Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Kepabeanan

Semester/Kelas : VI/ Akuntansi AB

Nama Mahasiswa : Akhsanul Huda

NIM : 60118110 Dosen Pengampu :


Eka Kusuma Sumbodo, SE. Ak. MM
Hari , Tanggal : Minggu,18 April 2021

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jawaban UTS
1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas
barang yang masuk maupun keluar daerah pabean, serta pemungutan bea masuk dan bea
keluar
Contoh nya :
1. Etil alkohol atau etanol, dimana barang ini dikenai cukai dengan tidak mengindahkan
bahan baku atau bahan dasar yang digunakan, serta proses yang dilakukan dalam
pembuatannya.
2. Berbagai macam hasil olahan tembakau, seperti: sigaret, tembakau iris, cerutu, rokok
daun, dan hasil pengolahan tembakau lainnya.
3. Berbagai macam minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun.. 

2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan
Landas Kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan.
Contohya: barang impor dan barang ekspor
3. Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang
impor dan.atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna
diolah dan digabungkan yang hasilnya terutama untuk dieskpor.  
Kawasan Bebas adalah sebuah kawasan perdagangan dan pelabuhan yang berada dalam
wilayah Indonesia yang di dalamnya terjadi proses penggudangan
barang, handling, kegiatan manufaktur serta kegiatan reekspor tanpa hambatan oleh
otoritas kepabeanan.
4. Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabean yang wajib dilakukan
untuk memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan atas barang impor dan ekspor. Terdapat
dua kegiatan dalam pemenuhan kewajiban pabean ini, yaitu menyerahkan
pemberitahuan pabean dan melunasi pungutan impor dan ekspor.
Terdapat dua kegiatan dalam pemenuhan kewajiban pabean ini, yaitu menyerahkan
pemberitahuan pabean dan melunasi pungutan impor dan ekspor. 
Tanggungjawab Bea Masuk Berdasarkan ketentuan Kepabeanan, terhadap barang yang dimasukan ke
dalam daerah pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terutang bea masuk. Barang impor begitu
memasuki batas daerah pabean sudah terutang bea masuk, namun mengingat barang tersebut belum tentu
diimpor untuk dipakai, maka kewajiban melunasi bea masuk baru timbul sejak tanggal pemberitahuan pabean
atas impor. Dalam pasal 30 Undang-undang Kepabeanan disebutkan bahwa:
(1).       Importir bertanggung jawab terhadap Bea Masuk yang terutang sejak tanggal
Pemberitahuan Pabean atas Impor.
(2).       Bea Masuk yang harus dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan tarif yang berlaku pada tanggal Pemberitahuan Pabean atas Impor dan nilai pabean
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
(3).       Bea masuk harus dibayar dalam mata uang rupiah.
(4).       Ketentuan mengenai nilai tukar mata uang yang digunakan untuk penghitungan dan
pembayaran bsa masuk diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri.
5. Dalam ilmu kepabeanan istilah tarif didefinisikan sebagai klasifikasi barang dan
pembebanan bea masuk atau bea keluar. Terdapat dua muatan utama dalam pengertian
tarif, yang pertama adalah klasifikasi barang. Muatan kedua adalah besarnya pembebanan
bea masuk atau bea keluar yang dinyatakan dalam persentase (%) tertentu atau dalam
rupiah tertentu.
Untuk memudahkan penetapan besarnya bea masuk atau bea keluar, barang impor
maupun ekspor diklasifikasi dalam suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara
sistematis dengan tujuan untuk mempermudah pentarifan dalam perdagangan dan berlaku
secara internasional. Daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis ini
disebut dengan Harmonized Commodity Description and Coding System (HS). Dari HS
inilah selanjutnya disusun Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI).
6. BEA masuk antidumping (BMAD) adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang dumping yang menyebabkan kerugian. Adapun yang dimaksud
barang dumping adalah barang yang diimpor dengan tingkat harga ekspor yang lebih
rendah dari nilai normalnya di negara pengekspor.
Bea Masuk Imbalan adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap Barang
Mengandung Subsidi yang menyebabkan Kerugian.

Bea Masuk Tindakan Pengamanan adalah bea masuk tambahan yang ditujukan untuk


memulihkan kerugian serius atau mencegah ancaman kerugian serius yang diderita oleh
industri dalam negeri akibat adanya lonjakan barang impor sejenis atau barang yang
secara langsung bersaing.
7. Pasar gelap ialah sektor kegiatan ekonomi yang melibatkan transaksi ekonomi ilegal,
khususnya pembelian dan penjualan barang dagangan secara tak sah.

