Anda di halaman 1dari 26

Lampiran : SK Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

Nomor : 111/KEP/IV.6.AU/H/2019
Tanggal : 20 Jumadil Akhir 1440 H/25 Februari 2019 M
Tentang : Penetapan Panduan Manajemen Resiko di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah
Gurah

BAB I
DEFINISI

1. Manajemen Risiko Rumah Sakit adalah upaya meminimalkan kerugian terhadap keselamatan dan
kesehatan pekerja, pasien, dan pengunjung di Rumah Sakit. Risiko yang timbul di Rumah Sakit
dapat menyebabkan kerugian dalam bentuk cedera, sakit, kematian, kerusakan asset rumah sakit,
kerusakan lingkungan kerja, dan dapat menurunkan citra Rumah Sakit.
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembang, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kewajiban K3 dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
3. Identifikasi bahaya adalah tahapan manajemen risiko yang dilakukan untuk mengetahui jenis
bahaya yang ada dalam suatu kegiatan tertentu.
4. Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi dalam
pelayanan di Rumah Sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading) kerugian
yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
5. Pengendalian Risiko adalah bagian dari manajemen risiko yang melibatkan penerapan kebijakan,
standar, prosedur perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.
6. Kapasitas Kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang
prima setiap pekerja agar dapat melkaukan pekerjaannya dengan baik.
7. Beban Kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja dalam
melaksanakan tugasnya.
8. Lingkungan kerja adalah Lingkungan terdekat dari seorang pekerja yang berkaitan dengan proses
pekerjaan.
9. Investigasi adalah pemeriksaan atau penyelidikan yang sah, sistematis, dan terperinci untuk
mengungkap fakta dan menentukan kebenaran dari suatu masalah. Hal ini termasuk pengumpulan,
pengolahan, pelaporan, penyimpanan, pencatatan, analisa, evaluasi, produksi, dan penyebaran
informasi.
10. Konsekuensi (Dampak) adalah cedera, kerusakan atau kehilangan yang dapat muncul akibat suatu
hazard dan termasuk sebagai contoh cedera fisik, stress mental, kerugian finansial, dan kerusakan
material.
11. Analisa risiko adalah kegiatan analisa suatu risiko dengan cara menentukan besarnya
kemungkinan/probabilitas dan tingkat keparahan/ severity dari akibat atau konsekuensi suatu risiko.
Analisa ini dilakukan untuk membuat prioritas pengendalian risiko.
12. Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang tida diduga semula dan tidak dikehendaki serta tidak
diinginkan yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas/tidak sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO) dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia
maupun kerugian harta benda. Lingkup kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang tidak diinginkan
yang terjadi di area tempat kerja dan diluar tempat kerja (perjalanan dinas, perjalanan berangkat
kerja dan perjalanan pulang kerja).
13. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari Kejadian Tidak

Panduan Manajemen Risiko 1


Diharapkan (KTD), kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian Tidak Cidera (KTC), dan Kejadian
Potensial Cidera (KPC).
14. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada passion.
15. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah insiden yang berpotensi menimbulkan cidera pada pasien
tapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien.
16. Kejadian Tidak Cidera (KTC) adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien
dan sudah terpapar ke pasien, tetap ternyata tidak menimbulkan cidera pada pasien.
17. Kondisi Potensial Cidera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera,
tetapi belum terjadi.

Panduan Manajemen Risiko 2


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup Risiko


Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko , sebagian di antaranya berisiko ringan
atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang memberikan konsekuensi
medik yang cukup berat.
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi
yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis . Risiko klinis adalah risiko yang
dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang dialami pasien selama di RS.
Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial. Risiko
organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk layanan, proteksi data,
sistem informasi dan semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko
finansial adalah risiko yang dapat mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah
sistem yang harusnya dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007).

Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:


1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya bersifat foreseeable but unavoidable,
calculated, controllable).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘ the only way’ (unavoidable).
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent, sehingga bila terjadi dokter tidak bertanggung
jawab secara hukum.
3. Risiko yang unforeseeable = untoward results
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Faktor Komponen yang berperan
Organisasi dan Manajemen  Sumber dan keterbatasan keuangan
 Struktur organisasi
 Standar dan tujuan kebijakan
 Safety culture
Lingkungan pekerjaan  Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
 Beban kerja dan pola shift
 Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
 Dukungan administratif dan manajerial
Tim  Komunikasi verbal
 Komunikasi tulisan
 Supervisi dan pemanduan
 Struktur tim
Individu dan staf  Kemampuan dan ketrampilan
 Motivasi
 Kesehatan mental dan fisik

Penugasan  Desain penugasan dan kejelasan struktur penugasan


 Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
 Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien  Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
 Bahasa dan komunikasi

Panduan Manajemen Risiko 3


Faktor Komponen yang berperan
 Faktor sosial dan personal

Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko:


a. Meningkatkan peran RS dan manajemen dalam mencegah error dengan cara
mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan sistem pelayanan yang
dilakukan aman untuk pasien, petugas dan lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan
dalam bentuk SPO, clinical practice guidelines, clinical pathway dll.
b. Meningkatkan peran staf RS agar terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
pelayanan kesehatan di RS untuk mampu mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis
kejadian medical error dan melakukan upaya yang adekuat untuk mengatasi error yang
sudah terlanjur terjadi.
c. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja dalam
satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja manajemen rumah
sakit yang baik, mulai dari dukungan moral, finansial, ,teknis dan operasional hingga
terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat menjamin
bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan
lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan disebut dengan manajemen risiko.

B. Ruang Lingkup Manajemen Risiko


Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare
Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh RS untuk melakukan
identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien,
pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari identifikasi secara
sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk bagi
organisasi maupun individu.
Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen
risiko. Upaya manajemen risiko menurut (RR, Balsamo dan MD, Brown., 1998)

Manajemen risiko dilakukan berdasarkan Risk Management Logic (Dwipraharso, 2004), yaitu:

What are the hazards (identifikasi risiko)

Probability, Severity , Exposure

Level of risk ?

Yes Acceptable? No

Accept the risk Can it be eliminated?


- Eliminated Can it be reduced?
- Reduced Cancel the mission?

Panduan Manajemen Risiko 4


Manajemen risiko merupakan upaya yang proaktif untuk mencegah masalah dikemudian hari, dilakukan
terus menerus dan dalam suasana no blame culture.
Tahapan manajemen risiko adalah:
1. Risk Awareness. Seluruh staf RS harus menyadari risiko yang mungkin terjadi di unit kerjanya masing-
masing, baik medis maupun non medis. Metode yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain:
Self-assessment, sistem pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (laporan insiden) dan
audit klinis.
2. Risk control (and or Risk Prevention) . Langkah-langkah yang diambil manajemen untuk
mengendalikan risiko. Upaya yang dilakukan:
a. Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)
b. Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun terhadap derajat
keparahannya.
c. Mengurangi dampaknya.
3. Risk containment. Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan atau kelalaian
ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang
terpenting adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam
mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons yang cepat dan tepat
terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh komunikasi yang efektif.
4. Risk transfer. Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka
diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya
menyerahkannya kepada sistem asuransi.

Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari pembuatan standar (set standards), patuhi
standar tersebut (comply with them), kenali bahaya (identify hazards), dan cari pemecahannya (resolve
them).

Alur Pelaksanaan Manajemen Resiko

Panduan Manajemen Risiko 5


I. MAKSUD :
Maksud manajemen risiko di RS.Muhammadyah Siti Khodijah Gurah Kediri adalah upaya-upaya yang
dilakukan RS yang dirancang untuk mencegah cedera pada pasien, mencegah terjadinya kecelakaan
kerja pada staf medik/karyawan/peserta didik/pengunjung atau tamu/tenaga outsourcing, kerusakan
pada peralatan dan bangunan atau meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen risiko dilakukan
dengan mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut (dilakukan dengan
menerapkan no blame culture)

II. TUJUAN DILAKUKANNYA MANAJEMEN RISIKO :


a. Terciptanya budaya keselamatan pada pasien, staf medik/karyawan/peserta didik/pengunjung atau
tamu/tenaga outsourcing di lingkungan Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah.
b. Meningkatkan akuntabilitas.
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
d. Terlaksananya program-program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang
tidak diharapkan.
e. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan adanya antisipasi risiko,
apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif penyelesaiannya.
f. Melindungi pasien, staf medik/karyawan/peserta didik/pengunjung atau tamu/tenaga outsourcing
serta pemangku kepentingan lainnya.

III. PELAKSANA KEGIATAN:


Pelaksana kegiatan adalah Komite Mutu dan Keselamatan Pasien.

