Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perdagangan Internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

perkonomian setiap negara. Saat ini tidak ada satu negara pun di dunia yang

tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri. Perekonomian

tertutup hanya ada dalam teori, begitu juga dengan Indonesia. Perdagangan

luar negeri menjadi semakin penting, bukan saja dalam kaitan dengan haluan

pembangunan yang berorientasi ke luar, yakni membidik masyarakat di

negara- negara lain sebagai pasar hasil-hasil produksi dalam negeri, tapi juga

pengadaan barang-barang modal untuk memacu industri dalam negeri.

Dalam Perdagangan Internasional (ekspor dan impor), diperlukan

beberapa dokumen penting sebagai syarat terjadinya kesepakatan. Dokumen

ekspor dan impor dalam perdagangan internasional ini memenuhi semua

persyaratan sebelum dan sesudah terjadinya transaksi.

Semua jenis dokumen yang ada dalam proses transaksi ekspor dan impor,

baik dikeluarkan oleh pengusaha, perbankan, pelayaran dan instansi lainnya

mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. Oleh sebab itu semua

dokumen yang menyangkut kegiatan tersebut harus dibuat dan diteliti dengan

sejelas-jelasnya.

Dokumen-dokumen dalam Perdagangan Internasional tersebut dapat

dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu dokumen induk, dokumen penunjang

dan dokumen pembantu.

1
1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui secara rinci apa saja dokumen penunjang dalam

perdagangan Internasional.

2. Untuk mengetahui bentuk – bentuk dokumen penunjang perdagangan

Internasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DOKUMEN EKSPOR IMPOR

Semua jenis dokumen yang terdapat dalam perdagangan internasional

(ekspor impor), baik yang dikeluarkan pengusaha, perbankan, pelayaran, dan

instansi lainnya mempunyai arti dan peranan penting. Oleh sebab itu semua

dokumen yang menyangkut kegiatan tersebut harus dibuat dan diteliti dengan

seksama.

Dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional (ekspor impor)

tersebut dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu dokumen induk,

dokumen penunjang dan dokumen pembantu.

Dokumen Induk terdiri dari Letter Of Credit (L/C), Bill Of Lading (B/L),

Faktur (Invoice), dan Dokumen (polis) Asuransi. Dokumen pembantu terdiri

dari Freight Forwarder’s Receipt, Delivery Order, Warehouse Receipt, Trust

dan Receipt. Dokumen penunjang terdiri dari Daftar Pengepakan (Packing

List), Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin), Surat Keterangan

Pemeriksaan (Certificate Of Inspection), sertifikat mutu (Certificate Of

Quality), Sertifikat Mutu dari Produsen (Manufacture’s Quality Certificate),

Keterangan Timbangan (Weight Note), Daftar Ukuran (Measurement List),

Analisa Kimia (Chemical Analysis), Wesel (Bill Of Exchange). Semua

dokumen penunjang tersebut akan dibahas lebih mendalam pada pembahasan

selanjutnya.

3
2.2 DOKUMEN PENUNJANG EKSPOR IMPOR

Dokumen penunjang merupakan dokumen yang dikeluarkan untuk

memperkuat atau merinci keterangan yang terdapat dalam dokumen induk,

terutama faktur (invoice). Termasuk dalam dokumen ini antara lain :

1. Daftar Pengepakan (Packing List)

Packing List adalah dokumen packing atau pengemasan yang

menunjukkan jumlah, jenis, serta berat dari barang ekspor impor, sekaligus

merupakan penjelasan dari uraian barang yang disebut di dalam

commercial invoice (dokumen nota/faktur penjualan). Jika nama barang

yang diekspor atau diimpor lebih dari 1 (satu), nama barang umumnya

diuraikan atau di-Break Down berdasarkan nomor HS (Harmonized

System Codes adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara

sistematis dengan tujuan mempermudah penarifan, transaksi perdagangan,

pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasifikasi

sebelumnya). Packing List dibuat oleh perusahaan yang melakukan

pengemasan secara langsung dari barang-barang tersebut.

