Anda di halaman 1dari 38

2

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN


PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas UAS Mata Kuliah Seminar Akuntansi
Keuangan

Disusun oleh :

Nama : Hervant Hutama Putra

NIM : 60118116

Program Studi : Akuntansi 6B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SELAMAT SRI KAMPUS II BATANG

TAHUN 2021
3

DAFTAR ISI

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS


TERHADAP NILAI PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI).

BAB I ............................................................................................................... 5

PENDAHULUAN ........................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................. 5


1.2. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ........................ 9
1.2.1. Identifikasi Masalah .......................................................... 9
1.2.2. Pembatasan Masalah ......................................................... 10
1.2.3. Perumusan Masalah .......................................................... 11
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 11
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 12
BAB II ............................................................................................................. 13
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 13
2.1. Landasan Teori ................................................................................ 15
2.1.1. Entreprise Risk Management Disclosure (ERMD) ........... 16
2.1.2. Teknik Analisis Dalam Investasi Saham .......................... 18
2.1.3. Price to Book Value (PBV) ............................................... 18
2.1.4. Return On Assets (ROA) .................................................. 19
2.1.5. Return On Equity (ROE) ................................................... 19
2.1.6. Earning Per Share (EPS) ................................................... 19
2.1.7. Nilai Perusahaan ............................................................... 20
2.2. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 24
2.3. Pengembangan Hipotesis ................................................................ 25
BAB III ............................................................................................................ 28
4

METODE PENELITIAN ................................................................................ 28


3.1. Jenis dan Objek Penelitian .............................................................. 28
3.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel ........................................... 28
3.3. Populasi, Sampel dan Metode Penarikan Sampel ........................... 30
3.3.1 Populasi ............................................................................. 30
3.3.2 Sampel ............................................................................... 31
3.3.3 Metode Penarikan Sampel ................................................ 32
3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ............................................. 32
3.4.1. Jenis Data .......................................................................... 32
3.4.2. Metode Pengumpulan Data ............................................... 32
3.5. Teknik Analisis ................................................................. 33
3.5.1. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 33
3.5.2. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) .......................... 34
3.5.3. Analisis Regresi Linier Berganda ..................................... 34
3.5.4. Pengujian Hipotesis ........................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan bisnis di era globalisasi yang disebabkan oleh modernisasi
teknologi informasi, berpengaruh besar terhadap dunia bisnis.. Hal tersebut
dapat dilihat dari perkembangan teknologi digital, informasi dapat mereka
dapatkan dengan mudah. Persaingan semakin ketat dan sengit, perusahaan
berusaha terus berinovasi dalam memberikan informasi yang terbaru di dunia
bisnis baik dalam segi produk, teknologi, kinerja perusahaan dan disclosure
sukarela agar investor mengetahui tentang gambaran nilai perusahaan.
Tujuan dari perusahaan selain meningkatkan laba yaitu memaksimalkan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan mencerminkan harga yang dibayar oleh investor
apabila perusahaan tersebut ingin dijual. Nilai perusahaan dicerminkan oleh
harga sahamnya, artinya harga saham merupakan harga yang dibayarkan
investor untuk memiliki suatu perusahaan oleh sebab itu harga saham
dijadikan petunjuk bagi nilai perusahaan. Selain itu nilai perusahaan dapat
mencerminkan kinerja dari suatu perusahaan, semakin meningkat kinerja
perusahaan maka laba perusahaan akan bertambah serta memakmurkan para
pemegang saham sehingga meningkatkan nilai perusahaan (Yastini & Mertha,
2015). Banyak aspek yang memperngaruhi nilai perusahaan diantaranya
fundamental perusahaan. Fundamental perusahaan dapat ditinjau dari aspek
profitabilitas, aspek lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yaitu tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Fenomena yang
berkaitan dengan nilai perusahaan adalah pada perusahaan telekomunikasi
yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat
Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk. Selain aspek fundamental, aspek lain yang
6

berdampak pada nilai perusahaan adalah Good Corporate Governance. Good


Corporate Governance merupakan penjelasan mengenai praktik tata kelola
perusahaan yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Good
Corporate Governance berbeda dengan manajemen, dimana manajemen
adalah mengatur halhal teknis bagaimana agar perusahaan mencetak laba dan
tetap berkembang. Di dalam manajemen tidak banyak dikedepankan perihal
nilai, kepatutan, kemanusiaan. Good Corporate Governance menyentuh sisi
yang tidak diraih oleh manajemen. Good Corporate Governance merupakan
suatu sistem yang mengatur dan mengontrol perusahaan untuk menciptakan
nilai tambah bagi seluruh stakeholder. Terdapat 2 (dua) hal yang tekankan
pada konsep ini. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk dapat
mengakses informasi yang benar, akurat dan tepat waktu. Kedua, kewajiban
perusahaan untuk mengungkapkan secara akurat, tepat waktu dan transparan
semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Secara
umum terdapat 4 (empat) komponen utama dalam Good Corporate
Governance yaitu fairness, transparency, accountability dan responsibility.
Penerapan Good Corporate Governance secara konsisten dapat menghambat
aktivitas rekayasa pengungkapan laporan keuangan serta dapat membuat
investor percaya sehingga membuat nilai perusahaan meningkat
(Moeljono,2006).
Penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai
perusahaan telah banyak dilakukan, antara lain dilakukan oleh Onasis & Robin
(2016), Fadillah (2017), Wedayanthi, K. K. , Darmayanthi (2016), Astrini,
Biekayanti, & Suhardjanto (2017), Putra (2016), Syafitri, Nuzula, & Nurlaily
(2018), Ulfa (2017), Isnawati, P, & P (2018), Anita & Yulianto (2016), Hakim
& Prihatinah (2016), Tambalean, Manossoh, & Runtu (2018), Santoso (2017),
Awulle, Murni, & Rondonuwu (2018). Aspek Good Corporate Governance
yang digunakan pada penelitian tersebut adalah proporsi dewan komisaris
independen, rapat dewan komisaris, proporsi komite audit, rapat komite audit,
kepemilikan manajerial, serta kepemilikan institusional. Hasil penelitian
membuktikan semua variabel berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
7