Panduan Manajemen Risiko 6


BAB III

TATA LAKSANA

A. Identifikasi Risiko dan Penilaian Risiko ( Risk Assessment)


Dalam hal ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro-aktif) dan
insiden yang sudah terjadi (dengan pendekatan reaktif / responsif).
Risiko potensial dapat diidentifikasi dari berbagai macam sumber, misalnya:
a. Informasi internal (rapat bagian / koordinasi, audit, incident report, klaim, komplain)
b. Informasi eksternal (pedoman dari pemerintah, organisasi profesi, lembaga penelitian)
c. Pemeriksaan atau audit eksternal

Panduan Manajemen Risiko 7


Contoh risiko potensial berdasarkan area pelayanan:

No Area Risiko
Akses Pasien:a
1. Proses pemulangan pasien lama
1. 2. Pasien pulang paksa
3. Kegagalan merujuk pasien
4. Ketidaktersediaan tempat tidur
Kecelakaan:
1. Tersengat listrik
2. 2. Terpapar dengan bahan berbahaya
3. Tertimpa benda jatuh
4. Tersiram air panas
Asesmen dan Terapi
1. Kesalahan identifikasi pasien
3. 2. Reaksi transfusi darah
3. Kesalahan pelabelan spesimen laboratorium
4. Kegagalan konsultasi interdisiplin pasien
Masalah administrasi keuangan pasien
1. Kesalahan estimasi biaya
4. 2. Pengenaan tagihan yang sama 2 x
3. Kesalahan input data tagihan
4. Perbedaan tarif dan tagihan
Kejadian Infeksi
1. Kegagalan / kontaminasi alat medis
5. 2. Infeksi luka operasi
3. Needlestick injury
4. Kesalahan pembuangan limbah medis
Rekam Infeksi nosocomial
5. medic
1. Kegagalan memperoleh informed consent
6. 2. Kesalahan pelabelan rekam medik
3. Kebocoran informasi rekam medik
4. Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik
5. Kehilangan / kesalahan penyimpanan rekam medik

Obat
1. Penulisan resep yang tidak baik
2. Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi
7. 3. Kesalahan dosis obat
4. Obat rusak / expired
5. Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
Keamanan
8. 1. Pencurian
2. Pasien hilang
3. Lingkungan yang tidak aman

Panduan Manajemen Risiko 8


Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya ( grading) dengan
memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan ( consequence)

Identifikasi risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-jenis insiden
keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut:

Error Kategori Hasil


No error A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya kesalahan (KPC)
Error, no harm B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien (KNC)

C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum/digunakan pasien tetapi


tidak membahayakan pasien (KTC)
Terjadinya kesalahan, sehingga
monitoring ketat harus dilakukan tetapi
tidak membahayakan pasien (KTC)
D

Error, harm Terjadi kesalahan, hingga tx dan intervensi lanjut diperlukan &kesalahan
E ini memberikan efek yg buruk yg sifatnya sementara (KTD)
Terjadi kesalahan & mengakibatkan pasien harus dirawat lebih lama di
F RS serta memberikan efek buruk yang sifatnya sementara (KTD)
Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk yang
G bersifat permanen (KTD )
Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien contoh
H syok anafilaktik (KTD)
Error, death I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia (Sentinel)

B. Analisis Risiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan
prioritas penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola /
mengendalikan risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI PELUANG / FREKWENSI

1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)

2 Jarang/unlikely (> 2 – 5 tahun/kali)

3 Mungkin/ Posible (1 -2 tahun/kali)

Panduan Manajemen Risiko 9


4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)

5 Sangat sering/ almost certain (tiap minggu/ bulan)

TK RISIKO Deskripsi Dampak


1 Tdk significant Tidak ada cedera
2 Minor • Cedera ringan , mis luka lecet
• Dapat diatasi dng P3K
3 Moderat • Cedera sedang, mis : luka robek
• Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual (reversibel. Tdk berhubungan dng penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan
4 Mayor • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh
• Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau
intelektual (ireversibel), tdk berhubungan dng penyakit

5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan penyakit

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden dengan
kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk kategori
kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA ( root cause analysis –
reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis – proaktif ).

C. Evaluasi Risiko
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading
yang didapat dalam analisis.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG

2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi


proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa terjadi dan
menentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko

3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.


a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan mengidentifikasi
bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan melakukan
verifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk mengatasi risiko.

