dimana dalam proses tersebut terdapat aktivitas transportasi / pemindahan barang dari negara penjual (seller) ke negara
pembeli (buyer)
Sedangkan Impor adalah proses membeli (memasukkan) suatu barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara, dimana dalam proses tersebut juga terdapat aktivitas transportasi / pemindahan barang dari negara
penjual (seller) ke negara pembeli (buyer).
Peranan Kepabeanan
Dalam proses transportasi ekspor impor pada umumnya melibatkan instansi Bea Cukai (customs) di tiap - tiap
negara, yang tugasnya mengatur atau mengawasi lalu lintas barang ekspor impor di masing - masing negaranya.
Mempermudah penyusunan, pengumpulan dan analisis data perdagangan untuk keperluan statistik.
Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis, untuk penetapan tarif
pabean secara internasional.
Memberikan sistem Internasional yang resmi untuk pemberian kode, penjelasan dan penggolongan barang untuk
tujuan perdagangan seperti tarif pengangkutan, keperluan pengangkutan, dokumentasi dan sebagainya.
Memperbaharui sistem klasifikasi barang sebelumnya, untuk mengantisipasi perkembangan teknologi dan industri
serta pola perdagangan Internasional.
3 Bagian Utama HS Code
1. Ketentuan umum untuk menginterpretasi Harmonized System (KUM HS). KUM HS berisi enam prinsip dasar
yang harus dipatuhi dalam mengklasifikasi barang. Pelajari lebih lanjut :
Kum HS 1-3 : https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/klc1-pusbc-kumhs-1-3/detail/#
Kum HS 4-6 : https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/klc1-pusbc-kumhs-4-6/detail/
2. Catatan Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-Pos
3. Pos (4-digit) dan Sub-Pos (6-digit) yang disusun secara sistematik. Untuk keperluan nasional, Indonesia
menggunakan sistem penomoran 10 digit dalam BTKI
Pemberitahuan Pabean Eksport
Bagi eksportir pada setiap akan melakukan ekspor atau shipment diwajibkan membuat dokumen PEB yang
ditujukan kepada bea cukai. Mayoritas melalui sistem CEISA (Customs Excise Information System and Automation).
Setelah register dan mempunyai username di sistem CEISA, kita bisa login dan membuat dokumen PEB setiap kali
melakukan shipment ekspor. Dalam proses pemberitahuan ekspor (setelah submit PEB) kita akan mendapatkan respon
dari petugas bea cukai atau sering disebut proses penjaluran.
Respon jalur Hijau, Jika kita mendapatkan respon jalur hijau berarti bea cukai telah mengijinkan barang ekspor
kita untuk dikirimkan atau dimuat ke atas kapal. Dokumen yang menyertai respon ini dinamakan dengan Persetujuan
Ekspor. Respon Jalur Merah Jika kita mendapatkan respon jalur merah maka artinya bea cukai belum mengijinkan
barang ekspor kita untuk diberangkatkan, Dokumen yang menyertai respon ini disebut dengan Surat Pemberitahuan
Jalur Merah (SPJM).
Pembongkaran dan penimbunan barang impor ditempat selain Kawasan Pabean dan Tempat Penimbunan Sementara
(TPS). link
Pemeriksaan barang impor jalur merah di gudang atau penimbunan milik importir link
Pengambilan sebagian barang impor sebagai smple untuk pembuatan PIB dokumen permohonan
Fasilitas pelayanan impor jalur prioritas atau Mitra Utama (MITA) link
Fasilitas pelayanan pabean di Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) atau Dry Port. link
Fasilitas impor yang menggunakan returnable package (kemasan barang yang dipakai berulang - ulang). link sop
Fasilitas Kepabeanan yang berkaitan dengan fiskal (pembebasan bea masuk dan pajak impor) : Fasilitas
pembebasan mutlak terhadap barang impor, antara lain untuk :
Barang perwakilan negara asing beserta pejabatnya.
Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia.
Barang dan bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain untuk tujuan ekspor (KITE >> Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor)
Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,dan kebudayaan (gift)
Barang keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain yang semacam itu yang terbuka untuk umum
Barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang cacat lainnya
Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer termasuk suku cadangnya yang diperuntukkan bagi keperluan
pertahanan dan keamanan
Barang pindahan
Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan barang kiriman
Fasilitas Kepabeanan yang berkaitan dengan fiskal (pembebasan bea masuk dan pajak impor) : Fasilitas
pembebasan relatif atau bersyarat terhadap barang impor, antara lain untuk :
Mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan
Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,peternakan dan perikanan
Hasil laut yang ditangkap dengan sarana pengangkut yang telah mendapat izin
Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat
Barang pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum
Barang impor untuk tujuan diekspor kembali dan barang ekspor untuk tujuan diimpor kembali (Re-Ekspor dan Re-
Impor).
