Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PELATIAHAN

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Dasar


Di RS dan Fasilitas Kesehatan Lainnya

RUMAH SAKIT UMUM MITRA PEDAN


TAHUN 2023
LAPORAN KEGIATAN

A. Tema Seminar

Pelatihan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasyakes

Kesehatan Lainnya

B. Jumlah Peserta

171 Orang

C. Waktu dan Tempat

Tempat : Ruang Sidomukti hotel Santika Jogyakarta

Tanggal : 31 Agustus – 2 September 2023

Pukul : 08.00 – 17.00 WIB.

D. Narasumber

1. Arfiana, S.Kep.,Ns.,FISQUA

2. Sri Purwaningsih, S.Kep.,Ners.,FISQUA

3. Istiqomah, S.Kep.,Ns

4. Al Dadi, S.Kep.,Ns

5. Dr.dr.Andaru Dahesihdewi,M.Kes,Sp.PK(K)

6. Tri Hartati,APP.,M.Kes.

7. Dr.Rizqa Humardewayanti,Sp.PD,KPTI

8. Riyantinah, S.Kep.,Ns

9. Yuli Alfiah,AMK

10. Tri Prabowo,S.Kp,MSc


11. Timuryani Nugraheni, S.Kep.,Ners

E. Materi

PPI merupakan prioritas dunia, karena rata-rata 1 dari 10 pasien dirawat


mengalami HAIs. Di dunia 1 dari 10 pasien HAIs meninggal dunia. PPI menjadi
salah stu tolak indikator mutu rumah sakit. Tujuan adanya program PPI rumah
sakit adalah mengurangi atau meminimalisir potensi penularan penyakit infeksi
kepada petugas kesehatan, pasien dan pengunjung rumah sakit. Infeksi adalah
suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen dengan atau
tanpa disertai gejala kinik. Penyakit infeksi adalah suatu keadaan ditemukan
adanya agen infeksi yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.

Rantai infeksi meliputi :

1. kuman penyebab (mikroorganisme)


2. pejamu/inang
3. lingkungan

Cara penularan infeksi

1. vektor, melalui hewan


2. vehikulum, melalui darah, peralatan makan, air, makanan
3. doplet, melalui batuk, bersin saat bicara. contoh pasien yang penularan
infeksi melalui doplet adalah flu, pneumonia, rubella, covid-19
4. airborne, melalui udara, contoh pasien yang penularan infeksi melalui
airborne adalah TB paru, varicella
5. direct/langsung, melalui sentuhan, contoh pasien yang penularan infeksi
melalui sentuhan adalah scabies, MRSA, HSV
6. indirect, melalui obyek perantara seperti alat, instrument,dan tidak cuci
tangan
apabila ada infeksi, tubuh akan melawan infeksi tersebut. Jenis-jenis
pertahanan tubu adalah :

1. mekanik, yaitu lini pertahanan tubuh no.1. contoh pertahanan mekanik


adalah kulit, saluran cerna, dan nafas
2. kimia, seperti asam lambung
3. biologi terdiri 2 macam yaitu humoral (antibodi dan komplemen), dan
selluler (sel darah putih).
Prinsip pencegahan infeksi :
1. meningkatkn daya tahan penjamu
2. adanya tindakan pencegahan infeksi pejanan
3. inaktivasi agen
4. memutus rantai penularan

Program PPI
A. kewaspadaan isolasi

terdiri dari 2 kewaspadaan, yaitu :

1. kewaspadan standar

Adalah kewaspadaan utama dan rutin dilakukan. Kewaspadaan standar


terdiri 11 indikasi, antara lain :

a. cuci tangan

cuci tangan dapat mencegah resiko penularan infeksi.


Kebersihan tangan menjadi pilar PPI dan komponen sentral karena
dengan mencuci tangan dapat mencegah penularan infeksi Cuci tangan
dapat menggunakan handrub dan handwash

5 saat kebersihan tangan anjuran WHO untukpasient safety :

1) sebelum kontak dengan pasien


2) sebelum tindakan aseptik
3) setelah terkena dengan cairan tubuh pasien
4) setelah kontak dengan pasien
5) setelah kontak dengan lingkungan pasien
b. APD

adalah alat untuk mencegah penularan infeksi antara pasien dan


petugas. APD digunakan sesuai analisa dan resiko paparan

c. Peralatan perawatan pasien

Kriteria spaulding

1) non kritikal
adalah alat yang menyentuh permukaan tubuh. Contoh alat non
kritikal yaitu manset tensi, EKG. Teknik pembersihan dengan steril
tingkat rendah
2) semi kritikal
Adalah alat yang menyentuh sampai dengan mukosa tubuh. Contoh
alat semi kritikal adalah gudel. Teknik pembersihan dengan DTT
atau sterilisasi
3) kritikal
Adalah alat yang kontak dengan cairan tubuh pasien seperti darah.
Contoh alat kritikal adalah mess. Teknik pembersihan dengn
sterilisasi.

