Anda di halaman 1dari 12

Makalah Komunikasi Bisnis China Dan Indonesia

DISUSUN OLEH :

Aurora Tudjuka

Dinda Faradibah

Putri Febryanti

Komunikasi Lintas Budaya

Kardina, S.IP., MA

Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ekonmi Dan Ilmu-Ilmu Sosial

Universitas Fajar
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
makalah ini bisa selesai. Kami kelompok 5 dalam makalah ini membahas studi kasus yakni
Komunikasi Bisnis China dan Indonesia.

Kami berharap melalui makalah ini, para pembaca mendapatkan informasi yang
akurat dan memahami bagaimana situasi komunikasi bisnis China dan Indonesia. Selain itu
kami berharap makalah kami akan bermanfaat sebagai bahan pembelajaran mata kuliah
komunikasi lintas budaya.

Makassar, 12 Desember 2019

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….. 4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 4
1.3 Tujuan…………...…………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………..………………………

2.1 Budaya Bisnis China…………………………………………………………. 5


2.2 Budaya Bisnis Indonesia…………………………………………………….. 8
2.3 Perbedaan Dan Potensial Konflik Antar China Dan Indonesia Dalam Budaya
Komunikasi Bisnis…………………………………………………………… 9

BAB III PENUTUP ……….………………………………………………………..

3.1 Kesimpulan …….……………………………………………………………. 11


3.2 Saran…………………………………………………………………………..11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi Bisnis adalah cabang khusus dari komunikasi umum yang  berkaitan
dengan kegiatan bisnis. Jadi tujuan utama komunikasi bisnis adalah untuk bertukar informasi,
ide, gagasan, keinginan, sikap dan instruksi yang terkait dengan fungsi dan kegiatan bisnis.
Komunikasi diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya adalah di
sektor ekonomi yaitu bisnis. .
Dalam sebuah perusahaan multinasional, biasanya karyawan yang dipkerjakan dari
berbagai negara. Perbedaan budaya tersebut memberikan pengaruh dalam komunikasi bisnis.
Perusahaan yang maju dapat berkembang dengan baik. Perusahaan tersebut akan dibangun
dibeberapa wilayah seperti di lingkungan domestik maupun luar negeri. Untuk itu,
perusahaan dihimbau agar mampu memahami kebudayaan-kebudayaan yang ada di dalam
kehidupan social.
Dalam melaksanakan komunikasi bisnis, Indonesia dan juga China berbeda,
dipengaruhi oleh budaya masing-masing negara yang kemudian menciptakan perbedaan
budaya bisnis. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik antar kedua negara. Dan dari
konflik tersebut tentunya akan lahir strategi-strategi negosiasi sebagai solusi untuk
menyelesaikan masalah/konflik

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan budaya bisnis antara China dan Indonesia.

2. Jelaskan Potensial Konflik dari perbedaan tersebut dan bagaimana


strategi negosiasi sebagai solusinya.

1.3 Tujuan

1. Mengetahui perbedaan budaya bisnis antara China dan Indonesia

2. Mengetahui potensial konflik dari perbedaan tersebut dan mengetahui


strategi negosiasi sebagai solusinya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Budaya Bisnis China

