Anda di halaman 1dari 10

BAB I

DEFINISI

A. Definisi
1. Tindakan Invasif
Pelaksanaan diagnostik dan tindakan lain yang dilakukan dan hasilnya harus
dicatat dalam rekam medis pasien.
a. Penggolongan tindakan invasif
1) Tindakan Invasif Sederhana.
Tindakan invasif sederhana adalah suatu tindakan memasukkan alat
kesehatan kedalam tubuh pasien sehingga memungkinkan mikroorganisme
masuk kedalam tubuh dan menyebar ke jaringan.
Contoh :
Suntikan, pungsi (vena, lumbal, pericardial, pleura suprapubik), bronkoskopi,
angiografi, pemasangan alat (kontrasepsi, kateter intravena, kateter jantung,
pipa endotrakeal, pipa nasogastrik, pacu jantung).
2) Tindakan Invasif Operasi.
Tindakan invasive operasi adalah suatu tindakan yang melakukan penyayatan
pada tubuh pasien dan dengan demikian memungkinkan mikroorganisme
masuk kedalam tubuh dan menyebar.

b. Sumber Infeksi pada Tindakan Invasive


1) Petugas umum adalah semua petugas yang bekerja sekitar ruang tindakan.
a) Tidak memperhatikan hygiene perorangan.
b) Tidak mencuci tangan.
c) Bekerja tanpa memperhatikan tehnik aseptic dan antiseptic.
d) Tidak memahami cara penularan/ penyebaran kuman pathogen.
e) Menderita penyakit menular/ infeksi/ karier.
f) Tidak mematuhi tata tertib di kamar operasi.
g) Tidak memperhatikan tehnik aseptic/ antiseptic.
h) Bekerja ceroboh dan masa bodoh terhadap lingkungan.
i) Tidak menguasai tindakan yang dilakukan.

2) Petugas khusus adalah semua petugas yang bekerja di dalam kamar tindakan.
a) Tidak memperhatikan kebersihan perorangan.
b) Mempunyai penyakit infeksi/ menular/ karier.
c) Tidak mematuhi tata tertib yang berlaku di kamar operasi.
d) Tidak memperhatikan tehnik aseptic/ antiseptic.
e) Ceroboh dalam bekerja.
f) Tidak memperhatikan hygiene perorangan.
g) Kuku panjang.
h) Mencuci tangan dengan cara yang tidak benar.

1
3) Alat
a) Tidak steril.
b) Diluar batas waktu yang ditetapkan (kadaluwarsa) tanpa disterilkan lagi.
c) Untuk pemakaian berulang tanpa disterilkan lagi.
d) Penyimpanan tidak baik.
e) Kotor, Rusak/ karatan.

4) Pasien
a) Higiene pasien tidak baik.
b) Keadaan gizi tidak baik.
c) Menderita penyakit kronis.
d) Menderita penyakit infeksi/ menula / karier.
e) Sedang menapatkan pengobatan immunosuppressif.
f) Persiapan pasien dari ruang rawat tidak baik.
g) Daerah sekitarnya terdapat tanda – tanda infeksi, misal : sakit kulit, dsb.

5) Lingkungan
a) Penerangan/ sinar matahari tidak cukup.
b) Sirkulasi udara harus cukup, tidak lembab dan berdebu.
c) Dijaga kebersihannya.
d) Menghindari serangga.
e) Mencegah air tergenang.
f) Tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup.
g) Tidak ada serangga.
h) Permukaan lantai harus rata dan tidak berlubang.
i) Ruangan bersih, kering dan tidak berbau.
j) Dinding kamar operasi harus licin mudah dibersihkan.
k) Sudut ruangan tidak tajam.
l) Mengatur sistem sirkuasi udara dalam kamar operasi.
m) Cahaya cukup terang.
n) Dipisahkan lalu lintas untuk petugas, pasien, barang bersih dan kotor.
o) Jumlah petugas yang keluar masuk ke kamar operasi dibatasi.
p) Ruangan dibersihkan secara rutin, mingguan atau pada kasus infeksi
tertentu.

