Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era perdagangan setiap perusahaan akan menghadapi persaingan


ketat dengan produsen lain dari seluruh dunia. Meningkatnya intensitas
persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap produsen memenuhi
kebutuhan konsumen dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang
dilakukan oleh para pesaing, sehingga dalam perdagangan global ini
diperlukan suatu persamaan persepsi dalam mendefinisikan suatu produk.
Oleh karena itu, mutu merupakan faktor penting bagi produsen.

Namun perhatian produsen tidak terbatas pada mutu produk yang


dihasilkan, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia (SDM) dan
lingkungan. Sedangkan lingkungan yang dihadapi produsen semakin
kompleks dan hanya produsen yang benar-benar bermutu yang dapat bersaing
dalam pasar global. Persaingan di pasar Internasional hanya akan
dimenangkan oleh perusahaan yang adaptif dan memiliki keunggulan dalam
memenuhi kebutuhan konsumen. Kompleksitas persaingan global juga
menyebabkan setiap produsen untuk selalu berusaha meningkatkan mutu agar
memenuhi kebutuhan konsumen.
Dunia bisnis ritel modern di Indonesia berkembang demikian pesat
sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami
proses modernisasi dalam era globalisasi ini. Perkembangan bisnis ritel
modern dapat dilihat dari segi omzet yang meningkat secara nyata, yaitu Rp 42
triliun pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp 58 triliun pada tahun 2007 dan
tahun 2008 mencapai Rp 67 triliun. Peningkatan omzet ini didorong semakin
maraknya pembukaan gerai baru hypermarket dan minimarket
(www.indocashregister.com, 2009).
Giant hypermarket merupakan salah satu bisnis ritel modern yang
memiliki pangsa pasar kedua terbesar di Indonesia. Pada tahun 2008, pangsa
pasar Giant mencapai 19,16% (Tabel 1).
Tabel 1. Pangsa pasar hypermaket Indonesia
Nama Pangsa pasar (%)

Carrefour 66,73

Giant 19,16
Hypermart 10,88
Lainnya 3,23
Total 100
Sumber : www.korantempo.com, 2008.
Salah satu cara yang digunakan Giant hypermarket agar bersaing adalah
menerapkan Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu
Terpadu. TQM merupakan suatu pendekatan yang dapat dilakukan perusahaan
untuk memperbaiki mutu produk, meningkatkan produktivitas dan menekan
biaya produksi. TQM mencoba meningkatkan daya saing perusahaan melalui
perbaikan secara terus menerus terhadap produk, tenaga kerja, proses dan
lingkungannya (Nasution, 2004).
TQM bukan merupakan tujuan akhir perusahaan atau organisasi,
melainkan merupakan suatu cara unuk mencapai sasaran organisasi (Ariani,
2002). Salah satu sasaran perusahaan adalah meningkatkan produktivitas
perusahaan. Penerapan TQM akan memberikan pengaruh bagi poduktivitas
perusahaan, salah satunya adalah produktivitas tenaga kerja. Tenaga kerja
merupakan faktor yang paling menentukan tingkat produktivitas karena dua
hal. Pertama, tenaga kerja merupakan bagian dari biaya yang terbesar dalam
pengadaan barang atau jasa.

1.2. Perumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan TQM di Giant hypermarket ?
2. Seberapa besar pengaruh penerapan TQM terhadap produktivitas kerja
karyawan di Giant hypermarket ?
3. Faktor-faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi
keberhasilan penerapan TQM dan produktivitas kerja di Giant
hypermarket ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penerapan TQM di Giant hypermarket.


2. Menganalisis pengaruh penerapan TQM terhadap produktivitas karyawan
di Giant hypermarket.
3. Menganalisis faktor-faktor yang paling dominan yang mempengaruhi
keberhasilan penerapan TQM dan produktivitas kerja karyawan di Giant
hypermarket.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mutu

