Anda di halaman 1dari 8

Nama : Arinda Shafa Nabila

Kelas : MB-4A
Nim. : 2005171058

UAS
Dasar Ekspor-Impor

1. Tuliskan 3 Dokumen Utama Ekspor dan penjelasan mengenai masing- masing fungsi
Dokumen tersebut
Jawab :

Dokumen utama adalah dokumen yang wajib sifatnya untuk dibuat dalam setiap transaksi
ekspor. Berikut jenis-jenis dokumen utama pada ekspor.

Invoice atau Faktur

Invoice, atau bisa disebut sebagai faktur atau nota, merupakan dokumen yang berfungsi
sebagai suatu bukti transaksi atau penagihan, dibuat oleh eksportir untuk importir. Invoice
harus mencantumkan elemen-elemen berikut: nomor & tanggal invoice, nama barang,
harga per unit barang & total harga, nama & alamat eksportir, nama & alamat importir,
serta keterangan rekening pembayaran jika diperlukan. Penting juga agar invoice dibuat
menggunakan kop surat perusahaan eksportir.

Invoice dalam ekspor dapat berupa tiga jenis:

 Proforma Invoice: Suatu penawaran dari eksportir kepada importir yang potensial.
Jadi ini dibuat untuk menempatkan pesanan yang sering mendapatkan permintaan
dari importir sehingga eksportir bisa mendapatkan izin impor dari negara tujuan.
Faktur ini biasanya menyatakan syarat-syarat jual beli dan harga barang. Setelah
importir menyetujui pesanan tersebut, maka akan ada kontrak antara eksportir dan
importir sesuai yang ditetapkan pada Proforma Invoice.
 Commercial Invoice: Surat permintaan pembayaran kepada importir ketika
eksportir selesai menyiapkan atau memproduksi barang pesanan. Nama dan
alamatnya harus sesuai dengan yang tercantum pada Letter of Credit (L/C). Lalu,
invoice yang asli diberikan kepada bank sebagai bukti pembayaran untuk
diteruskan kepada importir.
 Consular Invoice: Faktur yang dikeluarkan oleh kedutaan atau konsulat. Ini
bertujuan untuk memeriksa harga jual dibandingkan dengan harga pasar yang
berlaku sehingga memastikan tidak terjadi dumping. Invoice ini ditandatangani oleh
konsulat negara importir. Bisa juga ini dibuat dan ditandatangani oleh konsulat
negara sahabat dari negara importir.

Packing List

Packing list adalah dokumen yang berisikan rincian spesifikasi barang ekspor sesuai
dengan invoice. Ini dibuat oleh eksportir atau perusahaan yang melakukan pengemasan
langsung terhadap barang tersebut. Fungsi Packing List adalah untuk memudahkan
mengetahui isi barang dalam kontainer apabila ada pemeriksaan. Dokumen ini hampir
mirip dengan ‘surat jalan’ yang dipakai ketika melakukan pengiriman barang di dalam
Indonesia.

Di Packing List dimuat setidaknya memuat informasi-informasi berikut: a) nama barang,


nomor dan tanggal packing list; b) jumlah kemasan, dalam satuan seperti pack, pieces, ikat,
kaleng, karton, karung, dll; c) berat bersih; d) berat kotor.

Bill of Lading (B/L) atau Air Waybill

Bill of Lading (B/L) merupakan bukti pengiriman barang atau tanda terima yang dibuat
oleh Shipping Company untuk eksportir. B/L dikeluarkan setelah kapal berangkat dari
Indonesia. Dokumen ini juga dapat digunakan sebagai kepemilikan barang, dengan
eksportir yang memegang B/L adalah pemilik barang yang disebutkan di dalam dokumen
tersebut. Sehingga, B/L adalah surat berharga yang perlu disimpan baik-baik oleh
eksportir.

Polis Asuransi

Polis asuransi dibutuhkan sebagai surat bukti penanggungan yang dikeluarkan perusahaan
asuransi untuk menjamin keselamatan atas barang ekspor yang dikirim, atas permintaan
eksportir ataupun importir. Dokumen ini menyatakan jenis-jenis risiko yang diasuransikan
serta pihak mana yang meminta asuransi dan kepada siapa klaim dibayarkan. Dengan
adanya polis asuransi dalam ekspor, akan meminimalisir kerugian bagi kedua pihak
eksportir maupun importir. Setiap asuransi harus dibayarkan dengan mata uang yang
sama tertera di L/C (kecuali ada syarat lain).

PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)

PEB adalah surat pemberitahuan yang dibuat oleh eksportir kepada kantor Bea dan Cukai,
sebelum setiap pengiriman ekspor. Pembuatan PEB dapat dilakukan sendiri oleh eksportir
atau diwakilkan oleh forwarder. Lalu, PEB saat ini juga dapat dikirimkan secara online ke
kantor Bea dan Cukai melalui sistem Electronic Data Interchange (EDI).

