Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Globalisasi berpengaruh sangat besar terhadap persaingan maupun kerjasama antar negara. Kebebasan yang besar dalam aktivitas bisnis dan perdagangan mempermudah proses pemenuhan kebutuhan setiap negara dapat dipenuhi oleh negara lainnya. Proses hubungan internasional ini kian jamak dan biasa ditemui di segala aspek bidang kehidupan. Tidak hanya dalam masalah perekonomian, tapi kini juga merambah di aspek kehidupan lainnya, diantaranya ialah masalah pendidikan, kebudayaan, sosial bahkan politik. Suatu jenis

hubungan internasional akan mempengaruhi kehidupan dalam sebuah negara maupun hubungan bilateral dan multilateral dari negara itu sendiri. Hubungan bernegara yang harmonis menjadi pilar yang kokoh dalam memajukan peradaban serta akan memberikan keuntungan-keuntungan tertentu demi terwujudnya kesejahteraan. Hubungan yang biasa kita jumpai ialah hubungan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara berdampak signifikan terhadap perekonomian dunia serta aspek lainnya. Hubungan dagang seperti ini biasa kita kenal dengan eksport import. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain.Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat internasional. Strategi ekspor digunakan karena risiko lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya. ]Strategi lainnya misalnya franchise dan akuisisi. Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor. Kegiatan ekspor impor terlaksana karena perbedaan sumber alam tiap negara, perbedaan tingkat kemampuan sumber daya manusia (SDM), perbedaan tingkat inovasi (tingkat 2

teknologi yang dimiliki), sistem perekonomian yang terbuka, tingkat kebutuhan yang semakin bertambah variatif dan lain sebagainya. Akibat dari kegiatan ekspor impor itu sendiri

menimbulkan keunggulan komparatif yang hanya mungkin diseimbangkan dengan melakukan perdagangan internasional, jika tidak masing-masing negara harus mengkonsumsi produknya sendiri sekalipun tidak efisien. Keunggulan komporatif itu sendiri memberikan pengaruh pada penerimaan devisa suatu negara. Melihat dari pentingnya aktivitas ekspor impor ini maka penulis bermaksud membahas mengenai ekspor impor secara umum demi terciptanya pengertian sederhana mengenai ekspor impor itu sendiri.

II. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini ialah sebagai berikut : 1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai gambaran umum ekspor impor. 2. Sebagai informasi tambahan dalam pengetahuan umum mengenai ekspor impor. 3. Sebagai bentuk tanggung jawab atas kewajiban pada mata kuliah ekspor impor jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

BAB II PEMBAHASAN
I. Penjelasan Ekspor dan Impor A. Pengertian Ekspor Ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah pabean Indonesia untuk dikirimkan ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang eksportir atau yang mendapat izin khusus dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan. Pengertian lain dari ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat internasional. Strategi ekspor digunakan karena risiko lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya. Strategi lainnya

misalnya franchise dan akuisisi.

B. Ketentuan Umum Persyaratan ekspor berdasarkan Keputusan menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor : 558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 01/M-DAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007, ekspor dapat dilakukan oleh perusahaan atau perorangan yang telah memiliki hal-hal sebagai berikut : 1. Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)/Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). 2. Izin Usaha dari departemen teknis/lembaga pemerintah non departemen terkait berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

C. Istilah-istilah dalam Ekspor 1. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi 4

Eksklusif dan landasan kontinen yang ada di dalamnya berlaku UU No.10 tahun 1995 jo.UU No.17 tahun 2006 tentang kepabeanan. 2. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan moda transportasi. 3. Eksportir adalah setiap orang atau badan usaha baik yang berbadan hukum maupun bukan berbadan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan (ekspor) dalam wilayah hukum NKRI, baik sendriri maupun secara bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. 4. Eksportir Terdaftar (ET) adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Barang Yang di Atur Ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir terdaftar. 6. Barang Yang di Awasi Ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk setelah mendapat rekomendasi dari instasi terkait. 7. Barang Yang di Larang Ekspornya adalah barang yang tidak dapat di ekspor. 8. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan consensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat K3LM, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. 9. Verifikasi atau penelusuran teknis adalah penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan oleh surveyor sebelum memuat barang. 10. Surveyor adalah perusahaan survei yang mendapat otorisasi dari dan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan untuk melakukan verifikasi atau penelusuran teknis atas ekspor dan impor.

11. Prekursor adalah zat atau bahan kimia tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industry apabila disimpangkan dapat digunakan dalam memproses pembuatan narkotika dan atau psikotropika. 12. Rekomendasi adalah surat yang diterbitkan oleh instansi terkait yang memuat penjelasan secara teknis dan bukan merupakan izin/persetujuan ekspor. 13. Pre-export Notification (PEN) adalah pemberitahuan persetujuan ekspor yang disampaikan kepada instansi/lembaga yang berwenang di negara tujuan ekspor. 14. Kuota Ekspor adalah batas alokasi paling banyak jumlah komoditas ekspor yang diberikan kepada eksportir. 15. Quota Certificate adalah sertifikat yang memuat keterangan mengenai identitas eksportir dan importer, pos tarif, jumlah komoditas yang di ekspor.

