ELEMEN-ELEMEN KEPEMIMPINAN
Disusun Oleh :
Kelompok 12
1. Muh Fikri Ramadhan 90200118063
2. Kasniati 90200118088
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan kasih sayangnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita menuju islam yang sempurna.
Kami atas nama penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih kepada
bapak dosen yang telah membina kami dalam proses perkuliahan di kampus. Dan kami
meminta maaf jika ada kekurangan dan kesalahan dalam materi atau penulisan.
Penyusun
Kelompok 1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Unsur atau elemen kepemimpinan adalah sesuatu yang menjadi pembentuk dari
jiwa kepemimpinan seseorang. Jika kita melihat seorang pemimpin, ataupun kita sebagai
seorang pemimpin, apakah kita pernah merasakan unsur-unsur yang ada dalam diri kita
sebagai pemimpin? Secara dasar, unsur-unsur itulah yang membentuk arti seorang
pemimpin, karakter seorang pemimpin, dan lingkungan seorang pemimpin. Dari berbagai
penelurusan teori, saya merumuskan beberapa unsur kepemimpinan yang terdapat dalam
diri seorang pemimpin.
Unsur-unsur kepemimpinan dibagi dalam dua golongan yaitu unsur internal dan
unsur eksternal. Unsur internal kepemimpinan adalah unsur yang muncul dari dalam diri
seorang pemimpin. Unsur intern membentuk sikap, sifat, dan karakter seorang pemimpin
dan keluar menjadi sebuah unsur utama yang menjadikan seorang pemimpin itu
tampak. Unsur eksternal kepemimpinan dibentuk dari keinginan atau niat, memiliki pola
pikir, nurani serta tanggungjawab. Dari hal-hal itu maka akan terbentuk unsur ekstern
yaitu pengaruh, perubahan, dan pengikut. Semua unsur inilah yang membentuk seorang
pemimpin menjadi pemimpin yang selalu diharapkan oleh orang-orang disekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. System Thinking Bagi Pemimpin
Pada dasarnya system thinking adalah kemampuan atau pendekatan yang melihat
bagaimana sistem organisasi berinteraksi dan saling memengaruhi secara menyeluruh.
Sistem organisasi di sini dipahami sebagai kondisi internal, eksternal, proses, divisi, unit,
tim, orang dan komponen yang ada di dalam perusahaan yang saling memengaruhi dan
dipandang secara kolektif sebagai sebuah sistem. Dengan kata lain dalam kaitannya
dengan organisasi, system thinking melihat pertumbuhan dalam organisasi tidak
didasarkan pada satu bagian saja, melainkan karena keseluruhan sistem didalamnya yang
berkembang dan responsif.
System thinking dianggap menjadi salah satu kompetensi yang penting dimiliki
pemimpin sebab memungkinkan pemimpin menangani dan memeriksa kompleksitas baik
eksternal atau internal perusahaan tersebut dengan lebih efektif, melihat masalah, serta
mengenali di mana perubahan dibutuhkan dan berarti.
System thinking dapat membuat pemimpin menjadi lebih efektif karena ia dapat
memfokuskan bagaimana ia dapat berkontribusi, memberdayakan tim untuk melakukan
pekerjaan secara kompeten dan produktif, serta membuat semua orang fokus pada tujuan
yang sama.
a. Cara menerapkan System Thinking
Dalam konteks organisasi ada empat tingkat pengalaman organisasi yang saling
berhubungan dan menimbulkan kompleksitas, yaitu:
Seorang pemimpin akan terlibat dalam empat tingkat pengalaman ini. Mereka perlu
terlibat dalam pembelajaran pemeliharaan yang diperlukan dalam menangani kejadian
sehari-hari yang dapat diprediksi.
5. Memahami feedback
1. Strategy
2. Structure
4. Skills
5. Staff
6. Style
Elemen style (gaya) ini berkaitan dengan gaya kepemimpinan manajemen yang
digunakan dalam organisasi untuk mencapai sasaran perusahaannya.