Menurut Bursa Efek Indonesia dalam Modul Pasar Modal Level 1 (2018)
investasi merupakan kegiatan mengelola aset atau harta sehingga aset atau
harta tersebut dapat menguntungkan dikemudian hari. Investor dalam
berinvestasi harus memperhatikan fundamental perusahaan, karena
fundamental yang baik akan direspon positif dan menguntungkan bagi
investor dalam jangka panjang maupun pendek (Handara & Purbawangsa,
2017). Dalam berinvestasi investor menginginkan return yang maksimal maka
dari itu investor membutuhkan informasi yang transparan, akuntabel dan
perusahaan harus menyajikan informasi yang berkualitas sehingga dapat
dipercaya oleh investor dan meningkatkan nilai perusahaan, disisi lain
manajemen perusahaan diminta untuk memaksimalkan pengembalian kepada
investor serta menginginkan bonus yang besar dengan cara menaikkan laba
perusahaan setiap tahunnya, ketika perusahaan rugi manajemen perusahaan
pun berusaha memanipulasi laporan keuangan agar menjadi laba karena
dianggap lebih mengetahui informasi mengenai perusahaan sehingga manajer
cenderung melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan bagi diri
sendiri (moral hazard). Konflik kepentingan antara pihak manajemen (agen)
dan investor (principal) tersebut disebut dengan konflik agensi (Hamdani,
2016).
Profitabilitas merupakan laba yang didapatkan perusahaan dalam satu
periode, apabila laba yang didapat perusahaan tinggi maka perusahaan
tersebut layak untuk dijadikan opsi untuk berinvestasi karena akan
menguntungkan bagi investor dikemudian hari. Maka dari itu manajer
perusahaan dituntut untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya,
untung yang diperoleh perusahaan bukan sekedar untung tetapi harus
memenuhi target perusahaan. Selain itu profitabilitas dapat juga digunakan
untuk mengukur kesuksesan perusahaan dalam menjalankan oprasionalnya,
apabila perusahaan mengalami peningkatan keuntungan setiap tahunnya
menandakan perusahaan berhasil menjalankan oprasionalnya dengan baik
(Kasmir, 2008). Perusahaan dengan profitabilitas tinggi dan stabil naik dalam
setiap tahunnya maka akan membuat investor tertarik untuk berinvestasi dan
8

membuat harga saham naik, apabila harga saham naik nilai perusahaan juga
akan ikut naik, sebaliknya apabila profitabilitas rendah dan cenderung
menurun maka minat investor dalam berinvestasi juga rendah serta nilai
perusahaan juga ikut menurun (Rinnaya, Andini, & Oemar, 2016). Penelitian
yang dilakukan oleh Chasanah & Adhi (2015) membuktikan bahwa
profitabilitas berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi
tingkat profitabilitas maka akan semakin tinggi pula minat investor untuk
berinvestasi. Penelitian yang dilakukan Rudangga & Sudiarta (2016)
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan (Lumoly et al., 2018) juga
konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Untuk menyamakan persepi maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:
 Nilai Perusahaan merupakan harga perusahaan apabila perusahaan
tersebut hendak dijual kepada investor. Dalam penelitian ini nilai
perusahan diproksikan dengan menggunakan Price to Book Value
(PBV) yaitu merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur
kinerja harga pasar saham atas nilai buku saham (Sukrini, 2012).
 Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba pada periode tertentu, di sisi lain juga menunjukkan ukuran
efisiensi manajemen. Profitabilitas diukur menggunakan ROA (Return
On Assets) (Kasmir, 2008).
Beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia seperti
perusahaan telekomunikasi yang kegiatannya sebagai penyedia jasa komunikasi
dan internet, maka bisa memotivasi investor untuk menanamkan dananya dengan
harapan bisa mendapatkan keuntungan atau memaksimalkan return. Untuk itu
diperlukan sebuah evaluasi terhadap harga saham dan suatu penilaian kinerja pada
perusahaan yang akan dijadikan tempat investasi agar tingkat pengembalian
return sesuai yang diharapkan dengan menggunakan kelompok rasio keuangan.
Dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Corporate Governance dan profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
9

Telekomunikasi Di Indonesia”. Yang bertujuan untuk mengetahui dan


menganalisa pengaruh yang signifikan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Untuk pengukuran nilai perusahaan menggunakan variabel Price to Book Value
( PBV ), sedangkan untuk pengukuran profitabilitas menggunakan variabel
Return on Assets ( ROA ) pada perusahaan telekomunikasi di Indonesia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Go Public.

1.2 Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah.


1.2.1. Identifikasi Masalah.

Pada umumnya perusahaan mempunyai tujuan yaitu berorientasi


pada laba, meningkatkan penjualan serta memaksimalkan nilai
perusahaan. Dengan nilai perusahaan yang tinggi akan dapat
meningkatkan jumlah kekayaan para pemilik modal sendiri serta
menarik para investor dan secara otomatis akan diikuti naiknya harga
saham. Dengan naiknya harga saham maka return saham juga akan
naik. Untuk itu diperlukan sebuah analisis dalam investasi saham agar
tingkat pengembalian return sesuai yang diharapkan.

Dalam melakukan investasi saham investor akan memilih saham


perusahaan mana yang akan memberikan return saham yang lebih
tinggi. Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi
keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi harga
atau return saham di pasar modal adalah melakukan analisis yang
bersifat fundamental.

Analisis fundamental didasarkan pada informasi-informasi yang


diterbitkan oleh emiten maupun administrator bursa efek. Analisis
fundamental dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan yang merupakan
salah satu indikator kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja
keuangan konvensional yang penting dan biasanya merupakan pusat
perhatian investor meliputi analisis terhadap posisi keuangan
10

perusahaan dan pertumbuhan penjualan perusahaan berdasarkan


laporan keuangan historis.

Dalam menentukan return saham, banyak faktor dapat mempengaruhi,


baik dari faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor
internal perusahaan dalam hal ini yaitu kinerja keuangan perusahaan
emiten, sementara faktor eksternal merupakan faktor diluar kinerja
perusahaan, faktor ini biasanya berupa kondisi sosial ekonomi politik
dari sebuah negara. Faktor internal dapat diubah, dikendalikan dan
disempurnakan oleh perusahaan sehingga diharapkan dapat
memberikan manfaat atau keuntungan bagi para pemangku
kepentingan. Sementara faktor eksternal tidak bisa diubah atau
dikendalikan, yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan faktor
tersebut. Faktor internal dicerminkan dari rasio keuangan perusahaan,
antara lain : Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Net Profit Margin
(NPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to
Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share
(EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), ukuran
perusahaan, jenis industri dan pertumbuhan penjualan dan sebagainya.
Sedangkan faktor eksternal antara lain : Inflasi, Kurs (Nilai Tukar
Rupiah), BI Rate, Cadangan Devisa dan Product Domestic Bruto
(PDB).
1.2.2. Pembatasan Masalah.