Fungsi packing list ini ialah untuk memudahkan dalam mengetahui isi

barang dalam peti apabila sewaktu-waktu ada pemeriksaan. Dengan

adanya packing list maka importir atau pemeriksa barang tidak akan keliru

untuk memastikan isinya maka akan lebih mudah dalam meneliti isi tiap

peti atau koli. Koli merupakan istilah untuk menyebut suatu kesatuan

bungkusan yang biasa digunakan dalam pengemasan, semisal peti, bal, pak

atau lain sebagainya.

4
Gambar 1 Daftar Pengepakan (Packing List)

Gambar 2 Daftar Pengepakan (Packing List)

5
2. Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin )

Certificate Of Origin (COO) atau dalam bahasa Indonesia disebut

dengan Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan suatu dokumen yang

berdasarkan kesepakatan dalam suatu perjanjian antar negara baik

perjanjian bilateral, regional maupun multilateral. Dokumen tersebut

fungsinya sebagai “surat keterangan” yang menyatakan bahwa barang

yang diekspor (atau diimpor) berasal dari suatu negara yang telah

membuat suatu kesepakatan (agreement) dengan negara tersebut. Biasanya

kesepakatan tersebut berkaitan dengan skema Free Trade Area dalam

perdagangan internasional.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat kita simpulkan

bahwa Certificate Of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA)

merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir (seller) dan disertakan

pada saat mengirim / mengekspor barang ke suatu negara tertentu dimana

negara penerima barang tersebut telah menyepakati suatu perjanjian untuk

memberikan suatu kemudahan bagi barang dari negara asal (origin) untuk

memasuki negara tujuan tersebut, kemudahan ini berupa keringanan bea

masuk atau dengan kata lain fasilitas preferensi berupa pembebasan

sebagian atau keseluruhan bea masuk impor yang diberikan oleh negara

tertentu. Selain itu SKA juga berfungsi sebagai dokumen yang

menerangkan bahwa barang ekspor tersebut benar-benar berasal,

dihasilkan atau diolah di negara asal yang disebutkan di SKA tersebut.

6
 Jenis Surat Keterangan Asal (SKA)

SKA terdiri dan dua jenis yaitu sebagai berikut (Departemen

Perdagangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktorat

Fasilitasi Ekspor dan Impor, 2005: 1-20)

a. SKA Preferensi

SKA Preferensi adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi

sebagai persyaratan dalam memperoleh preferensi, yang

disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas

pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk, yang diberikan oleh

suatu negara/kelompok negara tertentu. Termasuk dalam SKA

Preferensi antara lain :

1) Generalized System of Preferences Certificate of Origin Form

“A”

2) Certificate in Regard to Traditional Handicraft Batik Fabrics

of Cotton

3) ASEAN Common Effective Prefential Tariff Scheme

Certificate of Origin Form “D”

4) Certificate in Regard to Certain Handicraft Products

5) Certificate Relating to Silk or Cotton Handlooms Products

6) Industrial Craft Certification (ICC)

7) Global System of Trade Preference Certificate of Origin

8) Certificate of Handicraft Goods

9) Certificate of Authenticity Tobacco

7
10) ASEAN-China Free Trade Area Prefential Tariff Certificate

of Origin “Form E”

11) “Form IJEPA” (Indonesia Japan Economic Partnership

Agreement)

b. SKA Non Preferensi

SKA Non Preferensi adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi

sebagai dokumen pengawasan atau dokumen asal barang yang

disertakan pada barang ekspor untuk dapat memasuki suatu

wilayah negara tertentu. Termasuk SKA Non Preferensi antara

lain:

1) ICO Certificate of Origin

2) Fisheries Cerfiticate Of Origin

3) COO for Imports of Agricultural Products into MEE (Europe

Community)