Pasar gelap atau black market adalah kegiatan atau transaksi ekonomi yang tidak sah atau ilegal.
Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar gelap biasanya senjata, obat-obatan terlarang,
barang curian, hingga barang resmi yang dijual secara gelap untuk menghindari
pembayaran pajak atau syarat lisensi (rokok atau senjata api).

Pasar gelap disebut demikian karena kegiatan di dalamnya merupakan kegiatan di luar hukum
dan perlu diadakan “dalam kegelapan”, di luar penglihatan hukum. Sumber dari pasar gelap juga
sembunyi-sembunyi karena bertentangan dengan norma masyarakat.

8. Nilai transaksi ini harus memenuhi incoterm: Cost, Insurance, and Freight (CIF) untuk
dapat ditetapkan sebagai nilai pabean:

1. Nilai transaksi
Nilai transaksi adalah harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh pembeli
kepada penjual atas barang yang dijual untuk diekspor ke dalam Daerah Pabean, ditambah
dengan biaya atau nilai yang harus ditambahkan, sepanjang biaya atau nilai tersebut belum
termasuk dalam harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar.
Metode penetapan nilai pabean menggunakan nilai transaksi harus berasal dari suatu transaksi
jual beli dalam kondisi persaingan bebas. Biaya atau nilai yang harus ditambahkan pada harga
barang untuk dapat digunakan sebagai nilai transaksi, antara lain:
1. biaya yang dibayar oleh pembeli yang belum tercantum dalam harga yang sebenarnya
dibayar atau yang seharusnya dibayar berupa:
1. komisi dan jasa perantara, kecuali komisi pembelian;
2. biaya pengemas, yang untuk kepentingan pabean, pengemas tersebut menjadi
bagian yang tak terpisahkan dengan barang yang bersangkutan; dan
3. biaya pengepakan meliputi biaya material dan upah tenaga kerja pengepakan;
2. nilai dari barang dan jasa berupa:
1. material, komponen, bagian, dan barang-barang sejenis yang terkandung dalam
barang impor;
2. peralatan, cetakan, dan barang-barang yang sejenis yang digunakan untuk
pembuatan barang impor;
3. material yang digunakan dalam pembuatan barang impor; dan
4. teknik, pengembangan, karya seni, desain, perencanaan, dan sketsa yang
dilakukan dimana saja di luar Daerah Pabean dan diperlukan untuk pembuatan
barang impor, yang dipasok secara langsung atau tidak langsung oleh pembeli.
3. royalti dan biaya lisensi yang harus dibayar oleh pembeli secara langsung atau tidak
langsung sebagai persyaratan jual beli barang impor yang dinilai, sepanjang royalti dan
biaya lisensi tersebut belum termasuk dalam harga yang sebenarnya dibayar dari barang
impor yang bersangkutan;
4. nilai setiap bagian dari hasil atau pendapatan yang diperoleh pembeli untuk disampaikan
secara langsung atau tidak langsung kepada penjual, atas penjualan, pemanfaatan, atau
pemakaian barang impor yang bersangkutan (proceeds);
5. biaya transportasi barang impor yang dijual untuk diekspor ke pelabuhan atau tempat
impor di dalam Daerah Pabean;
6. biaya pemuatan, pembongkaran, dan penanganan yang berkaitan dengan pengangkutan
barang impor ke pelabuhan atau tempat impor di dalam Daerah Pabean; dan
7. biaya asuransi.

2. Nilai transaksi barang identik


Dalam hal nilai transaksi barang yang bersangkutan tidak dapat digunakan sebagai nilai pabean,
maka nilai pabean ditentukan menggunakan nilai transaksi dari barang yang identik. Dua barang
dianggap identik apabila keduanya sama dalam segala hal. Kesamaan ini paling tidak dalam hal
karakter fisik, kualitas, maupun reputasi. Dengan kata lain diproduksi oleh produsen yang sama
di negara yang sama atau diproduksi oleh produsen lain di negara yang sama.
Dalam pemeriksaan pabean, ketika nilai barang yang bersangkutan tidak dapat ditetapkan
menggunakan nilai transaksi barang yang bersangkutan, petugas bea cukai akan melihat database
harga barang untuk mencari importasi lain yang identik dengan importasi yang bersangkutan.

3. Nilai transaksi barang serupa


Dua barang dianggap serupa apabila keduanya memiliki karakteristik dan komponen material
yang sama sehingga dapat menjalankan fungsi yang sama dan secara komersial dapat
dipertukarkan. Serupa dengan barang identik, barang dianggap serupa jika diproduksi oleh
produsen yang sama di negara yang sama atau diproduksi oleh produsen lain di negara yang
sama.