Dekontaminasi adalah proses fisika/kimia yang digunakan untuk


menurunkan atau menghilangkn mikroorganisme padabenda mati
sehingga aman untuk digunakan kembali. 3 tahap dekontaminasi yaitu :

1) pencucian dan pembersihan. Alat kritikal harus dicuci sebelum 2


jam guna menggunakan cairan enzymatik (mencegah residu dari
terkena cairan tubuh pasien), kemudian dibungkus menggunakan
kasa lembab dengan cairan enzimatik atau air biasa sebelum
dikirim ke CSSD. Apabila alat yang sudah dilakukan pencucian
dengan benar masih berkarat maka perlu dilakukan pengecekan
kadar air dengan bekerja sama dengan bagian sanitasi.
2) disenfeksi, membunuh mikoorganisme namun tidak membunuh
mikroorganisme sampai endospora
3) sterilisasi, membunuh semua mikroorganisme termasuk
endospora

Tempat CSSD adalah tempat untuk mensterilkan alat-alat sesuai


standar yang bermutu, instrumen yang sudah dibersihkan di ruangan
akan dilakukan pencucian di CSSD. Dimana ruanag CSSD paling
disarankan dekat dengan IBS, ruangan bertekanan positif, dan ruangan
untuk menerima intrumen yang belum disteril dengan yang sudah
disteril dipisahkan.

d. pengendalian lingkungan

pengendalian lingkungan dilakukan dengan melakukan pembersihan


secara standar dan dilakukan secara rutin.

e. pengelolaan limbah

jenis tempat sampah untuk limbah rumah sakit :

1) warna kuning : untuk sampah infeksius


2) warna hitam : untuk sampah noninfeksius/domestik
3) warna merah : untuk sampah radioaktif
4) warna ungu : untuk smpah cytotoksik
5) safety box : untuk sampah benda tajam
f. pengelolaan linen

Instalansi laundry mempunyai peranan penting di rumah sakit.


Linen dibagi menjadi 4 yaitu linen bersih (linen yang sudah dicuci dan
siap untuk kebutuhan umum), steril (linen yang sudah distreilkan untuk
tindakan aseptik), linen kotor (linen yang berisi baju pasien, keluarga,
an baju petugas), dan linen infeksius (linen yang terkontaminasi darah,
cairan tubuh, sekresi dan eksresi). Sirkulasi udara untuk menerika linen
kotor adalah ruangan tekanan negatif dan tempat penyimpanan linen
bertekanan positif. Dalam pengelolaan linen harus memperhatikan
beberapa hal yaitu linen harus dipisahkan antara linen infeksius dan non
infeksius, troli untuk mengangkut linen harus dibedakan antara linen
kotor dan linen bersih dimana perlu dilakukan swab setiap 1 th sekali
untuk mengetahui jumlah bakteri, ruangan antara penrima linen kotor
dan bersih harus dipisah, mesin cuci yang digunakan untuk mencuci
linen harus dibedakan (dimana mesin cuci yang direkomendasikan
adalah double door), dan golden period linen apabila linen terkena
cairan tubuh pasien harus dibersihkan < dari 2 jam mengguakan air
biasa atau air sabun guna mencegah re-wash. Tempat penyimpanan
linen dianjurkan tidak terbuat dari kayu. Alur distribusi linen dengan
linen kotor beda jalur. Tempat pencucian, penyetelikaan linen dipisah
dengan sisten one in one out.

g. penyuntikan yang aman

Guna mencegah penularan infeksi lewat luka tusuk jarum injeksi


maka dianjurkan untuk tidak menyarungkan kembali jarum suntik,
apabila terpaksa menyarungkan kembali jarum suntik maka
menggunakan prinsip satu tangan.

h. penempatan pasien

pemisahan pasien yang cara penularan infeksi secara doplet,


airborne, atau kontak guna mencegah resiko penularan infeksi.Type
ruangan isolasi :