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa salah satu bangsa yang pandai dalam urusan
ekonomi adalah China. Di Indonesia, warga keturunan China  banyak yang menjadi
pengusaha sukses dan pebisnis yang handal. Salah satu bidang ekonomi yang sering mereka
kerjakan adalah perdagangan. Banyak warga China dan juga termasuk warga keturunannya
lebih senang menjadi pengusaha mandiri ketimbang bekerja pada suatu instansi.
Ada dua filosofi utama yang mengakar pada Chinese business culture. Pertama,
“With harmony, comes prosperity”, dan yang kedua “A word is worth a thousand gold
bars”.  Hal ini penting untuk dipahami para pebisnis sebagai dasar dalam membangun
hubungan bisnis dengan orang-orang china.
Filosofi “With harmony, comes prosperity” , “A word is worth a thousand gold
bars”, memiliki makna betapa penting harmoni (keselarasan) dalam menjamin kekayaan,
terutama untuk urusan bisnis. Harmonisasi dari seluruh aspek yang ada sangat diperlukan.
Filosofi ini mencerminkan kultur bisnis China yang cenderung memandang segala sesuatu
dalam jangka waktu yang panjang, bukan short term. Untuk sampai pada tahap ini diperlukan
kemampuan komunikasi yang baik untuk menjalin hubungan kerja sama yang lebih intim.
Kuncinya terdapat pada etika dalam berkomunikasi.
Budaya China selalu mengedepankan etika, tetapi etika tidak bisa begitu saja
membangun hubungan yang baik. Diperlukan harmonisasi antara etika dan kemampuan
berkomunikasi. perusahaan yang menjalin hubungan erat dengan China pun mengaku bentuk
komunikasi yang intim menjadi kunci dalam berbisnis dengan perusahaan China.
China dikenal teguh menghormati ketentuan yang telah mereka sepakati. Mereka
cenderung taat pada terms yang berlaku, dan government savvy. Mereka memiliki
akuntabilitas dan profitable, namun patuh pada peraturan yang berlaku.Terkait filosofi diatas,
belakangan telah terjadi perubahan di dalam kultur mereka. Jika sebelumnya mereka
terkadang sulit untuk mengatakan no lantaran kultur harmoni yang mereka emban,
kini Chinese people lebih terang-terangan dalam mengungkapkan keingnan mereka. No is
no. Yes is yes.
Persepsi orang China terkait dengan perdagangan adalah positif. Perdagangan adalah
dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan. Akitivitas perdagangan
dapat membuat mereka lebih cakap dalam berinteraksi, menjalin hubungan, dan
berkomunikasi.
Adapun budaya dan kebiasaan lainnya seperti :

1. Tak Takut Bermimpi.


Meniti karir dari posisi paling bawah sekalipun, orang Tionghoa tidak gengsi. Dengan
menggenggam impian setinggi langit ini, disadari atau tidak, Anda pun akan berusaha
mencari jalan dan menyusun strategi untuk mencapainya. “Orang Tionghoa amat percaya
bahwa roda kehidupan itu selalu berputar. Suatu saat berada di bawah, namun di lain waktu
pasti akan berhasil mencapai posisi puncak.

5
2. Bekerja dan Bekerja.
Bekerja dan menghasilkan suatu karya adalah salah satu cara untuk membuktikan
kepada dunia tentang keberadaan diri Anda. Orang Tionghoa memegang hal ini sebagai
pedoman hidup. Ibaratnya, apabila tidak bekerja atau pun tidak melakukan sesuatu yang
berguna bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain, apa gunanya hidup. Waktu dan kesempatan
adalah suatu kemewahan yang pantang disia-siakan oleh orang Tionghoa. JIka memakai
filosofi ini dalam berkarir, maka itu berarti jangan selalu menakar tugas hanya dengan
kepuasan materi. Sebab dengan menghasilkan karya yang baik, Anda pun sudah memperoleh
kepuasan pribadi dan makin menguasai bidang pekerjaan yang Anda tekuni saat ini. Jangan
lupa bahwa pembuktian diri berupa karya yang baik juga bisa menjadi ajang promosi diri.
Bukan hanya pembuktian diri di perusahaan temapt Anda bekerja, namun juga akan sampai
ke perusahaan tetangga.

3. Berpikir Untuk 3 Keturunan.


Menurut falsafah Konghucu, bangsa Tionghoa selalu berpikir untuk 3 keturunan
sekaligus, yaitu untuk dirinya, anak dan cucunya. Contohnya bila ia memiliki uang Rp50.000,
maka ia tidak akan menggunakan seluruhnya untuk kepentingan pribadi, melainkan hanya
sekitar Rp15.000 saja. Sisanya akan disimpan untuk keperluan anak dan cucu. Dengan
bersikap hemat, mereka bisa mengantisipasi berbagaia masalah yang mungkin timbul di
kemudian hari.

