Anda di halaman 1dari 6

Resume

Tata Laksana Impor dalam Lingkup Perdagangan Internasional


serta Digitalisasi Administrasi Kepabeanan II
Dosen pengampu: Ibu astri warih anjarwi, s.e., msa., ak.
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kepabeanan dan ekspor impor)

Billie emanuela (215030401111063)

Program studi perpajakan


jurusan ilmu administrasi bisnis
fakultas ilmu administrasi
universitas brawijaya
2023
I. Penimbunan Barang Impor
Penimbunan barang impor di Indonesia dapat dilakukan melalui mekanisme impor yang
ditentukan oleh pemerintah Indonesia. Mekanisme impor barang impor diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 229/PMK.04/2015 tentang Ketentuan Impor Barang. Penimbunan
barang impor menurut kepabeanan adalah tindakan menyimpan barang impor dalam jumlah besar
dengan tujuan untuk memanipulasi pasokan pasar dan harga. Pada Peraturan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai Nomor PER-09/BC/2020 mengenai penimbunan barang impor Penimbunan barang Impor yang
belum diselesaikan kewajiban pabeannya dapat dilakukan di
a. TPS; atau
b. tempat lain yang diperlakukan sama dengan TPS setelah mendapat izin Kepala Kantor Pabean.
Dan dalam hal barang Impor berupa sarana pengangkut, Penimbunan dianggap telah dilakukan
setelah sarana pengangkut selesai dilakukan Pembongkaran. Dengan jangka waktu penimbunan paling
lama 30 hari sejak tanggal penimbunan. Dalam konteks lain, penimbunan barang impor juga dapat
melanggar Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, jika penimbunan tersebut tidak disetujui oleh pegawai bea
cukai atau pihak yang berwenang. Pelanggaran penimbunan barang impor biasanya dilakukan ketika
harga barang tersebut di pasar internasional turun dan kemudian diimpor ke negara tujuan dengan tujuan
untuk dijual kembali ketika harga naik di pasar domestik. Tindakan ini dapat menimbulkan
ketidakstabilan harga dan pasokan barang di pasar domestik, dan dapat merugikan konsumen dan pelaku
usaha lainnya. Penimbunan barang impor yang dilakukan untuk memonopoli atau memanipulasi harga
dapat dianggap sebagai praktik bisnis yang tidak sehat dan dapat dikenai sanksi oleh Badan Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU).

Syarat penimbunan barang impor di Indonesia dapat bervariasi tergantung pada jenis barang
impor dan aturan yang berlaku. Namun secara umum, beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
melakukan penimbunan barang impor di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Memiliki izin impor Untuk melakukan impor barang, perlu memiliki izin impor dari instansi yang
berwenang, seperti Kementerian Perdagangan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

2. Membayar bea masuk dan pajak impor Pengimpor harus membayar bea masuk dan pajak impor
yang berlaku sesuai dengan jenis barang yang diimpor.

3. Mempunyai gudang penyimpanan Pengimpor perlu memiliki gudang penyimpanan yang


memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Standar ini meliputi kapasitas,
keamanan, kebersihan, dan perlindungan lingkungan.
4. Memiliki izin penggunaan barang impor Penggunaan barang impor harus sesuai dengan
peruntukannya dan harus memiliki izin penggunaan dari instansi yang berwenang.

5. Mempunyai dokumen pendukung Pengimpor harus memiliki dokumen pendukung yang lengkap,
seperti faktur, surat jalan, dan dokumen lainnya yang diperlukan.

II. Pemberitahuan Impor


"Pemberitahuan Impor" (PI) adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC) sebagai tanda bahwa barang impor sudah diizinkan masuk ke wilayah Indonesia dan
dikenakan bea masuk serta pajak impor. Pemberitahuan Impor diatur dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 tentang
Tata Cara Pemberitahuan Pabean Barang. Menurut undang-undang tersebut, setiap orang yang akan
melakukan impor wajib menyampaikan pemberitahuan impor kepada pejabat pabean sebelum barang
impor tersebut tiba di pelabuhan atau tempat kedatangan lainnya. Pemberitahuan impor ini berisi
informasi mengenai identitas barang impor, nilai barang, jumlah barang, dan dokumen dokumen lain
yang diperlukan.
Pemberitahuan impor bertujuan untuk memastikan bahwa impor barang sesuai dengan peraturan
dan persyaratan yang berlaku, termasuk persyaratan bea masuk, pajak, dan perizinan lainnya.
Pemberitahuan impor juga digunakan untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian oleh otoritas
pabean. Pemberitahuan impor juga dapat dilakukan secara elektronik melalui sistem informasi
kepabeanan yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang. Pelaku usaha yang melakukan impor secara
rutin disarankan untuk menggunakan sistem pemberitahuan impor elektronik untuk mempercepat proses
dan menghindari kesalahan atau kekurangan dokumen

Berikut adalah mekanisme, syarat, dan dokumen yang harus dipenuhi untuk melakukan
pemberitahuan impor di Indonesia:

Mekanisme Pemberitahuan Impor

1. Pengimpor mengajukan Pemberitahuan Impor (PI) ke DJBC melalui layanan Online Single
Submission (OSS) atau melalui Kantor Pelayanan DJBC setempat.

2. PI harus diisi dengan benar dan lengkap sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan dikirim ke
DJBC.

3. DJBC akan memeriksa dokumen PI yang telah diterima. Jika dokumen PI memenuhi
persyaratan,DJBC akan mengeluarkan Surat Persetujuan Impor (SPI) dan PI dinyatakan sah.

Syarat Pemberitahuan Impor

1. Pengimpor harus memiliki Izin Impor (PIB) atau Surat Keterangan Impor (SKI).

2. Pengimpor harus membayar bea masuk dan pajak impor yang berlaku sesuai dengan jenis barang
impor.

3. Barang impor harus sesuai dengan aturan dan persyaratan yang berlaku di Indonesia.

Dokumen Pemberitahuan Impor

1. Surat Pemberitahuan Impor (PI) yang telah diisi lengkap dan benar.

2. Dokumen-dokumen impor lainnya seperti faktur, surat jalan, Packing List, Bill of Lading, dan
dokumen lainnya yang diperlukan.

III. Pemeriksaan dalam Rangka Impor

"Pemeriksaan dalam Rangka Impor" adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) terhadap barang impor yang masuk ke wilayah Indonesia.
Berikut adalah mekanisme "Pemeriksaan dalam Rangka Impor" di Indonesia:

1. Pemeriksaan Dokumen

DJBC akan memeriksa dokumen impor seperti Pemberitahuan Impor (PI), faktur, surat jalan,
dan dokumen lainnya untuk memastikan keabsahan dan kebenarannya.

2. Pemeriksaan Fisik

DJBC akan melakukan pemeriksaan fisik barang impor untuk memastikan kesesuaian antara
dokumen dan barang yang diimpor. Pemeriksaan fisik ini meliputi pembongkaran barang,
penghitungan jumlah barang, dan pemeriksaan kualitas barang.

3. Pengambilan Sampel

DJBC dapat melakukan pengambilan sampel barang impor untuk diperiksa di laboratorium.

4. Pemeriksaan Pabean

DJBC akan melakukan pemeriksaan pabean untuk memastikan bahwa barang impor telah
membayar bea masuk dan pajak impor yang berlaku.

5. Pemeriksaan Lainnya

DJBC dapat melakukan pemeriksaan tambahan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku.

IV. Pengeluaran Barang Impor

"Pengeluaran Barang Impor" adalah proses keluarnya barang impor dari tempat penimbunan
setelah melalui proses pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) serta memenuhi
persyaratan yang berlaku. Berikut adalah mekanisme dan syarat yang harus dipenuhi untuk
Pengeluaran Barang Impor di Indonesia:

Mekanisme Pengeluaran Barang Impor


1. Pengimpor mengajukan permohonan pengeluaran barang impor melalui sistem OSS atau melalui
Kantor Pelayanan DJBC setempat.

2. Permohonan pengeluaran barang impor harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang


diperlukan, seperti Surat Persetujuan Impor (SPI), faktur, dan dokumen lainnya.

3. DJBC akan memeriksa dokumen-dokumen tersebut dan melakukan pemeriksaan fisik jika
diperlukan.

Jika barang impor telah memenuhi persyaratan yang berlaku, DJBC akan memberikan
persetujuan pengeluaran barang impor.

Syarat Pengeluaran Barang Impor

1. Barang impor telah melewati proses pemeriksaan DJBC dan memenuhi persyaratan yang berlaku.

2. Bea masuk dan pajak impor telah dibayar.

3. Barang impor harus keluar dari tempat penimbunan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Hertanto, H. (2016). Hukum impor dan ekspor. Sinar Grafika.

Parulian, J. A. (2017). Hukum impor dan ekspor dalam perspektif ASEAN Economic Community.
Mandar Maju.

Marpaung, M. J. (2017). Hukum impor barang ke Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas


Kristen Indonesia).

Siswanto, B. (2017). Panduan praktis impor barang. Penerbit Buku Kompas.

Djoni, T. A. (2018). Aspek Hukum Pajak dalam Pemberitahuan Impor. Penerbit Andi.

Wahyudi, R. (2018). Pemeriksaan Bea dan Cukai dalam Impor Barang dan Upaya Hukumnya. PT
Refika Aditama.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-09/BC/2020 mengenai penimbunan barang
impor
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 tentang Tata Cara Pemberitahuan Pabean
Barang
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak
Sehat
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.04/2016 tentang Pemeriksaan Barang Impor

Anda mungkin juga menyukai