4) COO Handlooms Traditional Textile Products of the Cottage

Industry

5) Certificate of Origin Form “K”

6) Certificate of Origin (Textile Products)

7) Republic of Indonesia Department of Trade Certificate of

Origin Form “B”

8) Certificado De Pais De Origen

8
 Contoh penggunaan SKA Prefernsi dan SKA Non Preferensi

Pada contoh ini menggunakan salah satu SKA Preferensi yaitu

SKA Form “D”. SKA Form D adalah surat asal keterangan dalam

rangka membuktikan suatu produk berasal dari negara-negara ASEAN

untuk pemberlakuan Skema tarif CEPT-AFTA (Common Effective

Preferential Tariffs For ASEAN free trade Area).

Misalnya perusahaan A yang berada di Indonesia mengimpor produk

dari negara ASEAN ke Indonesa untuk barang dengan commodity

Textile seperti Linen untuk tempat tidur, dan rajutan. Tarif normal

tanpa menggunakan SKA Form D adalah :

BM (Bea Masuk) : 25%

PPN : 10%

PPh : 7,5%

Jika importir menggunakan Form D asal barang dari ASEAN menuju

Indonesia akan mendapatkan keringanan tarif bea masuk (BM) sebagai

berikut (efektif 2019)

BM (Bea Masuk) : 0% (terjadi diskon tarif bea masuk dari

25% menjadi 0% artinya adalah diskon bea

masuk sebesar 25%)

PPN : 10%

PPh : 7,5%

Maka sudah jelas jika melakukan ekspor atau impor barang di wilayah

ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapore, Timor Leste, Filipina,

9
Brunei, Vietnam, Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja) jika

menggunakan SKA Form D akan memperoleh preferensi (fasilitas

pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk, yang diberikan oleh

suatu negara/kelompok negara tertentu).

10
Gambar 3. Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin Form D)

11
6
1
7
2
8
3
4
5

9 10 11 12 13 14

15

16 19

17

18

Gambar 4. Surat Keterangan Asal

(Certificate Of Origin Form D)

12
Penjelasan :

1. Eksportir Name

Menjelaskan siapa yang melakukan proses ekspor, bisa jadi pihak

supplier langsung atau pihak ketiga.

2. Consignee Name

Pihak yang menjadi penerima barang.

3. Departure Date

Menerangkan tentang tanggal keberangkatan kapal.

4. Vesser’s Nama/Aircraft, etc

Menerangkan tentang nama kapal.

5. Port Of Discharge

Menerangkan tentang nomor kapal, dan ke pelabuhan mana kapal

diberangkatkan.

6. Reference No

Reference No adalah nomor referensi dari penerbit Form D untuk

shipment, nomor ini di dapat dari departemen yang bertanggung jawab

untuk mengeluarkan SKA (Surat Keterangan Asal)

7. Issued In

Menerangkan asal negara diterbitkannya SKA tersebut, yang jelas jika

menggunakan FORM D maka harus negara yang terdaftar sebagai

negara anggota ASEAN.

13
8. For Official Use

Pihak yang mengoreksi atau petugas penerima (importir) yang

diberikan tanggung jawab sebagai gerbang pertama untuk menerima

atau menolak perjanjian dagang yang tertera pada Form D. Dalam hal

ini, di Indonesia, yang bertanggung jawab sebagai gerbang pertama

adalah bea cukai.

9. Item Number

Menerangkan nomor urut barang atau item, maka dapat diketahui

berapa banyak item yang di impor atau di ekspor.

10. Marking

Adalah tanda yang diberikan oleh pihak eksporter untuk barang yang

akan dikirim.

11. Type of Package

Menjelaskan deskripsi lengkap dari barang yang akan dikirim,

termasuk HS code, biasanya HS code yang tercantum adalah 6 digit,

yang berlaku secara international.