1) S : ruangan tidak ada tekanan udara


2) N : ruangan yang lebih bertekanan negatif, contoh pada ruang
pasien TB
3) P : ruangan yang lebih bertekanan positif , contoh pada ruang
HCU, ICU, OK
4) N-P : ruangan yan dapat diubah tekann positif atau negatif
i. perlindungan kesehatan petugas
1) dilakukan vaksinasi HBV pada petugas yang beresiko tinggi (
IGD, kamar jeazah, OK, tempat bersalin, laboratorium,dll).
2) MCU teratur, seperti apabila petugas yang bekerja di ruangan
yang penularan infeksi melalui doplet atau airborne maka di cek
IGRA minima 6 bulan sekali
3) penanganan paska pejanan yang memadai (ada alur pejanan,
sebelum 4 jam suah ditentukan penata laksanaan) seperti petugas
yang dihubungi, pengecekan laborotorium, laporan kepada siapa.
Seperti apabila pasien terkena jarum suntik maka perlu di buat alur
penanganan pasca pejanan, dilakukan pengecekan status sumber
pejanan dan status pejanan engan melakukan pengecekan
labratorium (HBV,HBC,HIV). Apabila sumber pejanan menderita
HIV maka perlu dilakukan pemberian obat ARV kurang dari 4
jam setelah terkena.
j. kebersihan pernafasan /etika batuk

salah satu penyebaran infeksi lewat doplet adalah batuk. Guna


mencegah penyebaran infeksi ini maka perlu diajarakan etika batuk
yang benar yaitu apabila batuk menggunakan masker, batuk
mengarahkan pada lengan baju bagian dalam, dan menggunakan tisu
kemudian tisu dibuang ditempat sampah infeksius lalu cuci tangan.

k. pencegahan infeksi pada prosedur lumbal pungsi


2. kewaspadaan isolasi
Adalah kewaspadaan tambahan dari kewaspadaan standar setelah
terdiagnosis jenis infeksi
a. transmisi kontak, menggunakan sarung tangan dan gown
b. transmisi doplet, menggunakan pelindung mata, masker, dan sarung
tangan
c. transmisi airborne, menggunakan masker N95, sarung tangan, gown,
apron. Pada pasien TB yang penularan infeksi lewat airborne
menggunakan eksos ventilasi dan dipasang HEPPA filter.
B. pencegahan HAIs dengan bundles HAIs

HAIs (healhcare- assosiated infection) adalah infeksi yang terjadi pada


pasien selama perawatan di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
dimana ketika masuk tia ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk
infeksi dalam rumah sakit tapi muncul etelah pasien pulang, juga infeksi karena
pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Bundles HAIs adalah sekumpulan cara yang terstruktur, berbasis ilmiah,


yang bermanfaat mencegah HAIs dan meningkatkn keamanan perawatan
terhadap pasien.

Bundles HAIs terdiri :

a. HAP adalah infeksi pneumonia tanpa dipasang intubasi


b. VAP adalah infeksi pneumonia >48 jam akibat dipasang intubasi
c. UTI adalah infeksi akibat pemasangan kateter urin
d. IDO adalah infeksi pada daerah infeksi
e. BSI adalah infeksi pada aliran darah
C. surveilans HAIs

adalah kegiatan pengamatan yang sistemais dan terus menerus terhadap


data dan infrmasi tentang kejadian penyakit atau masalh kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinyapeningkatan dan penularan penyakit atau
masalah kesehatan unuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan
efisien.

D. pendidikan dan pelatihan PPI


E. penggunaan AB yang bijak

mengutamakan pengguaana obat yang mengandung flora alami tubuh


sebelum menggunakan antibiotik. Re-emerging adalah kebal antibiotik.

Jenis-jenis spesimen :

1. darah seperti serum, plasma, whole blood


2. urine, seperti urine pagi, sewaktu, tampung 24 jam, midstream kateter
3. lain-lain, seperti feses ruin, kultur, PA, puss

Prinsip dalam pengambilan jenis spesimen adalah waktu, jumlah,


aseptik.

Sepsis ada 2 yaitu :

1. primer, yang disebabkan perawat


2. sekunder, dari suatu penyakit

Kultur digunakan untuk mengevaluasi antibiotik, dan infeksi berat.


Kultur sebaiknya diambil sebelum masuk antibiotik, dan diambil 2 atau 3
sample dengan jarak kurang lebih 1 jam dari tempat yan berbeda.

Pengendalian Infeksi Di Kamar Tindakan Dan Kamar


Operasi
pencegahan dan pengenalian infeksi kamar operasi merupakan upaya
untuk menciptakan kondisi kamar operasi yang bersih dan sehat agar tidak
menimbulkan dampak negatif khususnya terhadap pasien,dokter, perawat, dan
masyarakat rumah sakit.