4. Tak Pernah Menyerah.


Setiap orang pasti menemukan rintangan dalam hidup. Namun, setiap orang juga
memiliki cara berbeda dalam menyikapinya. Orang Tionghoa percaya, setiap rintangan dalam
kehidupan ini akan membawa dirinya pada kondisi yang lebih baik. Ibarat ujian kenaikan
pangkat, kalau berhasil dilewati maka akan memperoleh ganjaran (hasil) yang lebih besar.
Ada pepatah klasik yang sejalan dengan hal ini yaitu, kehidupan seseorang hendaknya seperti
“ikan mas yang berhasil melompati jembatan naga”. Di Jepang dan Cina, ikan mas adalah
lambang kekayaan dan kesejahteraan. Di sungai mereka berenang menentang arus dari hilir
ke hulu, untuk menangkap makanan. Walau sesekali terbawa arus, mereka berenang kembali
menuju arah semula. Untuk menangkal kuatnya arus, ikan mas berenang menepi. “Pelajaran
yang bisa ditarik adalah setiap orang harus mau berusaha untuk mencapai sesuatu. Kalau
menemukan masalah, jangan lekas menyerah dan berusahalah mencari solusinya. Kemudian,
maju lagi menuju tujuan semula,” ujar Sidharta.

5. Menguasai Bisnis Dari Hulu ke Hilir.


Dalam buku “Resep Kaya Ala Tionghoa” karya Lie Charlie, agar lebih hemat,
seorang pengusaha Tionghoa akan berusaha memangkas biaya produksi dengan cara
menangani sendiri keseluruhan proses produksinya. Misalnya, seorang pengusaha mie instan
akan membuat sendiri semua bahan baku mie. Tepung terigu, bumbu-bumbu bawang, cabai,
atau tmat diusahakan dibuat sendiri atau dengan menggandeng pemasok yang sudah dikenal,
sehingga bisa member nya harga ‘miring’. Jadi selain berkonsentrasi pada bisnis hilir,
pengusaha Tionghoa juga akan mengembangkan bisnis di hulu untuk mendukung
keseluruhan usahanya.

6
Meski cara yang biasa ditempuh pengusaha Tionghoa ini secara ilmu ekonomi bisa
berbahaya karena rawan tindak monopoli, Anda bisa mengambil sisi positifnya. Misalnya,
sebagai pegawai, Anda juga bisa menerapkan tips ini dengan cara mengenal dan (kalau bisa)
mengusai seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan posisi Anda di kantor. Misalnya, sebagai
seorang staf marketing suatu perusahaan penerbitan, Anda juga perlu mengetahui proses
pembuatan naskah, layout, hingga pemasarannya. Bekali pula diri Anda dengan ilmu-ilmu
yang bermanfaat dari pelbagai sumber. Bukankah Anda punya cita-cita pada suatu saat nanti
akan memiliki sebuah perusahaan penerbitan sendiri?

6. Memberi Service Terbaik.


Memelihara reputasi adalah poin penting yang harus dipegang setiap orang. Sebab
Anda sendiri akan enggan memiliki hubungan dengan seseorang yang tidak dapat dipercaya
bukan? Dalam karir, menjaga reputasi dan nama baik bisa dilakukan dengan cara: selalu
menepati janji, menaati tenggat pekerjaan serta selalu menampilkan kesan baik di mata setiap
orang yang berhubungan dengan Anda.
Terkait dengan hal ini, dalam kebudayaan Tionghoa, ada pepatah yang berbunyi “Jika
tidak pandai tersenyum, janganlah membuka toko.” Kira-kira maksudnya adalah dalam
berkarir ataupun berbisnis, kemampuan kerja seseorang bukanlah hal utama yang dijadikan
penilaian, faktor yang tak kalah penting adalah menyangkut kemampuan membawa diri dan
kesediaan untuk memberika pelayanan yang terbaik setiap kali mengerjakan sesuatu.

7. Memelihara Relasi.
Orang Tionghoa amat mementingkan kekerabatan dan relasi. Mereka percaya bahwa
tidak ada orang yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan memiliki relasi,
peluang bisnis terbuka lebar. Bagi pengusaha Tionghoa, pelanggan juga termasuk relasi yang
harus dijaga dengan baik. Bahkan demi mendapatkan pelanggan setia, mereka tidak akan
segan untuk merugi di awal.
Pepatah mereka mengatakan, “walau berisik dan membuang kotoran di mana-mana,
seseorang tidak boleh menyembelih seekor angsa bertelur emas” Jadi, ibarat memelihara
seekor angsa bertelur emas, maka seorang pengusaha wajib menjaga hubungan baik dengan
pelanggannya, walaupun pelanggannya seringkali merepotkan. Dalam berkarir, Anda pun
harus menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, atasan, bawahan serta klien. Dengan
menjaga hubungan yang dimiliki, niscaya kebahagiaan dan kesuksesan tidak akan berada
jauh dari tempat Anda berdiri saat ini.