12. Origin Criterion

Menjelaskan produk yang akan di impor atau ekspor, menjelaskan

mengenai apakah barang tersebut asli negara pengekspor atau ada

bahan tambahan lain dari luar negeri, penjelasannya terdapat

dibelakang dari SKA. Antara lain :

 WO untuk Wholly Obtained (Dimana hanya satu negara yang

terlibat dalam memperoleh atau membuat suatu produk).

14
 Change Tariff Classification, yang terdiri : Change Tariff Heading

(CTH) dan Change in Tariff Sub Heading (CTSH).

 RVC 40% untuk Regional Value Content 40%, atau kriteria

lainnya sebagaimana tercantum pada notes overleaf SKA.

13. Gross Weight dan nilai FOB

Berat kotor dari barang dan harga barang FOB (Free on Board) harus

dicantumkan di point 13 jika informasi pada point 12 Origin Criterion

ditulis RVC untuk WO bisa tidak menuliskan nilai FOB.

14. No dan Tanggal Invoice

Pada point ini, harus mencantumkan No dan tanggal kapan invoice

untuk shipment di terbitkan.

15. Negara yang memproduksi dan meng-issue FORM D (dalm hal ini

adalah eksportir)

16. Negara penerima (dalam hal ini adalah importir)

17. Tempat dan tanggal diterbitkannya Form D

18. Menjelaskan proses pencentangan pada kolom-kolom yang tercantum

pada point 18 antara lain :

 Third Country Invoicing

Adalah invoice yang diterbitkan oleh perusahaan yang berlokasi di

negara-negara anggota FTA atau negara bukan anggota FTA untuk

kepentingan perusahaan pengekspor yang berlokasi di negara

anggota FTA. Saat ini hanya berlaku untuk skema AFTA,

AKFTA, dan IJ-EPA.

15
 ACCUMULATION

Produk dihasilkan dari negara pengekspor tapi proses finishingnya

dilakukan di negara lain.

 Back-to-back Certificate of Origin

Adalah SKA yang diterbitkan oleh negara anggota pengekspor

yang kedua (intermediate exporting party/member state)

berdasarkan SKA yang diterbitkan oleh negara anggota

pengekspor pertama.

 PARTIAL CUMULATION (PC)

Partial Cumulation (PC) maksudnya jika RVC (Regional Value

Content) kurang dari 40% maka harus di centang partial

cumulation.

 Exhibitions

Exhibitions harus di centang kalau barang yang di impor atau

ekspor itu untuk keperluan pameran.

 ISSUED RETROACTIVELY

Adalah penerbitan kemudian SKA asli, yaitu diterbitkan 3 (tiga)

hari setelah tanggal pengapalan sampai dengan 1 (satu) tahun,

yang disebabkan oleh kesalahan yang tidak disengaja, atau

terdapat alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga

SKA tidak dapat diterbitkan pada saat pengeksporan.

16
19. Berisi tentang yang mengesahkan bahwa Surat Keterangan Asal, sah

dan bisa digunakan sebagai bukti tertulis untuk menurunkan tarif bea

masuk.

3. Surat Keterangan Pemeriksaan (Certificate Of Inspection)

Keterangan tentang keadaan barang yang dimuat oleh

independent surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi yang

disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh dunia perdagangan

internasional contoh di Indonesia yaitu PT Sucofindo Indonesia. Surat

keterangan pemeriksaan berfungsi sebagai jaminan atas mutu dan jumlah

barang, ukuran dan berat barang, keadaan barang, pengepakan barang, dan

banyaknya isi pengepakan. Karena bersifat survey, maka pemeriksaan ini

hanya bersifat sampling. Sistem kerjanya adalah dengan memeriksa secara

acak 2% dari barang. Dan melihat apakah 2% itu mewakili kondisi

sebenarnya. Jika iya maka akan dinilai apakah kondisi sesuai dengan yang

dipersyaratkan dalam dokumen perjanjian. Sertifikat ini sangat penting dan

selalu dipersyaratkan oleh importir atau pembeli di luar negeri dalam

rangka menjamin kuantitas dan kualitas barang yang diperdagangkan.