D. Pengertian Impor Transaksi impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam daerah pabean Indonesia dengan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian lainnya impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor. Importir adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Kebijakan umum di bidang impor berikut ini bersumber dari Kebijakan Umum di bidang impor yang ditetapkan oleh Kantor Departemen Perdagangan Pusat pada akhir tahun 2008. Indonesia merupakan negara anggota WTO yang harus mematuhi rambu-rambu dan peraturan perdagangan Internasional yang telah disepakati bersama. Aturan di

bidang impor yang boleh diterapkan oleh suatu negara harus berkaitan dengan kesehatan, keselamatan, keamanan, lingkungan hidup, dan moral bangsa (K3LM). Kebijakan impor merupakan bagian dari kebijakan perdagangan yang melindungi kepentingan nasional dari pengaruh masuknya barang-barang dari negara lain.

E. Dasar Kebijakan 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan

Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia yang memuat rambu-rambu yang wajib dipatuhi oleh setiap negara anggota WTO, dalam merumuskan kebijakan perdagangan internasional. 2. Perangkat hukum yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden maupun Keputusan Menteri Perdagangan yang pada dasarnya : a. Menunjang terciptanya iklim usaha yang mendorong peningkatan efisiensi dalam perdagangan nasional b. Mengendalikan impor yang berkaitan dengan perlindungan terhadap ha katas kekayaan intelektual c. Mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi d. Mendorong investasi dan produksi untuk tujuan ekspor dan impor e. Penghematan devisa dan pengendalian inflasi f. Meningkatkan efisiensi impor melalui harmonisasi tariff dan tata niaga impor g. Menertibkan dan meningkatkan peranan sarana serta lembaga penunjang impor dan h. Memenuhi ketentuan WTO

F. Istilah-istilah dalam Impor 1. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang udara di atasnya tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan sebagaimana telah disempurnakan dengan Undangundang Nomor 17 tahun 2006.

2. Barang yang diatur tata niaga impornya adalah barang yang impornya hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang diakui dan disetujui oleh Menteri Perdagangan untuk mengimpor barang yang bersangkutan. 3. Importir adalah perusahaan pemilik Angka Pengenal Impor (API) yang melakukan kegiatan impor. 4. Angka Pengenal Impor (API) adalah tanda pengenal sebagai importir yang harus dimiliki setiap perusahaan yang melakukan perdagangan impor barang. 5. Importir terdaftar adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan tertentu yang mendapat penunjukan untuk mengimpor barang tertentu guna didistribusikan kepada produsen. 6. Importir produsen adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha industri yang disetujui untuk mengimpor sendiri yang diperlukan, semata-mata hanya untuk proses produksi dari industrinya dan tidak boleh diperdagangkan dan atau

dipindahtangankan kepada pihak lain. 7. Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) adalah tanda pengenal sebagai importir khusus yang harus dimiliki setiap perusahaan yang akan mengimpor barang tertentu berupa jagung, gula, kedelai, beras, mainan anak, barang-barang elektronik dan komponennya, tekstil, dan produk tekstil dan alas kaki. 8. Barang yang dilarang adalah barang yang tidak boleh diimpor. 9. Verifikasi atau penelusuran teknis impor barang adalah pemeriksaan atas impor barang oleh surveyor yang menyangkut kelengkapan dan kebenaran dokumen perizinan dan persyaratan administrative yang dimiliki importir barang serta keterangan teknis mengenai barang yang diimpor. 10. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat otorisasi untuk melakukan verifikasi/penelusuran teknis barang impor yang ditunjuk oleh Menteri. 11. Bea Masuk adalah pungutan-pungutan negara yang berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap barang yang diimpor. 12. Tempat penimbunan berikat (TPB) adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu di dalam daerah pabean yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan, dan atau menyediakan barang untuk dijual dengan menetapkan perlakuan khusus di bidang kepabeanan, cukai dan perpajakan 8

yang dapat berbentuk kawasan berikat, perdagangan berikat, dan entrepot (gudang barang) untuk tujuan pameran atau toko bebas bea. 13. Rekomendasi adalah surat yang diterbitkan oleh instansi/unit terkait yang berwenang memberikan penjelasan secara teknis dan bukan merupakan izin atau persetujuan impor. 14. Kantor pabean adalah kantor dalam lingkungan direktorat jenderal bea dan cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan undang-undang kepabeanan.

G. Ketentuan dan Persyaratan Impor Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 229/MPP/Kep/1997 tanggal 4 Juli 1997 tentang Ketentuan Umum di bidang impor serta kebijakan umum di bidang impor yang disusun oleh Departemen Perdagangan dan ditertibkan berupa buku akhir tahun 2008, maka ketentuan dan persyaratan impor meliputi : 1. Impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki API, kecuali : barang pindahan dan barang impor, sementara barang kiriman, barang contoh tidak diperdagangkan, hadiah, barang perwakilan negara asing, dan barang untuk badan internasional/pejabatnya yang bertugas di Indonesia. 2. Barang impor harus dalam keadaan baru, kecuali : Kapal pesiar dan kapal ikan, atau ditetapkan lain oleh Menteri Perdagangan. 3. Angka Pengenal Impor (API). Peraturan Menteri Perdagangan RI No.31/M-DAG/PER/7/2007 tanggal 20 Juli 2007 tentang Angka Pengenal Impor (API). API terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu API umum (API-U) yang wajib dimiliki oleh setiap perusahaan dagang yang melakukan impor, API Produsen (API-P) yang wajib dimiliki oleh setiap perusahaan industry yang melakukan impor, API Terbatas (API-T) yang wajib dimiliki oleh setiap perusahaan penanaman modal yang melakukan impor, dan API Kontraktor (API-K) yang wajib dimiliki oleh setiap kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) yang melakukan impor.