Mengingat banyaknya rasio keuangan yang berpengaruh terhadap


harga saham serta dapat membantu investor untuk digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan investasi di pasar modal agar dapat
mencapai return yang optimal, maka penulis membatasi rasio
keuangan yang akan dijadikan sebagai variabel dalam penelitian ini
serta untuk memberikan arah yang tepat dari penelitian yang dibuat.
Penelitian ini membatasi masalah pada rasio keuangan, yaitu : Price to
Book Value ( PBV ), dan Return on Assets ( ROA ). Hal ini disebabkan
11

kedua variable tersebut bagian yang paling sering digunakan


perusahaan dalam perhitungan nilai perusahaan.

1.2.3. Perumusan Masalah.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap Nilai


Perusahaan pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
b. Bagaimana pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
c. Bagaimana pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
d. Bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang signifikan
Price to Book Value (PBV) terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang signifikan
Return on Assets (ROA) terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
12

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang signifikan


Return On Equity (ROE) terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang signifikan


Earning Per Share (EPS) terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).

1.4. Manfaat Penelitian.


Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Akademis.
a) Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan
tentang manfaat return saham dan diharapkan bisa dijadikan
referensi untuk pihak yang akan melakukan penelitian.
b) Bagi pembaca, sebagai pembanding bagi penelitian yang akan
datang sehingga dapat memperbaiki segala kekurangan yang
ada dalam penelitian ini.
c) Bagi perguruan tinggi, sebagai bahan informasi dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan manajemen keuangan.
2. Kegunaan Praktis.
a) Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan untuk
mengevaluasi dan mengambil keputusan yang tepat untuk
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
b) Bagi masyarakat, sebagai referensi pengetahuan mengenai
Nilai Perusahaan, disamping itu sebagai bahan perbandingan
dalam mengukur tingkat kualitas perusahaan.
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


Nilai Perusahaan merupakan nilai pasar yang mampu memberikan
kemakmuran bagi pemegang saham secara maksimum jika harga saham
perusahaan meningkat (Ross, Westerfield, & Jaffe, 2013). Nilai perusahaan
mencerminkan aset yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai perusahaan dapat dinilai
dari harga sahamnya yang stabil dan mengalami kenaikan dalam jangka panjang
karena peningkatan harga saham identik dengan peningkatan kemakmuran para
agent dan peningkatan nilai perusahaan. Perusahaan go public melihat nilai pasar
saham ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di Bursa Efek
Indonesia yang terlihat pada listing price. Harga saham pada pasar mencerminkan
hasil dari kebijakan manajemen perusahan, kinerja perusahaan, serta informasi
yang telah diungkapkan perusahaan kepada public yang membuat para
stakeholder mengambil keputusan untuk berinvestasi dalam melakukan
penawaran membeli saham atau menjual saham (Alfinur, 2016).
Sesuai dengan signaling theory yang diungkapkan Jogiyanto (2000)
mengemukakan bahwa informasi yang dipublikasikan sebagai pengumuman akan
memberikan signal positif atau negatif bagi investor dalam pengambilan
keputusan. Apabila pengumuman yang diberikan mengandung berita positif
seperti pemberian dividen, informasi pengungkapan perusahaan, citra perusahaan
meningkat, kebijakan perusahaan tentu memberikan berita yang positif bagi
investor (Good News), dan sebaliknya apabila berita negatif yang diinformasikan
tentu tidak menyenangkan bagi investor seperti terjadi kebangkrutan atau failed
14

(Bad News). Teori signaling menekankan kepada pentingnya informasi yang


dikeluarkan oleh perusahaan, karena informasi merupakan unsur penting bagi
investor dan pelaku bisnis dalam melakukan investasi dan sebagai dasar
pengambil keputusan. Informasi adanya perusahaan yang memberikan gambaran
tentang perusahaan tentu memberikan peluang investor dalam melakukan
investasi kepada perusahaan (Jogiyanto, 2000).
Enterprise Risk Management Disclosure (ERM) merupakan
pengungkapan atas risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas
upaya perusahaan dalam mengendalikan risiko (Astuti, 2018). Committee of
Sponsoring Organizations (COSO) mempublikasikan enterprise risk management
sebagai suatu proses manajemen resiko perusahaan yang dirancang dan
diimplementasikan ke dalam setiap strategi perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Entreprise risk management disclosure terdiri dari 108 item yang
mencakup delapan dimensi berdasarkan enterprise risk management framework
yang dikeluarkan oleh COSO, yaitu (1) lingkungan internal, (2) penetapan tujuan,
(3) identifikasi kejadian, (4) penilaian resiko, (5) respon atas resiko, (6) kegiatan
pengawasan, (7) informasi dan komunikasi, dan (8) pemantauan (Desender,
2007).
Perusahaan berusaha meminimalkan risiko keputusan bisnis apapun yang
diambil. Pengelolaan dan pengungkapan risiko yang baik kepada publik selain
mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi investor juga
membantu dalam mengendalikan aktivitas manajemen. Keputusan investasi selain
dipandu oleh informasi keuangan juga harus mempertimbangkan informasi non-
keuangan seperti pengungkapan manajemen risiko sehingga risiko yang mungkin
dapat diminimalkan. Informasi yang sangat diperlukan oleh investor adalah
informasi tentang profil resiko perusahaan dan pengelolaan atas resiko tersebut.
Entreprise risk management dalam suatu perusahaan memiliki peran penting
untuk menjaga stabilitas perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Handayani (2017) menemukan bahwa
Entreprise risk management mempunyai pengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan. Entreprise risk management sebagai informasi non keuangan mampu
15

menjadi sinyal bagi investor terkait keamanan dana yang diinvestasikan. Semakin
tinggi informasi yang disampaikan perusahaan maka investor akan semakin yakin
akan keamanan dana yang diinvestasikan. Investor melihat Entreprise risk
management disclosure merupakan sinyal positif karena melalui informasi
entreprise risk management disclosure maka investor dapat menilai prospek
perusahaan. Kesejahteraan investor akan tercapai bila investor melakukan
investasi pada perusahaan yang mampu meraih performance yang tinggi karena
perusahaan yang mampu mencapai performance yang tinggi akan memiliki
kemampuan untuk memberikan dividen yang tinggi kepada investor, performance
yang tinggi akan meningkatkan nilai suatu perusahaan (Hoyt & Liebenberg,
2011), (Devi, 2016). Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi perusahaan
mengungkapkan Entreprise risk management disclosure maka akan meningkatkan
nilai perusahaan.

