Anda di halaman 1dari 10

Aturan Kegiatan Ekspor Impor Yang Perlu

Dipahami Pelaku Usaha di Indonesia


26 December 2016 by Kang Yuda
Seperti kita pahami bahwa setiap negara didunia tak akan lepas dari kegiatan
ekspor impor.  Dalam hal ini kegiatan ekspor impor tersebut didasari oleh
karakteristik sumber daya negara masing-masing. Di setiap negara tentunya
memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan inilah yang nantinya sebagai
penentu terjadinya kegiatan ekspor impor dengan tujuan saling melengkapi atau
memenuhi kebutuhan negara masing-masing.

Jadi secara tidak langsung kegiatan ekspor impor memiliki andil yang sangat
penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi setiap negara. Ekspor impor
juga termasuk dalam indikator ekonomi Indonesia yang mana Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Tidak heran jika
Indonesia selalu aktive terlibat dalam kancah perdagangan internasional baik itu
ekspor maupun impor.

Terobosan Pemerintah Indonesia Terkait Perizinan


Kegiatan Ekspor Impor
Untuk melancarkan dan meningkatkan perdagangan internasional pemerintah
Indonesia banyak melakukan terobosan baru terkait perizinan serta aturan-
aturan yang selama ini dianggap memiliki birokrasi yang panjang sehingga
menghambat lajunya kegiatan ekspor impor. Derasnya arus masuk barang dan
keluar barang ke suatu negara sangat erat kaitannya dengan aturan-aturan yang
diberlakukan di negara tersebut. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian
Perdagangan memangkas peraturan dan menyederhanakan perizinan dengan
tujuan agar kegiatan ekspor impor bisa berjalan lancar dan mampu berkompetisi
dengan negara lain termasuk negara yang sudah maju.

Mantan Menteri Perdagangan Thomas Lembong menyampaikan bahwa dalam


kebijakan deregulasi yang diambil oleh pemerintah yaitu pemangkasan
peraturan, penyederhanaan perizinan, pengurangan persyaratan yang tidak
relevan serta menghilangkan pemeriksaan yang tidak perlu, deregulasi ini juga
berlanjut bahkan ke tingkat daerah.  Beliau juga menambahkan bahwa ada 53
peraturan yang menghambat kelancaran ekspor di Indonesia mencakup 2.278
jenis barang. Sedangkan untuk impor terdapat 79 peraturan yang mencakup
11.534 jenis barang. Ini menunjukkan intervensi regulasi dan birokrasi dalam
kelancaran perdagangan ekspor impor sangat besar.
Menurut Erwin Taufan Wakil Ketua Umum Badan Pengurus pusat Gabungan
Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) revisi peraturan ekspor impor perlu
diikuti dengan perbaikan koordinasi antar Kementrian dan Lembaga
Pemerintahan terkait hendaknya sinergi serta adanya perbaikan pengawasan
dilapangan.  Jika tidak, apa yang telah dilakukan oleh pemerintah tidak akan
berdampak.

Menurut Direktur Fasilitas Ekspor Impor Kementerian Perdagangan (Kemendag)


Nusa Eka, berdasarkan pencapaian Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I,
Kemendag telah merampungkan 25 peraturan yang memangkas 45 jenis
perizinan. Persyaratan perizinan yang bersifat tumpang tindih dihapus sehingga
mengurangi beban birokrasi yang harus dilalui pelaku usaha.

Untuk pengurusan perizinan dipercepat dari lima hari kerja menjadi tiga hari kerja
saja. Percepatan waktu menunjukkan kinerja yang lebih effective.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 123 Tahun 2015,


Kemendag memanfaatkan kemajuan teknologi digital yaitu dengan meresmikan
peluncuran perizinan secara online dengan menggunakan tanda tangan digital
melalui situs Inatrade dalam kerangka Indonesia National Single Window
(INSW).  Dengan tagline Cepat, Praktis, Tinggal Klik, layanan baru ini
mempermudah para pelaku usaha dalam pengurusan izin di Kemendag.  Inovasi
perizinan ini dikembangkan untuk meningkatkan fungsi pelayanan perizinan
dibidang perdagangan kepada para pelaku usaha sehingga prosesnya menjadi
lebih baik, tertib, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan (good
governance). Dengan demikian dunia usaha akan lebih berdaya saing dan dapat
tumbuh dan berkembang dalam iklim yang semakin adil, sehat dengan tetap
menjaga etika bisnis dan tentu saja tetap taat pada aturan.
Kendatipun telah diberlakukan sistem online, kepada pemohon yang ingin
bertanya prosedur permohonan perizinan ekspor impor, Kemendag tetap
menyediakan fasilitas konsultasi dibeberapa lokasi, diantaranya di Kantor Pusat
Kemendag Jakarta dan Gedung Direktorat Metrologi Bandung.