Terdapat barang yang diimpor tanpa API, adapun barang-barang tersebut antara lain adalah : a. Barang pindahan, barang promosi, dan barang impor sementara b. Barang keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan c. Barang kiriman, hadiah untuk keperluan ilmu pengetahuan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan dan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam d. Obat-obatan yang menggunakan anggaran pemerintah yang

diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat e. Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian f. Barang ekspor yang ditolak oleh pembeli di luar negeri kemudian diimpor kembali dalam kuantitas yang sama dengan kuantitas pada saat diekspor g. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik h. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabat yang bertugas di Indonesia, atau i. Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan Barang dapat diimpor tanpa API apabila impor tidak dilakukan secara terus menerus dan yang tidak dimaksudkan untuk diperdagangkan atau dipindah tangankan dan barang untuk keperluan lainnya yang berupa alat penunjang kelancaran produksi atau alat pembangunan infrastruktur. Impor tanpa API ini harus memperoleh persetujuan dari Direktur Impor Departemen Perdagangan.

H. Tata Tertib Administrasi Importir Dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 menimbulkan hambatan dalam upaya peningkatan penerimaan negara dan pajak Bea Masuk serta peningkatan kelancaran arus barang dan dokumen impor, juga dengan berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade

10

Organization (WTO), maka pemegang API yang melakukan kegiatan impor dilakukan tertib administrasi diantaranya : a. Melakukan pengecekan kebenaran alamat, identitas pengurus, dan penanggung jawab sesuai API dan nomor NPWP b. Kebenaran jenis usaha, dan c. Pembukuan importir dapat di audit (auditable)

I. Pengelompokkan Barang Impor Barang impor terbagi menjadi 4 yaitu barang yang diatur tata niaga impornya, barang yang dilarang impornya, barang yang bebas impornya, dan barang yang dikecualikan dari ketentuan umum.

II.

Cara Pembayaran Ekspor Tanpa L/C Ada beberapa cara pembayaran Ekspor tanpa menggunakan L/C, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Advance Payment Advance Payment adalah penempatan dana oleh pembeli sesuai dengan permintaan penjual sebelum pengiriman barang atau pelaksanaan jasa. Walaupun cara pembayaran ini mahal dan mengandung resiko tinggi, namun tetap biasa dilakukan apabila sedang berada dalam proses produksi barang khusus atau pelaksanaan jasa secara khusus dan pada modal. Dalam hal ini, kedua belah pihak dapat saling

menyetujui pembayaran di muka sebagai pendanaan biaya operasi atau pembayaran sesuai tahap proses produksi. Cara pembayaran ini digunakan apabila : a. Kredibilitas pembeli diragukan b. Situasi ekonomi dan politik negara pembeli belum stabil, dan c. Terjadi penundaan yang cukup lama atas penerimaan pembayaran dari pembeli, mungkin disebabkan oleh kejadian di luar kuasanya (force majeure) Manfaat untuk penjual pada advance payment sebagai dana untuk melakukan produksi. Sedangkan kerugian bagi pembeli antara lain sebagai berikut :

11

a. Pembeli membayar dimuka, berarti pengetatan modal sebelum diterimanya barang atau jasa b. Pembeli tidak dijamin dan belum memperoleh kepastian bahwa apa yang diperjanjikan akan disediakan, diterima, dikirim tepat waktu, dan diterima sesuai dengan mutu dan jumlah yang diminta 2. Open Account Open account adalah suatu perjanjian antara pembeli dan penjual, dimana barang diproduksi dan diserahkan sebelum pembayaran diperlukan. Open account merupakan janji untuk membayar sejumlah uang yang ditetapkan, pada waktu yang akan datang dan tanpa pembeli menerbitkan suatu negotiable instrument sehubungan dengan janjinya. Manfaat bagi pembeli, pembeli dapat membayar harga barang atau jasa, hanya apabila mereka menerima dan atau bila diminta. Sedang kerugian bagi penjual antara lain adalah sebagai berikut : a. Penjual melepaskan hak atas barang tanpa adanya kepastian pembayaran b. Adanya kemungkinan bahwa gejolak politik akan mempengaruhi ketentuan yang ada sehingga dapat menangguhkan atau menahan kelancaran dana kepadanya c. Modal sendiri menjadi ketat sampai dengan barang diterima atau diperiksa oleh pembeli atau sampai dengan jasa yang diberikan telah disetujui dan pembayaran dilakukan 3. Collection Collection adalah suatu perjanjian dimana barang dikirimkan dan wesel yang berkaitan dengan collection tersebut ditarik oleh penjual lalu diberikan kepada pembeli, dan atau dokumen dikirimkan kepada bank penjual dengan instruksi yang jelas sebagai collection melalui salah satu bank korespondennya yang berlokasi ditempat pembeli. Biasanya hak atas barang beralih kepada pembeli (kecuali pembeli adalah nama penerima barang pada shipping document), sampai wesel dibayar atau diterima oleh pembeli. Collection memberikan suatu alternatif pembayaran kepada kedua pihak selain open account atau advance payment. Collection pada dasarnya lebih berhubungan dengan penjualan barang dibanding dengan pelaksanaan jasa.