Gaspersz (2003) mengemukakan bahwa mutu secara konvensional


dapat diartikan sebagai karakteristik langsung dari suatu produk, seperti
kinerja (performance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan (ease
of use), estetika (esthetics) dan sebagainya. Secara strategik, mutu dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan pelanggan.
Menurut Juran dalam Nasution (2004), mutu merupakan kecocokan
penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Kecocokan penggunaan ini didasarkan atas lima ciri, yaitu :
1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.
2. Psikologis, yaitu cita rasa atau status.
3. Waktu, yaitu kehandalan.
4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.
5. Etika, yaitu sopan santun, ramah, atau jujur.
Philips B. Crosby dalam Nasution (2004) mendefinisikan mutu sebagai
“Conformance to Requirement”, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan. Dengan definisi ini Crosby menitikberatkan kegiatan mutu
perusahaan untuk mencoba mengerti harapan dan memenuhi harapan
konsumen tersebut, sehingga perlu pandangan eksternal tentang mutu agar
penyusunan sasaran mutu lebih realistis dan sesuai dengan permintaan atau
keinginan.
Deming dalam Nasution (2004) menyatakan, bahwa mutu adalah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar dapat
memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan
dihasilkan.
Feigenbaum dalam Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu adalah
kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk
bermutu apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen,
yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk. Garvin
dan Feigenbaum dalam Nasution (2004) menyatakan bahwa mutu merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga
kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan atau konsumen.
Dari semua definisi yang dikemukakan oleh para ahli, terdapat
beberapa kesamaan, yaitu dalam unsur-unsur berikut :
a. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya, apa yang
dianggap merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu
pada masa mendatang).

2.2. Dimensi Mutu

Menurut Garvin dalam Tjiptono dan Diana (2001), terdapat delapan


dimensi mutu, yaitu :
1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap.
3. Kehandalan (reability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu
sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi dan penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.
8. Mutu yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya.
Menurut Ibrahim dalam Arthatiani (2008), unsur-unsur utama dari
TQM yang sangat mempengaruhi pelaksanaan TQM adalah :
1. SDM
Pihak-pihak yang berhubungan dengan dengan kegiatan perusahaan.
2. Standar
Spesifikasi produk yang dihasilkan dan acuan dalam menjalankan semua
kegiatan untuk menghasilkan produk sesuai yang diinginkan perusahaan.
3. Sarana
Peralatan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pengendalian mutu.
4. Pengorganisasian
Pendelegasian tugas dan wewenang di dalam perusahaan.
5. Audit Internal
Kegiatan pengendalian berkala untuk mengidentifikasi penyimpangan
terhadap standar.
6. Diklat
Kegiatan untuk menyebarkan gagasan mengenai pengendalian mutu,
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam
memecahkan masalah, serta untuk mengembangkan sistem pengendalian
mutu.
7. Visi dan Misi

Tujuan jangka panjang atau target jangka panjang yang ingin dicapai oleh
perusahaan yang membedakannya dengan perusahan lain dan menjadi
prioritas bagi setiap pelaku manajemen dalam perusahaan.
Giant hypermarket Botani Square Bogor

Penerapan TQM

Faktor-faktor
Faktor-faktor produktivitas
TQM
Kemauan Kerja
Kemampuan Kerja
SDM
Lingkungan Kerja
Standar
Hubungan Kerja
Sarana
Organisasi
Audit Internal
Diklat

Structural Equation
Modeling (SEM)