4. Nilai pabean metode deduksi


Metode deduksi adalah metode penentuan nilai pabean barang impor berdasarkan harga satuan
yang terjadi dari penjualan oleh importir di dalam negeri atas barang impor yang bersangkutan,
barang identik atau barang serupa, dengan kondisi sebagaimana saat diimpor, serta dikurangi
biaya-biaya yang terjadi setelah pengimporan.
Petugas akan melihat harga jual di dalam negeri, lalu mengurangkan biaya-biaya setelah impor
untuk dapat mengetahui harga barang pada saat impor dilakukan. Kendala yang sering ditemui
untuk metode deduksi ini adalah adanya harga jual yang variatif untuk barang yang sama di
pasaran dalam negeri. Petugas harus memilih harga yang paling reasonable untuk dasar
penghitungan menggunakan metode ini.
5. Nilai pabean metode komputasi
Metode komputasi adalah metode penentuan nilai pabean dengan cara menjumlahkan unsur-
unsur pembentuk nilai pabean barang impor yang bersangkutan, yaitu:
1. biaya atau harga bahan baku dan proses pembuatan atau proses lainnya yang dilakukan
dalam memproduksi barang impor yang bersangkutan;
2. keuntungan dan pengeluaran umum yang besarnya sama atau mendekati keuntungan
dan pengeluaran umum penjualan barang sejenis yang dibuat oleh produsen di negara
pengekspor untuk dikirim ke dalam Daerah Pabean;

3. biaya transportasi sampai dengan pelabuhan tujuan di dalam Daerah Pabean, termasuk
biaya pemuatan, pembongkaran, penanganan; dan

4. biaya asuransi pengangkutan barang sampai dengan pelabuhan tujuan di dalam Daerah
Pabean.

6. Nilai pabean metode pengulangan (fallback)


Metode pengulangan (fallback) dilakukan dengan cara mengulang kembali prinsip dan
ketentuan penetapan nilai pabean dengan lima metode sebelumnya, menggunakan tata cara
yang wajar dan konsisten, yang diterapkan secara fleksibel dan berdasarkan data yang tersedia
di dalam Daerah Pabean dengan pembatasan tertentu.

Penentuan nilai pabean metode pengulangan tidak diizinkan dengan mendasarkan pada:

1. harga jual barang produksi dalam negeri;


2. suatu sistem yang menentukan nilai yang lebih tinggi apabila ada dua alternatif nilai
pembanding;

3. harga barang di pasaran dalam negeri negara pengekspor;

4. biaya produksi, selain nilai yang dihitung berdasarkan metode komputasi yang telah
ditentukan untuk barang identik atau serupa;

5. harga barang yang diekspor ke suatu negara selain ke Daerah Pabean;

6. harga patokan; atau

7. nilai yang ditetapkan dengan sewenang-wenang atau fiktif.

9.
Alur barang ekspor :

1. Eksportir dan Importir mengadakan negosiasi. Apabila terjadi kesepakatan dibuat kontrak
dagang (sales contratct).

Importir mengajukan permohonan pembukaan L/C kepada Opening Bank di Luar Negeri.

Opening Bank meneruskan L/C kepada Eksportir melalui Correspondent Bank / Receiving Bank
di Indonesia.

Correpondent / Receiving Bank meneruskan / memberitahukan L/C kepada Eksportir.

Eksportir melakukan produksi dan penyiapan barang ekspor.

Eksportir menghubungi maskapai pelayaran/penerbangan untuk pelaksanaan pengiriman barang.

Apabila barang sudah siap ekspor, dan ada kepastian jadwal pengapalan, Eksportir mendaftarkan
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) / di Bea & Cukai di pelabuhan muat (port of loading).
Pihak Bea & Cukai akan mem-fiat muat PEB untuk pemuatan ke atas kapal.

Kegiatan pemuatan barang ke kapal. Apabila diwajibkan oleh Importir barang ekspor harus
disertai SKA, maka Eksportir mengurus dokumen Surat Keterangan Asal / SKA (Certificate of
Origin) pada Instansi Penerbit SKA dengan melampirkan dokumen-dokumen: foto copy PEB
yang telah di fiat muat Bea dan Cukai danfoto copy B/L.
Eksportir melakukan negosiasi L/C kepada Correspondent / Receiving Bank, dengan membawa
B/L negotiable, PEB yang difiat muat Bea & Cukai serta dokumen-dokumen lain yang
disyaratkan dalam L/C.

Correpondent / Receiving Bank mengirim dokumen-dokumen tersebut pada butir 8 dan


melakukan penagihan L/C kepada Opening Bank di Luar Negeri.

Opening Bank menyerahkan dokumen tersebut pada butir 8 kepada Importir untuk keperluan
pengurusan pengeluaran barang dari pelabuhan serta penyelesaian kewajiban / tagihan oleh
Importir.

Importir melaksanakan pengeluaran barang dari pelabuhan.

Alur Prosedur Impor


Perusahaan yang diijinkan untuk melakukan importasi barang hanyalah perusahaan yang
mempunyai Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) atau Nomor Registrasi Importir (SPR). Bila
sebuah Perusahaan ingin mendapatkan fasilitas ijin impor, maka perusahaan tersebut terlebih
dahulu harus mengajukan permohonan ke Direktorat Jendral Bea dan Cukai untuk
mendapatkan NIK/ SPR. Adapun Perusahaan yang belum mempunyai NIK/ SPR maka hanya
diijinkan melakukan importasi sekali saja.
Persyaratan tambahan yang juga harus dipenuhi sebelum perusahaan melakukan importasi
adalah harus mempunyai Angka Pengenal Impor (API) yang dikeluarkan oleh Kementerian
Perdagangan. Apabila perusahaan belum mepunyai API dan berniat melakukan importasi
harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan impor tanpa API.
Berikut ini diagram dari prosedur impor di Indonesia :

Adapun penjelasan prosedur umum proses impor di Indonesia adalah sebagai berikut :
Importir mencari supplier barang sesuai dengan yang akan diimpor.
Setelah terjadi kesepakatan harga, importir membuka L/C di bank devisa dengan
melampirkan PO mengenai barang-barang yang mau diimpor; kemudian antar Bank ke Bank
Luar Negeri untuk menghubungi Supplier dan terjadi perjanjian sesuai dengan perjanjian isi
L/C yang disepakati kedua belah pihak.
Barang–barang dari Supplier siap untuk dikirim ke pelabuhan pemuatan untuk diajukan.
Supplier mengirim faks ke Importer document B/L, Inv, Packing List dan beberapa dokumen
lain jika disyaratkan (Serifikat karantina, Form E, Form D, dsb)
Original dokumen dikirim via Bank / original kedua ke importir
Pembuatan/ pengisian dokumen PIB (Pengajuan Impor Barang). Jika importir mempunyai
Modul PIB dan EDI System sendiri maka importir bisa melakukan penginputan dan
pengiriman PIB sendiri. Akan tetapi jika tidak mempunyai maka bisa menghubungi pihak
PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) untuk proses input dan pengiriman PIB nya.
Dari PIB yang telah dibuat, akan diketahui berapa Bea masuk, PPH dan pajak yang lain yang
akan dibayar. Selain itu Importir juga harus mencantumkan dokumen kelengkapan yang
diperlukan di dalam PIB.
Importir membayar ke bank devisa sebesar pajak yang akan dibayar ditambah biaya PNBP
Bank melakukan pengiriman data ke Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai
secara online melalui media Pertukaran Data Elektronik (PDE)
Importir mengirimkan data Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ke Sistem Komputer
Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai secara online melalui media Pertukaran Data Elektronik
(PDE)
Data PIB terlebih dahulu akan diproses di Portal Indonesia National Single Window (INSW)
untuk proses validasi kebenaran pengisian dokumen PIB dan proses verifikasi perijinan
(Analizing Point) terkait Lartas.
Jika ada kesalahan maka PIB akan direject dan importir harus melakukan pembetulan PIB
dan mengirimkan ulang kembali data PIB
Setelah proses di portal INSW selesai maka data PIB secara otomatis akan dikirim ke Sistem
Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai.
Kembali dokumen PIB akan dilakukan validasi kebenaran pengisian dokumen PIB dan
Analizing Point di SKP
Jika data benar akan dibuat penjaluran
Jika PIB terkena jalur hijau maka akan langsung keluar Surat Persetujuan Pengeluaran
Barang (SPPB)

Jika PIB terkena jalur merah maka akan dilakukan proses cek fisik terhadap barang
impor oleh petugas Bea dan Cukai. Jika hasilnya benar maka akan keluar SPPB dan jika
tidak benar maka akan dikenakan sanksi sesuai undang-undang yang berlaku.

Setelah SPPB keluar, importir akan mendapatkan respon dan melakukan pencetakan
SPPB melalui modul PIB

Barang bisa dikeluarkan dari pelabuhan dengan mencantumkan dokumen asli dan
SPPB

10. Dijawa Tengah Kegiatan Ekspor-Impor belum cukup banyak.Apalagi dengan adanya
pandemic seperti ini mengakibatkan menurun nya system ekspor-impor barang.

Anda mungkin juga menyukai