12

Tindakan pengamanan yang diambil penjual, dimana penjual seharusnya : a. Mempunyai laporan kredibilitas pembeli b. Mempunyai analisis ekonomi dan politik dari negara importir c. Tidak mengalamatkan barang kepada pembeli tanpa sebelumnya mendapat persetujuan dari bank, dan d. Menetapkan kemungkinan penjualan kembali, pengiriman kembali atau

penyimpanan barang (warehousing) dalam hal terjadi non-payment oleh pembeli Adapun manfaat bagi penjual adalah sebagai berikut : a. b. Documentary collection tidak rumit dan tidak mahal Dokumen berharga seperti dokumen yang menyatakan hak, tidak diserahkan kepada pembeli sampai dengan dilakukannya pembayaran atau dilakukan penerimaan. Dalam hal tidak bayar atau tidak diterima, bank penagih (Collecting Bank), jika diberi wewenang dapat menjual kembali barang, menyimpan digudang, mengasuransikan, atau mengirimkan kembali kepada penjual c. Collection dimungkinkan diberikan pembiayaan sebelum ekspor atau sesuadah ekspor Kerugian kepada penjual antara lain adalah mengirimkan barang tanpa janji pembayaran dari pembeli, tidak ada jaminan pembayaran segera dari pembeli, dan permodalannya bertambah ketat sampai dengan diterimanya pembayaran. Sedang manfaat untuk pembeli sendiri ialah menguntungkan pembeli karena pembayaran ditunda sampai dengan tibanya barang atau bisa saja kemudian perjanjian penundaan pembayaran disetujui. Kerugian bagi pembeli sendiri ialah pembeli tetap bertanggung jawab jika lalai menyelesaikan suatu wesel, dan reputasi dagang rusak apabila collection tetap belum dibayar. 4. Consignment Cara pembayaran consignment (konsinyasi) ini biasa dilakukan oleh perusahaan yang telah menjalin kerja sama erat antara induk perusahaan dengan anak perusahaannya. Barang dikirimkan kepada importir sebagai barang titipan untuk

kemudian dijual. Kedudukan importir disini bukanlah sebagai pembeli. Sampai saat barang dijual oleh importir, hak atas barang itu masih ada atas eksportir, sedangkan

13

pembayaran atas barang itu baru akan dikirimkan kepada eksportir setelah barang itu terjual. 5. Counter Trade Counter Trade (imbal beli) adalah perdagangan timbal balik antara dua negara atau dua perusahaan di dua negara dengan cara membeli barang dari luar negeri dengan pembayaran berupa barang yang senilai dengan barang yang diimpor. Adapun para pelaku counter trade ialah swasta dengan swasta, negara dengan swasta/BUMN, negara dengan negara. Ada beberapa alasan dilakukannya counter trade antara lain adalah sebagai berikut : a. Kurangnya devisa untuk membiayai impor b. Promosi komoditas yang kurang populer dalam perdagangan normal c. Perluasan pasar modal d. Mendorong terciptanya teknologi baru e. Menciptakan lapangan kerja baru f. Barter atau pertukaran barang dengan barang dalam bentuk yang sudah tua Penatausahaan counter trade dalam rangka pembelian pemerintah dilakukan oleh Departemen Perdagangan. Untuk melakukan pembelian pemerintah, penyedia wajib membeli komoditas ekspor Indonesia senilai pasokan barang impor. Namun karena jenis pembayaran ini sangat tidak efisien dan berbiaya tinggi, maka jenis pembayaran ini tidak populer di kalangan dunia perdagangan. Bentuk-bentuk Counter Trade adalah sebagai berikut : a. Barter adalah pertukaran barang dan atau jasa tanpa menggunakan mata uang b. Counter purchase adalah eksportir setuju membeli produk dari negara importir, atau bilateral clearance accounts set up c. Advance purchase adalah pertukaran barang yang dilakukan dan menaruh dananya di rekening ESCROW untuk membayar eksportir d. Buy back (compensation) adalah eksportir menerima pembayaran dalam bentuk barang dari hasil penanaman modal yang disediakan e. Offset adalah kondisi yang dipaksakan kepada eksportir untuk mengikutkan komponen dari negeri importir 14

Ketentuan yang mengatur counter purchase ini adalah : a. Surat edaran Dirjen Daglu Nomor 92/DJPLN/V/1999 Tanggal 10 Mei 1999 tentang pelaksanaan ekspor dalam rangka pemenuhan kewajiban imbal beli dan Inpres Nomor 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah Berakhirnya Program Kerja Sama dengan International Monetary Fund (IMF) b. MOU Imbal Beli Pemerintah RI sudah menanda tangani sebanyak 11 MOU dengan negara mitra dagang yaitu : Vietnam, Thailand, Libya, Korea Selatan, Korea Utara, Rusia, India, Kamboja, Filipina, dan Bangladesh.