Kontrak L/C biasanya juga mempersyaratkan adanya sertifikat

pemeriksaan ini.

17
: PT. Suryamas Gemilang : Aurigin Technology

: Jl. Pengangsaan Dua No.12 Km 4.5 : 140 Cecil Steet PIL Building
Kec Kelapa gading, Jakarta Utara Singapore

SINGAPORE

SINGAPORE

Gambar 5. Surat Keterangan Pemeriksaan (Certificate Of Inspection)

18
4. Sertifikat Mutu (Certificate Of Quality )

Serfitikat Mutu adalah keterangan yang dibuat berkaitan dengan hasil

analisis barang-barang di laboratorium perusahaan atau badan penelitian

independen yang menyangkut mutu barang yang diperdagangkan. Dalam

hubungannya dengan hal tersebut di Indonesia berlaku peraturan yang

mengharuskan adanya standarisasi dan pengendalian mutu untuk barang-

barang ekspor,yaitu dengan menerbitkan sertifikat mutu (certificate of

quality). Sertifikat ini wajib dimiliki oleh setiap eksportir untuk keperluan

perdagangan apabila diminta oleh pembeli.

Sertifikat mutu ini dapat dibuat di laboratorium perusahaan, ataupun

badan penelitian yang indipenden. Standar yang berlaku secara nasional

di Indoneisa adalah SNI (Standar Nasional Indonesia). SNI dirumuskan

oleh Komite Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional

(BSN) sedangkan standar internasional adalah ISO (Internasional

Organization for Standardization).

19
Gambar 6. Sertifikat Mutu (Certificate Of Quality)

20
Gambar 7. Sertifikat Mutu (Certificate Of Quality)

21
5. Sertifikat Mutu Dari Produsen (Manufacture’s Quality Certificate)

Dokumen ini lazimnya dibuat oleh produsen atau pabrik pembuat

barang yang diekspor atau supplier yang menguraikan tentang mutu dari

barang-barang, termasuk penjelasan tentang baru atau tidaknya barang

dan apakah memenuhi standar barang yang ditetapkan. Dokumen ini juga

menunjukkan keterangan mengenai barang yang diproduksi oleh produsen

yang membawa merek dagangnya (trade mark). Dokumen ini bersifat

tambahan dan hanya diterbitkan apabila persyaratan kontrak L/C

mewajibkannya.

6. Keterangan Timbangan (Weight Note)

Keterangan Timbangan (Weight Note) adalah surat keterangan

mengenai berat barang yang dibuat oleh eksportir dan diketahui oleh

surveyor pelayaran. Weight note merupakan dokumen yang sangat penting

terutama untuk barang yang harganya dihitung berdasarkan berat. Dengan

weight note yang tepat maka harga barang dapat ditentukan dengan benar.

Dari weight note yang ada dapat diperkirakan apakah barang

memungkinkan untuk diangkut ke dalam kapal atau tidak. Harus

dipastikan barang yang akan dimuat tidak melebihi kapasitas yang telah

ditentukan.

Selain itu juga dapat ditentukan alat-alat pengangkut barang yang

tepat serta cara mengangkut barang sesuai dengan berat barang. Setelah itu

weight note juga digunakan untuk menentukan biaya pengiriman barang.

Ketika barang sudah sampai ditempat tujuan dokumen ini juga diperlukan

22
oleh importer untuk menentukan alat yang akan digunakan ketika

membongkar dan mengangkut barang ke tempat importir.

Dalam pelaksanaannya ada sebuah badan yang ditunjuk pemerintah

secara resmi untuk melakukan pemeriksaan barang baik ukuran maupun

beratnya sebelum barang dimuat dan dikirim. Nantinya badan inilah yang

akan membuat dan menerbitkan weight certificate yang berisi detail berat

barang secara pasti. Tetapi bila yang mengeluarkan nota timbangannya

adalah eksportir sendiri maka dokumen yang diterbitkan disebut weight

note.

