Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN LINGKUNGAN

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk dapat
mengendalikan berbagai faktor lingkungan (Fisik, biologi, dan sosial psikologi) di RS dengan
cara :
 Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari
lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar
sarana kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah dengan
mempertimbangkan cost efektif
 Menciptakan lingkungan bersih, aman dan nyaman
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
Kontruksi bangunan
a. DINDING : Permukaan rata, kuat dan kedap air, berwarna terang dengan cat tidak
luntur
b. LANGIT LANGIT : kuat, terang, mudah dibersihkan dengan tinggi 2.7 meter
c. LANTAI : Bahan kuat, halus, kedap air, tidak licin, warna terang, permukaan rata dan
pertemuan lantai dengan dinding berbentuk lengkung
d. ATAP : kuat, tidak bocor, bebas serangga pengganggu
e. PINTU : Kuat, tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus dll
Penataan ruangan
l Sarana kebersihan Tangan :

 Tersedia Alkohol Handrub di tempat yang mudah diraih (Di depan Pintu
kamar, TT, Ruang/meja tindakan)
 Wastafel (1 : 6 TT dan High care 1 :1TT)
l Furniture

 Dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur pasien gunakan
disinfektan
l Ficture & Fitting

 Peralatan yang menetap di dinding hendaknya di disain sedemikian rupa


sehingga mudah dibersihkan
l Gorden

 Tidak menyentuh lantai


 Dicuci secara periodik 1-3 bulan sekali
Sirkulasi udara
VENTILASI MEKANIS : AC, FAN, EXHAUSE FAN
 Perputaran udara 12 ACH
 Dibersihkan secara periodik & pengontrolan
VENTILASI ALAMI
 Jendela
 Effektif untuk tuberkulosis
 Tingkat ACH bervariasi
KOMBINASI
Penyehatan Air
l KUALITAS/MUTU AIR ADALAH ISTILAH YANG DIGUNAKAN UNTUK
MENJELASKAN KARAKTERISTIK FISIK, KIMIAWI , DAN BAKTERIOLOGIS →
DIHUBUNGKAN DENGAN FUNGSINYA UNTUK KEPERLUAN FASILITAS
KESEHATAN (UNTUK MINUM, MANDI, PENCUCIAN, PEMBERSIHAN DLL.)
Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan
 Semua permukaan datar harus dibersihkan setiap hari semua peralatan yang ada
dan berkaitan dengan pasien didisinfeksi
 Tempat disekitar pasien harus bebas dari peralatan/perlengkapan yang tidak
perlusehingga memudahkan untuk dibersihkan
 Tempat tidur, peralatan serta ruangan pasien harus didisinfeksi sebelum digunakan
oleh pasien berikutnya
Penanganan Limbah
 TAHAPAN PENANGANAN LIMBAH RS : PERENCANAAN, PEMISAHAN,
PENGUMPULAN, TRANSPORTASI,
PENYIMPANAN, PENGOHALAN AKHIR
 PEMISAHAN AWAL DILAKUKAN OLEH ORANG PERTAMA PENGHASIL LIMBAH
 KODE WARNA KANTONG HARUS DIPAHAMI OLEH SEMUA ORANG
 KONTAINER BENDA TAJAM SESUAI PERSYARATAN DITEMPATKAN
PADA : Trolley injection, ners station, kamar operasi dll
 TRANSPORTASI MENGGUNAKAN KERETA KHUSUS
 AREA PENGUMPULAN LIMBAH : TERBUKA, BERSIH, DILAKUKAN DISINFEKSI
Pengandalian binatng
- Kepadatan jentik (terutama aedes) harus nol
- Lubang ditutup kasa
- Bebas kecoa terutama dapur, gudang makanan dan ruang steril
- Tidak ditemukan tanda keberadaan tikus
- Tidak ditemukan lalat dlm bangunan tertutup
- Dilingkungan RS bebas kucing dan anjing
- Ruangan di anti rayap
PENEMPATAN DAN TRANSFER PASIEN
Penempatan pasien Adalah Menempatkan pasien pada tempat yang telah ditentukan atau
mengatur jarak pasien berdasarkan kewaspadaan transmisi (kontak, udara dan droplet)
untuk memudahkan pelayanan dengan mempertimbangkan aspek keamanan serta
keselamatan pasien,Pengunjung, petugas dan lingkungan
PENEMPATAN PASIEN TRANMISI KONTAK
 1 kamar tersendiri atau kohort ( dikumpulkan) dengan pasien yang terinfeksi
agen infeksi sama
 Jika pada ruangan bersamaan dengan pasien Non infeksius tempatkan
pasien dengan mencegah resiko tranmisi silang dengan batas jarak yang
tegas
 Jangan mengabungkan pasien dalam ruangan pada pasien
imunokompromused atau dengan prosedur unvasive
 Pengelolaan udara tidak perlu khusus