2.1.1. Entreprise Risk Management Disclosure (ERMD)


Berdasarkan Peraturan Ototitas Jasa Keuangan No.33 (2014)
Dewan Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang
berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi
persyaratan sebagai Komisaris Independen. Fungsi dewan komisaris
independen untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan
bahwa perusahaan telah melakukan praktek-praktek transparansi,
disclosure, kemandirian, akuntabilitas dan praktek keadilan menurut
ketentuan yang berlaku di suatu sitem perekonomian. Secara teori fungsi
pengendalian yang dilakukan oleh komisaris dilihat dari perspektif teori
agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk
mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu
menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Jensen dan
Meckling, 1976). Dewan komisari independen dapat membantu
mengurangi opportunistik para manager untuk melakukan kepentingan
pribadi dan mengawasi aktivitas perusahaan. Peran Komisaris Independen
membantu perusahaan untuk melakukan pengawasan dan meningkatkan
16

nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Alfinur (2016),


Handayani (2017), Puteri, (2012) menemukan bahwa Komisaris
Independen mempunyai pengaruh positif terhadap Nilai perusahaan,
Komisaris Independen menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik kepada perusahaan. Apabila semakin besar proporsi komisaris
independen maka semakin besar maka diharapkan pemberdayaan dewan
komisaris dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat
kepada direksi secara lebih efektif dan lebih efisien sehingga dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan. tetapi penelitian yang
dilakukan Debby, Mukhtaruddin, Yuniarti, Saputra, dan Abukosim (2014)
menemukan hasil komisaris independen berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan, pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan hanya
dilakukan sebagai formalitas dan memenuhi syarat regulasi dan tanggung
jawab tidak maximal sehingga dapat mengurangi nilai perusahaan. Hasil
ini bertolak belakang dengan hasil teori, maka dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi proporsi dewan komisaris independen maka semakin tinggi
tugas dan tanggung jawab dalam pengawasan kepada direksi. Dewan
komisaris dapat menimalisir kepentingan para manajer dan pemegang
saham maka secara otomatis dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2.1.2. Teknik Analisis Dalam Investasi Saham


Perkiraan harga saham perusahaan dimasa yang akan datang dalam
penentuan keputusan investasi terdapat 2 (dua) macam analisis yaitu (Suad
Husnan dan Puji Astuti, 2002) :
a. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan
informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar,
permintaan dan penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs dan
volume transaksi dimasa lalu. Dengan kata lain, informasi data masa
lalu tersebut akan mendasari prediksi para investor atas pola perilaku
harga saham dimasa datang. Analisis teknikal biasanya menggunakan
17

data yang dianalisis dengan menggunakan grafik atau program


komputer. Dari grafik tersebut analisis dan pemerhati saham akan
mencari pola pergerakan harga saham serta potensi keuntungan yang
bisa dilihat dari pola tersebut. Sehingga analis dan pemerhati saham
dapat secepat mungkin menemukan kecenderungan harga.
Tujuan Utamanya, tentu saja dengan melihat pergerakan saham dan
volume perdagangan, analis dan pemerhati saham dapat memilih saat
yang paling menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar.

Contoh Grafik Harga Saham

Sumber : id.tradingview.com
b. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah analisis untuk menentukan nilai seperti
prospek laba yang mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham dan mengharapkan hubungan-hubungan
variabel tersebut sehingga memperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis data rill untuk
mengevaluasi atau memproyeksikan nilai suatu saham. Analisis
fundamental mencoba memperhitungkan harga saham dimasa yang
18

akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang


mempengaruhi harga saham dan menerapkan hubungan-hubungan
variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan
analisis ekonomi terlebih dahulu, diikuti dengan analisis industri dan
akhirnya analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut.
2.1.3. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) merupakan rasio nilai pasar yang
digunakan untuk mengukur nilai suatu saham dengan cara
membandingkan antara harga saham dipasar dengan nilai buku saham
yang digambarkan di Neraca.
Rasio ini menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan
nilai perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi juga return
saham. Semakin tinggi return saham maka pendapatan persahaan akan
meningkat sehingga kemampuan perusahaan untuk membagikan
deviden juga meningkat . PBV dapat dirumuskan sebagai berikut :
Harga Pasar Saham
PBV =
Nilai Buku
( Sofyan Syafri Harahap, 2013 : 311)
2.1.4. Return On Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) atau Rasio Pengembalian Aset merupakan
rasio profitabilitas yang menunjukan berapa besar laba bersih
diperoleh perusahaan bila diukur dengan nilai aktivanya.
Rasio ini juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen
dalam mengelola investasinya. Sehingga return on assets
menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki
perusahaan bisa menghasilkan laba.
Return on assets menunjukan seberapa banyak laba bersih yang
bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena
itu dipergunakan angka laba bersih setelah pajak dan rata-rata
19

kekayaan perusahaan. Rasio return on assets dirumuskan sebagai


berikut :
Laba Bersih Setelah Pajak
ROA = x 100%
Total Aktiva
(Eduardus Tandelilin, 2010 : 40)
2.1.5. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) atau rasio pengembalian ekuitas
merupakan rasio profitabilitas yang digunakan perusahaan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE ini sering disebut
sebagai rentabilitas modal sendiri, sehingga ROE ini sering disebut
sebagai rentabilitas modal sendiri. Return On Equity (ROE)
menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang bisa diperoleh pemegang saham (Eduardus Tandelilin, 2017
: 374).
Sedangkan menurut Sofyan (2007) Return On Equity (ROE) adalah
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Return On Equity (ROE) merupakan indikator yang sangat penting
bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang
dikaitkan dengan pembayaran deviden. Profitabilitas ROE
mencerminkan bagian laba yang bisa dialokasikan kepada pemegang
saham untuk periode tertentu setelah semua hak-hak kreditur dan
saham preferen dilunasi (Sofyan, 2007). Rasio Return On Equity
(ROE) dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak
ROE = X 100%
Total Modal Sendiri
(Eduardus Tandelilin, 2017 : 375)
2.1.6. Earning Per Share (EPS)
20