23
Gambar 8. Keterangan Timbangan (Weight Note)

24
7. Daftar Ukuran (Measurement List)

Daftar yang berisi ukuran dan takaran dari tiap-tiap kemasan seperti

panjang, tebal, garis tengah serta volume barang. Ukuran dalam dokumen

ini haruslah sama dengan syarat-syarat yang tercantum dalam L/C.

Volume pengepakan setiap barang tersebut diperlukan untuk menghitung

biaya angkut atau untuk keperluan persiapan pengangkutan barang ke

tempat importir.

8. Analisa Kimia (Chemical Analysis)

Pernyataan yang dikeluarkan oleh labotaturium kimia yang berisi

komposisi kimiawi dari suatu barang. Dokumen ini juga menjelaskan

tentang bahan-bahan dan proporsi serta kandungan bahan yang terdapat

dalam barang yang diharuskan pemeriksaannya. Penelitian tersebut

dilakukan oleh badan analisa obat-obatan, dan bahan-bahan kimia.

Dokumen ini diterbitkan oleh Badan Sucofindo atau Geoservices atau

sejenisnya kepada eksportir. Kegunaannya adalah sebagai analisis barang

baik itu mulai dari spesifikasi barang hingga pembuktian kinerja suatu

barang yang akan dikirim atau yang disebut sebagai parameter kualitas

suatu produk.

25
Gambar 9. Analisa Kimia (Chemical Analysis)

26
Gambar 10. Analisa Kimia (Chemical Analysis)

27
9. Wesel (Bill Of Exchange)

Bill of Exchange merupakan salah satu dokumen yang lazim ada

dalam transaksi ekspor impor. Bill of Exchange atau dalam bahasa

Indonesia disebut Wesel adalah suatu alat pembayar yang berisi perintah

tanpa syarat dari penerbit Wesel (drawer) kepada pihak lain (drawee)

untuk membayar sejumlah uang kepada pihak tertentu (payee atau

beneficiary) atau pihak lain yang ditunjuknya (order) pada saat diunjukkan

atau pada waktu tertentu yang akan datang sesuai dengan jenis weselnya.

Pengertian wesel ini sebagai suatu surat perintah yang dikeluarkan

oleh seorang kreditur dan nantinya akan ditujukan pada penerima (debitur)

agar membayarkan sejumlah nominal tertentu pada waktu sebagaimana

yang telah ditentukan dalam wesel.

Menurut KUHD, surat wesel adalah surat yang diterbitkan dengan

kelengkapan berupa waktu maupun tanggal di dalamnya yang nantinya

penerbit dapat memerintahkan kepada yang tersangkut dengan tanpa syarat

untuk membayarkan uang sejumlah tertentu pada pengganti atau

pemegangnya, yang tentunya harus sesuai dengan tanggal atau waktu yang

tercantum dalam wesel tersebut.

 Pihak – pihak terkait dalam Bill of Exchange (Wesel) :

1. Drawer yaitu pihak yang menerbitkan Bill of Exchange/Wesel

2. Drawee adalah pihak yang mendapatkan perintah dari Drawer

untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu atau pihak

yang melakukan pembayaran.

28
3. Payee adalah pihak yang ditunjuk oleh Drawer untuk menerima

uang atau pihak yang menerima pembayaran.

4. Endorsee adalah pihak yang menerima perpindahan atau

pengalihan wesel

 Endorsement pada Wesel (Bill of Exchange)

Wesel (Bill of Exchange) yang hasil pembayarannya ditujukan kepada

pihak lain atau order dapat dialihkan pemilikannya dengan cara

endorsement, yaitu pemindahan hak pembayaran suatu draft/bill of

exchange dari suatu payee kepada payee yang lain dengan cara

membubuhkan tanda-tangan pemegang asal (endorsan) pada bagian

belakang Draft/Bill of Exchange tersebut. Endorsement dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Blank Endorsement, sering juga disebut general endorsement yaitu

pemindahan hak atas wesel tanpa menyebutkan nama pihak yang

akan menerima hak tersebut (payable to bearer).