2. Tindakan Non Invasif


a. Pengertian.
Tindakan non invasif adalah suatu tindakan medis dengan menggunakan alat
kesehatan tanpa memasukkan kedalam tubuh pasien yang memungkinkan
mikroorganisme masuk ke dalam jaringan.
Contoh : Tindakan EKG, USG, pengukuran suhu tubuh, pengukuran tekanan
darah, pengukuran nadi, pemeriksaan reflek tonus treadmill tes, pemasangan
holter dan lain – lain.

b. Sumber Infeksi pada tindakan non invasive.

2
Infeksi pada tindakan non invasive dapat terjadi karena kontak langsung antara :
1) Pasien yang menderita penyakit infeksi/ menular/ karier dapat menularkan
penyakit yang diderita kepada pasien lain.
2) Pasien dengan petugas.
a) Petugas yang menderita penyakit infeksi / menular / karier dapat
menularkan penyakit yang diderita kepada pasien atau sebaliknya.
b) Petugas dapat menjadi perantara penularan penyakit.
3) Pasien dengan pengunjung.
Pasien dapat menularkan penyakit yang dideritanya kepada pengunjung atau
sebaliknya.
4) Pasien dengan Alat.
Pasien dapat menularkan kuman penyakit yang diderita ke alat – alat yang
telah digunakan atau sebalikya.
5) Pasien dengan lingkungan.
Pasien dapat menularkan kuman penyakit yang dideritanya ke lingkungan
sekitarnya atau sebaliknya.
6) Pasien dengan air.
Pasien dapat menularkan kuman penyakit yang dideritanya ke air yang
dipergunakan atau sebaliknya.
7) Pasien dengan makanan
Pasien dapat menularkan kuman penyakit yang diderita ke makanan atau
sebaliknya.

c. Pencegahan Infeksi pada Tindakan Non Invasif


1) Pasien
Isolasi pasien yang diduga menderita penyakit infeksi atau menular.
2) Petugas
Mencuci tangan lebih dahulu sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
3) Pengunjung
Yang sedang menderita sakit tidak diperkenankan mengunjungi pasien.
4) Menggunakan barrier nursing sewaktu mengunjungi pasien yang berpenyakit
infeksi/ menular.
5) Jumlah dibatasi.

d. Alat
1) Yang digunakan harus bersih dan kering.
2) Yang telah terkontaminasi segera dibersihkan dengan bahan desinfektan dan
kemudian disterilkan.
3) Yang terkontaminasi oleh pasien dengan penyakit tertentu (misalnya gas
gangren) dimusnahkan.

3
e. Lingkungan
1) Lingkungan pasien/ kamar dijaga selalu dalam keadaan bersih dan kering.
2) Sirkulasi udara dalam kamar harus lancar.
3) Penerangan/ sinar matahari dalam kamar harus cukup.
4) Tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup.
5) Tidak ada serangga didalam kamar pasien.
6) Untuk penyakit tertentu (misalnya gas gangren) ruangan dihapus hamakan
sebelum dipakai kembali.

f. Air
1) Kualitas air tersedia memenuhi syarat kesehatan yaitu batas bebas kuman,
tidak berbau, tidak berwarna, jernih dan bersih.
2) Jumlah air yang tersedia memenuhi kebutuhan pasien.
3) Air minum harus dimasak sampai mendidih.
4) Bak tempat penampungan air dibersihkan secara rutin minimal 2 kali
seminggu.
5) Dicegah adanya genangan air limbah.

g. Makanan
1) Selalu dalam keadaan tertutup.
2) Yang sudah rusak / terkontaminasi dibuang.
3) Diberikan sesuai dengan diet yang dianjurkan.
4) Pemberian dari luar rumah sakit harus dicegah.