Earning Per Share (EPS) atau laba perlembar sham merupakan


rasio nilai pasar yang dipakai para investor yang berfungsi
menganalisa kemampuan dari perusahaan untuk mendapatkan laba
dari saham yang dipilih (Mahmud Hanafi, 1996).
Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menunjukan besarnya laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham
perusahaan (Eduardus Tandelilin, 2017 : 376). Sehingga rasio tersebut
dapat menunjukan kinerja perusahaan dalam mencetak laba.
EPS merupakan indikator dari apa yang dipikirkan investor tentang
kinerja perusahaan pada masa lalu dan dimasa yang akan datang, EPS
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih Setelah Pajak
EPS =
Jumlah Saham Yang Beredar
(Eduardus Tandelilin, 2017 : 376)

2.1.7. Nilai Perusahaan


A. Pengertian Nilai Perusahaan
Menurut Puspita (2011), nilai perusahaan adalah pandangan
investor pada perusahaan, dan hal ini sering dihubungkan dengan
harga saham. Yang dimaksud harga saham adalah harga yang
terjadi ketika saham diperdagangkan di pasar saham. Jika harga
saham tinggi, maka nilainya pun ikut tinggi. Di lain pihak, Aries
dalam Herawati memberi pengertian yang berbeda. Menurut Aries
dalam Herawati (2013), nilai perusahaan merupakan hasil
pengelolaan dari berbagai sektor, diantaranya ada arus kas bersih,
pertumbuhan serta biaya modal. Menurut beliau, saham juga
menjadi indikator dari nilai perusahaan karena jika harga
sahamnya tinggi nilainya pun akan tinggi. Ditambahkan pula oleh
Suffah dan Riduwan (2016), nilai perusahaan menjadi pandangan
investor terhadap perusahaan. Hal ini berkaitan dengan harga
saham. Sehingga salah satu pertimbangan investor dalam
21

memutuskan investasi adalah nilai perusahaan dimana investor


tersebut akan menyuntikkan modal. Perusahaan yang sahamnya
sudah melantai di pasar modal, harga saham yang diperdagangkan
di sana merupakan penanda dari nilai perusahaan tersebut.
Semakin tinggai harga saham, maka perusahaan tersebut nilainya
juga semakin tinggi. Nilai perusahaan adalah pandangan investor
terhadap level keberhasilan perusahaan yang berkaitan erat dengan
harga saham perusahaan tersebut (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).
Hal ini dapat diartikan bahwa ukuran kesuksesan perusahaan
dilihat dari kemampuan perusahaan dalam memakmurkan para
pemegang saham. Jika harga saham tinggi, maka nilainya pun ikut
tinggi. Hal ini berdampak positif dalam meningkatnya
kepercayaan pasar, tak hanya kepercayaan pasar pada saat ini,
namun juga prospek perusahaan di masa mendatang.
Dari berbagai pengertian nilai perusahaan menurut para ahli
di atas, dapat diambil kesimpulan tentang pengertian nilai
perusahaan secara umum. Nilai perusahaan adalah kekuatan yang
dimiliki perusahaan yang menggambarkan keadaan perusahaan
kepada pihak luar. Pihak luar ini bisa bermacam-macam, mulai
dari stakeholder, masyarakat umum, pengamat ekonomi hingga
calon investor. Nilai perusahaan menggambarkan kondisi yang
sedang terjadi pada perusahaan. Salah satu indikatornya adalah
harga saham. Tentunya ini berlaku untuk perusahaan yang sudah
melantai di bursa saham. Tinggi rendahnya harga saham akan
berpengaruh pada perusahaan. Harga saham ini menjadi indikator
calon investor sebelum memutuskan menjadi investor suatu
perusahaan. Untuk perusahaan yang belum menawarkan sahamnya
ke publik, maka nilainya bisa dilihat dari pertumbuhan perusahaan
tersebut. Apakah ada perkembangan selama ini? Atau begitu-
begitu saja? Selain itu bisa juga dilihat dari arus kas dan biaya
modalnya.
22

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan


Didirikannya perusahaan bukanlah tanpa tujuan, melainkan
membawa tujuan serta visi dan misi yang jelas. Beberapa pendapat
memaparkan bahwa tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk
mencetak keuntungan sebanyak-banyaknya atau sebesar-besarnya.
Di sisi lain, ada yang menyatakan bahwa tujuan dari perusahaan
adalah untuk menyejahterakan para pemegang saham sekaligus
pemilik perusahannya. Ada pendapat lain yang mengemukakan
bahwa tujuan dari perusahaan adalah memaksimalkan nilai
perusahaan yang diwakili dengan harga sahamnya. Pendapat-
pendapat tersebut sebenarnya tidak berbeda jauh, hanya
penekanannya saja yang berbeda. Telah banyak disinggung di
awal tentang pentingnya nilai perusahaan. Bahkan hal ini menjadi
suatu penanda bagi investor dalam memutuskan untuk
menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan. Meningkatnya
nilai perusahaan dari tahun ke tahun menjadi tolak ukur
kesuksesan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Menurut
Husna (1996), nilai perusahaan merupakan harga yang akan
dibayar calon pembeli jika suatu perusahaan dijual. Betapa
pentingnya nilai perusahaan, lantas faktor-faktor apa saja yang
memengaruhinya?
1. SAHAM
Telah banyak disinggung di awal bahwa saham merupakan
salah satu faktor dalam menilai perusahaan. Bahkan investor
pun melihat harga saham ini sebagai indikator dalam
menentukan keputusan berinvestasinya pada perusahaan.
Saham dan nilai perusahaan memiliki hubungan yang erat
karena keduanya berbanding lurus.
2. KEMAMPUAN PERUSAHAAN MENGHASILKAN LABA
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga turut
memengaruhi nilai perusahaan. Dalam istilah ekonomi, hal ini
23