2. Special Endorsement, pemindahan hak atas wesel kepada pihak

tertentu, dan pihak terakhir ini masih dapat memindah-tangankan

kepada pihak lain lagi, biasanya dalam wesel tercantum kata-kata

“Pay to the order of …. (nama)”

3. Restricted Endorsement, pemindahan hak atas wesel kepada pihak

lain, dimana pihak terakhir ini tidak dapat lagi memindahkannya

kepada pihak lain lagi, biasanya tercantum kata-kata “Pay to ….

(nama) only”.

29
 Tenor pada Wesel (Bill of Exchange)

Dalam sebuah wesel juga terdapat jangka waktu pembayaran yang

dikenal dengan istilah tenor wesel , yaitu jangka waktu pada saat mana

sebuah wesel dapat dibayarkan yang tercantum pada setiap wesel.

Tenor dalam sebuah wesel dapat dibedakan menjadi :

1. Sight Draft

Wesel yang dibayar pada saat diperlihatkan atau saat diminta

pembayarannya paling lambat 24 jam terhitung sejak wesel

tersebut diperlihatkan.

2. Time (Term/Usance) Draft

Wesel berjangka yang dibayarkan setelah beberapa waktu

kemudian, time (term/usance) draft dapat dibedakan atas :

 Time Sight Draft

Wesel yang pembayarannya harus dilakukan pada waktu

tertentu setelah wesel diajukan atau di aksep.

 Time Date Draft

Wesel yang harus dibayar pada tanggal tertentu yang telah

ditetapkan misalnya 30 hari setelah pengapalan.

 Akseptasi pada Wesel (Bill of Exchange)

Bill of Exchange/Wesel yang telah diaksep (disetujui akan dibayar

pada saat jatuh tempo) oleh sebuah bank (banker’s acceptance) dengan

membubuhkan kata-kata “Accepted” disertai dengan tanda-tangan atau

30
dapat juga dilakukan dengan hanya menanda-tangani dibagian depan

Bill of Exchange/Wesel untuk membedakannya dengan endorsement.

Gambar 11. Wesel (Bill Of Exchange)

31
Gambar 12. Pembayaran Wesel dengan Sight Draft

Gambar 13. Pembayaran Wesel dengan Usance/Time Draft

32
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam Perdagangan Internasional (ekspor dan impor), diperlukan

beberapa dokumen penting sebagai syarat terjadinya kesepakatan. Dokumen

ekspor dan impor dalam perdagangan internasional ini memenuhi semua

persyaratan sebelum dan sesudah terjadinya transaksi.

Semua jenis dokumen yang ada dalam proses transaksi ekspor dan impor,

baik dikeluarkan oleh pengusaha, perbankan, pelayaran dan instansi lainnya

mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. Oleh sebab itu semua

dokumen yang menyangkut kegiatan tersebut harus dibuat dan diteliti dengan

sejelas-jelasnya.

Dokumen penunjang ada agar kegiatan ekspor impor berjalan lancar,

efektif dan akurat karena mempermudah para pelaku ekspor impor

mengidentifikasi barang, menentukan alat apa saja yang diperlukan seperti alat

pengangkutan barang, memperhitungkan biaya yang dikeluarkan, dan

memperlancar transaksi pembayaran.

Selain itu, tidak semua dokumen penunjang wajib atau harus ada dalam

kegiatan ekspor impor seperti halnya sertifikat mutu dari produsen yang tidak

harus ada jika tidak terdapat dalam persyaratan L/C, dan dokumen analisa

kimia yang tidak semua barang harus di lampirkan dengan dokumen ini karena

hanya barang-barang tertentu saja yang harus diperiksa dilaboratorium

contohnya seperti deterjen, shampo dan bahan kimia lainnya.

33

Anda mungkin juga menyukai