Anda di halaman 1dari 5

1.

Studi Kelayakan Bisnis merupakan langkah awal yang menjadi titik acuan dalam
memutuskan jadi tidaknya atau ditundanya membangun sebuah bisnis/usaha. Studi Kelayakan
Bisnis adalah kegiatan melakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang bisnis
yang akan digeluti ditinjau dari berbagai aspek sehingga memperoleh gambaran awal tentang
layak tidaknya usaha tersebut dibangun di suatu wilayah, serta apa antisipasi yang akan
diterapkan. Dalam melakukan sebuah Studi Kelayakan Bisnis, ada banyak aspek yang
menjadi bahan pertimbangan dan kajian, antara lain:

Aspek Hukum dan Administrasi adalah adalah aspek yang terkait dengan legalitas usaha dan
pemenuhan persyaratan administrasi pada peraturan suatu daerah. Misalnya izin usaha, akta
pendirian usaha, legalitas menjalankan bisnis, dan sebagainya.

Aspek Pasar dan Pemasaran merupakan poin penting yang terkait dengan prospek dan peluang
usaha/produk yang akan ditawarkan kepada konsumen di suatu wilayah. Aspek ini meninjau tentang
potensi pasar, kebutuhan pasar, daya beli konsumen, dan strategi pemasaran.

Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya artinya sejauh mana pengaruh timbal balik bisnis yang akan
dijalankan dan berdampak terhadap kehidupan sosial, income masyarakat, dan budaya setempat.
Untuk mendapatkan simpulan itu, biasanya dilakukan dengan metode kuisoner, wawancara, dan
dokumen.

Aspek Teknis dan Teknologi merupakan hal-hal yang terkait dengan pemilihan lokasi usaha,
peralatan yang akan digunakan, bantuan teknologi dan mesin, ruang usaha, kapasitas produksi, dan
jalur produksi. Aspek ini akan memberikan gambaran tentang sistem kerja yang menjadi motor
penggerak suatu bisnis.

Aspek Manajemen adalah aspek yang menyangkut tentang tata pengaturan (manajerial)
pembangunan dan operasional suatu usaha.

Aspek Keuangan merupakan aspek vital yang memberikan pandangan awal tentang cara pendanaan,
sumber biaya, proyeksi pengembalian modal, dan resiko usaha.

Dalam melakukan suatu Studi Kelayakan Bisnis, ada tahapan-tahapan yang wajib dilakukan,
meliputi:

 Identifikasi, yaitu melakukan perincian dan perkiraan berbagai peluang dan hambatan.
 Perumusan, yaitu penyimpulan awal dari data-data indentifikasi yang dikumpulkan.
 Penilaian, melakukan analisa dan menilai aspek pasar, financial, masalah teknis, dan
perekonomian.
 Pemilihan, yaitu tahap menetukan alternatif karena adanya keterbatasan dan tujuan yang ingin
dicapai.
 Implementasi, menjalankan bisnis tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran dan
keputusan yang telah difinalisasi.

2. Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba


Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam
hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien,
atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya.
Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan
organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya.
Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba,
hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.
Organisasi nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi profit
dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi
tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauhmana masyarakat yang dilayaninya
diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan
kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi
pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan,
menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari konfilk dan
kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba, justru akan
menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik
dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi
dan organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan
memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang handal, unggul dan
mumpuni, sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama masyarakat.
Dalam konteks pembangunan organisasi nirlaba yang unggul, berkelanjutan dan memberikan
energi perubahan dan pembaruan bagi masyarakat, Bernardine R. Wirjana, profesional dalam bidang
pemberdayaan masyarakat, yang selama dua dasawarsa menjadi pelaku manajemen organisasi
nirlaba, mengabadikan proses pembelajaran atas pengalaman-pengalaman laoangan dan teori-teori
manajemen terkini dalam bidang pemberdayaan masyarakat.

3. Umumnya penelitian akan mengkaji aspek pasar dan pemasaran, teknis, keuangan, hukum,
ekonomi negara. Tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka
terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial. Beberapa pengelompokan aspek-
aspek tersebut dari tiga literatur yang berbeda disajikan di bawah ini :
1. Aspek teknis, institusional-organisasional-manajerial, sosial, komersil, finansial, dan
ekonomi, tetapi cara pengelompokkan yang lain akan sangat berguna juga untuk didiskusikan
(Ripman, 1964 dalam Gitinger, 1986).

2. Aspek Pasar dan Pemasaran, Teknis, Keuangan, Manajerial, Lingkungan, dan Legalitas, (Suad
Husnan dan Suwarsono, M., 2000),

3. Aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya, pasar dan pemasaran, serta aspek produksi, (Moch.
Ichsan, dkk., 2000).