7
2.2 Budaya Bisnis Indonesia

1. Memiliki Sistem Hierarki


Budaya bisnis di Indonesia memiliki sistem hierarki yang terlihat dari sebagian besar
lingkungan bisnisnya. Di mana, mereka yang berada di posisi lebih tinggi akan dipanggil
dengan sebutan ‘Pak atau Ibu’ dan diikuti oleh nama mereka. Hal ini untuk menunjukkan rasa
hormat terhadap mereka yang memiliki posisi lebih tinggi. Sedangkan, orang yang memiliki
posisi lebih rendah harus bisa mengikuti permintaan orang dengan posisi tinggi tanpa sebuah
pertanyaan.
Hal ini karena kebanyakan karyawan atau pekerja di Indonesia lebih menyukai untuk
tetap diam daripada harus mengoreksi atasan, meski mereka melakukan kesalahan. Ini
dilakukan karena mereka tidak ingin mengalami posisi dan kondisi konfrontatif yang bisa
menyebabkan gangguan atau masalah di tempat kerja. Karena, tempat kerja yang nyaman
adalah segalanya bagi orang Indonesia.

1. Membutuhkan Waktu Lama untuk Negosiasi


Kebanyakan orang Indonesia membutuhkan waktu yang lebih lama dalam membuat
kesepakatan bisnis. Terkadang, mereka juga membutuhkan banyak pertemuan untuk
membahas masalah yang ingin disepakati. Kenapa hal ini terjadi? Karena orang Indonesia
memikirkan segalanya dengan matang dan menunggu waktu yang tepat untuk memutuskan
suatu hal. Dan jika partner bisnisnya memberikan tekanan dan meminta mereka memutuskan
dengan cepat, orang Indonesia akan merasa itu adalah tanda bahaya. Beberapa orang
Indonesia juga akan meminta saran orang lain sebelum membuat kesepakatan dalam hal
bernegosiasi.

2. Pentingnya memiliki koneksi


Terdapat istilah di Indonesia bahwa memiliki koneksi sangat penting dalam pekerjaan.
Orang indonesia cenderung membangun ikatan yang kuat dengan orang yang dikenal, bahkan
beberapa merasa sangat percaya diri jika memiliki kenalan ‘orang besar’. Tapi sebenarnya
memiliki koneksi yang lebih luas dan bukan hanya orang-orang tertentu saja akan lebih
membantu dalam pekerjaan.

3. Membangun hubungan dahulu, baru berbisnis


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memiliki koneksi dan membangun hubungan
baik sangat penting dalam bisnis di Indonesia. Jadi, jika hendak memulai kerja sama bisnis,
luangkan waktu untuk terlebih dahulu memahami tata krama dan membangun hubungan,
setelah itu barulah berbicara urusan bisnis.

4. Waktu Rapat Sering Mundur/Sering tidak tepat waktu


`Pertemuan akan lebih baik jika dilakukan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Namun, beberapa orang Indonesia sering sekali datang terlambat saat memiliki janji. Karena
kebanyakan orang Indonesia merasa bahwa mereka punya waktu yang fleksibel. Belum lagi
kondisi lalu lintas di Ibu kota yang hampir setiap hari macet dan membuat perjalanan ke

8
tempat rapat jadi terhambat. Budaya bisnis Indonesia juga biasanya akan memaklumi orang
dengan posisi tinggi terlambat datang, namun tidak berlaku bagi orang dengan posisi yang
lebih rendah.
2.3 Perbedaan Budaya Bisnis China Dan Indonesia, Potensial Konflik, Dan Cara
Negosiasi Sebagai Solusi

Perbedaan Budaya Bisnis China dan Indonesia

1). Bagi masyarakat China, berwirausaha adalah tujuan utama mereka kebanyakan sedangkan
bagi masyarakat Indonesia kebanyakan , wirausaha adalah seperti plan B. Dimana orang-
orang sibuk mengejar gelar sarjana .

2). Di China, dalam berbisnis mereka sangat menghargai waktu. Bagi mereka, waktu adalah
uang. Mereka sangat disiplin. Berbeda dengan orang Indonesia yang kadang-kadang masih
suka mengulur waktu atau tidak disiplin.

