Lakukan perbaikan secepatnya dan tidak
diperlukan keterlibatan pihak
manajemen puncak.
20 – 69 Menengah; Tindakan perbaikan dapat dijadualkan
kemudian dan penanganan cukup
dilakukan dengan prosedur yang ada
<20 Rendah Risiko dapat diterima