Pengaruh TQM Faktor-faktor dominan Faktor-faktor dominan


terhadap mempengaruhi TQM mempengaruhi
produktivitas kerja produktivitas kerja

Masukan bagi pihak


Manajemen

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian


BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Perusahaan

3.1.1. Sejarah Perusahaan

Giant hypermarket adalah salah satu unit usaha dari PT.Hero


Supermarket Tbk yang merupakan perusahan ritel terkemuka di
Indonesia. Pencetus berdirinya PT. Hero Supermarket adalah Bapak
Mohammad Saleh Kurnia, yang mengawali usahanya pada tahun 1951
dengan membuka toko kelontong “Hero” di gang Ribal. Pada tahun
1971, Hero Mini Market pertama didirikan di Jl. Falarehan I No.23
Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Tanggal 30 Juni 1989 perusahaan
Hero Supermarket berubah menjadi perusahaan terbuka dan terdaftar
di bursa efek Jakarta, serta menjadi perusahaan ritel pasar swalayan
pertama di Indonesia yang memperoleh kepercayaan untuk menjual
sahamnya kepada masyarakat luas.
Selain Giant hypermarket, PT Hero Supermarket Tbk memiliki
beberapa unit usaha lainnya, yaitu Hero Supermarket, Star Mart,
Guardian, Giant Supermarket dan Mitra Toko Diskon. Hingga tahun
2008, jumlah gerai yang dimiliki oleh PT. Hero Supermarket Tbk
mencapai 368 gerai (Tabel 3).
Giant sendiri didirikan oleh Teng Meng Chun (Teng Family)
tahun 1944, diawali dengan toko kecil di Sentul Market, Malaysia.
Mini market pertama didirikan tahun 1971 dengan nama “TMC”
(Teng Mini Market Center) di Bangsar Kuala Lumpur. Toko tersebut
masih ada sampai sekarang dan terkenal dengan nama“TMC”dan pada
tahun 1985 Giant pertama dibuka di Kelana Jaya. Pada bulan Februari
1988 melakukan strategi aliansi dengan Dairy Farm Hongkong,
anggota Jardine Matheson Group dan menjadi Giant hypermarket.
Tabel 3. Jumlah gerai PT. Hero Supermarket Tbk sampai tahun
2008
No Jenis Toko Jumlah Gerai

1 Hero Supermarket 86
2 Star Mart 91
3 Guardian 141
4 Giant Hypermarket 17

5 Giant Supermarket 22
6 Mitra 11
Total 368

Sumber : PT. Hero Supermarket Tbk, 2008.


Giant memiliki konsep “One Stop Shopping, Lower Prices
Everyday” menyediakan barang berjumlah 35.000-50.000 item. Giant
terdiri dari empat jenis toko, yaitu Hypermarket, Superstore, Small
Superstore dan Supermarket. Perbedaan jenis toko tersebut terletak
luas toko dan jumlah karyawannya (Tabel 4).
Tabel 4. Jenis toko Giant

Jenis Toko Luas (m2) Jumlah


Karyawan
Hypermarket 6.000-10.000 275-360
Superstore 5.000-6.000 210-275
Small Superstore 3.000-6.000 190-210
Supermarket <3.000 <100
Sumber : Giant hypermarket Botani Square Bogor, 2008.
Giant pertama yang didirikan di Indonesia adalah Giant Villa
Melati Mas Serpong Tangerang, yang didirikan pada tahun 2002.
Hingga tahun 2008, gerai Giant terus bertambah menjadi 17 gerai
yang tersebar di delapan kota, yaitu : Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya dan Sidoarjo. Giant
hypermarket Botani Square Bogor berdiri pada tanggal 25 Agustus
2006 dengan luas ± 9.995 m2. Giant hypermarket Bogor berada di
gedung IPB International Convention Center, Botani Square Jl.
Pajajaran No. 3 Tegalega Kota Bogor.

3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi agar tujuan yang ingin
dicapai perusahaan menjadi jelas dan terarah. Visi dan misi Giant
hypermarket sama dengan visi dan misi PT. Hero Supermarket Tbk,
yaitu :

Visi : Menjadi peritel terkemuka di Indonesia dalam segi penjualan


dan penciptaan nilai jangka panjang bagi pemegang saham. Misi
: Meningkatkan nilai investasi pemegang saham Hero melalui
keberhasilan komersial dengan menarik pelanggan dan
meningkatkan daya saing yang mantap.

Disamping visi dan misi, PT. Hero Supermarket, Tbk juga


memiliki falsafah yang diharapkan dapat berpartisipasi dalam
pembangunan negara, mencapai kesejahteraan sesama karyawan dan
menuju kemajuan perusahaan. Falsafah PT. Hero Supermarket adalah
:
1. Selalu mengutamakan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan
2. Selalu menyediakan produk bermutu tinggi sesuai dengan
keinginan pelanggan.
3. Bersama-sama menciptakan kesatuan manajemen yang sempurna.