Secara garis besar, prosedur pengurusan dokumen PEB adalah sebagai berikut:

 Barang yang akan diekspor diberitahukan ke kantor Bea Cukai dengan mengisi PEB.
informasi-informasi yang perlu diisi dalam PEB ini diantaranya nama & alamat
eksportir, nama & alamat importir, nilai invoice, HS Code produk, pelabuhan asal,
dan pelabuhan tujuan.
 Melakukan pendaftaran PEB paling cepat 7 (tujuh) hari sebelum tanggal perkiraan
pengiriman ekspor dan paling lambat sebelum barang ekspor masuk Kawasan
Pabean. Pendaftaran ini disertai dengan Nomor Induk Perusahaan (NIPER) dan
dilengkapi dokumen pelengkap diantaranya Invoice, Packing List, Bukti Bayar PNBP
(Pendapatan Negara Bukan Pajak), Bukti Bayar Bea Keluar (untuk barang ekspor
dikenai Bea Keluar), dan dokumen lainnya dari instansi teknis terkait (untuk barang
ekspor terkena ketentuan larangan atau pembatasan).
 Membayar pelunasan pajak ekspor jika barang ekspor dikenai pajak ekspor.

Petugas Bea dan Cukai menjadikan PEB ini sebagai dasar untuk memeriksa kesesuaian
barang yang diekspor, sehingga bisa diberikan persetujuan dan pemuatan barang ke sarana
transportasi. Kesalahan dalam pengisian PEB ini dapat dianggap dengan penyimpangan
secara sengaja, sehingga sahabat UKM perlu untuk hati-hati dan teliti dalam mengisinya.

2.Tuliskan Dokumen- dokumen Pendukung pada perdagangan Ekspor dan penjelasan


fungsi masing- masing dokumen.
Jawab :

Dokumen pendukung adalah dokumen yang menguatkan data atau yang membuktikan


validitas terjadinya transaksi yang dicantumkan di dalam dokumen utama.

Shipping Instruction (SI)

SI adalah dokumen yang dibuat dan diberikan oleh eksportir kepada forwarder atau
shipping company untuk melakukan booking pada container dan ruang di kapal/pesawat.
Dokumen ini biasanya bisa dikirim melalui e-mail

Sales contract 

Sales contract adalah dokumen/surat persetujuan antara penjual dan pembeli yang


merupakan tindak lanjut dari purchase order yang diminta importer  . Isinya mengenai
syarat-syarat pembayaran barang yang akan dijual, seperti harga, mutu, jumlah, cara
pengangkutan, pembayaran asuransi dan sebagainya

Certificate of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA)

COO atau SKA adalah dokumen yang menerangkan bahwa barang yang diekspor berasal
dari Indonesia. Dokumen ini dibuat dan dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Kabupaten/Kota/Provinsi.

Dokumen ini dapat berfungsi bagi importir untuk memperoleh keringanan bea masuk di
negaranya, bahkan sampai 0% tergantung dengan kebijakan untuk produknya. Namun,
manfaat ini dapat diaplikasikan dengan negara yang telah menjalin kesepakatan kerjasama
perdagangan dengan Indonesia dalam FTA (Free Trade Agreement). Diperlukan
pemahaman yang komprehensif dari sahabat UKM untuk mengetahui apa saja produk yang
mendapatkan keringanan bea masuk dari masing-masing perjanjian FTA. Baca artikel-
artikel tentang FTA untuk mengetahui ini lebih lanjut.
Biaya pembuatan dokumen COO atau SKA hanya berkisar antara Rp 15,000 - Rp 20,000 per
dokumen sebagai PNBP (penerimaan negara bukan pajak). Biaya ini hanya berlaku jika
diurus sendiri di Disperindag. Pelaku UKM tidak perlu repot lagi untuk mengurusnya
karena pengurusan COO atau SKA juga dapat dilakukan secara online yang disebut sebagai
E-SKA melalui website https://e-ska.kemendag.go.id. Namun, pelaku UKM tetap
diharuskan untuk datang ke kantor Disperindag untuk mengambil cetakan dokumen asli
SKA ini.

Selain pengurusan dilakukan sendiri, pengurusan COO atau SKA juga dapat diwakilkan oleh
perusahaan forwarder, dengan biaya tambahan yang dikenakan pada jasa forwarder.

Certificate of Analysis (COA)

COA adalah dokumen yang berisi hasil analisis dari produk yang diekspor. Analisis yang
tercakup dalam COA ini disesuaikan dengan permintaan importir. Umumnya, ini sesuai
oleh standar wajib dari regulasi pemerintah negara tujuan atau standar umum yang
berlaku. Dokumen COA dapat diminta dari pihak produsen atau diurus langsung sendiri
oleh eksportir melalui laboratorium independen yang sudah terakreditasi. Dokumen COA
kebanyakan diperlukan untuk produk-produk hasil industri kimia atau hasil pertanian.