INSW (Indonesia National Single Window)


INSW adalah Sistem Nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya
suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of data
and information), pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron
(single and synchronous processing of data and information), dan pembuatan
keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran
barang (single decision making for customs clearance and release of cargoes).
Rangkuman cara kerja INSW terhadap transaksi ekspor impor bisa dilihat disitus
INSW : www.insw.go.id. Salah satunya adalah menampung semua database
perizinan berdasarkan peraturan dari Instansi Teknis meliputi larangan dan
pembatasan di bidang impor, terdapat Portal INSW yang akan melakukan
pengecekan kesesuaian nomor data PIB yang dikirim oleh importir  secara
elektronik dengan database lartas impor berdasarkan parameter nomor HS,
kemudian Portal INSW akan memberikan respon penolakan jika adanya ketidak
sesuaian dokumen, atau jika sesuai makan sistem akan meneruskan ke
komputer kantor bea dan cukai untuk proses penjaluran.
Portal INSW
Mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam peluncuran portal baru
INSW tahun lalu menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan Portal
INSW adalah Sistem elektronik yang ter-integrasi secara nasional, yang dapat
diakses melalui jaringan Internet (public-network), yang akan melakukan
integrasi informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan
dan dokumen lain yang terkait dengan ekspor impor, yang menjamin keamanan
data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem
internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan,
kepelabuhan/kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses
pelayanan dan pengawasan kegiatan ekspor impor.
Beliau menjelaskan bahwa portal INSW terintegrasi dengan berbagai
kementerian terkait. Sebelumnya kalangan dunia usaha memang direpotkan
karena setiap kali ingin ekspor atau impor harus mengurus izin melewati
beberapa kementerian.  Portal INSW diteruskan ke seluruh
Kementerian/Lembaga (K/L) terkait sehingga proses penerbitan perizinan
menjadi lebih sederhana, lebih cepat dan akurat.

Fitur Baru Dalam Portal INSW


Berikut adalah fitur baru dalam portal INSW:

 Informasi umum dan berita seputar INSW


 Peraturan yang terkait dengan proses clearance (kepabeanan dan cukai
dan peraturan K/L)
 E-service yang berisi informasi barang larangan dan pembatasan, BTBMI
dan Manifest
 Link ke ASEAN Single Window
 Link ke Portal Instansi lain yang terlibat dalam INSW
 Forum diskusi
Adapun portal transaksi meliputi fungsi:
 User dan menu management
 Tracking/Pelacakan dokumen ekspor impor
 Tracking dokumen perizinan GA
 Tracking data pembayaran
 Tracking Bea & Cukai
 Data Referensi
 Percetakan respon dan dokumen perizinan
 Download/reporting
 Pengecekan perizinan
Dalam portal INSW, tersedia dua aspek keterbukaan informasi. Pertama adalah
informasi untuk K/L dan kedua adalah untuk publik atau pengguna jasa.  Anda
sebagai pelaku usaha bisa mendapatkan informasi lebih jauh mengenai manfaat
dan fungsi INSW terkait ekspor impor di situs www.insw.go.id
Prosedur Ekspor Impor
Kegiatan ekspor impor, yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2014 tentang Perdagangan diatur dalam dua peraturan teknis, yaitu Peraturan
Menteri Perdagangan (Permendag) No. 13/2012 tentang Ketentuan Umum
Ekspor dan Permendag No 48/2015 tentang Ketentuan Umum Impor. Selajutnya
prosedur dan persyaratan ekspor impor diatur dalam Permendag untuk masing-
masing komoditas.
Pelaku usaha diwajibkan untuk memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
prosedur ekspor impor, termasuk mengenai peraturan yang selalu diperbaharui.
Aturan yang wajib diperhatikan, terutama peraturan yang berhubungan dengan
perdagangan internasional, kepabeanan, shipping maupun perbankan, yang
semuanya ini saling berkaitan dan sering terjadi permasalahan dilapangan. 
Kurangnya pemahaman atau pengetahuan yang cukup mengenai prosedur
ekspor impor bisa menghambat kegiatan ekspor impor Anda.
Dalam kegiatan ekspor impor, ada tiga poin penting yang perlu diperhatikan
secara garis besar yaitu: Dokumen yang menyangkut legalitas perusahaan,
Tingkat pemahaman terhadap regulasi di setiap Kementerian/Lembaga
pemerintah terkait dengan komoditas dagang serta yang terakhir adalah
Perizinan.