3.1.4. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang dimiliki Giant hypermarket dipimpin oleh


seorang manajer yang disebut Store General Manager (SGM). SGM
membawahi empat orang manajer divisi. Tiap divisi dibantu oleh DH-
ADH (Departement Head-Assistant Departmen Head), supervisor dan
staf. Tiga divisi utama dibagi berdasarkan pengelompokan produk, yaitu
divisi Fresh, Grocery, Generale Marchandise dan satu divisi
pendukung yang disebut divisi sales and support (Lampiran 2). Tugas
SGM, Manajer, DH-ADH, supervisor dan staf adalah :
a. SGM : memimpin dan mengawasi semua kegiatan di Giant
hypermarket.
b. Manajer divisi : bertanggungjawab terhadap divisi yang
dipimpinnya serta mengawasi kinerja bawahannya.
c. DH-ADH : Membantu tugas manajemen, mengawasi dan
memonitor semua kegiatan supervisor dan staf di divisi masing-
masing, mengecek penjualan, menyusun rencana diskon terhadap
suatu barang (dilakukan sekali dalam seminggu) serta mengontrol
penyediaan barang.
d. Supervisor : Mengawasi kerja staf, melakukan kontrol terhadap
departemen bersangkutan, serta menjadi jembatan komunikasi
antara staf dan DH.
e. Staf : mengecek area masing-masing, mengecek barang-barang
yang kosong, mengambil barang-barang yang kosong dari gudang
dan memajang barang-barang. Selain itu staf memiliki tugas
tambahan yaitu : mengontrol Sales Promotion Girl (SPG) dan Sales
Promotion Man (SPM), mempromosikan barang-barang yang
sedang promosi serta melakukan pelimpahan tugas kepada shif
selanjutnya.
f. Receiving : Menerima dan mengecek barang yang datang dari
supplier.
g. Marketing : Menarik konsumen untuk berbelanja dan
meningkatkan penjualan.
h. LP (Lost Prevention) : Mengawasi keamanan toko, serta sistem dan
prosedur yang berlaku di toko.
i. IT : Mengolah seluruh data dan komputerisasi toko.
j. HRD : Mengatur semua hal yang berhubungan dengan karyawan,
seperti absensi, cuti, keterlambatan, keluar masuk karyawan dan
melakukan kegiatan administrasi lainnya.
k. Accounting : Mengatur masalah keuangan dan melakukan
koordinasi dengan accounting pusat mengenai penjualan, profit dan
data stock.
3.1.5 Gambaran Produk

Giant hypermarket menyediakan berbagai produk, mulai dari


makanan dan minuman, pakaian, peralatan rumah tangga, kosmetik,
barang-barang elektronik, dan lain-lain. Jumlah barang yang terdapat di
Giant hypermarket sangat besar yaitu, 35.000-50.000 item. Produk ini
dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu Grocery, Fresh dan General
Marchandise (GMS).
1. Grocery
Produk yang ada di grocery merupakan barang kebutuhan sehari-
hari. Produk grocery terbagi dua yaitu Food dan Non food. Produk
Food terdiri dari “Grocery 1”(produk yang bisa langsung
dimakan, seperti makanan dan minuman ringan) dan “Grocery 2”