A. bangunan ruang operasi


1. Pintu tidak boleh sering dibuka tutup
2. tidak boleh menggunakan AC sentral
3. dindingdari bahan porselin dicat dengan warna terang, tidak luntur,
dan aman
4. lantai tidak boleh ada jeda antar keramik, terbuat dari bahan kuat dan
kedap air
5. ventilasi sebaiknya dengan AC tersendiri yang dilengkapi filter
bakteri, AC dipasang 2 dari lantai
6. ruangan bertekanan positif
B. penyeiaan air bersih
Kualitas air minimal 500L/hari/TT. Dilkukan pemeriksaan air
guna menjaga kualitas air mrnggunakan parameter kimia fisik 2x yaitu
pada musim kemarau dan penhujan dengan bagian sanitasi
C. kualitas udara ruang
Tidak berbau amoniak dan H2S. jika ada pasien perlu dengan
gangren akan melakukan operasi maka harus dibersihkan terlebih dahulu.
Jika ada pasien yang perlu dioperasi dan resiko penularan lewat airbore
seperti pada pasien TB maka :
1. Ditempatkan pada ruangan OK bertekanan negatif
2. Petugas menggunakan masker N95
3. Perlu dikaji kapan ditegakkan TB, bengobatan berapa lama
4. BTA (-)
5. OP diterakhirkan, pintu tidak boleh dibuka tutup
6. Setelah OP maka ruangan di dekontaminasi
Pengelolaan Makanan
Salah satu penularan infeksi adalah lewat makanan, contoh penularan
infeksi lwat makanan adalah diare, disentri, hepatitis, dll. Sanitasi makanan
adalah kesehatan lingkungan disekitar makanan. Sanitasi makanan mencangkup
:

A. Kebersihan alat, dimana alat digunakan pasien harus dicuci dengan air sabun,
dibilas 1 (menggunakan dengan panas 160F-170F), pembilasan ke-2
(menggunakan air panas dengan suhu 180F).
B. Penyimpanan makanan. Dalam menyimpan makanan harus dikelompokkan
tidak boleh dicampur aduk. Prinsip penyimpanan makanan adalah sesuai bahan
makanan, suhu ruangan penyimpanan makanan, isi lemari pendingan (tidak
sesek dan tidak sering dibuka).
C. Pengangkutan makanan. Harus menggunakan troli tertutup. Dalam
pendistribusian menggunakan jalur yang berbeda atau menggunakan jam yang
berbeda apabila hanya tersedia 1 jalur saja, penggunaan troli untuk mengangkut
makanan harus dipisahkan, guna mencegah kontaminasi silang. Sebaiknya
makanan dimakan maksimal 2 jam setelah penyajian.
D. Mengolahan makanan
1. syarat tepat,
suhu maksimal saat mengolah makanan 30C, air memenuhi syarat air
minum, tidak terkontaminasi, rapat serangga dan tikus, asap keluar dengan
cepat, dan tempat sampah tertutup.
2. tenaga pengolah/penjamah makanan
tenaga pengolah makanan harus terbebas penyakit (perlu dilakukan rectal
swab/6 bulan pada petugas peyaji makanan untuk mengetahui status
kesehatan), saat melakukan pengolahan meminimalisir menyentuh bagian
tubuh (mulut, telinga, hidung atau menggaruk bagian tubuh), tidak memakai
perhiasan, kuku tangan selalu pendek, tidak merokok, menggunakan apron,
dan menghindrai batuk didepan makanan.
3. cara pegolahan makanan
peralatan pengolahan tidak dicampur adukan penggunanya, perabotan harus
bersih dan bebas kuman, makanan diolah sesuai spesifikasi.
E. Penyimpanan dingin
Dalam penyimpan bahan makanan dingan harus memperhatikan suhu
tempat pendingin dan lama bahan yang bisa disimpan di dalam suhu dingin
tersebut.
F. Penyajian makanan, makanan harus tertutup dan disajikan.

PPI di Kamar Jenazah


Kamar jenazah merupakan sumber infeksi yang potensial tidak hanya untuk
ahli patologi aotopsi tapi juga untuk pengunjung dan petugas pemulasaran jenazah
 Beberapa studi telah melaporkan bahwa dengan kehidupan mikroorganisme
patogenik tertentu akan dilepaskan dari tubuh, jika tidak diwaspadai dapat menular
pada seseorang yang menangani jenazah tersebut. Terhadap jenazah akibat penyakit
wabah, perlu penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya untuk
menghindarkan penularan penyakit pada orang lain.