1. Ekspor

Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daeran Pabean. Daerah


Pabean maksudnya adalah wilayah republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona
ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Eksportir adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor.


Pada umumnya ekspor dilakukan oleh perusahaan berbentuk badan hukum
yang telah mendapatkan izin dari Kementerian Perdagangan.

a. Syarat Ekspor
Secara umum persyaratan untuk ekspor harus memiliki surat izin atau disebut
dokumen perusahan yang menyatakan legalitas perusahaan.

Berikut adalah contoh dokumen yang wajib dimiliki agar bisa melaksanakan
ekspor:

 SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)


 TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
 NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
 Exportir yang melakukan expor barang khusus (barang yang diatur
ekspornya) harus memenuhi persyaratan dan pengakuan sebagai Exportir
Terdaftar dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan, dalam hal ini
Direktur Jenderal Perdagangan International.
 NIK (Nomor Identitas Kepabeanan) adalah nomor identitas yang bersifat
pribadi yang diberikan oleh DJBC kepada pelaku usaha yang telah
melakukan registrasi untuk mengakses atau berhubungan dengan sistem
kepabeanan yang menggunakan teknologi informasi maupun secara
manual. Pelaku usaha ini bisa eksportir, importir, PPJK, dan perusahaan
pengangkut.
b. Pembayaran ekspor:
Pembayaran ekspor dapat dilakukan dengan Letter of Credit (L/C) atau dengan
cara pembayaran lain yang lazim berlaku sesuai kesepakatan antara exportir
dan buyer / pembeli.  Contohnya: bank transfer.
c. Kelompok Mata dagangan Ekspor:
 Barang yang diatur tata niaga ekspornya àdilakukan oleh Eksportir
Terdaftar yang telah mendapat pengakuan dari Menperindag. Contoh:
Kopi
 Barang yang diawasi ekspornya àdilakukan oleh eksportir yang mendapat
persetujuan dari Menperindag/atau berdasarkan rekomendasi instansi
teknis terkait. Contoh: kedelai,tepung terigu,beras,biji karet,dll
 Barang yang dilarang ekspornya à contoh: ikan hias, kulit mentah, biji
kapok,induk udang,dll
 Barang yang bebas ekspornya à komoditas pertanian diluar dari yang
diatas
d. Pajak Ekspor
Ada hal khusus yang perlu diketahui eksportir dalam pajak ekspor.  Apabila
barang ekspor terkena pajak ekspor maka pajak ekspor harus dilunasi sebelum
diberangkatkan.  Pajak ekspor dihitung berdasarkan Harga Patokan Ekspor
(HPE).  Harga ini ditetapkan oleh Menteri Perdagangan yang berlaku untuk satu
periode tertentu.  Pembayarannya dapat dilakukan di Bank Devisa atau di Kantor
Pelayanan bea dan cukai.

e. Komoditas yang terkena Pajak Ekspor


 Rotan (rotan asalan, rotan sudah dipoles halus,hati rotan,kulit rotan)
 Kayu (veener,bahan kayu serpih,kayu olahan)
 Kelapa sawit
 Kulit (kulit jangat dan kulit mentah/pickled dari hewan sapi/kerbau/biri-biri,
serta kulit disamak/wet blue dari hewan sapi/kerbau/biri-biri/kambing.
f. HS Code / Harmonized System code
Kode HS digunakan untuk menunjuk komoditas secara lebih spesifik sehingga
terhindar dari pemilihan komodity yang diperjual belikan. Sistem kode terdiri dari
9 digit bisa dilihat secara details di www.beacukai.go.id
HS Code ini nantinya akan dijadikan acuan bea masuk/pajak impor dinegara
tujuan.

g. Pelanggaran ekspor
Eksportir yang melanggar ketentuan dalam keputusan ini dapat dikenakan sanksi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Impor

Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean


Indonesia. Importir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan, yang melakukan impor.
Kegiatan usaha perdagangan impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan
berbadan hukum dan telah memiliki API sebagai syarat utama.

a. API (Angka Pengenal Impor) adalah tanda pengenal sebagai Importir.