(produk yang harus diolah dahulu sebelum dimakan seperti
barang-barang sembako). Untuk bagian Non food terdiri dari
“Grocery 3“( seperti sabun dan detergen) dan “Grocery 4” ( alat-
alat kosmetik).
2. Fresh
Produk Fresh merupakan produk yang memiliki sifat daya tahan
dan kesegaran yang singkat. Produk Fresh terdiri dari :
a. Produce : sayuran dan buahan.
b. Seafood : ikan, udang, kepiting dan hasil laut lainnya.
c. Daging dan Ayam
d. Ready to eat : makanan siap saji
e. Bakery : Roti dan kue
f. Dairy and daily : susu segar, makanan olahan, dan lain-lain.
3. Generale Marchandise (GMS)
Produk GMS terdiri dari :
a. Textile : home textile, pakaian, sepatu, perlengkapan bayi dan
anak.
b. Bazaar : peralatan rumah tangga, mainan dan furniture, dan lain-
lain.
c. Barang-barang elektronik.
Produk yang ada di Giant hypermarket berasal dari Hero pusat,
tetapi terdapat juga barang yang dipasok langsung oleh supplier.
Barang-barang yang berasal dari Hero pusat berlokasi di Cibitung (Hero
Sentral Distribusi). Dari sini, barang-barang langsung dikirimkan ke
masing-masing gerai. Disamping itu terdapat juga barang yang
langsung dipasok supplier ke gerai yang bersangkutan, pemilihan
supplier tetap harus mendapat persetujuan dari Hero Pusat.
Barang yang datang dari supplier (pemasok) langsung diterima
oleh bagian receiving, bagian ini akan mengecek spesifikasi barang,
apakah sesuai dengan pemesanan yang dilakukan, seperti jumlah,
ukuran dan tanggal kadaluarsa. Bagian receiving juga memeriksa mutu
barang yang masuk apakah sesuai dengan standar yang telah
ditentukan. Apabila ada barang yang rusak atau tidak sesuai maka
dikembalikan lagi kepada supplier. Setelah melalui bagian receiving,
barang-barang kemudian dimasukkan ke dalam gudang. Dari gudang
barang-barang tersebut akan dimasukkan ke dalam toko untuk dipajang
dan dijual. Khusus untuk barang-barang Fresh, dilakukan penyortiran
terlebih dahulu. Produk-poduk yang kurang bagus akan diproses lebih
lanjut, yaitu diolah dan dijual lagi. Produk yang diolah untuk dijual
harus tetap diperhatikan mutunya, tetapi produk yang benar-benar rusak
total akan dimusnahkan. Barang yang sudah disortir akan dipajang di
toko untuk siap dijual. Pemajangan barang dilakukan berdasarkan jenis,
ukuran, warna dan spesifikasi barang. Pemajangan yang baik akan
dapat menarik perhatian konsumen sehingga konsumen tertarik untuk
membeli produk tersebut. Pada saat toko akan ditutup, dilakukan proses
penyimpanan. Produk-produk Fresh memerlukan perlakuan khusus
dalam penyimpanan karena menyangkut sifat fisiknya yang mudah
rusak. Apabila toko dibuka pada hari berikutnya, kegiatan dimulai dari
kegiatan penyortiran dan seterusnya.
3.2. Penerapan TQM Giant hypermarket