3. Tindakan Invansif Terhadap Anak dan Neonates


Tindakan terhadap anak/ neonatus dapat berupa tindakan invasif, invasif operasi
maupun tindakan non invasif. Pencegahan infeksi pada tindakan terhadap anak/
neonatus meliputi :
a. Petugas
1) Harus dalam keadaan sehat.
2) Tidak menderita penyakit menular seperti tuberkulosa, penyakit saluran nafas
lainnya. Penyakit gastrointestinal, penyakit kulit atau mukokutaneus seperti
herpes dan lain – lain.
3) Pakaian petugas yang bekerja dibangsal anak/ neonatus berlengan pendek
agar mudah untuk mencuci tangan.
4) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien harus mencuci tangan dengan
antiseptic atau sabun serta air mengalir.
5) Khusus bila kontak dengan neonatus tangan harus dicuci sampai ke siku
dengan sabun dan air mengalir serta digosok dengan sikat (pertama kali
masuk bangsal) kemudian dapat dipakai larutan antiseptik.

4
6) Sebelum masuk ke bangsal neonatus, topi, masker dan sarung tangan hanya
dipakai pada waktu melakukan tindakan invasive seperti fungsi lumbal, ganti
darah, kateterisasi umbilical/ jantung.
7) Kuku harus pendek, memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan.

A. Alat
1) Semua alat yang dipakai selalu dalam keadaan bersih dan kering.
2) Harus dalam keadaan steril kalau mungkin alat disterilkan dengan autoklaf
atau dapat juga dengan menggunakan desinfektan setelah alat dibersihkan.
3) Inkubator/ tempat tidur bersih dan kering kalau mungkin disterilkan dengan
desinfektan/ detergen. Tempat tidur/ incubator dibersihkan setiap bayi / anak
dipulangkan/ dipindah/ meninggal.
4) Bayi/ anak hanya boleh disatu tempat tidur selama 1 minggu.
5) Tempat tidur tidak boleh dibersihkan selama anak berada ditempat tidur.

B. Pasien anak/ neonatus


1) Kulit harus dalam keadaan bersih dan kering, demikian juga tali pusat.
2) Kulit tempat tindakan invasif (pengambilan darah, inmfus, lumbal pungsi)
harus dibersihkan dulu dengan zat antiseptik.
3) Isolasi/ memisahkan bayi yang sehat dari bayi yang diduga ada infeksi.
4) Bayi/ anak masing - masing harus mempunyai perlengkapan sendiri dan
sebaliknya dicuci dibangsal bayi.
5) Susu, dot, botol susu sebaiknya disetrilkan diautoklaf sub atmospheric
pressure (proses pasteurisasi) yang khusus dipakai di dapur susu.
6) Pakaian/ alas tempt tidur, selimut bayi/ anak sebaiknya disediakan setiap 8
jam untuk sekali pakai.
7) Perlengkapan bayi/ anak harus dibawa ketempat perawatan dalam keadaan
steril dan tertutup. Khusus untuk neonatus sebaiknya pakaiannya dipakai
yang disposibel.
8) Pakaian kotor harus dikumpulkan dalam plastik tertutup dan diganti dengan
yang bersih setiap 8 jam.
9) Bahan/ zat yang dipakai untuk membersihkan pakaian bayi harus diketahui
oleh dokter ruangan bayi/ anak untuk mencegah kelainan yang mungkin
timbul terhadap bayi.

5
C. Lingkungan
a) Kamar/ ruang peralatan cukup sinar matahari yang masuk ketempat perawatan
sehingga secara tidak langsung bayi yang kuning mendapatkan terapi sinar.
b) Kamar/ ruang harus ada penerangan/ sinar yang diperlukan untuk
menghangatkan ruangan.
c) Penyediaan air bersih untuk keperluan pasien.
d) Penyediaan air bersih untuk keperluan pasien.
e) Lantai, dinding dan jendela dibersihkan dengan desinfektan/ detergen atau
penghisap debu kering yang diikuti dengan wet vaccum pick up machine.
Bagian yang harus dibersihkan adalah sekitar pasien dan lingkungan tempat
perawatan.