Pengertian Pemulasaraan Jenazah adalah proses yang meliputi kegiatan


memandikan, mengkafani, mensholatkan, sebelum jenazah dibawa ke rumah duka
atau pemakaman jenazah Tujuan Mengetahui tata cara perawatan jenazah sesuai
agama dan kepercayaan masing dan memahami faktor risiko penularan penyakit

A. Prinsip pemusaran jenazah:


1. Selalu menerapkan Kewaspadaan Isolasi (memperlakukan setiap resiko
kontaminasi darah, produk darah dan cairan tubuh serta jaringan tubuh
manusia sebagai bahan infeksius)
2. Tanpa mengabaikan budaya dan agama yang dianut keluarga
3. Tindakan petugas yang memahami Pencegahan & Pengendalian Infeksi
mampu mencegah penularan/transmisi
B. Ketentuan Umum Penanganan Jenazah
1. Semua petugas/keluarga/masyarakat yang menangani jenazah penyakit
infeksi sebaiknya telah mendapatkan vaksinasi Hepatitis-B sebelum
melaksanakan perawatan jenazah (catatan: efektivitas vaksinasi Hepatitis-B
selama 5 tahun).
2. Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
3. Kenakan alat APD Sarung tangan, gaun tahan air/ celemek, masker bedah,
pelindung mata/kacamata, sarung tangan ganda, sepatu bot
4. Luka dan bekas suntikan atau semua lubang-lubang tubuh, ditutup dengan
kasa absorben dan diplester kedap air diberikan desinfektan.
5. Petugas jangan merokok, minum , makan dan jangan menyentuh mata, mulut
dan hidung
6. Amati kebersihan pribadi dengan tepat dengn menjaga kebersihan tangan
7. Hindari cedera benda tajam, baik dalam pemeriksaan jenazah dan setelah
dekontaminasi limbah
8. Lepaskan peralatan APD setelah menangani jenazah
9. Badan jenazah harus bersih dan kering.
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh di buka lagi. 10.Jenazah tidak
boleh dibalsem atau disuntik untuk pengawetan atau autopsi, kecuali oleh
petugas khusus. Dalam hal tertentu autopsi hanya dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari pimpinan Rumah Sakit.
C. Persyaratan Bangunan Kamar Jenazah
1. Area tertutup
2. Jalur jenazah : berdinding keramik, berlantai tidak berpori, memiliki sistim
pembuangan limbah, sistem sirkulasi udara, sistem mesin pendingin
3. Jalur masuk keluar jenazah menggunakan pintu Ganda dan jalur pintu masuk
dalam dan luar
4. Jalur petugas terpisah : Ruang kamar mandi & WC, ruang ganti pakaian
dilengkapi dengan Antiseptik Footbath, tempat cuci tangan
5. Tersedia sarana : lemari Alat, Meja Jenazah, Air bersih dan mengalir, Lemari
pendingin, Meja Periksa Organ
6. Ruang terpisah antara jenazah Infeksius dan Non Infeksius

SPILL KIT
Spilkit Adalah seperangkat alat yangdigunakan untuk menangani jika terjadi
tumpahan B3 dan limbah B3. Penanganan tumpahan dan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun(B3) adalah tindakan gawat darurat terhadap tumpahan limbahan B3
yang tercecer di area instalasi yang menghasilkan limbah B3,area rumah sakit dan
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3. Isi kotak spill kit adalah :

A. Penutup kepala
B. Kacamata/ Goggle
C. Masker
D. Apron
E. Sarung tangan
F. Kain Adsorbent/tissue/koran
G. Chlorin0,5%8. Plastik kuning
H. Tissue
I. Form Investigasi B3
Alur Penggunaan Spill Kit
Faktor keberhasilan PPI

a. dukungan menagemen, dibuatkan SK dan SOP


b. struktur organisasi
c. peran dan fungsi dari IPCN, beban tugas seorang IPCN di rumah sakit diatur
dalam peraturan dan perundang-undangan. Rasio IPCN bekerja berdasarkan
rasio tempat tidur adalah 1:100 tempat tidur
d. otoritas TIM PPI
e. tersedia fasilitas, seperti wastafel, dan sabun cuci tangan
f. komitmen individu, adanya kesadaran perorangan dan kepedulian terhadap
pencegahan infeksi

Anda mungkin juga menyukai