Giant hypermarket membutuhkan sejumlah unsur yang digunakan


sebagai alat untuk menerapkan TQM. Keberadaan dan penerapan unsur-unsur
ini sangat menentukan keberhasilan TQM. Unsur-unsur TQM di Giant
hypermarket adalah :

a. SDM

Karyawan yang ada di Giant hypermarket sampai bulan Maret


2009 berjumlah 222 orang. Jumlah karyawan pada Giant hypermarket
dapat dilihat pada Tabel 5, karyawan Giant hypermarket bekerja setiap
hari Senin sampai Minggu dan jam kerja karyawan dibagi menjadi dua
shif, yaitu shif pagi pukul 06.00-14.00 WIB dan shif siang pukul 14.00-
22.00 WIB.
Proses penerimaan karyawan dilakukan oleh Hero Pusat, tetapi
apabila memerlukan tenaga kerja tambahan, Giant akan merekrut langsung
karyawan melalui persetujuan dari Hero pusat. Karyawan yang telah
diterima akan menjalani pelatihan di LCDC (Learning and Career
Development Center) selama dua minggu. Pelatihan dilakukan untuk
memberikan pengetahuan bagi karyawan mengenai pekerjaan yang akan
mereka lakukan. Selain pelatihan di LCDC, karyawan juga diberikan
pelatihan langsung di lapangan atau on the job trainning, apabila kinerja
yang dihasilkan bagus, maka karyawan tersebut akan diangkat menjadi
karyawan tetap.
Giant hypermarket setiap bulannya akan memilih karyawan teladan
yang dipilih berdasarkan absensi dan kinerja karyawan. Manajer tiap-tiap
divisi akan merekomendasikan karyawannya dan SGM akan memilih satu
karyawan teladan melalui beberapa penilaian. Dengan melaksanakan
pemilihan karyawan teladan, perusahaan berharap karyawan termotivasi
untuk bekerja dengan baik.
Tabel 5. Jumlah karyawan Giant hypermarket Botani Square Bogor
Jabatan Tenaga kerja
(orang)
SGM (Store General Manager) 1
DM (Division Manager) 4
DH (Division Head) 2
ADH (Assistant Division Head) 9
Supervisor 29
Chasier 38
Staf 139
Total 222
Sumber : Giant hypermarket Botani Square Bogor, 2009
b. Standar
Semua barang yang ada di Giant hypermarket memiliki standar yang
telah ditentukan oleh Hero Pusat, baik kualitas maupun kuantitas. Giant
hypermarket memiliki prinsip bersedia menukar produknya apabila
konsumen mendapatkan produk yang tidak sesuai dengan standar pasar.
Standar mutu lebih difokuskan pada divisi Fresh karena sifat produk yang
tidak tahan lama dan mudah rusak. Giant hypermarket memiliki grade
terhadap suatu produk, dimana produk dipisahkan menurut pengkhususan
yang telah ditetapkan. Produk pada grade pertama merupakan produk
yang bermutu tinggi sehingga harga jualnya juga akan tinggi. Disamping
produk, karyawan juga memiliki standar dalam melakukan pekerjaan
berupa Standard Operational Procedure (SOP). Dengan adanya SOP
karyawan dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat
melakukan pekerjaan dengan baik dan benar.
c. Sarana
Sarana merupakan seluruh peralatan yang digunakan untuk
mendukung terlaksananya pengendalian mutu. Pengangkutan produk dari
pemasok ke Giant hypermarket menggunakan mobil box, khusus untuk
produk Fresh pengangkutan produk menggunakan mobil refrigerated,
yaitu mobil box yang dilengkapi dengan pendingin. Pada bagian gudang,
produk akan disusun pada rak besar dan dikelompokkan menurut jenis dan
karakteristik. Untuk memudahkan karyawan dalam mengambil dan
memindahkan barang, Giant hypermarket memiliki forklift dan handpalet.
Produk yang dijual di toko ditempatkan pada rak sesuai dengan
karakteristik dari masing-masing barang tersebut. Semua barang
dikelompokkan dengan baik dan jelas kemudian dipajang degan rapi dan
semenarik mungkin sehingga akan memudahkan konsumen dalam
berbelanja. Produk yang memiliki daya simpan yang tidak lama akan
ditempatkan pada peralatan khusus, misalnya box freezer, fish bed, chiller,
stockist dan akuarium, sehingga mutu dan kesegaran produk akan tetap
terjaga.
TQM merupakan suatu sistem yang fokus terhadap pelanggan,
sehingga sarana dan prasarana untuk konsumen juga diperhatikan. Untuk
memberikan kenyamanan bagi konsumen untuk berbelanja, Giant
hypermarket menyediakan tempat parkir yang luas bagi pengendara mobil
dan motor. Sarana penunjang lainnya adalah toilet, pendingin ruangan
(AC), kebersihan dan keamanan yang terjaga, pemilihan lampu
penerangan dan musik untuk melengkapi kenyaman dalam berbelanja.
Konsumen juga diberikan sarana dalam menyampaikan saran, masukan
ataupun keluhan melalui customer center.
d. Organisasi

Struktur organisasi di Giant hypermarket sudah terdefinisi dengan


jelas, karena pembagian divisi dibagi berdasarkan produk-produk yang
dijual sehingga setiap karyawan akan fokus dalam mengendalikan mutu
produk di divisi masing-masing. Karyawan diberikan kebebasan dalam
mengeluarkan ide, pendapat ataupun keluhannya. Penyampaian ide saran
atau keluhan dari karyawan akan disampaikan kepada supervisor,
dilanjutkan ke DH, manajer divisi dan SGM. Begitu juga sebaliknya,
pendelegasian tugas dan wewenang disampaikan oleh SGM kepada
manajer masing-masing divisi diteruskan hingga ke staf. Setiap satu
minggu sekali, akan dilakukan briefing karyawan mengenai informasi toko
dan aktivitasnya.
e. Audit Internal

Audit dilaksanakan untuk menilai apakah hasil yang diperoleh


sudah sesuai dengan komitmen, sasaran dan tujuan perusahaan. Audit
internal pada Giant hypermarket dilakukan dua kali dalam setahun oleh
Hero Pusat dan sekali dalam setahun oleh pihak Dairy Farm- Jardine
Matheson Group. Auditor akan memeriksa kinerja karyawan dan kinerja
perusahaan terkait penjualan dan pendapatan serta memeriksa produk-
produk yang ada di toko apakah sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
f. Diklat