7. Shared Values
C. Nilai-Nilai Kepemimpinan
Bertakwa terhadp Tuhan Yang Maha Esa, memiliki intelensi yang tinggi,
berpengetahuan luas, baik teoritis maupun praktis, memiliki fisik yang kuat, percaya diri,
dapat menjadi anggota kelompok,adil dan bijaksana, tegas dan berinisiatif, berkapasitas
membuat keputusan, memiliki kestabilan emosi, sehat jasmani dan rohani, bersifat
prosfektif.
Seorang pemimpin harus bekerja dalam waktu lama dan sangat melelahkan. Hal
itu karena pemimpin mempunyai kesibukan luar biasa. Selain itu pemimpin dituntut
memiliki ketahanan dan kekuatan fisik untuk mengahadapi pekerjaannya.
5. Percaya Diri
Percaya diri tidak sama dengan percaya pada diri sendiri dan tidak percaya pada
orang lain. Pemimpin yang sukses bersikap konsisten atau tidak labil menghadapi situasi
yang variatif. Situasi kepemimpinan yang baik pun adalah yang arah pemikiran dan
kebijakannya dapat dibaca secara tepat dan pasti oleh bawahannya.
Ciri manusia beremosi stabil adalah sabar dan tidak mengambil inisiatif dalam
situasi emosional, kecuali benar-benar terpaksa. Pemimpin yang sabar adalah pemimpin
yang didambakan oleh pengikutnya. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu
mengendalikan emosi dan berpikir rasional pada situasi yang berbeda. Di dalam
menentukan tindakan seorang pemimpin dituntut tetap berada pada sikap normal dan
tahan terhadap godaan.
Sehat jasmani dan rohami adalah syarat mutlak seorang pemimpin. Bukan tidak
boleh dipimpin oleh orang buta, namun seorang pemimpin mempunyai kesibukan dan
seringkali harus menandatangani dokumen, surat resmi, atau cek bank. Dapat
dibayangkan apabila sebuah organisasi dipimpin oleh seseorang yang memiliki
keterbatasan bisa saja disalahgunakan oleh stafnya. Oraganisai yang menangani orang
gilapun harus dipimpin oleh orang sehat rohaninya. Tetapi, sehat jasmani tidak bertolak
belakang dengan cacat fisik. Sehat jasmani dan rohani berarti memungkinkan seseorag
bekerja secara optimal dalam bidang yang ditekuninya.
Tegas tidak identik dengan keras, bukan pula otoriter atau diktaktor. Ketegasan
adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar keyakinan tertentu, dengan
didukung oleh data yang kuat. Berinisiataif berarti bahwa seseorang yang menduduki
posisi pemimpin mampu membuat gagasan baru, inovasi baru atau tindakan lain atas
suatu subjek. Berinisiatif berarti pula kemampuan memancing kreativitas anggota berbuat
dengan cara-cara sendiri, sepanjang tidak menyimpang dari tujuan akhir yang diharapkan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi memerlukan visi
dan misi, dan pemimpinlah yang bertugas untuk menentukan arah tujuan organisasi.
Karena tanpa adanya pembentukan visi dari pemimpin, organisasi menjadi tidak terarah.
selain itu misi organisasi juga tidak terarah dan strategi organisasi tidak ada, kemudian
control kegiatan operasional tidak berjalan dengan baik.
Handayani, Maria Tri. 2020. “Pentingnya System Thinking Bagi Pemimpin”. Diakses
pada 24 Mei 2021. Dari Pentingnya system thinking bagi pemimpin (ekrut.com)
Novawr. 2017. “Nilai- Nilai Kepemimpinan”. Diakses pada 24 Mei 2021. Dari Bahasa
dan Sastra: Nilai-nilai Kepemimpinan (novawr.blogspot.com)