DISUSUN OLEH :
Aurora Tudjuka
Dinda Faradibah
Putri Febryanti
Kardina, S.IP., MA
Universitas Fajar
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
makalah ini bisa selesai. Kami kelompok 5 dalam makalah ini membahas studi kasus yakni
Komunikasi Bisnis China dan Indonesia.
Kami berharap melalui makalah ini, para pembaca mendapatkan informasi yang
akurat dan memahami bagaimana situasi komunikasi bisnis China dan Indonesia. Selain itu
kami berharap makalah kami akan bermanfaat sebagai bahan pembelajaran mata kuliah
komunikasi lintas budaya.
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………..………………………
3
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi Bisnis adalah cabang khusus dari komunikasi umum yang berkaitan
dengan kegiatan bisnis. Jadi tujuan utama komunikasi bisnis adalah untuk bertukar informasi,
ide, gagasan, keinginan, sikap dan instruksi yang terkait dengan fungsi dan kegiatan bisnis.
Komunikasi diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya adalah di
sektor ekonomi yaitu bisnis. .
Dalam sebuah perusahaan multinasional, biasanya karyawan yang dipkerjakan dari
berbagai negara. Perbedaan budaya tersebut memberikan pengaruh dalam komunikasi bisnis.
Perusahaan yang maju dapat berkembang dengan baik. Perusahaan tersebut akan dibangun
dibeberapa wilayah seperti di lingkungan domestik maupun luar negeri. Untuk itu,
perusahaan dihimbau agar mampu memahami kebudayaan-kebudayaan yang ada di dalam
kehidupan social.
Dalam melaksanakan komunikasi bisnis, Indonesia dan juga China berbeda,
dipengaruhi oleh budaya masing-masing negara yang kemudian menciptakan perbedaan
budaya bisnis. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik antar kedua negara. Dan dari
konflik tersebut tentunya akan lahir strategi-strategi negosiasi sebagai solusi untuk
menyelesaikan masalah/konflik
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa salah satu bangsa yang pandai dalam urusan
ekonomi adalah China. Di Indonesia, warga keturunan China banyak yang menjadi
pengusaha sukses dan pebisnis yang handal. Salah satu bidang ekonomi yang sering mereka
kerjakan adalah perdagangan. Banyak warga China dan juga termasuk warga keturunannya
lebih senang menjadi pengusaha mandiri ketimbang bekerja pada suatu instansi.
Ada dua filosofi utama yang mengakar pada Chinese business culture. Pertama,
“With harmony, comes prosperity”, dan yang kedua “A word is worth a thousand gold
bars”. Hal ini penting untuk dipahami para pebisnis sebagai dasar dalam membangun
hubungan bisnis dengan orang-orang china.
Filosofi “With harmony, comes prosperity” , “A word is worth a thousand gold
bars”, memiliki makna betapa penting harmoni (keselarasan) dalam menjamin kekayaan,
terutama untuk urusan bisnis. Harmonisasi dari seluruh aspek yang ada sangat diperlukan.
Filosofi ini mencerminkan kultur bisnis China yang cenderung memandang segala sesuatu
dalam jangka waktu yang panjang, bukan short term. Untuk sampai pada tahap ini diperlukan
kemampuan komunikasi yang baik untuk menjalin hubungan kerja sama yang lebih intim.
Kuncinya terdapat pada etika dalam berkomunikasi.
Budaya China selalu mengedepankan etika, tetapi etika tidak bisa begitu saja
membangun hubungan yang baik. Diperlukan harmonisasi antara etika dan kemampuan
berkomunikasi. perusahaan yang menjalin hubungan erat dengan China pun mengaku bentuk
komunikasi yang intim menjadi kunci dalam berbisnis dengan perusahaan China.