III. Cara Pembayaran Lain yang Biasa Digunakan dalam Dunia Perdagangan Cara pembayaran yang biasa digunakan adalah Merchants L/C yaitu L/C yang dibuka oleh perusahaan kepada perusahaan di negara lain. Penerusan ke luar negeri

biasanya melalui perbankan, namun perbankan hanya membuat satu surat pengantar untuk merchants L/C tersebut dan menegaskan bahwa tanpa tanggung jawab kepada pihak manapun.

IV. Letter Of Credit L/C Transaksi perdagangan ekspor impor pada dasarnya dapat dilakukan dengan atau tanpa L/C, manun karena L/C melindungi kepentingan kedua belah pihak, eksportir dan importir, di mana bank ikut terlibat dan mengurangi resiko tertentu maka transaksi dengan L/C lebih disenangi. L/C memegang peranan penting dalam perdagangan internasional dan akan terus merupakan instrument yang paling ampuh dalam jasa-jasa perbankan. Faktorfaktor yang menjadi dasar terus berkembangnya penggunaan L/C tersebut antara lain adanya pengawasan devisa di beberapa negara, ketidakpastian situasi perekonomian dan diperlukan suatu cara bagi eksportir untuk melancarkan pembayaran barang-barang ekspornya. Dilihat dari segi penggunaannnya L/C dapat dibedakan menjadi Documentary L/C yang sering disebut dengan Commercial atau Merchandise L/C merupakan L/C yang berdokumen dan menangani pergerakan dari barang-barang ekspor impor. Apabila tidak 15

berdokumen maka L/C tersebut disebut Clean L/C yang salah satu contohnya adalah Stand By L/C A. Istilah dan Definisi L/C Letter of Credit (L/C) sering disebut juga dengan istilah Documentary Credit, yang memiliki beberapa istilah seperti Authority To Purchase, Authority To Pay yang memiliki arti yang sama. Istilah L/C tersebut tidak lain adalah untuk mencerminkan pengertian akan pentingnya penggunaan L/C oleh bank sebagai alat yang mampu untuk membiayai penyerahan barang dagang. L/C memberikan dua kepastian yaitu mekanisme pembiayaan dan hubungan antara perkembangan-perkembangan atau variasi dalam L/C dengan perkembangan atau variasi mekanisme komersial untuk mana L/C tersebut secara khusus diciptakan guna memudahkannya. Letter of Credit (L/C) didefinisikan sebagai suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu untuk menarik weselwesel atas importir bersangkutan. Definisi lain yang lebih luas adalah suatu pernyataan yang dikeluarkan oleh bank untuk mempertaruhkan credit (tingkat kepercayaan) akan dirinya yang telah cukup dikenal baik, sebagai pengganti credit terhadap importir tersebut, yang mungkin baik juga tapi tidak begitu dikenal. Dalam publikasi terbitan ICC dinyatakan bahwa L/C adalah perjanjian tertulis dari sebuah bank (issuing bank) yang diberikan kepada penjual (beneficiary) atas permintaannya dan sesuai dengan instruksi pembeli (applicant) untuk melakukan pembayaran yaitu dengan cara membayar, mengaksep atau menegodiasi wesel sampai jumlah tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan dan atas dokumen-dokumen yang ditetapkan.

16

B. Tujuan dan Fungsi L/C L/C pada umumnya cenderung ditujukan untuk kepentingan eksportir dan sebagai akibatnya eksportir akan mendesak importir agar menerbitkan L/C guna kepentingannya sebelum pengapalan barang terjadi. Berdasarkan L/C maka bank-bank yang terlibat setuju mengadakan pembayaran atas dokumen-dokumen yang diserahkan bila menurut pengamatannya telah memenuhi persyaratan L/C. Bank sama sekali tidak terikat dan tidak punya kepentingan atas kontrak barang. Bilamana barang yang dikapalkan ternyata salah atau lebih rendah mutunya akan tetapi dokumen yang bersangkutan memenuhi syarat, maka importirlah yang bertabnggungjawab atas pembayarannya kendatipun dokumen tersebut telah dipalsukan. Bisa juga terjadi bahwa importir memerima barang-barang yang tidak sesuai dengan yang dinminta tetapi ia terpaksa harus membayarnya juga. Untuk mencegah kerugian tersebut importir dapat menggunakan berbagai pilihan kemungkinan langkahlangkah yang dapat dilakukan pada saat proses penanganan L/C. Penggunaan L/C dimaksudkan untuk mempermudah proses pembayaran serta memberikan jaminan terlaksananya pembayaran tersebut. Adapun fungsi dari L/C itu sendiri dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Merupakan internasioanal 2. Memberikan pengamanan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang diadakan 3. 4. Memastikan terjadinya pembayaran sepanjang syarat-syarat L/C dipenuhi Merupakan instrumen yang didasarkan hanya atas dokumen dan bukan atas barang dagang 5. Membantu bank memberikan fasilitas pembiayaan kepada importir perjanjian bank dalam menyelesaikan transaksi komersial

17

C. Pihak-pihak yang Terlibat dalam L/C Pada proses pembayaran dengan menggunakan L/C ada beberapa pihak yang akan terkait dan terlibat didalamnya. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain : 1. Pihak Langsung a. Pembeli Disebut juga applicant/account party/accountee/importir/buyer. Pihak yang memohon pembukaan L/C. Kredibilitasnya harus memuaskan dalam pertimbangan bank. b. Penjual Disebut juga beneficiary/party to be paid/ exporter/seller/shiper Pihak kepada siapa L/C diterbitkan/diperuntukkan. Pihak yang memenuhi syarat L/C yang diterima dan menyerahkan dokumendokumen kepada bank pembayar. c. Bank pembuka (penerbit) L/C Disebut juga opening bank/issuing bank/importers bank. Bank pembeli yang membuka atau menerbitkan L/C kepada beneficiary, biasanya melalui perantaraan bank di negara beneficiary. Yang memeriksa dokumen-dokumen untuk memastikan kecocokannya dengan syarat-syarat L/C. Yang mengatur pembiayaan transaksi bilamana diminta. Yang melepaskan dokumen L/C kepada pembeli dan meminta pembayaran dari rekening pembeli. d. Bank penerus L/C Disebut juga advising bank/sellers bank/ foreign correspondent bank Bank yang memberitahukan atau meneruskan L/C dan menegaskan kebenaran dari L/C tersebut kepada eksportir tanpa disertai kewajiban lain. Bank ini dapat juga dimungkinkan sebagai paying bank atau confirming bank , bahkan sebagai issuing bank dalam hal berbeda dengan opening bank.

18

e. Bank yang menegaskan atau menjamin pembayaran L/C Disebut juga confirming bank/foreign coresspondent bank. Bank kedua, biasanya advising bank yang bertindak sebagai confirming bank, yaitu menegaskan kepada beneficiary bahwa L/C tersebut otentik dan bilamana importir atau opening bank tidak melakukan pembayaran maka bank kedua ini akan membayarnya. f. Bank pembayar Disebut juga paying bank. Bank yang namanya disebutkan dalam L/C sebgai pihak yang melakukan pembayaran kepada beneficiary asalkan dokumen-dokumen sesuai dengan syarat L/C. g. Bank yang menegosiasi Disebut juga negotiating bank. Bank yang biasanya namanya tidak disebutkan dalam L/C, yang menyetujui untuk membeli wesel dari beneficiary. h. Bank yang diminta mengganti pembayaran (me-reimburse) Disebut juga reimburse bank. Bilamana antar bank eksportir dan bank importir tidak ada hubungan rekening maka untuk penyelesaiannya pembayarannya biasanya ditunjuk bank ketiga.

2.

Pihak Tidak Langsung a. Perusahaan pelayaran (pengapalan) Menerima barang-barang dagang dari shiper/eksportir/freight forwader dan mengatur pengangkutan barang-baranmg tersebut. Menerbitkan Bill of Lading (B/L) atau surat bukti muat barang. b. Bea dan Cukai (Pabean) Bagi importir, sebagai agen dan akan memberikan izin untuk pelepasan barang bilamana dokumen B/L telah dilakukan pembayaran. Bagi eksportir, pihak yang meneliti dokumen serta pembayaran pajak dan memberikan izin barang untuk dimuat di kapal.

19

c. Perusahaan asuransi Pihak yang mengasuransikan barang-barang yang dikapalkan sesuai nilai yang syaratkan. Pihak yang mengeluarkan sertifikat atau polis asuransi untuk menutup resiko yang dikehendaki. Pihak yang menyelesaikan tagihan atau klaim kerugian-kerugian. d. Badan pemeriksa atau SGS/Perwakilan Sucofindo (khusus Indonesia) Pihak yang ditunjuk pemerintah untuk memeriksa kebenaran barang-barang impor di negara asal impor barang, dan barang-barang ekspor tertentu di negara tempat tibanya barang. Pihak yang ditunjuk pemerintah atau yang berwenang dalam pemeriksaan mutu, jenis, jumlah barang dan sebagainya. e. Badan-badan peneliti lainnya Yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengeluarkan surat-surat keterangan atau setifikat lainnya bagi barang-barang yang diperdagangkan

D. Jenis-jenis L/C L/C yang digunakan sebagai alat pembayaran memiliki berbagai macam jenis dan bentuk. Hal ini disesuaikan dengan kontrak perjanjian dalam perdagangan tersebut, adapun jenis-jenis L/C antara lain : 1. Revocable L/C . L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak oleh opener atau oleh issuing bank tanpa memerlukan persetujuan dari beneficiary. Pihak eksportir kemungkinan akan menghadapi masalah untuk segera memperoleh pembayaran dari importir sedang sebaliknya pihak importir, L/C ini akan memberikan kelonggaran karena dapat di ubah atau dibatalkan tanpza pemberitahuan terlebih dahulu kepada beneficiary. 2. Irrevocable L/C . L/C yang tidak bisa dibatalkan selama jangka berlaku (validity) yang ditentukan dalam L/C tersebut dan opening bank tetap menjamin untuk menerima wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan mungkin juga