juga sering disebut sebagai profitabilitas. Jika laba yang


dihasilkan perusahaan jumlahnya besar dan terus meningkat,
tentu nilainya akan naik. Namun jika laba yang dihasilkan
perusahaan begitu-begitu saja dan bahkan menurun, maka bisa
dipastikan nilai perusahaan pun ikut menurun. Sama seperti
saham, hal ini berbanding lurus antara nilai perusahaan dan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
3. KEBIJAKAN HUTANG
Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan juga turut
mempengaruhi. Membangun perusahaan dengan hutang tentu
ada tanggung jawab tersendiri. Sebab perusahaan harus
menanggung beban hutang termasuk bunganya. Hal ini tentu
mengurangi pendapatan yang dihasilkan perusahaan. Selain
itu kebijakan hutang yang berlebihan juga meningkatkan
resiko gagal bayar bagi perusahaan. Jika saham dan
kemampuan menghasilkan laba perusahaan berbanding lurus
dengan nilai perusahaan, maka kebijakan hutang memiliki
perbandingan terbalik dengan perusahaan. Semakin banyak
perusahaan berhutang, maka nilai perusahaan akan menurun.
Sebaliknya, jika perusahaan hutangnya sedikit bahkan tidak
memiliki hutang, maka nilainya itu akan meningkat.
4. SKALA PERUSAHAAN
Skala perusahaan bisa dikatakan jangkauan perusahaan.
Dalam artian, sampai mana kiprah perusahaan, apakah di
lokal saja, nasional atau bahkan internasional? Hal ini juga
turut berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin luas
skala atau jangkauan perusahaan, maka semakin meningkat
pula nilainya. Pun begitu sebaliknya jika jangkauan atau skala
perusahaannya tidak terlalu luas, maka nilai perusahaannya
pun juga tidak terlalu tinggi. Menurut Ghozali (2016), untuk
24

mengukur skala perusahaan dapat menggunakan total aset


yang dimiliki.
5. KEBIJAKAN DEVIDEN
Deviden adalah laba bagi orang-orang yang memiliki saham di
perusahaan. Dalam kebijakan deviden tidak hanya tentang
jumlah uang yang terlibat. Hal ini berkaitan erat dengan
investasi perusahaan dan kebijakan lainnya. Ada dua pihak
yang berkepentingan dalam kebijakan saham ini. Kedua pihak
tersebut saling berkaitan, yaitu antara pemegang saham dan
manajemen perusahaan. Sehingga kebijakan deviden
merupakan hal yang cukup rumit dan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
6. PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
Pertumbuhan perusahaan adalah kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan kapasitas. Pertumbuhan perusahaan akan
memaparkan seberapa jauh posisi ekonomi perusahaan dalam
industri. Ada 2 alat ukur yang bisa dipakai untuk melihat
pertumbuhan perusahaan. Yang pertama adalah Assets
Growth Ratio. Assets Growth Ratio memaparkan
pertumbuhan aset perusahaan. Aset ini merupakan aktiva yang
dipakai untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi aset,
maka semakin tinggi pula operasional perusahaan. Cara kedua
untuk melihat pertumbuhan perusahaan adalah melalui Sales
Growth Ratio. Dalam hal ini yang dilihat adalah perubahan
penjualan tiap tahunnya. Penjualan yang tinggi menandakan
perusahaan dapat meningkatkan perusahaannya, yang pada
akhirnya diharapkan akan meningkatkan keuntungan.
2.2. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan permasalahan diatas, maka dapat
digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
25

Price to Book Value (H1) (+)

Return On Assets (H2) (+)


Nilai Perusahaan (Y)

Return On Equity (H3) (+)

Earning Per Share (H4) (+)


2.3. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang menganalisa pengaruh
PBV, ROA, ROE, dan EPS terhadap nilai perusahaan, maka dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Price to Book Value (PBV) juga variabel yang mempengaruhi nilai
perusahaan. Price to Book Value (PBV) dapat digunakan untuk
mengukur nilai suatu perusahaan. Rasio ini juga menunjukan seberapa
jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan. Perusahaan yang
berjalan baik, umumny memiliki rasio PBV mencapai diatas satu, yang
menunjukan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.
Semakin besar rasio PBV maka semakin tinggi perusahaan dinilai oleh
para investor relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan
diperusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi juga return saham.
Semakin tinggi return saham maka pendapatan perusahaan akan
meningkat sehingga kemampuan perusahaan untuk membagikan deviden
juga akan meningkat. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Claude dan Harvey (1996) dan Wahyudi (2003) yang menyimpulkan
bahwa Price to Book Value (PBV) memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap Nilai Perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :
H1 : Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2) Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.
26

Angka ROA dapat dikatakan baik apabila >2%. Meningkatkan ROA akan
meningkatkan pendapatan bersih persahaan yang berarti nilai penjualan
juga akan meningkat. Perusahaan yang nilai penjualannya meningkat,
akan mendorong terjadinya peningkatan laba yang menunjukan kinerja
keuangan perusahaan dalam kondisi baik. Semakin besar Return On
Assets menunjukkan kinerja semakin baik sehingga mampu memberikan
laba bagi perusahaan dan akan menarik investor untuk membeli saham
yang tinggi. Sebaliknya, apabila Return On Assets semakin kecil
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan
mendapatkan kerugian, sehingga investor kurang tertarik pada saham
perusahaan tersebut dan harga sahamnya akan rendah. Hal ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahib Natarsyah (2000) yang
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Return On
Assets (ROA) terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hasil hipotesis yaitu :
H2 : Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
3) Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perusaakeuntungan bersih yang diperoleh dari pengeolaan
modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. Angka ROE dapat
dikatakan baik apabila >12%. Jadi semakin besar ROA dan ROE
menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, ole karena itu diharapkan
harga saham akan meningkat, sehingga tingkat pengembalian (return)
akan semakin besar. Semakin tinggi ROE akan meningkatkan pendapatan
bersih perusahaan atas modal sendiri, yang berarti nilai penjualan juga
akan meningkat. Perusahaan yang nilai penjualannya meningkat, akan
mendorong terjadinya peningkatan laba yang menunjukan kinerja
keuangan perusahaan dalan kondisi baik. Sehingga investor akan tertarik
untuk berinvestasi. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yogo Purnomo (1998) dalam Syahib Natarsyah (2000) yang
mengkaji tentang keterkaitan kinerja keuangan dengan return saham pada
27