China dikenal teguh menghormati ketentuan yang telah mereka sepakati. Mereka
cenderung taat pada terms yang berlaku, dan government savvy. Mereka memiliki
akuntabilitas dan profitable, namun patuh pada peraturan yang berlaku.Terkait filosofi diatas,
belakangan telah terjadi perubahan di dalam kultur mereka. Jika sebelumnya mereka
terkadang sulit untuk mengatakan no lantaran kultur harmoni yang mereka emban,
kini Chinese people lebih terang-terangan dalam mengungkapkan keingnan mereka. No is
no. Yes is yes.
Persepsi orang China terkait dengan perdagangan adalah positif. Perdagangan adalah
dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan. Akitivitas perdagangan
dapat membuat mereka lebih cakap dalam berinteraksi, menjalin hubungan, dan
berkomunikasi.
Adapun budaya dan kebiasaan lainnya seperti :
5
2. Bekerja dan Bekerja.
Bekerja dan menghasilkan suatu karya adalah salah satu cara untuk membuktikan
kepada dunia tentang keberadaan diri Anda. Orang Tionghoa memegang hal ini sebagai
pedoman hidup. Ibaratnya, apabila tidak bekerja atau pun tidak melakukan sesuatu yang
berguna bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain, apa gunanya hidup. Waktu dan kesempatan
adalah suatu kemewahan yang pantang disia-siakan oleh orang Tionghoa. JIka memakai
filosofi ini dalam berkarir, maka itu berarti jangan selalu menakar tugas hanya dengan
kepuasan materi. Sebab dengan menghasilkan karya yang baik, Anda pun sudah memperoleh
kepuasan pribadi dan makin menguasai bidang pekerjaan yang Anda tekuni saat ini. Jangan
lupa bahwa pembuktian diri berupa karya yang baik juga bisa menjadi ajang promosi diri.
Bukan hanya pembuktian diri di perusahaan temapt Anda bekerja, namun juga akan sampai
ke perusahaan tetangga.
6
Meski cara yang biasa ditempuh pengusaha Tionghoa ini secara ilmu ekonomi bisa
berbahaya karena rawan tindak monopoli, Anda bisa mengambil sisi positifnya. Misalnya,
sebagai pegawai, Anda juga bisa menerapkan tips ini dengan cara mengenal dan (kalau bisa)
mengusai seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan posisi Anda di kantor. Misalnya, sebagai
seorang staf marketing suatu perusahaan penerbitan, Anda juga perlu mengetahui proses
pembuatan naskah, layout, hingga pemasarannya. Bekali pula diri Anda dengan ilmu-ilmu
yang bermanfaat dari pelbagai sumber. Bukankah Anda punya cita-cita pada suatu saat nanti
akan memiliki sebuah perusahaan penerbitan sendiri?
7. Memelihara Relasi.
Orang Tionghoa amat mementingkan kekerabatan dan relasi. Mereka percaya bahwa
tidak ada orang yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan memiliki relasi,
peluang bisnis terbuka lebar. Bagi pengusaha Tionghoa, pelanggan juga termasuk relasi yang
harus dijaga dengan baik. Bahkan demi mendapatkan pelanggan setia, mereka tidak akan
segan untuk merugi di awal.
Pepatah mereka mengatakan, “walau berisik dan membuang kotoran di mana-mana,
seseorang tidak boleh menyembelih seekor angsa bertelur emas” Jadi, ibarat memelihara
seekor angsa bertelur emas, maka seorang pengusaha wajib menjaga hubungan baik dengan
pelanggannya, walaupun pelanggannya seringkali merepotkan. Dalam berkarir, Anda pun
harus menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, atasan, bawahan serta klien. Dengan
menjaga hubungan yang dimiliki, niscaya kebahagiaan dan kesuksesan tidak akan berada
jauh dari tempat Anda berdiri saat ini.
7
2.2 Budaya Bisnis Indonesia
8
tempat rapat jadi terhambat. Budaya bisnis Indonesia juga biasanya akan memaklumi orang
dengan posisi tinggi terlambat datang, namun tidak berlaku bagi orang dengan posisi yang
lebih rendah.
2.3 Perbedaan Budaya Bisnis China Dan Indonesia, Potensial Konflik, Dan Cara
Negosiasi Sebagai Solusi
1). Bagi masyarakat China, berwirausaha adalah tujuan utama mereka kebanyakan sedangkan
bagi masyarakat Indonesia kebanyakan , wirausaha adalah seperti plan B. Dimana orang-
orang sibuk mengejar gelar sarjana .
2). Di China, dalam berbisnis mereka sangat menghargai waktu. Bagi mereka, waktu adalah
uang. Mereka sangat disiplin. Berbeda dengan orang Indonesia yang kadang-kadang masih
suka mengulur waktu atau tidak disiplin.
3). Di China, sudah mencapai tahap menjalin kerja sama sebanyak-banyaknya akan membuat
usahanya semakin maju dan meningkat. Sedangkan di Indonesia masih mengutamakan
persaingan.
4). Konsep bisnis di Indonesia cenderung kepada bagaimana mensejahterahkan rakyat dan
cenderung memiliki jarak kekuasaan yang ‘jauh’ antara pemimpin dan bawahannya.
Sedangkan sistem bisnis China mengembangkan budaya organisasi dengan menyempurnakan
budaya tradisional maupun budaya perekonomian pasar yang kompetitif dan adanya sistem
manajemen pararel yaitu sistem administrasi dan struktur kepemimpinan internal yang
melibatkan orang-orang di lingkungan Partai Komunis yang disebut sistem “dua kendali”,
pekerja dalam bisni China adalah bagian yang tidak terpisahkan dari entitas bisnis dan
menghendaki adanya sepenanggungan antara pemilik dengan pekerja.
Adapula etika bisnis China dan Indonsia. Orang China dalam berbisnis sangat menghargai
waktu dan memiliki disiplin yang tinggi, sedang orang Indonesia memilikji etika yang
sebaliknya, serta adanya pengaruh ‘kekeluargaan’ yang memiliki pengaruh tinggi dalam
berbisnis di Indonesia.
9
Solusi Jika Kedua Negara menjalin Hubungan kerjasama Bisnis :
Seperti yang kita ketahui bahwa etika dan cara berbisnis di China dan Indonesia sangatlah
berbeda. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan banyak konflik seperti kesalapahaman dan
toleransi serta intoleransi. Sedangkan cara negosiasinya adalah dengan membicarakan
masalah baik-baik dan membuka diskusi serta wawasan untuk memahami budaya lain dan
tidak serta merta langsung memutuskan masalah yang akan menimbulkan konflik yang lebih
besar. Kita dapat berusaha :
Menciptakan budaya komunikasi yang tepat, baik secara horizontal antar karyawan,
maupun vertikal antar pimpinan.
Menciptakan iklim kekeluargaan dalam perusahaan untuk mempererat hubungan antar
karyawan maupun antar para pimpinan.
Penyediaan sarana dan prasarana serta media komunikasi yang mumpuni
Penyediaan pusat informasi dalam perusahaan yang dapat diakses berbagai pihak.
Penyederhanaan struktur organisasi perusahaan.
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai semua kelompok lain menurut standar,
perilaku, dan kebiasaan kelompoknya sendiri.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Untuk menghindari adanya konflik di masa depan, sebaiknya kita membuka diskusi
dan berusaha untuk memahami budaya negara lain. Sehingga tidak terjadi cekcok dan
kesalapahan. Dan kita juga harus mempelajari etika bisnis dari negara lain dan memperbaiki
etika bisnis kita yang menyimpang atau tidak kondusif.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnalmanajemen.com/komunikasi-bisnis/
http://eprints.ums.ac.id/40840/34/BAB%20I.pdf
https://marketeers.com/memahami-dua-filosofi-budaya-bisnis-china/
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-10-fakta-tentang-budaya-bisnis-di-indonesia/
12