Phytosanitary Certificate (Sertifikat Fitosanitari)

Phytosanitary certificate merupakan dokumen yang biasa diperlukan pada produk


pertanian seperti buah segar, rempah-rempah, dan lainnya. Dokumen ini menjamin bahwa
produk yang diekspor terbebas dari kuman penyakit berupa jamur atau bakteri. Ini diurus
dan dikeluarkan oleh kantor Balai Karantina Pertanian yang terdapat di setiap pelabuhan
ekspor atau bisa di kantor perwakilannya di beberapa kota. Selain produk pertanian,
dokumen ini juga diperlukan pada produk dari hewan dan ikan.

Fumigation Certificate (Sertifikat Fumigasi)


Fumigation Certificate dikeluarkan oleh perusahaan fumigasi untuk menjelaskan bahwa
barang ekspor yang bersangkutan telah difumigasi sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Proses fumigasi berfungsi untuk mengamankan barang yang akan diekspor ke negara
tujuan dari serangan hama atau rayap selama masa pengiriman.

Veterinary Certificate (Sertifikat Veteriner)

Sertifikat untuk pemberian jaminan keamanan pangan untuk produk ekspor pangan dan
non-pangan asal hewan. Ini dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian.

Weight Note (Keterangan Timbangan)

Dokumen yang berisikan rincian berat dari tiap kemasan barang sesuai yang tercantum
dalam invoice. Keterangan berat di dokumen pengapalan ini haruslah sama dengan yang
tercantum pada L/C. Disamping untuk memeriksa berat barang ekspor, ini juga diperlukan
untuk mempersiapkan alat-alat pengangkut barang pada saat pemeriksaan.

Measurement List (Daftar Ukuran)

Dokumen yang berisikan rincian ukuran dan takaran dari tiap kemasan barang seperti
panjang, tebal, diameter, serta volume barang. Ukuran ini haruslah sama seperti yang
tercantum pada L/C. Ini diperlukan untuk menghitung biaya pengiriman.

Selain dokumen-dokumen tambahan yang dibahas di atas, sebetulnya masih ada berbagai
dokumen tambahan lainnya dalam ekspor. Ini dapat berupa sertifikat lainnya atau
dokumen pembantu yang sering diperlukan untuk kelancaran penerimaan barang di
pelabuhan tujuan. Contohnya diantaranya yaitu Freight Forwarder’s Receipt, Warehouse
Receipt, dan Trust Receipt. Kebutuhan dokumen tambahan ini betul-betul harus
ditanyakan dengan importir, karena masing-masing memiliki regulasi dan permintaan
yang berbeda.
3. Tuliskan Istilah nama – nama pelaku Ekspor dan Impor pada Dokumen- dokumen
Ekspor
Jawab :
Importir :
1. Buyer adalah  perusahaan atau bisnis yang melakukan pembelian produk maupun
jasa dari pemasok.
2. Applicant artinya pemohon.
3. Consinger artinya penerima barang.

Eksportir :
1. Seller artinya penjual.
2. Beneficiary adalah pihak yang berhak menerima dari suatu layanan, baik itu
perorangan atau suatu entitas.
3. Shipper artinya pengirim.

4. Tuliskan istilah nama bank yang terlibat pada pihak ekspor/impor pada dokumen ekspor
Jawab :
Importir :
1. Issuing bank adalah  bank yang menerbitkan L/C memiliki kewajiban untuk
melakukan pembayaran atas setiap L/C yang diterbitkannya melalui dokumen yang
dipresentasikan sesuai dengan persyaratan L/C
2. Remburshin bank adalah bank yang ditunjuk oleh issuing bank untuk melakukan
pembayaran (reimburse) terhadap realisasi L/C yang telah dibayar oleh negotiaiong
bank.
Eksportir :
1. Confirming Bank adalah bank yang melakukan konfirmasi atas
permintaan bank penerbit dan memastikan pembayaran sepenuhnya.
2. Negotiation Bank adalah  bank yang mengambil alih surat wesel berdasarkan suatu
surat kredit berdokumen; nama bank tersebut dapat dicantumkan secara khusus
dalam surat kredit berdokumen sebagai pihak yang tertarik

5. Tuliskan penjelasan mengenai maksud dibawah ini :


Jawab :
A. Prohibited adalah barang yang dilarang untuk di ekspor atau impor.
Pemerintah melarang Impor atau Ekspor Barang untuk kepentingan nasional dengan
alasan:
a. untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum, termasuk sosial, budaya,
dan moral masyarakat;
b. untuk melindungi hak kekayaan intelektual; dan/atau
c. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan
lingkungan hidup.
B. Cy to Cy
Cy to Cy adalah jenis pengiriman barang dimana pengirim mengantar barang ke gudang /
storage ekspedisi dan ketika barang tiba di tempat tujuan, barang akan disimpan di gudang
/ storage ekspedisi tanpa dilakukan pengantaran ke penerima (dooring). Pengantaran
barang dan pengambilan / penjemputan barang menjadi tanggung jawab dari pengirim dan
penerima barang.
CY adalah singkatan dari Container Yard, atau lapangan dimana container-container
diletakkan tepat sebelum dinaikkan ke kapal atau sesudah diturunkan dari kapal.
C. Not Allowed adalah status pengiriman barang yang artinya tidak diizinkan untuk di
kirim.

Anda mungkin juga menyukai