6
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pelayanan
1. Setiap tindakan invasif harus dilakukan persetujuan tindakan kedokteran agar
tidak muncul gugatan atau tuntutan malpraktek medik.
2. Setiap tindakan yang dilakukan harus dicatat didalam rekam medis pasien,
lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi.
3. Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien,
lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi.
4. Tidak semua tindakan invasif dilakukan oleh dokter spesialis dan dokter
umum, terdapat daftar tindakan invasif yang dapat di delegasikan kepada
perawat.

B. Persiapan Tindakan Invasif Rumah Sakit Ibu dan Anak Sayang Ibu
(Penjelasan Ada Pada Panduan Anastesi Dan Bedah).

C. Persiapan Tindakan Non Invasif Rumah Sakit Ibu dan Anak Sayang
Ibu.
Semua tindakan non invasif yang dilakukan oleh tenaga medis ataupun non
medis dilakukan pencatatan di formulir catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT) dan hasil dilampirkan di formulir berjudul hasil pemeriksaan
penunjang.
Dan selalu diinformasikan segala sesuatu yang berhubu ngan dengan pasien baik
itu hal yang baik atau yang tidak menyenangkan pada pasien tentang kondisi
pasien.

D. Daftar Tindakan Invasif Dan Tindakan Non Invasif Yang Tidak Dapat
Di Delegasikan Kepada Perawat
1. Tindakan invasif yang tidak dapat di delagasikan antara lain :
a. Vitrektomi
b. Phaco+ Iol
c. Ptregium
d. Flap Amnion
e. Implantasi Iol
f. Eviserasi
g. Koreksi Entropion
h. Hordeolum

7
2. Tindakan non invasif yang tidak dapat di delegasikan antara lain :
a. Usg mata
b. Laser
c. Laser foto koagulasi

E. Tindakan Invasif Dan Non Invasif yang dapat di Delegasikan kepada


Perawat
1. Tindakan invasif yang dapat di delegasikan antara lain :
a. Pasang IV kateter
b. Aff IV kateter
c. Injeksi intra cutan (IC).
d. Injeksi sub cutan (SC).
e. Injeksi Intravena (IV).
f. Injeksi Intramusculer (IM).

2. Tindakan non invasif yang dapat di delegasikan antara lain :


a. Perimetri.
b. Biometri.
c. Foto fundus.
d. EKG.

3. Pendelegasian tindakan invasif dan non invasif kepada perawat.


Seluruh standar prosedur operasional (SPO) keperawatan dasar dapat
dilakukan oleh seluruh perawat di setiap unit keperawatan.

BAB III
TATA LAKSANA

A. Persiapan Tindakan Non Invasif Rumah Sakit Ibu dan Anak Sayang Ibu.
1. Seluruh tindakan non invasif yang dilakukan oleh tenaga medis atau para
medis berdasarkan standar prosedur operasional (SPO) yang mana prosedur
itu dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan asuhan pada pasien.
2. Seluruh tindakan keperawatan dasar dapat dilakukan oleh tenaga medis
maupun tenaga para medis.
3. Semua tindakan non invasif harus dilakukan pencatatan di status rekam
medik di formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi, kapan

8
dilakukan, indikasi dilakukan tindakan tersebut, lokasi tindakan dan lama
tindakan serta reaksi pasien terhadap tindakan tersebut.

B. Persiapan Tindakan Invasif Rumah Sakit Ibu dan Anak Sayang Ibu (Penjelasan
Ada Pada Panduan Anastesi Dan Bedah).

9
BAB IV
DOKUMENTASI

Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP), Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien
masuk rawat inap. Pendokumentasian tindakan diagnostik dan tindakan lain yang
dilakukan dan hasilnya, dicatat dalam rekam medis pasien. Tindakan tersebut termasuk
endoskopi, kateterisasi jantung serta tindakan invasif lain dan tindakan diagnostik non
invasif dan prosedur terapi. Seluruh tindakan yang sudah dilakukan harus ditulis dalam
rekam medis pasien. Begitu juga hasil tindakan yang dilakukan dicatat dalam rekam medis
pasien oleh dokter, perawat, atau PPA lain yang memberikan asuhan kepada pasien sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sayang Ibu.

10

Anda mungkin juga menyukai