30 emiten di BEI pada periode 1992-1996. Hasil penelitian menunjukan


bahwa terdapat hubungan yang positif Return On Equity (ROE) terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :
H3 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
4) Earning Per Share (EPS) merupakan hasil yang akan diterima oleh para
pemegang saham untuk lembar saham yang dimilikinya atas
keikutsertaannya dalam perusahaan. Earning Per Share yang cenderung
naik maka kemungkinan keuntungan yang didapat oleh investor lebih
besar dari pada kerugian yang mungkin terjadi. Dengan demikian
besarnya Earning Per Share dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu
perusahaan dimana Earning Per Share yang tinggi menandakan bahwa
perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih
baik kepada pemegang saham. Dengan ini maka investor akan semakin
tertarik untuk membeli saham, sehingga permintaan saham akan naik.
Dengan naiknya permintaan saham maka return saham juga akan naik.
Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Catur Wulandari
(2005) dan Dodd dan Chen (1996) yang menyimpulkan bahwa Earning
Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap nilai Perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :
H4 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Untuk lebih jelasnya ringkasan hipotesis penelitian dapat dituliskan
sebagai berikut :
H1 : Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
H2 : Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
H3 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
28

H4 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap nilai


perusahaan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Objek Penelitian


1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif eksploratif. Penelitian deskriptif yaitu menyajikan data secara
sistematik sehingga lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Sedangkan
penelitian eksploratif bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru
berupa pengelompokan suatu fakta tertentu. Hal ini karena dalam kegiatan
penelitian ini, peneliti menggunakan angka dalam pengumpulan data dan
dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya serta dianalisis dengan
bentuk analisis statistik (Umar, 2005).
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang
telekomunikasi dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
tahun 2013-2018.
3.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yaitu : mengenai Price to
Book Value (X1), Return On Assets (X2), Return On Equity (X3), Earning
Per Share (X4), Sebagai variabel bebas (X) dan Nilai Perusahaan (Y) sebagai
29

variabel terikat (Y). Penjelasan mengenai operasioanal variabel sebagai


berikut:

1. Price to Book Value (PBV)


Price to Book Value (PBV) digunakan untuk mengukur nilai suatu saham
dengan cara membandingkan antara harga saham dipasar dengan nilai
buku saham. Rasio ini juga menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin
tinggi return saham. Semakin tinggi return saham maka pendapatan
perusahaan akan meningkat sehingga kemampuan perusahaan untuk
membagikan deviden juga akan meningkat. Menurut Sofyan Syafri
Harahap (2013 :311) Price to Book Value (PBV) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Harga Pasar Saham
PBV = Nilai Buku
2. Return On Assets (ROA)
Menurut Syamsudin (2009) Return On Assets (ROA) digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. Return
On Assets (ROA) dapat dianalisis dengan menggunakan formula sebagai
berikut ( Eduardus Tandelilin (2010 : 40)
Laba Bersih Setelah Pajak
ROA = Total Aktiva X 100%

3. Return On Equity (ROE)


Return On Equity (ROE) menggambarkan sejauhmana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham
(Eduardus Tandelilin, 2017 :374).
Menurut Eduardus Tandelilin (2017 : 375) Return On Equity (ROE) dapat
dianalisis dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak
ROE = X 100%
Total Modal Sendiri
30

4. Earning Per Share (EPS)


Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menunjukan besarnya laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham
perusahaan (Eduardus Tandelilin, 2017 : 376).
Laba Bersih Setelah Pajak
EPS = Jumlah Saham yang Beredar

5. Nilai Perusahaan
Yang digunakan dalam mengukur nilai perusahaan adalah dengan
menggunakan metode Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin.
Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (Weston dan Copeland,
2001).
Rasio Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar terhadap nilai buku karena
rasio ini fokus pada berapa nilai perusahaan saat ini secara relatif terhadap
berapa biaya yang dibutuhkan untuk menggantinya saat ini.
Adapaun rumus Tobin’s Q adalah sebagai berikut:
(EMV + D)
Q=
(EBV + D)
Keterangan :
Q = Nilai Perusahaan
EMV = Nilai Pasar Ekuitas
EBV = Nilai Buku Dari Total Aktiva
D = Nilai Buku Dari Total Hutang
EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan pada akhir
tahun (closing price) dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun
sedangkan EBV diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total
kewajibannya.
3.3. Populasi, Sampel dan Metode Penarikan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan semua anggota yang diteliti
(Istijanto, 2006 :109).
31

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan telekomunikasi dan


telah terdaftar pada BEI tahun 2013-2018 sebanyak 8 perusahaan.

No Kode Saham Nama Perusahaan Keterangan


1. BTEL Bakrie Telecom, Tbk Menerbitkan
Laporan Keuangan
2. EXCL XL Axiata, Tbk Menerbitkan
Laporan Keuangan
3. FREN Smartfren, Tbk Menerbitkan
Laporan Keuangan
4. INVS Inovisi Infracom, Tbk Tidak Menerbitkan
Laporan Keuangan
5. ISAT Indosat, Tbk Menerbitkan
Laporan Keuangan
6. TBIG Tower Bersama Infrastructure, Menerbitkan
Tbk Laporan Keuangan
7. TLKM Telekomunikasi Indonesia, Tbk Menerbitkan
Laporan Keuangan
8. TRIO Trikomsel Oke, Tbk Tidak Menerbitkan
Laporan Keuangan

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Sumber : www.idx.co.id

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi (Istijanto, 2006 :
109).
32

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan


telekomunikasi yang telah terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan
keuangan dari tahun 2013-2018 sebanyak 6 perusahaan. Sedangkan 2
perusahaan yang tidak diambil dalam penelitian ini adalah Inovasi
Infracom, Tbk dan Trikomsel Oke, Tbk dikarenakan tidak menerbitkan
laporan keuangan.