Pengembangan dan pelatihan yang dilakukan Giant hypermarket


terhadap kayawan yaitu memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat)
yang tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan serta kecakapan dalam
melakukan pekerjaan. Setiap karyawan baru akan mendapatkan Diklat di
LCDC selama dua minggu. Pendidikan yang diberikan berupa
Pendidikan Dasar Usaha Ritel (PDUR). Disamping itu Giant
hypermarket juga melakukan on the job training kepada karyawan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bagian HRD, diklat yang
dilakukan oleh Giant hypermarket hanya dilakukan oleh kepala bagian
atau manajer divisi, selanjutnya mengaplikasikan dan membagikan ilmu
yang diperoleh dari diklat tersebut kepada karyawan yang lain.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
a. Penerapan TQM yang diikuti dengan SDM yang memahami mutu, standar
yang baik dan jelas, sarana yang memadai, pengorganisasian yang baik,
pelaksanaan audit internal dan diklat akan menghasilkan penerapan TQM
yang efektif sehingga meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
b. Pelaksanaan TQM di Giant hypermarket memberikan pengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan , hal ini ditunjukkan oleh model persamaan
struktural PK= 0,95TQM + 0,098.
c. Penerapan TQM diukur dengan peubah SDM, Standar, Sarana, Organisasi,
Audit Internal dan Diklat. Organisasi memberikan kontribusi yang besar
terhadap penerapan TQM, artinya pengorganisasian yang baik menjadikan
penerapan TQM semakin efektif. Produktivitas kerja diukur dengan
peubah Kemauan kerja, Kemampuan kerja, Lingkungan kerja dan
Hubungan kerja. Kemampuan kerja memberikan kontribusi paling besar
terhadap pembentukan produktivitas kerja. Hal ini menunjukkan semakin
besar kemampuan kerja karyawan, maka produktivitasnya semakin
meningkat.

4.2 Saran

a. Pihak perusahaan diharapkan dapat menerapkan TQM untuk


meningkatkan produktivitas kerja karyawan melalui perbaikan SDM agar
lebih memahami mutu, menyediakan sarana yang lebih baik dalam
pengendalian mutu dan melaksanakan diklat yang sesuai dengan hal yang
dilakukan karyawan, misalnya dengan melakukan on the job trainning
mengenai produk-produk yang ada di toko.
b. Pihak perusahaan diharapkan melaksanakan pengorganisasian dengan
lebih baik, misalnya memperjelas tugas dan tanggungjawab karyawan,
karyawan lebih dilibatkan lagi dalam mengambil keputusan, seperti
keputusan target penjualan yang akan dicapai perusahaan, menentukan
barang yang akan dipromosikan atau diskon, penentuan jumlah persediaan
dan pemesanan barang serta tata tertib atau peraturan yang menyangkut
kepentingan semua karyawan. Disamping itu, Giant hypermarket dapat
meningkatkan hubungan yang baik dengan pelanggan, misalnya dengan
memberikan pelayanan yang baik dan cepat tanggap dalam menangani
keluhan konsumen. Dengan adanya pengorganisasian yang baik
pelaksanaan TQM akan lebih efektif sehingga meningkatkan produktivitas
kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. http://www.indocashregister.com [ 10 Mei 2009].


Anonim. 2009. http://www.korantempo.com [ 10 Mei 2009].
Ariani, DW. 2002. Manajemen Mutu Pendekatan Sisi Kualitatif. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Arthatiani, F.Y. 2008. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada PT.Maya Food
Industries di Kota Pekalongan. Skripsi pada Departemen Manajemen Bisnis
dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Gaspersz, V. 2003. Total Quality Management. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Ghozali, I. dan Fuad. 2005. Structural Equation Modeling. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Giant hypermarket Botani Square Bogor. 2008. Data Jenis Toko Giant. [11 April
2009].
Giant hypermarket Botani Square Bogor. 2009. Jumlah karyawan Giant
hypermarket Botani Square Bogor. [11 April 2009].
Hardjosoedarmo, S. 2004. Bacaan Terpilih tentang Total Quality Management.
ANDI, Yogyakarta.
Indraswari. 2007. Pengaruh Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000
Terhadap Produktivitas Kaja Karyawan PTPN VIII Gunung Mas Bogor.
Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai