Disusun Oleh :
Kelompok 7
Eny Lisnawati NIM B.231.16.0462
Susi Kusumawardani NIM B.231.16.0496
Mutia Rosalihah NIM B.231.16.0497
Suci Rahmaeni NIM B.231.16.0605
Universitas Semarang
Tahun 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekarang ini banyak kolektor yang berburu barang-barang mewah, seperti mobil sport
atau kendaraan bermotor dengan harga fantastis. Hal ini bisa menambah pendapatan negara
dari segi pajak terhadap pembelian barang-barang mewah tersebut. Berdasarkan UU No.42
Tahun 2009 pasal 8 ayat 1 pemerintah menetapkan pengenaan atas pajak barang mewah dengan
ketetapan tarif paling rendah 10% dan pengenaan paling tinggi 200%.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian PPnBM ?
b. Bagaimana karakteristik PPnBM ?
c. Bagaimana dasar pengenaan pajak untuk PPnBM ?
d. Bagaimana tarif PPnBM ?
e. Apa saja jenis BKP yang tergolong mewah?
f. Apa saja pengecualian barang yang tidak dikenai PPnBM?
g. Bagaimana cara menghitung PPnBM?
h. Kapan saat terutang pajak?
i. Bagaimana dengan faktur pajaknya?
j. Bagaimana mekanisme penyerahan BKP pada pemungut?
k. Bagaimana tatacara pemungutan PPnBM?
l. Bagaimana cara penyampaian SPT PPn?
3. Tujuan
Untuk mengetahui tata cara serta mekanisme pemungutan PPnBM.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan atas
penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean
Indonesia dalam usaha atau pekerjaannya dan impor barang yang tergolong mewah.
Dasar hukum PPnBM adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang
sudah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
PPnBM dan PPN diatur dalam undang-undang yang sama, karena PPnBM tidak dapat
dikenakan tersendiri tanpa pengenaan PPN. PPN merupakan pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen. Hampir semua barang konsumsi dikenakan PPN, maka PPN ditetapkan
bertarif tunggal, 10% dari harga jual. Sedangkan PPnBM lebih spesifik lagi, dikenakan hanya
pada saat penyerahan Barang Kena Pajak yang berkategori mewah, dengan tarif beragam,
sesuai jenis barang.
Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang PPN, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dikenakan terhadap:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang
menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya;
2. Impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah. Dengan demikian, PPnBM hanya
dikenakan pada saat penyerahan BKP yang Tergolong Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang
menghasilkan) dan pada saat impor BKP yang Tergolong Mewah. PPnBM tidak dikenakan
lagi pada rantai penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut PPnBM tentu saja
pabrikan BKP yang Tergolong Mewah pada saat melakukan penyerahan atau penjualan BKP
yang Tergolong Mewah. Sementara itu, PPnBM atas impor BKP yang Tergolong Mewah
dilunasi oleh importir.
Berdasarkan PMK No.35/PMK.010/2017 jenis barang kena pajak yang tergolong mewah
adalah :
1. Pasal 1 :
Daftar jenis barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai PPnBM sebesar 20% adalah :
a. Rumah dan town house dari jenis nonstrata title degan harga jual sebesar
Rp.20.000.000.000,- atau lebih.
b. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title dan sejenisnya
dengan harga jual sebesar Rp.10.000.000.000,- atau lebih.
2. Pasal 2 :
Daftar jenis barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai PPnBM sebesar 40% adalah :
a. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara
lainnya tanpa tenaga penggerak.
b. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara (peluru dan bagiannya, tidak termasuk peluru senapan angin).
3. Pasal 3 :
Daftar jenis barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai PPnBM sebesar 50% adalah :
a. Kelompok pesawat udara seperti helikopter, dan kendaraan udara lainnya yang
tidak tercantum pada lampiran pasal 2.
b. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya (kecuali untuk keperluan negara)
seperti : senjata artileri, revolver dan pistol, dan senjata api semacam itu yang
dioperasikan dengan alat peledak.
4. Pasal 4 :
Daftar jenis barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenai PPnBM sebesar 75% adalah :
a. Kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara dan angkutan umum :
1. Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan semacam itu terutama
dirancang untuk pengangkutan orang.
2. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.
Dalam hal Barang Kena Pajak yang diserahkan ternyata dikembalikan (return) oleh
Pembeli, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan
tersebut dapat mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual.
Kelompok Barang Kena Pajak tergolong mewah yang dikenakan PPnBM diatur dengan
Peraturan Pemerintah (PP), sedangkan untuk jenis dan tarif barangnya, sehingga dapat
dilaksanakan pemungutan PPnBMnya, ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
(PMK).
Contoh :
PKP “ABC” sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinya dengan harga jual Rp.
10.000.000,-. Barang tersebut merupakan BKP yang Tergolong Mewah dengan tarif PPn BM
sebesar 40 %. Penghitungan pajak yang harus dipungut adalah sebagai berikut:
PPN = 10 % x Rp. 10.000.000,- = Rp. 1.000.000,-
PPn BM = 40 % x Rp. 10.000.000,- = Rp. 4.000.000,-
Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP yang paling sedikit memuat:
a. Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;
b. Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. PPN yang dipungut;
e. PPn BM yang dipungut;
f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
b. Dalam hal penyerahan BKP yang tergolong mewah dari pengusaha yang
menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut, disamping terutang PPN
juga terutang PPnBM, maka jumlah PPN dan PPnBM yang dipungut adalah
sebagai berikut:
Dalam hal terutang PPnBM sebesar 20%, maka jumlah PPN yang
dipungut sebesar 10/130 bagian dari jumlah pembayaran sedangkan jumlah PPn
BM yang dipungut sebesar 20/130 bagian dari jumlah pembayaran.
Contoh:
PPn BM dengan tarif 20%
Jumlah Pembayaran Rp 13.000.000,00
Jumlah PPN yang dipungut:
(10/130 x Rp 13.000.000,00) Rp 1.000.000,00
Jumlah PPn BM yang dipungut:
(20/130) x Rp 13.000.000,00) Rp 2.000.000,00
Sisa yang dibayarkan kepada PKP rekanan:
Rp 13.000.000,00 – ( Rp 1.000.000,00 + Rp 2.000.000,00) = Rp10.000.000,00
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan
atas penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut di
dalam Daerah Pabean Indonesia dalam usaha atau pekerjaannya dan impor barang yang
tergolong mewah.
Untuk menghitung besarnya pajak PPnBM yang terutang perlu adanya Dasar Pengenaan
Pajak (DPP).
3.2 Saran
Masyarakat dan pihak yang merupakan wajib pajak haruslah lebih proaktif dan
mempunyai kesadaran untuk megetahui berbagai hal yang berkaitan dengan pembayaran pajak
dan aturan-aturannya. Sementara itu Pemerintah harus bersikap bijak dengan tidak
mengkorupsi uang pajak, dan sepenuhnya menggunakan hasil pungutan pajak untuk
kepentingan masyarakat dan kemajuan bangsa, sehingga terjadi hubungan yang baik antara
masyarakat dan Pemerintah dalam urusan pajak.
DAFTAR PUSTAKA