Panduan Manajemen Risiko 10


D. Kelola Risiko

Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan risiko
atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level terendah (risiko sisa)
dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.

Panduan Manajemen Risiko 11


Panduan Manajemen Risiko 12
E. Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau, maka tindak lanjut
evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi:- observasi
- Telaah dokumen
- Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. penyebab langsung: individu, peralatan, lingkungan tempat kerja, prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung: individu, tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang

F. Pengelolaan Risiko Untuk Meminimalkan Kerugian ( Risk Control).


Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat mengurangi atau
meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko. Perlakuan yang dapat dipilih adalah;
a. Pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yang merupakan langkah-langkah
antisipatif yang direncanakan dan dilakukan secara rutin untuk mengurangi risiko.
Tahapan pengendalian risiko tersebut adalah :
1. Eliminasi (menghilangkan bahaya), merubah proses, metode atau bahan untuk
menghilangkan bahaya yang ada
2. Substitusi (mengganti), material, zat atau proses dengan material, zat, proses lain yang
tidak atau kurang berbahaya
3. Rekayasa engineering atau rekayasa teknik, menyingkirkan bahaya dari pasien atau
karyawan/pengunjung dll dengan memberi perlindungan, menyimpan di suatu ruang atau
waktu terpisah, Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi.
4. Administrasi berupa pelatihan, sosialisasi atau adanya Standar Prosedur Operasional
(SPO)
5. Memberi Alat Pelindung Diri (APD), digunakan sebagai alternatif terakhir setelah kita telah
berusaha melakukan 4 (empat) tindakan perbaikan di atas.

Pengendalian Risiko

Klasifikasi Jenis Pengendalian


Menghindari risiko Menghentikan kegiatan
Tidak melakukan kegiatan
Mentransfer risiko Asuransi
Mengurangi risiko Membuat Kebijakan
Membuat SPO
Mengganti atau membeli alat
Mengembangkan sistem informasi
Melaksanakan prosedur
pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan bangunan
dan instrumen yang sesuai dengan persyaratan;
pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan
prosedur dan persyaratan; pembuatan dan
pembaruan prosedur, standar dan check-list;
pelatihan penyegaran bagi personil, seminar,
pembahasan kasus, poster, stiker

Panduan Manajemen Risiko 13


Klasifikasi Jenis Pengendalian

Mengeksploitasi risiko Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada


dengan mempertimbangkan keuntungan lebih besar
daripada kerugian
Menerima risiko Mitigasi (mengurangi) dampak risiko

b. Penanganan = langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko jika tindakan


pengendalian belum memadai. Dapat juga bermakna langkah-langkah yang telah
direncanakan dan akan dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.
c. Membangun upaya pencegahan.
Dalam hal ini adalah monitoring dan review. Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap
kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau harapan yang
akan dihasilkan. Review adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan
dengan fokus tertentu.
d. Mengelola pembiayaan risiko (Risk Financing).
Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian atau penanganan yang dilakukan.
e. Tindak lanjut pelaksanaan manajemen risiko
1) Hasil pelaksanaan penilaian risiko yang telah di susun dalam bentuk laporan di
sampaikan kepada Direktur
2) Laporan hasil pelaksanaan penilaian risiko di sampaikan kepada Direktur 1 tahun sekali.

BAB IV
DOKUMENTASI

1. Dokumentasi Proaktif (FMEA)

Panduan Manajemen Risiko 14


a. Risk Register

b. High Risk Process

c. Form FMEA

Panduan Manajemen Risiko 15


 Langkah 1 dan langkah 2

 Langkah 3, 4, 5 dan 6

 Modus Kegagalan dan Dampak

Panduan Manajemen Risiko 16


 Action Plan

 PDSA (Plan, Do, Studi, Action)

Panduan Manajemen Risiko 17


2. Dokumentasi Proaktif (HVA- Naturally Occuring Events)

 HVA (Technologic Event)

 HVA (Human Related Event)

Panduan Manajemen Risiko 18


 HVA (Event Involving Hazardous Materials)

3. Dokumentasi Reaktif (RCA)

Panduan Manajemen Risiko 19


Panduan Manajemen Risiko 20
Panduan Manajemen Risiko 21
Panduan Manajemen Risiko 22
Panduan Manajemen Risiko 23
Panduan Manajemen Risiko 24
Panduan Manajemen Risiko 25
Panduan Manajemen Risiko 26

Anda mungkin juga menyukai