3.3.3 Metode Penarikan Sampel


Metode penarikan sampel atau teknik sampling (sampling technique)
dalam penelitian ini menggunakan pengambilan sampel pusposif yaitu
sampel berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2013).
Kriteria pengambilan sampel sebagai berikut :
a. Perusahaan telekomunikasi yang tercatat di BEI pada tahun 2013-
2018 sebanyak 8 perusahaan.
b. Perusahaan telekomunikasi yang tidak menerbitkan laporan
keuangan selama tahun 2013-2018 sebanyak 2 perusahaan.
c. Perusahaan telekomunikasi yang menerbitkan laporan keuangan
selama tahun 2013-2018 sebanyak 6 perusahaan.
3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data didalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri
oleh peneliti (Uma Sekaran, 2006).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Laporan Neraca dari tahun 2013-2018
2. Data Laporan Laba Rugi dari tahun 2013-2018
3. Data Harga Saham dari tahun 2013-2018
3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan teknik pengumpulan
data menggunakan observasi non perilaku yaitu observasi yang dilakukan
33

dengan menganalisa fasilitas-fasilitas pendukung tempat penerimaan dan


penyimpanan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (data-data
laporan keuangan perusahaan dan profil perusahaan) yang diperoleh dari
Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) (Djarwanto, 2001).

3.5. Teknik Analisis


3.5.1. Uju Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali
2013 : 160). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi
normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria pengujian
 Jika nilai signifikan >0,05 maka data berdistribusi normal.
 Jika nilai signifikan < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal.
b) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika Variance residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas atau
tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali 2013 : 139). Untuk
mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan
melakukan uji glejser. Variabel bebas signifikan secara statistik
34

mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi


heteroskedastisitas.
Kriteria pengujian :
 Jika nilai signifikan < 0,05 maka ada indikasi terjadi
keteroskedastisitas.
 Jika nilai signifikan > 0,05 maka tidak ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas.
c) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas (Independen) (Imam
Ghozali, 2013 :105).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel independen.
Kriteria pengujian :
 Nilai Tolerance > 0,10
 Nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10.
d) Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
penggangu pada periode t-1 (sebelumnya) (Imam Ghozali 2013 : 110).
Untuk menguji adanya autokorelasi digunakan metode Durbin Watson
(Uji DW). Uji ini digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (First
Order Autocorrelation) dan mensyaratka adanya intercept (Konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel
independen.
Kriteria Pengujian :
 Jika dl ≤d≤du artinya tidak ada autokorelasi positif.
 Jika 4 – dl < d < 4 artinya tidak ada korelasi negatif.
 Jika du < d < 4 – du artinya tidak ada autokorelasi positif atau
negatif.
3.5.2. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)
35

Menurut Ghozali (2013), ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir


nilai aktual dapat diukur daro goodness of fit-nya. Menguji Goodness Of
Fit merupakan tujuan utama dalam persamaan struktural yaitu ingin
mengetahui sampai seberapa jauh model yang dihipotesakan “fit” atau
cocok dengan sampel data. Model regresi dikatakan “fit” apabila tingkat
profitabilitas F-statistik lebih kecil dari 0,05.
3.5.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mencari pengaruh dari variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y) (Robert D. Masson dan Douglas A. Lind,
1999 : 102). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
program computer SPSS for windows versi 21.0.
Persamaan model analisis yang digunakan adalah :
Y = a = b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + e
Dimana :
Y = Nilai Perusahaan
X₁ = PBV
X₂ = ROA
X₃ = ROE
X₄ = EPS
a = Nilai Konstanta
b = Koefisien regresi dari variabel bebas
c = Error (Tingkat Kesalahan)

3.5.4. Pengujian Hipotesis


A. Uji secara parsial ( Uji t )
Pengujian secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah ada atau
tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel (X) terhadap
variabel dependen (Y) secara sendiri-sendiri (Persial) (Robert D.
Masson dan Douglas A. Lind, 1999 : 102).
Adapum langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
Menemukan hipotesis
36

 Ho : b = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan


antara variabel X dan Y
 Ha : b ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel X dan Y.
 Menggunakan ɑ = 0,05
Kriteria Pengujian :
 Jika nilai signifikan < 0,05, maka Hipotesis diterima, yang
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X
terhadap variabel Y.
 Jika nilai signifikan > 0,05, maka Hipotesis ditolak, yang
berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
X terhadap variabel Y.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Rivandi. (2018). PENGARUH ENTERPRISE RISK MANAGEMENT DISCLOSURE


DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN. Jurnal Benefita
3(2) Juli 2018 ( hlm. 138 )

Rama Andi Wiguna & Muhammad Yusuf. ( 2019 ). PENGARUH PROFITABILITAS DAN
GOOD
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Journal of Economics and
Banking ISSN 2685-3698 Volume 1 No. 2 Oktober 2019 ( hlm. 161 )

Nungky Wanodyatama Islami. ( 2018 ). PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE


TERHADAP
PROFITABILITAS PERUSAHAAN. Jurnal JIBEKA Volume 12 No 1, 2018 (hlm. 54)

Ni Putu Ayu Arianti & I Putu Mega Juli Semara Putra. (2018). PENGARUH PROFITABILITAS
PADA HUBUNGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY & GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN. Jurnal Ilmiah Manajemen &
37

Akuntansi Vol. 24, No. 1, Juni 2018 (hlm. 27)

Yusmaniarti , Hesti Setiorini & Lola Pitaloka. (2019). INFLUENCE OF GOOD CORPORATE
GOVERNANCE, PROFITABILITY, AND LEVERAGE TOWARDS COMPANIES VALUE
AT
INDONESIAN PROPERTY AND REAL ESTATE COMPANIES. Bilancia: Jurnal Ilmiah
Akuntansi Vol. 3 No. 4, Desember 2019 (hlm. 407)

Fatimah.(2017). PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI


PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang
Terdaftar di BEI Tahun 2015-2017). e-jurnal Riset Manajemen PRODI
MANAJEMEN Fakultas Ekonomi Unisma (hlm. 52)

Nur Mufidah & Puji Endah Purnamasari. (2018). PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL
MODERATING. : Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah Volume 6 , No. 1,
Tahun
2018 (hlm. 67-69)

Lidya Martha, (2018). PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI


PERUSAHAAN. Jurnal Benefita 3(2) Juli 2018 (hlm. 228)

Fitra Dwi Rahmadani & Sri Mangesti Rahayu. (2017). PENGARUH GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG), PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN (Studi Kasus pada Perusahan Perbankan yang Terdaftar Pada BEI
Periode 2013-2015). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 52 No. 1 November
2017 (hlm. 175)

Nugraha Farelio Siregar & Nila Firdausi Nuzula. (2020). PENGARUH CORPORATE
38

GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada


Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-
2018). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 79 No. 1 Mei 2020. (hlm. 3-4)
0

Anda mungkin juga menyukai