3). Di China, sudah mencapai tahap menjalin kerja sama sebanyak-banyaknya akan membuat
usahanya semakin maju dan meningkat. Sedangkan di Indonesia masih mengutamakan
persaingan.

4). Konsep bisnis di Indonesia cenderung kepada bagaimana mensejahterahkan rakyat dan
cenderung memiliki jarak kekuasaan yang ‘jauh’ antara pemimpin dan bawahannya.
Sedangkan sistem bisnis China mengembangkan budaya organisasi dengan menyempurnakan
budaya tradisional maupun budaya perekonomian pasar yang kompetitif dan adanya sistem
manajemen pararel yaitu sistem administrasi dan struktur kepemimpinan internal yang
melibatkan orang-orang di lingkungan Partai Komunis yang disebut sistem “dua kendali”,
pekerja dalam bisni China adalah bagian yang tidak terpisahkan dari entitas bisnis dan
menghendaki adanya sepenanggungan antara pemilik dengan pekerja.

Adapula etika bisnis China dan Indonsia. Orang China dalam berbisnis sangat menghargai
waktu dan memiliki disiplin yang tinggi, sedang orang Indonesia memilikji etika yang
sebaliknya, serta adanya pengaruh ‘kekeluargaan’ yang memiliki pengaruh tinggi dalam
berbisnis di Indonesia.

9
Solusi Jika Kedua Negara menjalin Hubungan kerjasama Bisnis :

Seperti yang kita ketahui bahwa etika dan cara berbisnis di China dan Indonesia sangatlah
berbeda. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan banyak konflik seperti kesalapahaman dan
toleransi serta intoleransi. Sedangkan cara negosiasinya adalah dengan membicarakan
masalah baik-baik dan membuka diskusi serta wawasan untuk memahami budaya lain dan
tidak serta merta langsung memutuskan masalah yang akan menimbulkan konflik yang lebih
besar. Kita dapat berusaha :

 Menciptakan budaya komunikasi yang tepat, baik secara horizontal antar karyawan,
maupun vertikal antar pimpinan.
 Menciptakan iklim kekeluargaan dalam perusahaan untuk mempererat hubungan antar
karyawan maupun antar para pimpinan.
 Penyediaan sarana dan prasarana serta media komunikasi yang mumpuni
 Penyediaan pusat informasi dalam perusahaan yang dapat diakses berbagai pihak.
 Penyederhanaan struktur organisasi perusahaan.

Adapun hal lain yang harus dilakukan adalah :

  Memahami Konsep Budaya


 Budaya adalah sistem yang dimiliki bersama yang terdiri dari simbol, kepercayaan,
sikap, nilai, perilaku, harapan, dan norma perilaku. Budaya bisa sangat berbeda dan
bervariasi sesuai dengan nilai perubahannya, tingkatan kompleksitas, dan toleransi
mereka terhadap orang asing. Perbedaan ini berdampak pada tingkat kepercayaan dan
keterbukaan yang dapat Anda raih ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya
lain.

Mengatasi Etnosentrisme dan Stereotyping

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar,
perilaku, dan kebiasaan kelompoknya sendiri.

Stereotyp adalah memberikan atribut yang digeneralisasi ke individu tertentu atas dasar


keanggotaannya pada kelompok tertentu

Mengatasinya dengan cara:

 Hindari membuat asumsi


 Hindari  menghakimi
 Akui adanya perbedaan

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah membaca pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan


budaya dapat memengaruhi etika dan cara berbisnis suatu bangsa. Perbedaan budaya bisnis di
China dan Indonesia sendiri tidak dapat dipungkiri lagi sangatlah berbeda.

3.2 Saran

Untuk menghindari adanya konflik di masa depan, sebaiknya kita membuka diskusi
dan berusaha untuk memahami budaya negara lain. Sehingga tidak terjadi cekcok dan
kesalapahan. Dan kita juga harus mempelajari etika bisnis dari negara lain dan memperbaiki
etika bisnis kita yang menyimpang atau tidak kondusif.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnalmanajemen.com/komunikasi-bisnis/
http://eprints.ums.ac.id/40840/34/BAB%20I.pdf
https://marketeers.com/memahami-dua-filosofi-budaya-bisnis-china/
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-10-fakta-tentang-budaya-bisnis-di-indonesia/

12

Anda mungkin juga menyukai