Pengajuan permohonan API dapat dilakukan secara online di
situs : http://inatrade.kemendag.go.id, bisa melalui jasa pengiriman, atau bisa
disampaikan secara langsung kepada BKPM, atau Kepala instasi Penyelenggara
Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang Penanaman Modal dilokasi perusahaan
berdomisili.
Jenis API:

 API-U (Angka Pengenal Importir Umum). Perusahaan pemilik API/U dapat


mengimpor semua jenis barang kecuali barang yang diatur tata niaga
impornya dan dilarang impornya.
 API-P (Angka Pengenal Importir Produsen). Sedangkan API/P hanya
dapat mengimpor barang modal dan bahan baku/penolong untuk
keperluan proses produksinya sendiri sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Salah satu persyaratannya memiliki pabrik.
b. Pembayaran Impor
Penjelasannya sama dengan pembayaran ekspor

c. HS Code
Impor maupun Ekspor memakai HS code yang sama.  Lihat penjelasan pada
ekspor.

d. Pajak Impor
Perdagangan international yang semakin berkembang membuat arus keluar
masuknya barang semakin pesat. Tak hanya perusahaan yang melakukan
ekspor impor, orang pribadipun kini banyak melakukan kegiatan ekspor maupun
impor.  Oleh karena itu, pastilah banyak yang ingin mengetahui dasar
penghitungan pajak dan berapakah nilai pajak yang akan dikenakan terhadap
barang yang akan diimpor. Pajak impor biasa dikenal dengan BM (Bea Masuk) &
PDRI (Pajak dalam rangka Impor), dihitung berdasarkan  Nilai Pabean (Nilai
Transaksi).

Secara garis besar perhitungan pajak impor kira-kira sebagai berikut:  Bea
Masuk ditentukan oleh HS code yang dicantumkan dalam dokumen, secara
umum antara 5% – 15%.  Sedangkan PDRI (PPN, PPnBm,Pph) sebagai berikut:
PPN = 10% , PPnBm (Pajak barang mewah) = % berdasarkan ketentuan yang
tercantum dalam customs tarif book, Pph = 2.5% bagi yang memiliki API, 7.5%
tidak memiliki API tapi melampirkan NPWP, dan 15% jika importir tidak memiliki
API dan NPWP.
Langkah menghitung BM dan PDRI bisa Anda lihat dan lakukan di
website: http://bctemas.beacukai.go.id/kalkulator/
e. Jenis barang bebas impor, barang larangan dan pembatasan di
Indonesia
Hal penting yang perlu diketahui importir adalah barang yang diimpor harus
dalam keadaan baru (tidak bekas).  Namun dalam hal tertentu, Menteri dapat
menetapkan barang yang diimpor dalam keadaan tidak baru berdasarkan
perundang-undangan, kewenangan Menteri dan atau usulan atau pertimbangan
teknis dari instansi pemerintah lainnya.

Barang impor dikelompokkan menjadi 3 yaitu: Barang Bebas Impor, Barang


dibatasi impor dan Barang dilarang impor.

Untuk barang dibatasi impor, harus melalui mekanisme perizinan impor yang
sudah diatur oleh undang-undang.

Jenis dan ketentuan barang larangan/pembatasan barang impor status terkini


sudah dipublikasikan di website INSW : www.insw.go.id
f. Pelanggaran impor
Sama halnya dengan eksportir, importir yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan di atas maka akan dikenakan sanksi antara lain pencabutan izin API,
pengembalian barang impor ke negara asal, atau memasukkan barang impor
sebagai katagori barang tak bertuan yang nantinya menunggu jadwal
penghancuran dengan batas waktu ditentukan sesuai dengan aturan dari bea
cukai.

Shipping Dokumen untuk proses customs clearance

Pada umumnya proses pengeluaran barang di bea cukai (customs clearance)


untuk ekspor atau impor hampir sama.  Namun ini tidak lepas dari aturan
masing-masing negara untuk jenis komoditas tertentu. Pada umumnya dokumen
yang diperlukan adalah sebagai berikut: Bill of Lading (untuk pengiriman laut),
Airway bill (untuk pengiriman melalui udara), invoice/packing list, COO
(Certificate of Origin), Insurance certificate (optional), Fumigation Certificate
(sertifikat fumigasi khusus tujuan Australia), PIB (untuk impor), PEB (untuk
Ekspor), dan dokumen lain tergantung komoditas dan aturan negara masing-
masing.  Misalnya untuk Indonesia, mengimpor makanan/obat-obatan
dibutuhkan surat Registrasi dan referensi dari BPOM, dan lain-lain.

Seperti yang telah disampaikan diatas, pelaku usaha wajib paham terhadap
aturan yang berlaku sebelum melakukan kegiatan ekspor impor untuk
menghindari masalah dan kerugian dipihak pengusaha nantinya. Semoga tulisan
ini bisa bermanfaat untuk Anda.

Anda mungkin juga menyukai