Perbedaan pengelompokan aspek-aspek yang harus dikaji disebabkan oleh apakah sebuah proyek/
usaha dinilai layak/ tidak layaknya dengan analisis ekonomi atau analisis finansial. Pengelompokkan
aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam studi kelayakan sebuah
proyek dari ketiga literatur tersebut, pada dasarnya memiliki kesamaan tujuan yaitu

memberikan penilaian kelayakan/ ketidaklayakan dari sebuah proyek/ usaha dari berbagai aspek.
Karena itu perbedaan tersebut bukan suatu hal yang perlu diperdebatkan.

Dalam buku ini kita akan mendiskusikan lebih lanjut aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
studi kelayakan usaha/ bisnis peternakan yang difokuskan untuk analisis finansial, dengan
mengadopsi beberapa aspek dari literatur tersebut beserta pengertian dan penjelasannya. Sebuah
usaha peternakan setidaknya harus mempertimbangkan enam aspek untuk setiap tahap (stage) dalam
perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya. Keenam aspek tersebut dalam buku ini akan dibahas
secara terperinci dalam bab-bab selanjutnya. Keenam aspek tersebut adalah :

 Aspek Pasar dan Pemasaran


 Aspek Zooteknis dan Produksi
 Aspek Ekonomi dan Keuangan
 Aspek Institusional-organisasional-manajerial
 Aspek Lingkungan
 Aspek Legalitas

Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran atau oleh Gitinger diistilahkan sebagai aspek komersil merupakan
rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang
dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam
aspek pasar dan pemasaran terdapat dua sudut pandang yaitu sudut pandang output dan sudut
pandang input.

1. 4. Tahap penemuan ide atau rumusan gagasan


2. Indentifikasi kemungkinan-kemungkinan bisnis yang memiliki peluang yang menguntungkan
dalam jangka waktu tertentu
o Contoh : membuka warnet di daerag baru – harus dipertimbangkan berapa lama kita
bisa bertahan
3. Tahap memformulasikan visi, misi dan strategi sehingga semua dapat berjalan lancar
Tahap analisis

o Menganalisis pemenuhan faktor ekonomi, manajerial, teknis, hukum, budaya, dan


etika dari rancangan keputusan
o Menganalisis kemungkinana resiko atau tantangan yang mungkin muncul di tahap
awal dan alternatif solusinya
4. Tahap keputusan

5. Data dan informasi yang akan dinilai harus lengkap, asli, serta sempurna. Jelaskanlah
bagaimana caranya memperoleh data dan informasi serta dari mana saja sumber-sumber data
dan informasi dapat diperoleh!
6.
7. a. Cara memperoleh data, kita dapat mencari dari media cetak atau badan-badan atau
lembaga keuangan terkait yang bisa jadi referensi.
8. b. Sumber data dan informasi dapat diperoleh dari:
9. - Koran atau majalah
10. - Publikasi bank indonesia
11. - BKPM , BPPM
12. - LIPI
13. - Dari universitas dll

6. Penyebab Kegagalan Analisis Studi Kelayakan Bisnis

 Tidak jujur
 Tidak obyektif
 Tidak serius
 Tidak kritis dalam melihat kemungkinan-kemungkinan tantangan dan rintangan
 Ingin cepat selesai

Faktor Keberhasilan Studi Kelayakan Bisnis

 Kumpulkan data selengkap mungkin


 Libatkan orang lain
 Serius dalam melakukan studi kelayakan

Bahaya Kegagalan Dalam Studi Kelayakan Bisnis

 Usaha yang dibuka akan sulit berkembang dan akhirnya di tutup


 Pengelola tidak siap menghadapi berbagai tantangan dan rintangan
 Pengelola tidak dapat menangkap peluang-peluang baru

Ciri-Ciri Analisis Studi Kelayakan Yang Gagal


 Hasil analisis menunjukkan kesimpulan yang ekstrim positif/negatif
 Tidak adanya penjelasan yang memadai
 Berisi opini pribadi yang tidak didukung data atau responsi yang memadai
 Tidak ada daftar risiko yang layak untuk dipertimbangkan sebagai ancaman yang perlu
diperhatikan dan dihindari

7. Kemukakanlah alasan mengapa aspek hukum perlu diteliti dan dianggap perlu, berikut contoh
konkritnya!

a. Aspek hukum perlu diteliti karena sangatlah penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan,
maka segala prosedur yang berkaitan denga izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu
sudah terpenuhi
b. Contoh konkrit:
- Tanda Daftar Perusahaan
- NPWP
- Izin-izin Usaha
- Sertifikat tanah atau suratberharga lain

Anda mungkin juga menyukai