Legalitas Eksportir Dan Ketentuan Umum Bidang Ekspor
Pada dasarnya ekspor dari Indonesia bisa dilakukan oleh perorangan maupun perusahaan / badan hukum
Badan Usaha (PT, CV, Koperasi,dll)
NIB (Nomor Induk Berusaha)
SIUP (Dikeluarkan oleh otoritas dinas perdagangan) TDP (Dikeluarkan oleh otoritas pemda)
Export Permitt (Bersifat tambahan dan diperlukan untuk produk tertentu, dikeluarkan oleh pemerintah melalui
departemen terkait. Contoh : Beberapa jenis komoditi hasil pertanian memerlukan export permitt dari Departemen
Pertanian). Ketentuan umum lainnya dalam bidang ekspor juga telah diatur pemerintah Indonesia
dalam Permendag No.13/M- DAG/PER/3/2012 tentang ketentuan umum di bidang ekspor.
Legalitas Importir Dan Ketentuan Umum Bidang Impor
Badan Usaha (PT, CV, Koperasi, dll)
NIB (Nomor Induk Berusaha)
Angka Pengenal Importir (API), dari Kemendag (untuk PMDN) dan BKPM (Untuk PMA)
Import Permitt dari instansi terkait (diterbitkan oleh pemerintah melalui departemen terkait, sesuai dengan jenis
barang yang akan kita impor). Ketentuan umum lainnya dalam bidang impor juga telah diatur pemerintah
Indonesia adalah Permendag No.48/M- DAG/PER/7/2015 tentang ketentuan umum di bidang impor.
Importir yakin bahwa negara eksportir tidak melarang barang yang dibelinya.
Importir yakin bahwa negaranya tidak melarang masuknya barang yang dibelinya.
Pembayaran di awal sangat berisiko bagi importir, dimana bisa terjadi importir mendapatkan barang yang
tidak sesuai dengan pesanan atau bahkan importir tidak mendapatkan barang yang dipesan jika penjualnya
ingkar.
Metode pembayaran AP ini : Cek, Telegraphic Transfer (T/T) antar bank. Online payment gateway : PayPal,
Payoner, Alipay, dll.
3. Open Account
Cara pembayaran Open account merupakan kebalikan dari cara pembayaran advance payment. Dimana
pembayaran akan dilakukan oleh importir setelah barang dikirimkan oleh eksportir, baik setelah dokumen pengapalan
release namun barang belum diterima oleh importir maupun setelah barang diterima oleh pembeli. Metode pemabyaran
sama dengan AP. Cara pembayaran dengan open account mengandung risiko yang besar bagi eksportir. Risiko yang
timbul adalah eksportir sangat mungkin tidak mendapatkan pembayaran dari pembeli, karena tidak ada jaminan yang
mengikat.
Kriteria Open Account
Eksportir sudah meyakini kredibilitas importir
Barang dikirim untuk perwakilan di luar negeri.
Tahapan
1. Eksportir dan importir membuat perjanjian perdagangan (Sales Contract)
2. Importir mengajukan aplikasi pembukaan L/C ke Bank penerbit L/C (Issuing Bank) di negara importir dengan
mencantumkan ketentuan-ketentuan (di aplikasikan dalam dokumen) yang harus dipenuhi oleh eksportir.
3. Setelah disetujui, issuing bank meneruskan L/C kepada Bank koresponden (nominated bank) di negara eksportir.
5. Setelah membaca L/C kemudian eksportir mengirimkan barang sesuai ketentuan dalam L/C, dan pada saat
bersamaan eksportir juga harus melakukan proses kepabeanan (Customs Clearance) ke Bea Cukai.
6. Eksportir menerima dokumen pengapalan dari carrier / transporter (shipping lines / airlines) dan kemudian
menyerahkannya ke bank, disertai dokumen ekspor lainnya (sesuai yang diminta dalam L/C).
7. Bank Eksportir melakukan pembayaran kepada eksportir.
9. Issuing Bank meminta importir untuk menebus dokumen impor dengan cara pembayaran yang disyaratkan,
kemudian importir meminta opening bank mendebit rekeningnya untuk menebus dokumen-dokumen tersebut.
10. Issuing Bank menyerahkan dokumen-dokumen ekspor (pengapalan, dll) kepada importir.Opening Bank
melakukan pembayaran kepada Nominating / Correspondence Bank.
Dalam praktek transaksi menggunakan LC para pelaku ekspor impor berpedoman pada aturan internasional yang
disebut dengan UCPDC (Uniform Customs and Practice for Documentary Credit) atau biasa disebut dengan UCP.
Peraturan ini diterbitkan oleh International Chamber of Commerce (ICC) dan pada saat ini ditulis versi UCP yang berlaku
adalah UCP 600. Cara pembayaran dengan LC ini biasanya dilakukan apabila :
Tingkat kepercayaan antara eksportir dan importir rendah.
Eksportir atau importir memerlukan pembiayaan (hutang) dari Bank dalam transaksi ekspor impor tersebut.
Pemerintah salah satu pihak atau kedua belah pihak mewajibkan transaksi tersebut Harus menggunakan LC.