Anda di halaman 1dari 4

TEKNIS IMPORT BARANG BRANDED DI INDONESIA

Tugas Hukum Dagang Internasional


Nama Anggota Kelompok :
1. Michell Oroh 20071101735
2. Nicolin Rondonuwu 20071101197
3. Raihnaldi Latjandu 20071101244
4. Jonathan Sompie 20071101141
5. Brenda Thenny 20071101542

Pengiriman barang dari luar negeri ke Indonesia bukanlah hal yang sulit tapi juga beberapa
hal yang harus diperhatikan, khusus nya masalah pajak masuk atau istilah yang sering di dengar
istilah pajak impor atau bea masuk. Hal ini merupakan salah penghalang dalam online shopper
membeli barang dari luar negeri. Memikirkan proses pajak impor atau sistem pembayaran
menjadi hal yang cukup membingungkan belum ditambah lagi perlunya dokumen-dokumen
tambahan dalam proses pengimporan barang tertentu dan aturan yang berlaku tidak fleksibel
dan biasanya bergantung kepada kebijakan pejabat bea cukai yang menghandel barang kiriman
tersebut.
Jika kita bicara masalah pajak, sistem perpajakan impor menetapkan pajak yang cukup
tinggi untuk barang-barang yang diimpor belum ditambah lagi jika barang yang dikirimkan
termasuk dalam jenis barang tertentu atau dikontrol oleh beberapa department kementrian
dalam proses mengimpor barang tersebut ke Indonesia. Pengirim barang harus cukup jeli
mengenai dokumen dan pajak yang harus di bayar dan dipersiapkan dalam proses pengiriman
barang karena biasa nya toko online dari negara luar tidak mengurus sistem impor barang
karena sifat nya FOB (Freight On Board) meskipun dituliskan gratis pengiriman barang ke
seluruh alamat di seluruh dunia.
Pengirim juga harus dapat memperhatikan bahwa untuk free shipment all over the
world terkadang juga memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku yang terkadang alamat
Indonesia tidak dapat dipakai.
FOB atau freight on board adalah biaya yang kita keluarkan sampai barang diangkut ke
sarana pengangkut yang akan membawa barang ke dalam negeri termasuk di dalamnya harga
barang dari luar negri, ongkos kirim ke sarana pengangkut yang akan membawa barang ke
dalam negeri, serta biaya pemuatan ke sarana pengangkut yang dimana pengurusan diserahkan
ke perusahaan jasa pengiriman barang yang digunakan.
FOB juga termasuk asuransi pengiriman (jika ada) yang di provide dari penjual barang atau jasa
pengiriman yang dimasukkan ke dalam harga pengiriman atau harga jual barang. Jangan lupa
bahwa nilai pajak yang diinvoicekan untuk Bea Masuk adalah CIF (Cost, Insurance, Freight) yang
dimana adalah harga barang pembelian, asuransi barang (jika ada), dan freight atau biaya jasa
pengiriman barang. Free shipping bukan berarti anda tidak akan dikenakan pajak dari harga
kirim barang tersebut yang mungkin dibayarkan oleh online shop atau toko pengirim.
Besaran nilai bea masuk akan ditetapkan oleh bea cukai melalui sistem komputer
pabean sehingga akan keluar kode billing berupa tagihan bea masuk dan PDRI. Perlu
diperhatikan bahwa apabila ada pungutan selain menggunakan billing untuk tidak dibayarkan
kepada pihak manapun yang meminta. Pungutan yang dibayarkan oleh pembeli akan
disetorkan langsung ke kas negara melalui kode billing tersebut. Namun, apabila dalam waktu
tertentu tidak dibayarkan maka akan terkena denda administrasi yang mungkin lebih besar dari
pengenaan bea masuk dan atau PDRI-nya. (bea cukai, 2019)
Penggunaan kode billing merupakan salah satu bentuk transparansi yang cukup baik, namun
perlu juga transparansi untuk detil biaya pengiriman sehingga pembeli dapat menghitung
sendiri nilai FOB dan bea masuk serta PDRI-nya. Semua dibayarkan ke akun negara dan bukan
akun pribadi yang dimana termasuk dalam proses impor barang kiriman tersebut agar tidak ada
penyalahgunaan pembayaran impor oleh individu tertentu yang merugikan negara. (bea cukai,
2019)
Banyak pertanyaan timbul dari sistem yang berlaku mengenai jenis barang yang dipakai pribadi
dan bukan untuk diperjualbelikan apakah termasuk dalam proses yang cukup rumit dalam
sistem pengimporan produk tersebut. Apakah barang dikirim termasuk lartas (terlarang dan
terbatas) biasa nya yang berhubungan dengan kosmetik atau produk yang dipakai atau
dikonsumsi oleh manusia secara langsung juga merupakan PR (pekerjaan rumah) yang cukup
memutar otak.
Berikut adalah contoh sistem pengecekan barang mulai dari barang masuk ke Indonesia oleh
pejabat bea dan cukai: (beacukai, 2020)
1. Sewaktu barang masuk ke Indonesia melalui jasa pengiriman yang mendeclare barang
tersebut beserta dokumen-dokumen yang dibutuhkan seperti invoice dan packing list atau
dokumen-dokumen lainnya, petugas pejabat bea dan cukai melakukan pemeriksaan pabean
yang juga melakukan pemeriksaan fisik barang (official assestment). Dalam step ini semua
barang yang masuk akan di cek oleh pejabat petugas bea cukai dan apabila melihat kejanggalan
yang cukup kuat akan melakukan pemeriksaan fisik dari setiap barang.
2. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk dapat menetepkan klasifikasi dan nilai pabean yang juga
disaksikan oleh petugas penyelenggara pos atau jasa kiriman dan memastikan apakah terkena
ketentuan perijinan dari instasi terkait seperti
 Produk makanan, minuman, obat-obatan harus memperoleh persetujuan dari BPOM
dan apakah kiriman merupakan jenis barang yang dikirimkan dalam tujuan penelitian,
termasuk uji klinik, pengembangan produk, sampel registrasi, bantuan/hibah/donasi,
tujuan pameran, penggunaan sendiri atau konsumsi pribadi, dll.
 Produk kosmetik harus memperoleh ijin dari BPOM yang berupa SKI (Surat Keterangan
Impor)
 Impor kiriman telepon seluler, komputer genggam, dan tablet hanya di perbolehkan 2
(dua) buah sesuai dengan Peraturan Kementrian Perdagangan.
 Impor pakaian hanya diperbolehkan maksimal 10 (sepuluh) buah sesuai dengan
Peraturan Kementrian Perdagangan
 Impor elektronik hanya diperbolehkan maksimal 2 sesuai dengan Peraturan Kementrian
Perdagangan
 Produk hewan, tumbuhan, dan ikan harus memperoleh ijin pemasukan dari Badan
Karantika
 Produk senjata api, air softgun, dan peralatan sejenis harus mendapatkan ijin dari
Kepolisian
3. Pejabat Bea Cukai menetapkan tarif dan nilai pabean serta menghitung BM dan PDRI yang
wajib dilunasi sesuai dengan harga pasar yang berlaku di pasaran dan menetapkan dengan tarif
yang sewajarnya jika memang ada nya undervalue di invoice oleh pengirim atau dokumen yang
tidak lengkap. Petugas bea cukai memiliki hak dalam penetapan harga atau nilai sesuai dengan
marketplace penjualan.
4. Pejabat Bea Cukai akan menetapkan harga tertinggi jika barang lebih dari 3 jenis. Jika barang
yang impor lebih dari 3 jenis, maka petugas memiliki hak dalam menetapkan harga tertinggi
dari semua jenis barang kepada tiap jenis barang. Barang yang di impor akan dicek satu persatu
nilainya dan akan dibandingkan satu persatu dengan harga pasaran yang berlaku dan di
tetapkan nilainya.
5. Dalam rangka penetapan nilai pabean, pejabat bea cukai dapat meminta informasi bukti
pendukung dan bukti bayar untuk menetapkan nilai barang. Setiap resit pembayaran atau bukti
pembayaran dan juga invoice dari toko merupakan bukti yang dapat dipergunakan petugas bea
cukai dalam penetapan nilai suatu barang yang di impor ke Indonesia
6. Pemberitahuan barang kiriman diajukan oleh penyelenggara pos dengan dokumen daftar
barang kiriman, consignment note, PIBK (Pemberitahuan Impor Barang Khusus).
7. Pembayaran BM dan PDRI ke kas negara olah penyelenggara dilakukan melalui Bank Devisa
Persepsi dengan menggunakan Surat Penetapan Pembayaran Bea Masuk Cukai atau Pajak
(SPPBMCP) paling lama 3 hari setelah diterbitkan.
8. Surat Penetapan Pembayaran Bea Masuk Cukai atau Pajak juga berfungsi sebagai
persetujuan pengeluaran barang (SPPB)
9. Barang yang dimusnahkan setelah 30 hari tanpa adanya surat kelengkapan untuk impor ke
Indonesia.
Ketetapan peraturan terbaru dari Pemerintah melalui Bea Cukai telah menetapkan
ketentuan impor terbaru terkait barang kiriman yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
nomor PMK 199/PMK.10/2019 yang sudah berlaku sejak 2020.
Beberapa penghitungan pajak berdasarkan jenis barang yang di impor secara detail
berdasarkan jenisnya:
1. Tas (HS 4204) = dikenakan bea masuk sebesar 15-20%, dikenakan PPN 10% dan PPh sebesar
7,5%-10% (jika di atas USD 1,500)
2. Sepatu (HS 64) = dikenakan bea masuk sebesar 25%-30%, dikenakan PPN 10% dan PPh
sebesar 7.5%-10% (jika di atas USD 1,500)
3. Produk Tekstil (HS 61,63) = dikenakan bea masuk sebesar 15%-25%, dikenakan PPN 10% dan
PPh sebesar 7.5%-10% (jika di atas USD 1,500)
4. Buku (HS 49.01 s.d 49.04) = dibebaskan dari Bea Masuk, PPN dan PPh

Anda mungkin juga menyukai