PENEMPATAN PASIEN TRANMISI DROPLET


• Tempatkan pasien di kamar tersendiri
• Atau kohorting ( menempatkan pasien infeksi / terkolonisasi yang sama ) bila tidak
memungkinkan dan di beri jarak antar pasien 1 meter
• Pengelolaan udara khusus tidak di perlukan, pintu boleh di buka
• Gunakan masker bedah dalam jarak 1 meter dengan pasien
• Pemindahan pasien : Meminimalkan tranportasi pasein. Bila melakukan tranfer
internal maupun ekternal pasangkan masker bedah pada pasien saat proses
pemindahan petugas mengunakan masker bedah .
• Jangan pernah kamar dengan pasien dengan system kekebalan yang lemah atau
dengan prosedur invasive
PENEMPATAN TRANMISI UDARA/AIRBONE
 Sistem tekanan udara negative dengan ventilasi selalu mengarah ke luar bangunan (
Janganpernah menuju Lorong internal maupun ekternal )
 Pintu selalu tertutup
 Natural ventilasi : Jendela terbuka lebar dapat di gunakan system menarik udara ke
arah keluar dengan 12 ACH
 Ventilasi dengan Exhoust tidak boleh mengarah ke area rawat inap, ke ruang
tertutup atau saluran ventilasi
 Jika tidak ada area lain untuk mendapatkan ventilasi harus di gunakan filter dengan
efisiensi tinggi dalam retensi partikel ( HEPA)
KEJADIAN LUAR BIASA DAN PENYAKIT MENULAR

• Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat


yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka.
• KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu
(Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989).
• KLB penyakit menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi
suatu wabah, atau dapat berkembang menjadi suatu wabah.
Wabah mencakup:
• Jumlah kasus yang besar
• Daerah yang luas
• Waktu yang lebih lama
• Dampak yang ditimbulkan lebih berat

Kriteria KLB
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam,hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan >2x dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan
>2x dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian
kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan> 50% dibandingkan dengan angka kematian
kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Laju proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan > 2x dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu
yang sama.
Penanggulangan KLB
1. Penyelidikan epidemiologi dan surveilans: mengetahui gambaran epidemiologi KLB,
kelompok berisiko, factor yang mempengaruhi dan cara penanggulangannya.
2. penatalaksanaan penderita: pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita,
dan tindakan karantina.
3. pencegahan dan pengebalan: pengobatan dini penderita, lakukan isolasi/karantina,
peningkatan imunitas, pengendalian lingkungan.
4. pemusnahan penyebab penyakit: pemusnahan terhadap benda yg mengandung bibit
penyakit atau cukup dilakukan desinfeksi.
5. penanganan jenazah akibat KLB
6. penyuluhan kepada masyarakat
PENYUNTIKAN YANG AMAN
Suatu tindakan penyuntikan (insersi) yang :
 Tidak membahayakan bagi Penerima/Pasien
 Tidak memberikan risiko tertusuk jarum bagi petugas
 Tidak menghasilkan limbah medis yang berbahaya bagi masyarakat
Penyuntikan
1. Dilakukan oleh Petugas Kesehatan yang terlatih
2. Kebersihan Tangan
3. Penggunaan APD
4. Tindakan Aseptik
5. Pengelolaan sampah medis
6. Pemenuhan Sarana Prasarana
Hal hal yang di perhatikan sebelum penyuntikan
• Periksa status pasien
• Identifikasi pasien
• Persiapan pasien
• Siapkan alat-alat
• Periksa tanggal kadaluarsa dan tanda-tanda kontaminasi
• Jaga sterilitas alat-alat
• Kebersihan tangan
Pemeliharaan
a. Antisepsis daerah insersi
 Bersihkan kulit dengan menggunakan antiseptic (povidone–ioc 10 %, tincture
of iodine 2 % , alkohol 70 % ) sebelum melakukan insersi.
 Apabilamenggunakan iodine pada kulit sebelum insersi maka bersihkan
kembali dengan alkohol 70 %.
 Jangan lakukan palpasi kembali pada daerah insersi setelah dilakukan
tindakan aseptik.
b. Dressing kateter
 Gunakan kasa atau transparan dresing untuk menutupi daerah insersi
 Segera ganti verban / transparan dersing jika lepas, rusak, basah atau kotor
dan ganti verban lebih sering pada pasien diaphoretic
 Hindarkan terjadinya kontaminasi pada daerah insersi pada saat melakukan
dresing care.
PERLINDUNGAN KESEHATAN PETUGAS
Program
1. Pencegahan penularan infeksi terhadap petugas kesehatan
2. Penyediaan sarana Kewaspadaan Standar (APD, sarana HH, eye washing, tempat
sampah medis/jarum dan benda tajam, dll)
3. Pemeriksaan kesehatan berkala  sesuai dengan lingkup kerjanya (area kritis, non
kritis, ptgs administrasi)
4. Pemberian immunisasi /profilaksis, seperti anti virus dan vaksin flu
5. Penatalaksanaan pasca luka tusuk benda tajam bekas pakai
Pencegahan
► Taat menerapkan Kewaspadaan Isolasi: Standar dan Berdasarkan Transmisi
► Menjaga kesehatan saluran napas (tidak merokok)
► Menjaga kesehatan tubuh secara umum
► Menjaga kebersihan diri
► Senantiasa menjaga perilaku hidup sehat
► Tidak memanipulasi jarum bekas pakai
MANAGEMEN LIMBAH DAN BENDA TAJAM
Limbah adalah bahan sisa dari suatu usaha dan atau kegiatanLimbah infeksius adalah
Limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan
dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit
pada manusia rentan
Jenis limbah
• Limbah padat:
 Infeksius
 Non infeksius
• Limbah cair
 Infeksius
 Non infeksius
• Limbah benda tajam
Label
• Limbah Infeksius (kantong kuning) :
 Dresing bedah, kassa, verban, kateter, sarung tangan dan semua sampah
yang terkontaminasi cairan tubuh pasih
• Limbah Non Infeksius (kantong hitam) :
 Kertas, kardus, kaleng, botol plastik, sisa makanan
 Sampah yang tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien
• Limbah benda tajam (safety boks)
 Jarum, pisau cukur, stilet, ampul, obyek glas
 Semua yg memiliki permukaan atau ujung yang tajam
Pengelolaan limbah
1. Tersedia Wadah yang tidak mudah tembus oleh benda tajam /
tusukan ( jerigen bekas, kardus yang tahan benda tajam) dan tertutup
berlabel biohazard yang kuning