20

dilakukan, tetapi harus atas persetujuan semua pihak yang bersangkutan dengan L/C tersebut. 3 Irrevocable dan Confirmed L/C .L/C yang diangggap paling sempurna dan

paling aman dari sudut penerima L/C (beneficiary) karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas L/C ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank, bila segala syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya yang irrevocable. 4 Clean Letter of Credit.Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan suatu wesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan pengambilan uang dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan kuitansi biasa. 5 Documentary Letter of Credit. Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen lain sebagaimana disebut dalam syaratsyarat dari L/C. 6 Documentary L/C dengan Red Clause. Jenis L/C ini, penerima L/C (beneficiary) diberi hak untuk menarik sebagian dari jumlah L/C yang tersedia dengan penyerahan kuitansi biasa atau dengan penarikan wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan sisanya dilaksanakan seperti dalam hal documentary L/C. L/C ini merupakan kombinasi open L/C dengan documentary L/C. 7 Revolving L/C. L/C ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut. Misalnya, untuk jangka waktu enam bulan, kredit tersedia setiap bulannya US$ 1.200, berarti secara otomatis setiap bulan (selama enam bulan) kredit tersedia sebesar US$ 1.200, tidak peduli apakah jumlah itu dipakai atau tidak. 8 Back to Back L/C . Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang, tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan banknya untuk membuka L/C untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan menjaminkan L/C yang diterimanya dari luar negri.

21

V. Bill Of Lading (B/L) A. Definisi Bill of Lading (B/L) adalah surat tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal laut yang juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang dan juga sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut. Banyak istilah yang pengertian dan maksudnya sama dengan B/L seperti Air Waybill untuk pengangkutan dengan pesawat udara, Railway Consignmnet Note untuk pengangkutan menggunakan kereta api dan sebagainya. Untuk lebih memudahkan pemahaman disini kita menggunakan istilah B/L. Dalam bahasa Indonesia B/L sering disebut dengan konosemen, merupakan dokumen pengapalan yang paling penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengamanan. Asli B/L menunjukkan hak pemilikan atas barang-barang dan tanpa B/L seseorang atau pihak lain yang ditunjuk tidak dapat menerima barang-barang yang disebutkan di dalam B/L.

B. Pihak-pihak yang Tercantum dalam B/L Penggunaan B/L sebagai bagian dari dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan ekspor impor melibatkan berbagai pihak, antara lain : 1. 2. 3. 4. Shipper yaitu pihak yang bertindak sebagai beneficiary. Consignee yaitu pihak yang diberitahukan tentang tibanya barang-barang Notify party yaitu pihak yang ditetapkan dalam L/C Carrier yaitu pihak pengangkutan atau perusahaan pelayaran

C. Fungsi Pokok Bill Of Lading (B/L) B/L memiliki fungsi antara lain : 1. Bukti tanda penerimaan barang, yaitu barang-barang yang diterima oleh pengangkut (carrier) dari shipper (pengirim barang atau eksportir) ke suatu tempat tujuan dan selanjutnya menyerahkan barang-barang tersebut kepada pihak penerima (consignee atau importir) 2. Bukti pemilikan atas barang (document of title) , yang menyatakan bahwa orang yang memegang B/L merupakan pemilik dari barang-barang yang tercantum pada B/L/ 22

3. Bukti perjanjian pengangkutan dan penyerahan barang antara pihak pengangkut dengan pengiriman.

D. Kepemilikan Bill Of Lading (B/L) Kepemilikan suatu B/L dapat didasarkan kepada beberapa hal antara lain : 1. B/L atas pemegang (Bearer B/L) Jenis B/L ini jarang digunakan. Yang dimaksud dengan bearer adalah pemegang B/L dan karena itu setiap orang yang memegang atau memiliki B/L tersebut dapat menagih barang-barang yang tersebut pada B/L. Jenis ini mencantumkan kata bearer di bawah alamat consignee. 2. Atas nama dan kepada order (B/L made out to order) Pada B/L ini akan tercantum kalimat consigned to order of di depan atau di belakang nama consignee atau kepada notify address. Biasanya syarat B/L demikian ini ditandai dengan mencantumkan kata order pada kotak consignee pada B/L yang bersangkutan. Pemilikan B/L ini dapat dipindahkan oleh consignee kepada orang lain dengan endorsement yaitu menandatangani bagian belakang B/L tersebut. 3. B/L atas Nama (straight B/L) Bila sebuah B/L diterbitkan dengan mencantumkan nama si penerima barang (consignee) maka B/L tersebut disebut B/L atas nama (straight B/L). Pada straight B/L menggunakan kata-kata consigned to atau to yang diletakkan diatas alamat dari consignee tersebut. Apabila diinginkan pemindahan hak milik barang-barang tersebut maka haruslah dengan cara membuat pernyataan pemindahan hak milik yang disebut declaration of assignment, dan bilamana dilakukan endorsement maka pemindahan pemilikan tersebut tidak dianggap berlaku.

23

E. Jenis-jenis Bill Of Lading (B/L) Suatu B/L dapat dibedakan berdasarkan penyataan yang terdapat pada B/L tersebut, dibagi menjadi beberapa jenis antara lain : 1. Received for Shipment B/L B/L yang menunjukkan bahwa barang-barang telah diterima o;rh rtusahaan pelayaran untuk dikapalkan, tetapi belum benar benar dimuat atau dikapalkan pada batas waktu yang ditetapkan dalam L/C yang bersangkutan. Resiko yang mungkin akan terjadi pada B/L jenis ini adalah : a. Kemungkinan barang akan dimuat dengan kapal lain. b. Bila terjadi pemogokan, barang-barang tersebut terbengkalai dan rusak. c. Kemungkinan penambahan ongkos atau biaya lain seperti sewa gudang dan sebagainya. 2. Shipped on Bard B/L B/L yang dikeluarkan apabila perusahaan perkapalan yang bersangkutan mengakui bahwa barang-barang yang akan dikirim benar-nebar telah berada atau dimuat diatas kapal. 3. Short Form B/L B/L yang hanya mencantumkan ctatan singkat tentang barang ynag dikapalkan (tidak termasuk syarat-syarat pengangkutan). 4. Long Form B/L B/L yang memuat seluruh syarat-syarat pengangkutan secara terperinci. 5. Through B/L B/L yang dikeluarkan apabila terjadi transhipment akibat dari tidak tersedianya jasa langsung ke pelabuhan tujuan. 6. Combined Transport B/L B/L yang digunakan pada saat terjadi transhipment dilanjutkan kemudian dengan pengangkutan darat. 7. Charter Party B/L B/L yang digunakan apabila pengangkutan barang menggunakan charter (sewa borongan sebagian / sebuah kapal).