2. Tahan bocor dan tahan tusukan

3. Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan

4. Mempunyai penutup yang tidak bisa dibuka kembali Ditutup dan

diganti setelah terisi 2/3 ATAU 3/4 bagian limbah


PPI GIZI
• Hygienitas makanan adalah Semua hal yang berkaitan dengan sistem produksi, baik
dari bahan mentah hingga barang jadi,yang mencakup dalam standarisasi
hygienitas, kontrol kualitas, proses produksi, pelayanan, pelatihan dan pengawasan
serta pencegahan terkontaminasinya oleh bakteri, baik secara langsung maupun
tidak langsung. §
• Sanitasi Makanan : suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan
kegiatannya terhadap kesehatan lingkungan dimana makanan dan minuman itu
berada (food environment)
Prinsip hygene makanan

 Kebersihanperalatan (masak dan saji)


 Penyimpanan bahan makanan
 Pengolahan makanan (tempat,tenaga,proses mengolah)
 Pengangkutan makanan
 Penyajian makanan
Simpulan
1. Penerapan hygiene sanitasi dilakukan agar pasien aman mengkonsumsi makanan
(food safety) selama pelayanan Kesehatan
2. 5 prinsip penyelenggaraan makanan dilakukan dengan benar mencegah terjadinya
transmisi kuman pada makanan
3. Penyelenggaraan makanan di era pandemic covid tidak ada bedanya, tetapi untuk
meminimalkan transmisi alat makan menggunakan yang disposable atau sesuai
dengan kebijakan Fasyankes
PPI GIGI
1. Profesi dokter gigi dan terapis gigi : sering terpapar dengan saliva dan darah.
sehingga rentan terjadi infeksi silang beberapa penyakit menular
2. Tatalaksana dalam kedokteran gigi ( penggunaan handpiece, ultrasonic scaller,
three ways syringe, pemolesan ) berpotensi menghasilkan aerosol sebagai transmisi
penularan
3. Selama prosedur, pasien membuka mulut terus dan beresiko pada tindakan aerosol
Resiko
• Tindakan yang menyebabkan kontak langsung dengan saliva, darah, droplet, dan
aerosol berisiko terpapar mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien, termasuk
Mycobacterium tuberculosis, virus hepatitis B, staphylococci, streptococci, CMV,
Herpes simplex virus tipe I dan II dan sejumlah virus pernafasan.
• Risiko drg. Tertular Hepatitis B adalah 6x lebih besar dari populasi umum, 76%.
PPI IDO
IDO adalah penerapan praktik yang baik berbasis bukti sahih dalam penatalaksanaan
operasi minor atau Superficial Incision Surgical Side Infection (pre, intra dan pasca operasi)
yang merupakan operasi minor yang sering di lakukan di FKTP yang sesuai prinsip PPI
Superficial Incision Surgical Side Infection

 Gejala infeksi infeksi : kemerahan, panas, bengkak, nyeri, fungsi laesa terganggu
 Cairan purulent.
 Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial.
Deep Insicional Surgical Side Infection
 Keluar cairan purulen dari tempat insisi.
 Dehidensi dari fasia atau dibuka oleh ahli bedah karena ada tanda inflamasi.
 Ditemukannya adanya abses pada pre-operasi dan hasil radiologi.
 Dinyatakan infeksi oleh dokter yang melakukan operasi/merawat
Organ Space Surgical Side Infection
 Keluar cairan purulen dari drain organ dalam.
 Didapat isolasi bakteri bakteri dari organ dalam.
 Ditemukan abses.  
 Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter
PENERAPAN BUNDLES PENCEGAHAN
INFEKSI DAERAH OPERASI
1. BUNDLES PENCEGAHAN PRA OPERASI
2. BUNDLES PENCEGAHAN INTRA OPERASI
3. BUNDLES PENCEGAHAN POST OPERASI

Anda mungkin juga menyukai