24

8. Liner B/L B/L yang dikeluarkan untuk pengangkutan barang dengan kapal yang telah memiliki jalur perjalanan serta persinggahan yang terjadwal dengan baik.

F. Kondisi Bill Of Lading (B/L) Kondisi suatu B/L dapat dinyatakan dalam beberapa kategori keadaan barang yang diterima untuk di muat : 1. Clean B/L B/L yang didalamnya tidak terdapat catatan-catatan tentang kekurangan-kekurangan mengenai barang serta menyatakan barang yang dimuat dalam keadaan baik dan lengkap dengan tidak ada cacat. Pada B/L tersebut terdapat kata-kata : Shipped in apparent good order and conditions on board 2. Unclean B/L B/L yang didalamnya terdapat catatan menyatakan barang yang tidak sesuai dengan syarat-syarat L/C dan terdapat kerusakan pada barang. Biasanya catatan tersebut dinyatakan dalam kata-kata : old gunny bag, stained case, straw wrapped only, unprotected dan sebagainya. 3. Stale B/L B/L yang belum sampai kepada consignee atau agennya agennya ketika kapal pembawa barang-barang telah tiba di pelabuhan tujuan. Masalah yang timbul bila barang-barang tidak diambil di pelabuhan tujuan dapat terjadi seperti : a. Kemungkinan pencurian dan pencurian kecil-kecilan ( pilferage) b. Penalty yang dibebankan pengusaha pelabuhan tiap hari (biaya demurrage) c. Kerusakan-kerusakan barang d. Penjualan melalui lelang umum oleh karena itu Stale B/L dapat dihindarkan dengan cara : i. ii. iii. Mengizinkan pengiriman B/L langsung kepada pembeli tanpa melaui bank Mengizinkan pengiriman B/L langsung kepada agen di negara pembeli Mengizinkan pengiriman B/L langsung kepada kapal pengangkut berdasarkan

25

BAB III PENUTUP


Kesimpulan 1. Ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah pabean Indonesia untuk dikirimkan ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang eksportir atau yang mendapat izin khusus dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan. 2. Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam daerah pabean Indonesia dengan mematuhi ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landasan kontinen yang ada di dalamnya berlaku UU No.10 tahun 1995 jo.UU No.17 tahun 2006 tentang kepabeanan. 4. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan moda transportasi. 5. Eksportir adalah setiap orang atau badan usaha baik yang berbadan hukum maupun bukan berbadan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan (ekspor) dalam wilayah hukum NKRI, baik sendriri maupun secara bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. 6. Eksportir Terdaftar (ET) adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7. Importir adalah perusahaan pemilik Angka Pengenal Impor (API) yang melakukan kegiatan impor.

26

8. Angka Pengenal Impor (API) adalah tanda pengenal sebagai importir yang harus dimiliki setiap perusahaan yang melakukan perdagangan impor barang. 9. Importir terdaftar adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan tertentu yang mendapat penunjukan untuk mengimpor barang tertentu guna didistribusikan kepada produsen. 10. Importir produsen adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha industri yang disetujui untuk mengimpor sendiri yang diperlukan, semata-mata hanya untuk proses produksi dari industrinya dan tidak boleh diperdagangkan dan atau

dipindahtangankan kepada pihak lain. 11. Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) adalah tanda pengenal sebagai importir khusus yang harus dimiliki setiap perusahaan yang akan mengimpor barang tertentu berupa jagung, gula, kedelai, beras, mainan anak, barang-barang elektronik dan komponennya, tekstil, dan produk tekstil dan alas kaki. 12. Cara pembayaran ekspor tanpa L/C antara lain adalah advance payment, open account, collection, consignment, counter trade dan cara pembayaran lain yang biasa digunakan dalam dunia perdagangan adalah merchants L/C. 13. Letter of Credit (L/C) didefinisikan sebagai suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan. 14. Bill of Lading (B/L) adalah surat tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal laut yang juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang dan juga sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut. Banyak istilah yang pengertian dan maksudnya sama dengan B/L seperti Air Waybill untuk pengangkutan dengan pesawat udara, Railway Consignmnet Note untuk

pengangkutan menggunakan kereta api dan sebagainya

27

DAFTAR PUSTAKA
Tandjung, Marolop. Aspek dan Prosedur Ekspor Impor. Salemba Empat, Jakarta. 2011 http://scribd.com

28

29

30

Anda mungkin juga menyukai